MANAJEMEN PIUTANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan
DOSEN PENGAMPU :
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur untuk Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemampuan,
kekuatan serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Manajemen Piutang” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapatkan tantangan dan hambatan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Nor Hikmah, M.SA., AK.,
CA selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan atas bimbingan, pengarahan,
dan kemudahan yang telah diberikan kepada kami dalam pengerjaan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Akuntansi manajemen. Kami
menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka
dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Manajemen piutang merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam mengelola
keuangan suatu perusahaan. Dalam era bisnis yang terus berkembang dan kompetitif,
kemampuan perusahaan untuk mengelola piutangnya secara efektif memiliki dampak besar
pada likuiditas, profitabilitas, dan keberlanjutan operasionalnya. Makalah ini akan mengulas
secara mendalam beberapa aspek kunci dalam manajemen piutang, yaitu manajemen kredit,
standar kredit, dan pengukuran risiko kredit.
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai
batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antara lain:
1. Manajemen Kredit
2. Standar Kredit
3. Pengukuran Resiko Kredit
Dari beberapa rumusan masalah yang didapat terdapat beberapa tujuan yang dicapai yaitu:
1. Memahami konsep Manajemen Kredit
2. Mengatahui konsep Standar Kredit
3. Mengetahui konsep Pengukuran Resiko Kredit
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Dalam kegiatan sehari-hari, kita sudah mengenal kata kredit, mulai dari kredit barang
pecah belah yang dijajakan oleh tukang kredit dari rumah ke rumah atau kredit bentuk uang
yang diberikan oleh lembaga keuangan lainnya. Dalam skala lebih luas lagi kita juga mengenal
kredit yang diberikan oleh perusahaan Leasing dan Perbankan. Kemudian kita juga sudah
mengenal setiap terjadi transaksi kredit selalu berkaitan dengan angsuran atau cicilan dengan
disertai jangka waktu dan jumlah cicilan yang harus dibayar. Para pengambil kredit juga sudah
paham bahwa dalam cicilan kredit sudah mengandung pokok pinjaman dan bunga yang harus
dibayar. Istilah yang digunakan kepada para pengambil kredit adalah dengan sebutan debitur
dan pihak pemberi kredit (bank) kita sebut kreditur atau dengan arti lain debitur adalah
penerima dana sedangkan kreditur adalah penyedia dana.
Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah kredit. Bahkan,
kegiatan bank sebagai lembaga keuangan, pemberian kredit merupakan kegiatan utamanya.
Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak
mampu menyalurkan kredit, sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak, akan
menyebabkan bank tersebut rugi. Oleh karena itu, pengelolaan kredit harus dilakukan dengan
sebaik-baiknya mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur
pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai pada pengendalian kredit yang macet.
Kegiatan pengelolaan kredit kita kenal istilah manajemen kredit.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pengertian manajemen kredit adalah
bagaimana mengelola pemberian kredit mulai dari kredit tersebut diberikan sampai dengan
kredit tersebut lunas. Agar pengelolaan kredit dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, kita
terlebih dahulu harus mengenal segala sesuatu yang berhubungan kredit. Perbedaan kredit yang
diberikan oleh lembaga keuangan lainnya dengan kredit yang diberikan oleh bank terletak
dalam bidang pengelolaan kreditnya.
2
2.2 Standar Kredit
Produk yang dijual kepada pembeli baik dalam bentuk barang atau jasa memiliki risiko
yang bagi perusahaan diantaranya keterlambatan pembayaran hingga ketidakmampuan
pembeli/debitur untuk membayar. Untuk mengatasi risiko tersebut, perusahaan dapat
melakukan analisis kredit untuk menentukan siapa yang diizinkan utuk melakukan pembelian
kredit yang bertujuan untuk mengukur kemampuan calon pembeli dalam melunasi
pembeliannya. Analisis kredit yang dapat dilakukan adalah analisis "the five C's Of Credit"
yaitu sebagai berikut:
a. Character
b. Capacity
Merupakan suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan untuk melunasi
kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya yang akan dibiayai oleh
bank.
c. Capital
Adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahan yang dikelolanya. Hal tersebut
dapat dilihat dari neraca, laporan laba rugi, struktur modal serta ratio- ratio keuntungan
yang diperoleh.
d. Condition Of Economic
Dalam memberikan kredit kepada debitur, juga perlu diketahui kondisi ekonomi yang
dikaitkan dengan prospek usaha calon debitur. Terdapat usaha yang sangat tergantung dari
kondisi perekonomian, oleh kare itu perlu mengaitkan kondisi ekonomi dengan usaha calon
debitur.
e. Collateral
Adalah jaminan calon debitur kepada bank, jaminan tersebut dapat disita apabila debitur
tidak melakukan pembayaran terhadap kewajibanya.
3
Selain menggunakan analisis "the five C's Of Credit" untuk menilai apakah seseorang
diizinkan melakukan pembelian kredit, bisa juga menggunakan suatu sistem yang bernama
Credit Scoring System.
Credit Scoring System adalah cara perusahaan untuk menilai kualitas kredit calon debitur.
Biasanya perusahaan menggunakan Multiple Discriminant Analysis (MDA) untuk menilai
kualitas kredit seorang calon debitur. Ini mirip dengan analisis regresi ganda, di mana
probabilitas default pelanggan adalah variabel yang diukur. Faktor-faktor seperti kepemilikan
rumah, lamanya bekerja, rasio hutang terhadap pendapatan, dan riwayat pembayaran hutang
digunakan sebagai variabel independen.
Rumus MDA yang digunakan untuk menghitung skor kredit adalah sebagai berikut:
𝑆𝑘𝑜𝑟 = 3.5 (𝑇𝐼𝐸) + 10.0 (𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜) − 25.0(𝐷𝑒𝑏𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠) + 1.3 (𝑌𝑒𝑎𝑟𝑠 𝑖𝑛 𝑏𝑢𝑠𝑖𝑛𝑛𝑒𝑠)
Jika skornya berada di dibawah 40 maka itu diindikasikan sebagai risiko kredit yang buruk,
40 sampai 50 diindikasikan sebagai risiko kredit rata-rata, dan diatas 50 diindikasikan sebagai
risiko kredit yang baik.
Sebagai contoh, mari kita hitung skor kredit untuk sebuah perusahaan dengan kondisi-
kondisi berikut:
Menggunakan rumus MDA di atas, kita dapat menghitung skor kredit perusahaan tersebut:
Skor = 66.2
Dalam kasus ini, skor kredit perusahaan tersebut adalah 66.2. Karena skor ini melebihi 50,
perusahaan tersebut dianggap sebagai risiko kredit yang baik, dan oleh karena itu, mereka akan
ditawari persyaratan kredit yang menguntungkan.
4
2.3 Pengukuran Resiko Kredit
a. Definisi Resiko
Kata risiko berasal dari bahasa inggris “risk”, yang dapat didefinisikan sebagai
kemungkinan buruk yang yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung
atau kejadian yang akan datang.
Risiko Kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian yang terkait dengan kemungkinan
kegagalan debitur memenuhi kewajibannya atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali
utangnya.
Risiko kredit (credit risk) didefinisikan sebagai risiko kerugian yang terkait dengan
kemungkinan kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya; atau risiko bahwa debitur
tidak membayar kembali utangnya. Definisi ini dapat diperluas yaitu bahwa risiko kredit
adalah risiko yang timbul dikarenakan kualitas kredit semakin menurun. Memang penurunan
kualitas kredit dimaksud belum tentu berimplikasi pada terjadinya default, namun paling tidak
kemungkinan terjadinya default akan semakin besar.
Risiko kredit dapat timbul dikarenakan telah terjadinya risiko pasar terlebih dahulu.
Sebagai contoh, nilai kredit nasabah menjadi sangat besar, dikarenakan kredit diberikan dalam
dominasi valas dan nilai tukar Rupiah melemah.
5
Hal-hal yg termasuk Risiko Kredit
Lending Risk, yaitu risiko akibat nasabah/debitur tidak mampu melunasi fasilitas yang telah
diberikan oleh bank, baik berupa fasilitas kredit langsung maupun tidak langsung (cash loan
maupun non cash loan)
Counterparty Risk, risiko dimana counterpart tidak bisa melunasi kewajibannya ke bank
baik sebelum tanggal kesepakatan maupun pada saat tanggal kesepakatan
Issuer Risk, risiko dimana penerbit suatu surat berharga tidak bisa melunasi kepada bank
sejumlah nilai surat berharga yang dimiliki bank.
6
➢ Monitoring arus kas
Sebagian bank yang mengalami tingkat default yang tinggi menemukan bahwa
tindakan segera terhadap situasi kredit yang memburuk dapat mengurangi
permasalahan secara signifikan.
➢ Manajemen pemulihan
Manajemen yang efisien terhadap suatu kredit yang mengalami default dapat
menghasilkan pemulihan (recovery) yang cukup besar dibandingkan tingkat kerugian
semula. Oleh karena itu, sebagian bank menciptakan unit kerja yang secara khusus
ditugasi untuk menangani pemulihan kredit macet sebagai bagian dari proses
manajemen risiko kredit yang berkualitas tinggi.
7
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen kredit memegang peranan penting dalam mengelola pinjaman dan risikonya.
Analisis 5C kredit dan sistem penilaian kredit adalah alat penting dalam menilai peminjam
potensial. Risiko kredit melibatkan potensi kerugian akibat ketidakmampuan peminjam untuk
membayar kembali utang mereka. Untuk mengelola risiko kredit, organisasi menggunakan
berbagai metode seperti diversifikasi, pemantauan, dan penggunaan jaminan. Teknologi juga
memainkan peran penting dalam manajemen kredit modern. Keseluruhannya, manajemen
kredit adalah kunci untuk menjaga kesehatan keuangan dan menghindari risiko yang tidak
diinginkan.
8
DAFTAR PUSTAKA
V. Wiratna Sujarweni (2002). Manajemen Keuangan Teori, Aplikasi dan Hasil Penelitian.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press