Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT (BMPK)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Akuntansi Perbankan

Dosen Pengampu : Oktaviani Rita Puspasari, S.E.,M.Si., Ak.

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Ajeng Kartika Artiantie (20210610019)


2. Ipay Paidah (20210610104)
3. Sri Hernawati (20210610059)
4. Ziyan Yulianti (20210610121)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KUNINGAN

Jl. Cut Nyak Dien No. 36A, Cijoho Ke. Kuningan Kab. Kuningan, Jawa Barat

45513
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah yang berjudul
“Batas Maksimum Pemberian Kredit” ini dengan tepat waktu. Kami ucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Perbankan yaitu Ibu
Oktaviani Rita Puspasari, S.E.,M.Si., Ak.

yang telah memberikan tugas ini kepada kami, sehingga kami mendapatkan
kesempatan untuk membagikan pendapat kami lewat tulisan ini. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kuningan, 08 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
2.1 Pengertian BMPK..................................................................................... 4
2.2 Cakupan Dan Dasar Perhitungan BMPK ................................................. 4
2.3 Pos-Pos Pengecualian Dalam Perhitungan BMPK .................................. 6
2.4 Penentuan BMPK ..................................................................................... 7
2.5 Pelampuan BMPK .................................................................................. 10
2.6 Pelanggaran BMPK ................................................................................ 10
2.7 Pelaporan Akuntansi Pelanggaran BMPK ............................................. 11
2.8 Action Plan Dan Pelaksanaannya ........................................................... 15
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan, alat
penggerak pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat
dipisahkandari pembangunan. Kegiatan perkreditan dan berbagai jasayang
diberikanoleh bank ini membantu masyarakat mengatasi kekurangan modal
dalammengelola, membiayai operasi, dan mengembangkan usaha sehingga
mampumeningkatkan efisiensi, produktivitas dan daya saing. Pemberian
kreditmerupakan aktivitas paling pokok dari perbankan, hal tersebut
merupakansalah satu fungsi intermediasi bank yaitu menghimpun dana dari
masyarakatkemudian menyalurkan kembali dana tersebut, namun resikonya
jugarelatif besar. Sebagai antisipasinya, manajemen bank harus mengelolany
dengan prinsip kehati-hatian (prudential banking ).
Bank memberikan kredit berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
olehBank Indonesia. Pemberian kredit kepada nasabah harus melalui prosedur
danharus memenuhi syarat yang ditentukan untuk mencegah timbulnya
kredit bermasalah yang melanda perbankan serta membutuhkan waktu yang la
mauntuk menyelesaikannya.
Oleh karena itu, pemberian kredit kepada masyarakat merupakan
proses yang membutuhkan pertimbangan dan analisa-analisa yang baik dari
bank untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerugian, serta pertimbangan
dan analisa tersebut dipengaruhi oleh ketentuan dari Bank Indonesiadan
kebijaksanaan dari kantor pusat bank itusendiri.
Selain daripada hak diatas, pihak perbankan juga telah mengeluarkan suatu
kebijakan yang sekaligus merupakan suatu persyaratan mutlak bagi perusahaan
yang hendak memperoleh pinjaman kredit dari bank, yaitu perusahaan
harus memberikan laporan keuangannya untuk dianalisa dan dievaluasi oleh
pihak bank untuk mengetahui posisi keuangan, kinerja dan perkembangan
perusahaan, yang akhirnya dapat menggambarkan kemampuan perusahaan

1
dalam pembayaran bunga dan pembayaran kembali pinjaman ada saat jatuh
tempo.
Untuk menjaga agar kredit yang disalurkannya adalah kredit yang layak,
Bank melakukan analisis terhadap laporan keuangan debitur. Salah satu bentuk
yang lazim dalam analisis laporan adalah analisis rasio keuangan. Kreditur
dapat memperoleh pertimbangan yang tepat dalam pemberian kredit dan dapat
mengukur kemampuan debitur untuk membayar hutang sehingga kredit
bermasalah (non performing loan) dapat dihindari.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu BMPK ?
1.2.2 Apa saja cakupan dan dasar perhitungan BMPK?
1.2.3 Apa saja pos-pos pengecualian dalam perhitungan BMPK?
1.2.4 Bagaimana formulasi penentuan BMPK?
1.2.5 Bagaimana formulasi pelampuan BMPK?
1.2.6 Bagaimana pelaporan akuntansi pelanggaran BMPK?
1.2.7 Bagaimana action plan dan pelaksanaannya?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu BMPK
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja sakupan dan dasar perhitunga BMPK
1.3.3 Untuk mengetahui pos-pos pengecualian dalam perhitungan BMPK
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana formulasi penentuan BMPK
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana formulasi pelampuan BMPK
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana pelaporan akuntansi pelanggaran
BMPK
1.3.7 Untuk mengetahui bagaimana action plan dan pelaksanaanya

2
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
materi etika, penipuan dan pengendalian internal.
1.4.2 Bagi Dosen Dapat menjadi perimbangan dalam memberikan penilaian
terhadap kemampuan mahasiswa dalam mempelajari dan memahami
Mata Kuliah Sitem Informasi Akuntansi, khususnya mengenai materi
etika, penipuan dan pengendalian internal.
1.4.3 Bagi Mahasiswa Dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai cakupan materi tentang etika, penipuan dan pengendalian
internal serta diharapkan makalah ini bisa dijadikan sarana untuk
mengembangkan pengetahuan yang lebih luas dalam dunia
perkuliahan.

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian BMPK
BMPK merupakan batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan
untuk dilakukan oleh bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam
tertentu. Penyediaan dana adalah penyediaan fasilitas kredit, surat berharga,
penempatan antar bank, penyertaan, dan transaksi reening administratif.

2.2 Cakupan Dan Dasar Perhitungan BMPK


a. Kredit yang diberikan
Pelanggaran BMPK dihitung berdasarkan baki debet. Pengertian baki debet
tidak termasuk bunga akrual pada pos rupa-rupa aktiva dan tunggakan
bunga (bunga dalam penyelesaian) pada rekening administratif. Bunga
akrual adalah pendapatan bunga dari kredit lancar dan dalam perhatian
khusus. Dalam pengertian kredit di sini termasuk giro bersaldo debet
(overdraft), kartu kredit (baki debet), transaksi yang berasal dari off balance
sheet yang wan prestasi.
b. Surat berharga
Perhitungan BMPK untuk pembelian surat berharga dengan Note Purchase
Agreement (NPA) dan pengambil alihan dalam rangka anjak piutang
didasrkan pada harga perolehan, yaitu harga nominal dikurangi dengan
diskonto yang diterima (seperti SPBU), yang dimaksud dengan surat
berharga NPA adalah pembelian surat berharga yang disertai dengan
pernyataan kesediaan bank untuk membeli surat berharga tersebut dalam
jumlah, jangka waktu, dan tingkat diskonto tertentu.
Dasar perhitungan pelanggaran atau pelampuan BMPK adalah didasarkan
pada harga perolehan saat membeli atau didasarkan nilai pasar untuk surat
berharga yang lazim diperdagangkan di pasar uang. Surat berharga ini
termasuk promes, SPBU, CPs dan MTNs, wesel, obligasi, sekuritas kredit,
dan termasuk sertifikat reksadana.

4
c. Penempatan pada bank lain
Perhitungan pelanggaran BMPK penempatan antar bank atau pada bank
lain didasarkan pada nilai nominal, kecuali sertifikat deposito dan surat
berharga yang dinilai berdasarkan harga perolehan. Penempatan ini dapat
berupa giro, deposito, call money kredit, sertifikat deposito, surat berharga.
d. Penyertaan
Pelanggaran pelampauan BMPK untuk pos ini didasarkan pada jumlah
dana yang ditanamkan oleh bank dan didasarkan pada nilai penyertaan
yang tercatat di neraca (tanpa adanya penyediaan dana berupa cash
outflow). Penyertaan dalam hal ini hanya pada lembaga keuangan dan tidak
melalui pasar modal. Untuk penyertaan bank pada non lembaga keuangan
hanya diperkenankan dalam rangka penyertaan modal sementara untuk
mengatasi kegagalan kredit. Penyertaan modal sementara dalam rangka
restrukturisasi kredit dikecualikan dalam perhitungan BMPK.
e. Transaksi rekening administrative
Untuk pos ini terdiri dari garansi yang diberikan dan risiko kredit dari
transaksi derivatif. Garansi yang diberikan berupa warkat penerbitan
jaminan, akseptasi atas endosemen, irrevocable L/C atau SKBDN,
akseptasi wesel impor, penjualan surat berharga dengan syarat repo,
standby L/C dan garansi lainnya. Pelanggaran BMPK untuk garansi yang
diberikan didasarkan pada nilai nominal. Sedangkan risiko kredit dari
transaksi derivatif didasarkan pada nilai risiko kreditnya. Perhitungan
risiko kredit dari transaksi derivatif didasarkan atas unrealized gain yang
dimungkinkan tidak jadi diterima apabila pihak counterparty melakukan
wan prestasi. Gain dimaksud adalah selisih nilai pasar (mark to market
value) terhadap nilai kontrak. Marking to market untuk memperoleh nilai
risiko kredit dilakukan bank pada akhir hari. Meng timbulnya riska kredit
tersebut akibat perubahan kurs, maka kelebihan BMPK hanya akan
menyebabkan pelampauan BMPK.

5
2.3 Pos-Pos Pengecualian Dalam Perhitungan BMPK
Dalam perhitungan BMPK suatu bank, harus dicermati beberapa pos yang
tidak perlu diperhitungkan yaitu :
a. Penanaman dana pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan surat hutang
pemerintah Indonesia.
b. Penanaman dana yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah Indonesia
atau dijamin oleh Bank Indonesia, misalnya skimp penempatan dana B1,
Skim Jexim 7-Jepang, Skim GSM 102-CCC USDA, Skim EFIC-Australia,
Skim US EXIM-Amerika, Skim CWB-Kanada, skim penggerak sektor rill
(PT Askrindo sebagai penyalur) dan lain-lain.
c. Penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur untuk mengatasi
kegagalan kredit (restrukturisasi kredit).
d. Penyediaan dana yang dijamin oleh cash collateral. Penyediaan dana ini
yang dijamin dengan SBLC yang dianggap cash collateral dikecualikan
dalam BMPK namun harus memenuhi peryaratan:
1) Bank telah melaporkan mengenal aktiva produktif yang dijamin SBLC
dan realisasi pencairan SBLC;
2) SBLC harus diterbitkan/dijamin oleh prime banks yang memiliki
peringkat minimal A dari lembaga pemeringkat internasional (misal:
Moody's and S&SP’s):
3) Jangka waktunya harus meng-cover jangka waktu aktiva produktif plus
90 hari
4) SBLC harus dicairkan selambat-lambatnya 90 hari setelah debitur tidak
memenuhi kewajibannya kepada bank atau pada saat kredit bermasalah.
5) Bila SBLC tidak bisa dicairkan, maka penyediaan dana ini menjadi
diperhitungkan dalam BMPK.
6) Khusus tagihan kepada prime banks yang berperingkat A dikecualikan
dari perhitungan BMPK sebab dianggap tidak berisiko. Hal ini
disamakan dengan tagihan yang dijamin SBLC yang dikeluarkan oleh
prime banks.

6
e. Penempatan dana antarbank yang dijamin oleh pemerintah (selama masih
berlaku) sepanjang bank tempat penempatan memenuhi syarat penjaminan.
Penjaminan pemerintah diberikan kepada kewajiban bank, bukan aset
bank. Kewajiban tersebut bagi setiap bank berbadan hukum Indonesia.
Oleh karena itu bila kewajiban bank tempat bank tertentu menempatkan
dananya itu dijamin oleh pemerintah, berarti aset bank yang menempatkan
akan terhindar dari risiko. Dengan demikian aset tersebut dikecualikan dari
perhitungan BMPK. Khusus penempatan pada bank asing (berbadan
hukum bukan Indonesia), bila bank asing tersebut sebagai prime banks dan
berperingkat minimal A maka kita keluarkan dari perhitungan BMPK.
f. Pengambilalihan (negosiasi) wesel ekspor berjangka yang diterbitkan atas
dasar UC berjangka (Usance L/C) yang masih berlaku dan diaksep oleh
prime banks di luar negeri.

2.4 Penentuan BMPK


Penentuan BMPK sebenarnya untuk mengatur portofolio kredit perbankan
tidak terakumulasi pada satu kelompok atau individual dalam memberikan
kredit, sebab komentrasi kredit pada kelompok atau individu tertentu akan
mengandung risiko sangat besar bagi bank. Dalam ilmu investasi, diversifikasi
investasi akan menurunkan risiko. BMPK merupakan penerapan dari konsep
tersebut.
Bagaimana pengaturannya? Bank menentukan bahwa pemberian kredit kepada
nasabah harus dibedakan antara pihak terkait dengan bank dan pihak lain yang
tidak terkait. Pihak terkait dengan bank adalah peminjam dan/atau kelompok
peminjam yang mempunyai keterkaitan dengan bank.
1. Pihak terkait tersebut adalah:
a. Pemegang saham bank perorangan sebesar 10% atau lebih.
b. Pemegang saham bank berbentuk perusahaan/badan sebesar 10% atau
lebh
c. Anggota Dewan Komisaris.
d. Anggota Direksi.

7
e. Keluarga sampai derajat kedua dalam garis lurus maupun garis ke
samping dari pihak a, c dan d. Yang dimaksud keluarga adalah termasuk
mertua menantu dan ipar sehingga meliputi orang tua
kandung/tini/angkat; saudar kandung/tiri/angkat; suami/istri; anak
kandung/tiri/angkat; suami/utri dari anak kandung/tiri/angkat; cucu
kandung/tiri/angkat; saudara kandung/tiri/angkat dari suami/istri;
suami/istri dari kandung/tiril angkat; saudara kandung/tiri/angkat dari
orang tua; mertua.
f. Perorangan sebagai pemegang saham perusahaan sebagaimana dimaksud
dalam poin b yang memiliki saham lebih dari 25% dan/atau
mempengaruhi perusahaan tersebut. Yang dimaksud mempengaruhi
perusahaan adalah mengendalikan operasional, pengawasan atau
pengambilan keputusan.
g. Pejabat bank. Yang dimaksud pejabat bank adalah pejabat yang
mempunyal fungsi eksekutif, yaitu yang mempunyai pengaruh terhadap
operasional bank dan/atau bertanggungjawab langsung kepada direksi
termasuk pejabat satuan kerja audit intern dan dewan audit.
h. Perusahaan yang dimiliki oleh pihak-pihak a s/d g sebesar 10%.
i. Perusahaan yang secara operasional, pengawasan dan dalam pengambil
keputusan dipengaruhi oleh pihak-pihak a s/d g. Hal ini bisa diketahu
setelah timbul masalah, sementara dalam pemeriksaan mungkin saja
tidak dapat ditemukan dengan bukti-bukti tertulis. Oleh karena itu
otoritas moneter harus jeli untuk menemukan pembuktian tersebut.
j. Anak peusahaan bank dengan kepemilikan bank lebih dari 25% modal
perusahaan dan/atau apabila bank mempengaruhi perusahaan tersebut.
Namun demikian bila perusahaan tergolong pihak tidak terkait sedang
menerima penyertaan modal sementara dari bank dalam rangka
restrukturisasi kredit, maka dikecualikan dari pengertian pihak teterkait.
Penyertaan sementara selama-lamanya 5 tahun.

8
Penentuan SMPK terhadap pihak terkait adalah:
a. Untuk peminjam (individual) dan/atau kelompok peminjam ditetapkan
maksimum sebesar 10% dari modal.
b. Untuk keseluruhan pihak terkait ditetapkan maksimum sebesar 10%
dari modal.
2. Pihak tidak terkait adalah peminjam atau kelompok peminjam di luar pihak
terkait. Pengaturan BMPK untuk pihak tidak terkait ditetapkan untuk
peminjam (individual) atau kelompok peminjam ditetapkan sebagai berikut:
a. 30% dari modal sejak 31 Desember 2001
b. 25% dari modal selama tahun 2002
c. 20% dari modal sejak Januari 2003
Namun demikian perlu diperhatikan bahwa bagi debitur yang pelanggaran/
pelampauan BMPK baik secara individual maupun kelompok, perhitungan
BMPK hanya dikenakan atas pelanggaran secara kelompok. Yang
dimaksud peminjam individual adalah nasabah perorangan atau
perusahaan/badan yang memperoleh satu atau lebih penyediaan dana.
Kelompok peminjam adalah sejumlah peminjam yang satu sama lain
mempunyai keterkaitan dalam hal:
a. Kepemilikan yaitu induk perusahaan memiliki saham anak perusahaan
sebesar 25% atau lebih; perusahaan memiliki saham perusahaan lain
sebesar 25% atau lebih.
b. Kepengurusan yaitu direksi, komisaris, atau pejabat eksekutif suatu
perusahaan atau merupakan komisaris, direksi dan/atau pejabat eksekutif
perusahaan lain.
c. Hubungan keuangan yaitu; suatu perusahaan bertindak sebagai penjamin
penyediaan dana yang diterima perusahaan lain, atau yang memberikan
bantuan keuangan kepada perusahaan lain sehingga mengakibatkan
adanya pengendalian usaha oleh salah satu perusahaan tersebut. Bila
suatu perusahaan memberikan corporate guarantee kepada perusahaan
lain, maka kedua perusahaan tersebut tergabung dalam kelompok
peminjam karena terdapat perusahaan yang bertindak sebagai penjamin.

9
Sementara untuk perusahaan A yang memberikan pinjaman kepada
perusahaan B sehingga perusahaan A menjadi turut serta dalam
mengendalikan perusahaan A, maka kedua perusahaan tersebut
tergabung dalam kelompok peminjam. Namun perlu diperhatikan juga
bahwa hubungan sebagai supplier dengan buyer dalam bentuk pemberian
pinjaman bukan yang dimaksud dalam kelompok peminjam ini.

2.5 Pelampuan BMPK


Formulasi pelampauan BMPK didefinisikan sebagai berikut :

Penyediaan Dana Pada Tanggal Laporan BMPK

( x 100% ) – BMPK

Modal Pada Tanggal laporan BMPK

Bank dianggap melampaui BMPK apabila bank melakukan penyediaan


dana melebihi persentase maksimum karena perubahan-perubahan yang
terjadi setelah penyediaan dana realisasi. Pelampauan BMPK yang terjadi
akibat gejolak nilai kurs dan/atau penurunan modal bank atas penyediaan
dana yang telah diberikan, tidak dikategorikan sebagai pelanggaran BMPK.
Kurs yang menjadi dasar adalah kurs neraca bank pada akhir bulan.

2.6 Pelanggaran BMPK


Pelanggaran BMPK dapat dilihat apabila pada saat bank melakukan realisasi
penyediaan dana telah melebihi dari persentase maksimum. Untuk menentukan
ini digunakan formula sebagai berikut :
Penyediaan Dana Pada saat pemberiannya
( x 100% )
Modal Pada saat pemberian penyediaan dana

10
Untuk itu, bank harus menolak realisasi dana yang dilakukan debiturnya
apabila berdasarkan perhitungan dengan formula diatas bank akan
mengakibatkan terjadinya pelanggaran BMPK. Penolakan ini bisa dilakukan
bila dalam perjanjian sebelumnya memberikan pernyataan tentang klausal ini.
Dengan memperhatikan ketentuan di atas, maka dapat dikatakan bahwa bank
bank yang tidak memiliki modal atau bahkan capital adequacy ratio-nya negatif
secara otomatis melakukan pelampauan dan pelanggaran BMPK. Bank yang
memiliki sebesar 0 atau minus dilarang untuk memberikan kredit/penempatan
dana pada umumnya. Kecuali telah mendapat persetujuan pemerintah untuk
mengikuti program rekapitalisasi perbankan.

2.7 Pelaporan Akuntansi Pelanggaran BMPK


Pelaporan mengenai posisi BMPK harus dilakukan bank komersial kepada
bank sentral pihak terkait, pihak tak terkait. Laporan tersebut menyangkut
pelampauan maupun Pelaporan pelanggaran BMPK. Secara rinci adalah:
a. Laporan Pelanggaran BMPK kepada Pihak Terkait
b. Laporan Pelanggaran BMPK Kepada Pihak Tidak Terkait
c. Laporan Pelampauan BMPK kepada Pihak Tidak Terkait
d. Laporan penyediaan Dana Dan Pelampauan BMK kepada pihak Terkait

Untuk memberikan menambah pemahaman laporan BMPK berikut ini disajikan


dua kasus lustrasi beserta pembahasan dan laporannya.

Kasus A. pelanggara BMPK pihak terkait

PT Bank Permata Hati memiliki modal Rp150.000.000.000 per 31 April 2016.


Modal tersebut sebesar 40% sahamnya dimiliki oleh Sdr. Umar Bakri. Pada
tanggal 10 Januari 2017 Bank Permata hati telah menyetujui permohonan kredit
Sdr. Umar Bakri sebesar Rp24.000.000.000 dengan jangka waktu 5 tahun, grace
period 1 tahun, tingkat bunga 18%. Komitmen kredit ini dicairkan secara
bertahap sebagai berikut:

Pencairan tahap 1 pada tanggal 15 Januari 2017

11
Pencairan tahap 2 pada tanggal 15 Maret 2017

Pencairan tahap 3 pada tanggal 15 Mei 2017

Pencairan tahap 4 pada tanggal 15 Juli 2017

Dana yang dicairkan setiap tahap adalah Rp6.000.000.000

Pembahasan :

Umar Bakri adalah pemilik 40% saham Bank Permata Hati, artinya memiliki
lebih besar dari 10% modal disetor ke bank. Dengan demikian Umar Bakri
digolongkan dengan pihak terkait sebab itu BMPK yang harus ditaati oleh bank
adalah 10%. Pada tanggal 15 Mei 2017, PT. Bank Permata Hati telah melakukan
pelanggaran BMPK karena telah melakukan pencairan dana melebihi BMPK
bagi pihak terkait. Pembelian kredit kepada pihak terkait maksimum 10% dari
modal bank yaitu Rp150.000.000.000 x 10% = Rp 15.000.000.000, dengan
demikian sampai dengan tanggal 15 Mei 2017, Bank Permata Hati telah
melanggar BMPK sebagai berikut :

Pencairan tahap 1 pada tanggal 15 Januari 2017 = Rp 6.000.000.000

Pencairan tahap 2 pada tanggal 15 Maret 2017 = Rp 6.000.000.000

Pencairan tahap 3 pada tanggal 15 Mei = Rp 6.000.000.000

Total dana yang telah dicairkan Umar Bakri = Rp 18.000.000.000

BMPK pihak terkait 10% dari modal bank = Rp 15.000.000.000

Pelanggaran BMPK pihak terkait = Rp 3.000.000.000

Pelanggaran BMPK dalam % =((18 miliar / 150 miliar) x 100%) -10% = 2%

Pelaporan untuk kasus ini adalah seperti tampak pada table berikut ini :

12
LAPORAN PELANGGARAN BMPK PIHAK TERKAIT

PT BANK PERMATA HATI

PER 31 MEI 2017

No Nama Hubungan Pada Saat Pemberian/Realisasi Penyediaan Dana Kualita Keteranga


. Peminja Keterkaita s n
m n Dengan Tangg Penyediaan Dana Kur Modal KPMM Pelanggaran BMPK
Bank al Dalam s
Rupiah Vala Rupiah %
s
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10 (11) (12)
)
1 Umar Pemilik 15/5 18.000.000.0 - - 150.000.000.0 3.000.000.0 2 L
Bakri 40% 2017 00 00 00
saham

Anggota Dewan Komisaris Anggota Direksi Pejabat Bank

……………………………. …………………………… ..………………………….


Nama Nama Nama

Keterangan kolom :

1. Kolom (3) diisi berdasarkan ketentuan yang berlaku.


2. Kolom (6) diisi dengan nilai rupiah dari penyediaan dana berdasarkan kurs
tanggal realisasi terakhir yang dilakukan oleh salah satu anggota pihak terkait.
3. Kolom (7) diisi dengan kurs tanggal saat pemberian/realilasi terakhir
penyediaan dana.
4. Kolom (8) diisi modal KPMM pada akhir bulan laporan sebelumnya dari
realilasi terakhir penyediaan dana yang bersangkutan.
5. Kolom (9) diisi dengan hasil perhitungan: (kolom (5) +kolom (6)- (10% x
kolom (81))
6. Kolom (10) diisi dengan hasil perhitungan: (kolom (9)/kolom (8) x 100%)
7. Kolom (11) diisi dengan kualitas penyediaan dana (L, DPK, KL, D, M) sesuai
dengan SK. Dir. BI No. 31/148/KEP/DIR tanggal 12 November 1998.
8. Kolom (12) diisi antara lain dengan nomor dan tanggal surat action plan.

13
Kasus B. Laporan Pelampuan BMPK

Bank Permata Hati memiliki modal Rp150.000.000.000 telah memberikan


komitmen untuk memenuhi permintaan kredit PT. Duta Usaha sebesar
Rp40.000.000.000 dengan angka waktu 1 tahun. Akad kredit ditandatangani tgl
10 Januari 2017. Permasalahan timbul pada bulan Januari 2017 debitur yang
bersangkutan telah melakukan penarikan seluruh plafond yang diberikan,
sedangkan modal bank untuk posisi akhir Mei 2017 ternyata menurun menjadi
Rp140.000.000.000.

Bagaimana posisi BMPK dan pelaporannya per 31 Mei 2017. Pembahasannya


berikut :

PT. Duta Usaha adalah pihak tidak terkait dengan bank. Dalam hal ini BMPK
untuk pihak tidak terkait dengan bank sampai dengan 31 Desember 2016 adalah
30% dari modal bank. Kemudian pada akhir Mei 2017 ternyata terjadi penurunan
modal bank yang menyebabkan pemberian kredit kepada PT. Duta Usaha
mengalami pelampuan BMPK. Laporan untuk peristiwa ini adalah sebagai
berikut:

PT. Bank Pemata Hati


Laporan Pelampuan BMPK Pihak tidak Terkait
Per 31 Mei 2017

Pada Tanggal Laporan


Nama
No Penyediaan Dana Dalam Pelampauan BMPK Keterangan
Peminjam Kurs
Rupiah valas Rupiah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

PT.Duta
1 Usaha 40.000.000.000 - - 2.000.000.000 1,43 -

Mengetahui,
Ttd, Ttd. Ttd.
Anggota Dewan Komisaris Anggota Direksi Pejabat Bank
……………………………. …………………………………. ………………
Nama Nama Nama

14
Keterangan Kolom :
1. Kolom (6) diisi dengan hasil perhitungan (kolom (3) + kolom (4) - (30%
x Modal pada tanggal laporan).
2. Kolom (7) diisi dengan hasil perhitungan (kolom (6) : Modal pada
tanggal laporan) x 100%
3. Kolom (8) diisi antara lain dengan nomor dan tanggal surat action plan.

2.8 Action Plan Dan Pelaksanaannya


Bila bank melakukan pelanggaran BMPK atau pelampauan BMPK, maka bank
wajib memberikan menyusun action plan. Action plan ini memuat upaya-upaya
untuk menyelesaikan pelanggaran dan pelampauan BMPK dengan target
waktu penyelesaiannya. Target waktu penyelesaian pelanggaran BMPK dalam
waktu satu bulan, sedangkan pelampauan BMPK diselesaikan dalam waktu
sembilan bulan. Action plan ini wajib mendapat persetujuan Bank Indonesia.
Setelah memberikan laporan action plan, bank juga wajib memberikan laporan
pelaksanaannya.

15
BAB III

KESIMPULAN

1. BMPK merupakan batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan


untuk dilakukan oleh bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam
tertentu. Penyediaan dana adalah penyediaan fasilitas kredit, surat berharga,
penempatan antar bank, penyertaan, dan transaksi reening administratif.
2. Cakupan dan dasar perhitungan BMPK meliputi : kredit yang diberikan,
surat berharga, penempatan pada bank lain, penyertaan, transaksi rekening
administrative.
3. Pos-pos pengecualian dalam perhitungan BMPK :
a. Penanaman dana pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan surat hutang
pemerintah Indonesia.
b. Penanaman dana yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah
Indonesia atau dijamin oleh Bank Indonesia
c. Penyediaan dana yang dijamin oleh cash collateral
d. Penempatan dana antar bank yang dijamin oleh pemerintah
e. Pengambilalihan (negosiasi) wesel ekspor berjangka
4. Penentuan batas maksimum pemberian kredit ini diberikan kepada pihak
terkait dan pihak tidak terkait
5. Formulasi atau rumus mengenai pelampuan BMPK dan Pelanggaran BMPK
6. Pelaporan akuntansi pelanggaran BMPK
7. Action plan dan pelaksanaannya

16
DAFTAR PUSTAKA

Taswan. (2017). AKUNTANSI PERBANKAN Transakasi dalam Valuta Rupiah.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

17

Anda mungkin juga menyukai