Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

”MANAJEMEN PIUTANG”

DOSEN PENGAMPU : BAIQ ARI YUSRINI M.M

DISUSUN OLEH KEL.4

LIYEN YESILIA (210502034)

RINA SISTERLAND (210502059)

NUR IMANIAH (210502050)

MASRIAT ARYANI (210502041)

PS 3B

PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-
Nya sehingga makalah berjudul ”MANAJEMEN PIUTANG” dapat selesai. Makalah ini
dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan dari Ibu Dosen Bai
Ari Yusrini M.M. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada
pembaca tentang ”MANAJEMEN PIUTANG”

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dosen Baiq Ari Yusrini M.M selaku
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Mataram, 18 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………………………………………………………………. 1
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………………………….. 4
1.2 Rumusan Masalah………...……………………………………………………………… 4
1.3 Tujuan Masalah….…………………...…..………………………………………………. 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan Pengumpulan Piutang Dan Kredit…………………………………….………6
2.2 Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Terhadap Piutang………………7

2.3 Penilaian Resiko Kredit Dan Penyaringan Pelanggan…………………………………….9


2.4 Perputaran Piutang Dan Anggaran Pengumpulan Piutang……………………………….11
2.5 Analisis Kebijakan Investasi Terhadap Piutang …………………………………………13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………18

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………...19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap pemimpin perusahaan selalu menginginkan penjualan barang dagangannya


dibayar secara tunai. Namun, di lain pihak, penjualan secara kredit  justru akan memberi
peluang untuk perluasan pasar sehingga dapat menambah laba usaha, meski hal ini juga
bukan tanpa resiko. Biasanya keberhasilan suatu perusahaan dilihat dari segi
financialnya, yaitu seberapa besar laba yang diperoleh dari hasil usahanya. Sehingga
setiap perusahaan berlomba-lomba menaikan besaran profit yang didapatnya. Namun
untuk mencapai tujuan yang diinginkan, suatu perusahaan harus mengoptimalkan segala
kegitan dalam perusahaan tersebut, baik itu produksi, pemasaran maupun penjualannya.
Masalah yang umum dihadapi perusahaan ialah penagihan piutang yang telah jatuh
tempo tidak selalu dapat diselesikan seluruhnya. Jika keadaan itu terus berlangsung
dalam jangka waktu yang lama maka modal perusahaaan akan semakin kecil. Dengan
begitu penagihan piutang perlu  mendapat perhatian dan penanganan serius agar resiko
yang mungkin timbul dapat dihindari sekecil mungkin. Dalam hal ini, pimpinan
seharusnya juga turut aktif mengelola penagihan piutang  agar tidak sampai menghambat
operasi  atau kegiatan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kebijakan pengumpulan piutang dan kredit ?

2. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi terhadap piutang ?

3. Apa saja penilaian resiko kredit dan penyaringan pelanggan ?

4. Bagaimana perputaran piutang dan anggaran pengumpulan piutang ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui kebijakan pengumpulan piutang dan kredit

4
2. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi terhadap piutang

3. Untuk mengetahui penilaian resiko kredit dan penyaringan pelanggan

4. Untuk mengetahui perputaran piutang dan anggaran pengumpulan piutang

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1        Kebijakan Pengumpulan Piutang dan Kredit

Kebijakan penetapan kredit mencakup keputusan untuk menetapkan standar


kredit, syarat kredit, dan kebijakan penagihan.

a.      Standar Kredit

Standar kredit berguna untuk mengungkapkan kemampuan keuangan minimum


pelanggan sehingga dapat ditetapkan pelanggan yang tergolong layak memperoleh kredit.
Dengan demikian, perusahaan dapat meramalkan siapa pelanggan yang akan terlambat dalam
membayar kewajibannya dan siapa pelanggan yang mungkin akan mengakibatkan kerugian
piutang (piutang yang tak tertagih).

Lima aspek (5 C) yang biasanya dijadikan dasar untuk menetapkan kelayakan kredit meliputi
hal berikut:

Character, kemungkinan dari para pelanggan secara jujur berusaha memenuhi


kewajibannya. Sejauh mana reputasi pelanggan dapat dipercaya, yang dapat dinilai dari
catatan masa lalu atau informasi dari berbagai pihak yang patut diperhatikan

Capacity, pendapat subjektif mengenai kemampuan pelanggan. Ini diukur dari record tahun
sebelumnya, atau dengan observasi fisik pada pabrik dan tokopelanggan.

Capital, diukur oleh posisi finansial perusahaan secara umum, dimana hal ini ditunjukkan
dengan analisis rasio finansial. Rasio utang terhadap ekuitas dan rasio profitabilitas sering
digunakan mengukur aspek kapital ini.

Collateral, cerminan dari aktiva yang dijaminkan bagi keamanan kredit.

Conditions, menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada umumnya terhadap


perusahaan atau perkembangan khusus dalam bidang ekonomi yang mempengaruhi efek
terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajibannya.

6
b.      Syarat Kredit

Syarat Kredit (Credit Term) mencakup dua hal, yakni: 1. Periode kredit (kapan
penagihan dimulai serta berapa lama batas waktu penagihan), dan 2. Berapa besar diskon
yang akan diberikan kepada pelanggan yang membayar pada periode diskon.

c.       Kebijakan Penagihan

Kebijakan penagihan (collection policy) adalah prosedur yang meliputi waktu dan cara-
cara penagihan agar pelanggan membayar tepat waktu. Misalnya, perusahaan akan
melakukan langkah-langkah penagihan: 1. Menegur via telepon kepada pelanggan yang
belum membayar pada satu hari setelah batas akhir penagihan. 2. Menegur via surat kepada
pelanggan yang belum membayar sesudah tujuh hari dari batas akhir penagihan. 3.
Menyerahkan tugas penagihan kepada penagih utang (debt collector) dari luar perusahaan
bagi perusahaan yang belum membayar pada satu bulan setelah batas akhir penagihan.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Terhadap Piutang

Sudah menjadi suatu kelaziman di dalam dunia usaha bahwa untuk memperlancar operasi
dan perkembangan perusahaan dilakukan transaksi penjualan secara kredit sehingga
pemberian piutang adalah jug a demi memenuhi keinginan para pelanggan.
Menurut Bambang Riyanto, faktor yang dapat memengaruhi piutang adalah:
a.    Volume Penjualan Kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari total penjualan maka jumlah investasi
dalam piutang juga demikian. Artinya, perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih
besar dalam piutang, dan meski berisiko semakin besar, profitabilitasnya juga akan
meningkat.

b.    Syarat Pembayaran Penjualan Kredit


Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila
perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat, artinya, keselamatan kredit lebih
diutamakan daripada profitabilitas. Syarat pembayaran yang ketat antara lain tampak dari
batas waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga atau denda yang berat untuk
pembayaran piutang yang terlambat.

7
Umumnya, syarat pembayaran penjualan kredit dinyatakan dengan term tertetu,
misalnya 2/10 net 30. Ini berarti bahwa apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10
harisesudah waktu penyerahan barang, si pembeli akan mendapatkan potongan tunai sebesar
2% dari harga penjualan, dan pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30
hari sesudah waktu penyerahan barang. Jadi, batas waktu pembayaran adalah 30 hari.
Semakin panjang waktu pembayarannya, semakin besar jumlah investasi dalam piutang
.
c.    Ketentuan tentang pembatasan Kredit
Dalam penjualan secara kredit, perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau
plafon bagi kredit yang diberikan kepada para pelanggan. Makin tinggi plafon yang diberikan
kepada para pelanggan, makin besar pula dana yang diinvestasikan ke dalam piutang. Selain
itu, penentuan kriteria pihak yang akan diberi kredit juga dapat memperkecil jumlah investasi
dalam piutang. Dengan demikian, pembatasan kredit disini dapat bersifat kuantitatif maupun
kualitatif
.
d.   Kebijakan dalam Penagihan Piutang
Kebijakan dalam menagih piutang, secara aktif maupun pasif, dapat dilakukan oleh
perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang akan
mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas ini, namun dapat
memperkecil risiko tidak tertagihnya piutang.
Perusahaan juga berharap agar pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat waktu.
Kebijakan ini ditempuh dengan cara :
1.    Memungut secara langsung
2.    Memberi peringatan dengan mengirim surat kepada pelanggan

e.    Kebiasaan Pembayaran Pelanggan


Sebagian pelanggan mempunyai kebiasaan membayar dengan menggunakan
kesempatan mendapatkan cash discount, sedangkan sebagian lagi tidak demikian.
Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada penilaian mereka terhadap kedua
alternatif tersebut untuk mencari yang terbaik dan yang paling menguntungkan.
Apabila perusahaan telah menetapkan syarat pembayaran 2/10 net 30, para pelanggan
dihadapkan pada 2 alternatif, yaitu akan membayar pada hari ke-30 atau hari ke-10 sesudah
barang diterima. Alternatif pertama, yaitu membayar pada hari ke-30, berarti bahwa mereka

8
membayar harga sepenuhnya sesuai kredit penjual. Alternatif kedua, yaitu membayar pada
hari ke-10, berarti mendapatkan cash discount sebesar 2%.
Pada umumnya, para pelanggan lebih menyukai pembayaran pada hari ke-10 karena
mendapat cash discount, dengan meminjam uang dari bank yang biasanya memiliki tingkat
suku bunga lebih rendah daripada tingkat suku bunga kredit penjual.
Kebiasaan pelanggan untuk membayar dalam cash discountperiode atau sesudahnya
akan berefek terhadap besarnya investasi dalam piutang. Apabila sebagian besar pelanggan
membayar dalam masa discount, maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat
bebas. Artinya, investasi dalam piutang semakin kecil.

2.3.      Penilaian Risiko Kredit dan Penyaringan Pelanggan


Untuk menilai risiko kredit, pimpinan harus mempertimbangkan faktor-faktor tertentu.
Umumnya, perusahaan menilai resiko kredit atas dasar kriteria 5 C (The five C’s of Credit)
sebagai berikut:
1.    Character
Character adalah penilaian yang menyangkut kejujuran. Informasi mengenai integritas
pelanggan sangat penting dalam proses penilaian karena setiap transaksi kredit mengandung
faktor kesanggupan untuk membayar.
2.    Capacity
Hal ini berkaitan dengan kemampuan pelanggan yang ditunjukkan dari kesuksesan dalam
mengelola perusahaannya. Pemberi kredit bisa mengetahuinya dengan melihat profit record
perusahaan pelanggan.
3.    Capital
Capital berhubungan dengan penilaian sumber-sumber keuangan perusahaan pelanggan yang
terutama dapat ditunjukkan dari neracanya.
4.    Collateral
Collateral berhubungan dengan aktiva perusahaan pelanggan sebagai jaminan keamanan
kredit yang diberikan kepadanya.
5.    Condition
Condition berhubungan dengan penilaian kemungkinan untuk mengadakan pembatasan atau
ketentuan perpanjangan kredit dalam perkiraan yang dirasa meragukan.

Pencegahan resiko kredit dapat pula dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.    Mencari informasi tentang mental/kepribadian

9
Untuk mendapatkan informasi ini perlu diketahui bagaimana penilaian masyarakat terhadap
pelanggan yang bersangkutan mengenai bonafiditas dan karakter pelanggan tersebut. Jadi,
penilaian diperoleh berdasarkan pandangan masyarakat serta pengalaman yang telah ada.

2.    Mencari informasi tentang kemampuan keuangan


Informasi kemampuan keuangan diperoleh melalui laporan dalam bentuk neraca, laporan rugi
laba serta laporan lainnya yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan dan hasil yang
telah dicapai.

3.    Mencari informasi tentang jalannya perusahaan


Informasi ini menyangkut posisi keuangan perusahaan pelanggan di masa mendatang karena
ada kemungkinan bahwa pada saat diberikan piutang, posisi keuangan pelanggan
menunjukkan keadaan yang menguntungkan, sedangkan untuk masa yang akan datang dapat
berubah menjadi tidak menguntungkan. Jadi, perlu diselidiki apakah posisi keuangan
perusahaan sekarang ini dapat dipertahankan untuk masa mendatang.

4.    Menetapkan kebijakan setahap demi setahap


Demi jalan ini, perusahaan akan mampu memberikan penilaian yang lebih valid dalam
mengambil keputusan untuk pemberian piutang, dihentikan, terus diberikan tetapi dalam
jumlah kecil atau malah memperbesar jumlah piutang yang diberikan kepada pelanggan
tertentu.

5.    Membatasi jumlah piutang


Kesalahan dalam menentukan keempat hal yang tersebut di atas masih tetap mungkin terjadi
karena perusahaan kurang mampu menganalisisnya lebih jauh lagi. Apalagi, hal tersebut
berhubungan dengan apa yang terjadi di masa depan sehingga sangat sulit diramalkan.
Misalnya, suatu pelanggan diberikan piutang dengan jumlah yang kecil dan ia mau
membayar sesuai dengan janjinya. Tetapi, ketika jumlah piutang sudah mencapai
keinginannya, ia pun tak mau lagi membayar. Untuk mengurangi risiko akibat kasus seperti
ini maka ada baiknya tetap membatasi jumlah piutang yang diberikan kepada pelanggan.

10
6.    Meminta barang jaminan
Barang jaminan, baik berupa barang ataupun Bank Garantie, akan lebih menjamin piutang
yang diberikan. Namun, perlu dipertimbangkan juga biaya penyimpanan barang jaminan
tersebut dan praktiknya tidak selalu mudah dilakukan.

7.    Seleksi terhadap Verkooper atau agen


Ada kalanya kemacetan penagihan piutang bukan pada pihak pelanggan akan tetapi pada
pihak perusahaan itu sendiri, umpamanya akibat penyelewengan yang dilakukan pegawai
perusahaan sehingga penagihan tidak tepat pada waktunya.

Langkah-langkah Penyaringan Para Pelanggan:


1.    Penentuan Besarnya risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan.
2.    Penyelidikan tentang kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.
3.    Mengadakan klasifikasi dari para langganan berdasarkan risiko pembayaran.
4.    Mengadakan seleksi dari para langganan.

2.4.       Perputaran Piutang dan Anggaran pengumpulan piutang


Piutang sebagai bagian dari modal kerja, maka keadaannya akan selalu berputar dalam arti
piutang itu akan tertagih pada saat tertentu, akan timbul lagi akibat penjualan kredit dan
seterusnya
Periode perputaran piutang tergantung dari panjang pendeknya ketentuan waktu yang
dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit, sehingga semakin lama syarat pembayaran
kredit berarti semakin lama terikatnya modal kerja tersebut dalam piutang dan berarti makin
kecil tingkat perputaran piutang dalam satu periode dan sebaliknya semakin pendek syarat
pembayaran kredit berarti semakin pendek terikatnya modal kerja dalam piutang sehingga
tingkat perputaran piutang dalam satu periode semakin besar.

Tingkat perputaran piutang (receivable turn over) dapat dihitung :


Penjualan neto kredit
Rata-rata piutang
Rata-rata piutang

11
Penjualan neto kredit artinya semua penjualan kredit sesudah dikurangi dengan potongan-
potongan.
Rata-rata piutang dapat dihitung dari piutang awal tahun ditambah piutang akhir dibagi dua.
Sehingga hari rata-rata pengumpulan piutang =
360 hari (dalam 1 tahun) = ........... hari
Tingkat perputaran piutang

2007
PT. GOJIGO
Penjualan Kredit Bersih Rp 100.000.000
Piutang : Awal Tahun Rp 20.000.000
Piutang : Akhir Tahun Rp 30.000.000
Rata-rata Piutang = Rp 25.000.000 *
Perputaran Piutang =4*
Hari Rata-rata Pengumpulan Piutang = 90 *

Contoh Kasus
Kasus Metode Perputaran Piutang PT. GOJIGO

Penyelesaian
·        Rata-Rata Piutang = Piutang Awal Tahun + Piutang Akhir Tahun
2
= Rp 20.000.000 + Rp 30.000.000
2
= Rp 25.000.000

12
·       
Perputaran Piutang = Penjualan Kredit Bersih
Rata-rata Piutang
= Rp 100.000.000
Rp 25.000.000
= 4 Kali
·        Hari Rata-rata Pengumpulan Piutang = 360
Rata-rata Piutang
= 360
4
= 90 Hari

Jadi Rata-rata pengumpulan piutang adalah 90 Hari

2.5. Analisis Kebijakan investasi Terhadap Piutang

Sebelum suatu kredit diputuskan, maka terlebih dahulu perlu dianalisis


kelayakan kreditTersebut.Analisis kredit merupakan analisis yang digunakan untuk
menilai layak tidaknya Suatu kredit dikucurkan oleh lembaga keunganan seperti
bank.Tujuaunya jangan sampai yang Dibiayai nantinya tidak layak. Jika ini terjadi
maka kemungkinan besar bank akan menderita Kerugian besar karena ketidak
mampuan nasabah untuk mengembalikan pinjamannya. Tidak Hanya itu saja ketidak
mampuan membayar biaya ansuran kedit, bagi nasabah juga akan terkena dampak dari
beban yang harus dibayar yang justru dapat mengancam kelangsungann hidup
perusahaan lebih lanjut. Dengan demikian resiko kewajiban dan profitibilitas nasabah
menjadi fokus dalam analisis tersebut.Analisis kredit dapat dilakukan dengan berbagai
metodhe analisis. Dalam praktiknya terdapat beberapa methode analisis yang dapat
digunakan untuk menentukan kelayakan suatu kredit, methode tersebutyaitu :

1. Penilaian Kredit (Credit Scoring)

Metode analisis nasabah dengan cara mengukur kemampua nasabah dengan


memberikan nialai (secore). Penilaian kredit merupakan cara yang mudah untuk

13
mengevaluasi kredit khususnya untuk kredit bagi sekelompok nasabah yang memiliki
ciri-ciri sama.

2.Methode 5 Of C

Character adalah sifat atau watak nasabah.Analisis ini untuk mengetahui sifat atau
watak seseorang nasabah pemohon kredit, apakah memiliki tanggung jawab terhadap
kredit yang diambilnya. Dari watak atau sifat ini akan terlihat kemampuan nasabah
untuk membayar dalam kondisi sesulit apapun. Namun sebaliknya jika nasabah tidak
memiliki sifat tangungjawab maka nasabah akan berusaha mengelak untuk membayar
dengan berbagai alasan. Watak atau sifat ini dapat dilihat dari nasabah melalui
pengamatan,pengalaman, riwayat hidup, maupun hasil wawancara
nasabah.Bagaimanapun baiknya suatu bidang usaha dan kondisi perusahaan, tanpa
didukung watak yang baik, tidak akan dapat memberikan keamanan bagi bank dalam
pembayaran atas segala kewajiban yanga ada. Beberapa hal yang harus diteliti didalam
analisis watak nasabah adalah riwayat hubungan dengan bank, antara lain :

1) Riwayat peminjaman.
2) Reputasi dalam bisnis dan keuangan.
3) Manajemen.
4) Legalitas usaha.

Capacity yaitu analisis yang digunakan untuk melihat kemampuan nasabah dalam
membayar kredit.Kemampuan ini dapat dilihat dari penghasilan peribadi untuk kredit
konsumtif dan melalui usaha yang dibiaya untuk kredit perdagangan atau
produktif.Kemampuan ini penting untuk dinilai agar bank tidak mengalami kerugian
untuk menilai kemampuan nasabah dapat dilihat dari dokumen yang dimiliki, hasil
konfirmasi dengan pihak yang memiliki wewenang mengeluarkan surat tertentu
misalnya penghasilan seseorang, hasil wawancara atau melalui perhitunga rasio
keuangan.

Capital yaitu menilai modal yang dimiliki oleh nasabah untuk membiayai kredit,yaitu
selisih antara aktiva dengan kewajiban yang ada. Hal ini penting karena bank tidak
akan membiayai kredit tersebut sepenuhnya. Artinya, harus ada modal dari
nasabah.Tujuannya jika nasabah juga memiliki modal yang ditanamkan dikegiatan
tersebut, maka nasabah juga akan merasa memiliki kegiatan tersebut, sehinggga
termotivasi untuk berkerja seungguh sungguh agar usaha tersebut berhasil dan mampu
membayar kewajiban kreditnya.

14
Pada dasarnya modal berasal dari investasi pemilik ditambah dengan hasil usaha
perusahaan. Oleh karena itu analisis modal ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam memikul beban pembiayaan yang dibutuhkan dan
kemampuan dalam menanggung beban resiko yang dialami.

Conditionondition yaitu kondisi umum saat ini dan yang akan datang tentunya.
Kondisi yang akan dinilai terutama kondisi ekonomi saat ini, apakah layak untuk
membiayai kredit untuk sektor tertentu. Misalnya, kondisi produksi tanaman tertentu
membeludak pasaranya (jenuh), maka sebaiknya kredit untuk sektor tersebut
dikurangi.Kondisi lainya hanya harus diperhaikan adalah kondisi dimana kondisi
lingkunagn sekitar, misalnya kondisi keamanan dan sosial masyarakat.

Colleteral merupakan jaminan yang akan diberikan nasabah kepada bank dalam rangka
pembiayaan kredit yang diajukannya. Jaminan ini digunakan sebagai alternatif terakhir
bagi bank untuk berjaga jaga jika terjadi kemacetan terhadap kredit yang dibiayai.
Colleteral atau jaminan menjadi menjadi penilaian terakhir karena yang paling penting
adalah penilaian yang disebutkan sebelumnya, apabila sudah layak maka jaminan
hanya merupakan tambahan saja, untuk berjaga jaga karena faktor faktor yang tidak
dapat dihindari yangmenyebabkan terjadinya kemacetan, misalnya bencana alam.

3.The Seven P’s of Credit

Personality, atau kepribadian merupakan penilaian yang digunakan untuk mengetahui


kepribadian si calon nasabah. Dalam menilai kepribadian yang dilakukan bank, hamr
sama dengan character atau sifat atau watak nasabah. Hanya saja personality lebih
ditekankan kepada orangnya, sedangkan dalam character termasuk kepada
keluarganya.

Purpose, atau tujuan mengambil kredit.Seperti diketahui sebelumnya bahwa tujuan


untuk mengambil kredit ada tiga yaitu untuk usaha yang produktif, atau untuk
digunakan sendiri (konsumtif), atau perdagangan.Penilaian dari ketiga tujuan ini
sedikit berbeda, oleh karena itu jangan sampai pemberian kredit yang dikucurkan oleh
bank disalahgunakan oleh nasabah.

Party, artinya dalam menyalurkan kredit, bank memilah-milah menjadi beberapa


golongan.Hal ini dilakukan agar bank lebih fokus untuk menangani kredit
tersebut,misalnya kredit untuk usaha kecil, menengah, atau besar.Atau dapat juga
dipilah berdasarkan wilayah, misalnya daerah pedesaan, perkotaan atau sektor usaha,
misalnya peternakan, industri, atau sektor lainnya.

15
Payment adalah cara pembayaran kredit oleh nasabah. Penilaian yang dilakukan untuk
menilai cara nasabah untuk membayar kredit, apakah daripenghasilan (gaji) atau dari
sumber objek yang dibiayai. Dari penilaian ini akan terlihat kemampuan nasabah
dalam membayar kredit

Prospect, yaitu untuk menilai harapan ke depan terutama terhadap objek kredit yang
dibiayai. Tentunya harapan yang diinginkan memberikan harapan yang baik atau
cerah. Usaha yang tidak mengandung prospek cerah sebaiknya ditunda karena akan
menyulitkan bank dan nasabah nantinya, misalnya usaha yang sudah memasuki titik
jenuh.

Profitability, artinya kredit yang dibiayai oleh bank akan memberikan keuntungan bagi
kedua belah pihak, baik bank ataupun nasabah. Jika tidak sebaiknya jangan diberikan.
Keuntungan bagi bank tentunya adalah berupa balas jasa yang diberikan nasabah dari
bunga atau bagi hasil. Sebaliknya bagi nasabah berkembangnya usaha yang dibiayai
yang ujung-ujungnya adalah keuntungan dan adanya tambahan modal baginya.

Protection, artinya perlindungan terhadap objek kredit yang dibiayai. Perlindungan


tidak sebatas jaminan fisik yang diberikan, akan tetapi lebih dari itu yaitu jaminan si
pengambil kredit seperti asuransi meninggal dunia dan jaminan perlindungan terhadap
jaminan fisik yang diberikan dari kehilangan, kerusakan, atau lainnya

16
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Piutang adalah sejumlah uang (tagihan), atas barang atau jasa yang timbul karena
adanya penjualan barang atau jasa secara kredit dalam jangka waktu satu tahun atau dalam
siklus normal perusahaan. Dalam rangka meningkatkan penjualan secara kredit, maka
perusahaan dagang perlu menetapkan kebijakan kredit (credit policy). Tujuannya agar
penjualan kredit yang diberikan akan memberikan keuntungan seperti yang diinginkan.
Penundaan atau keterlambatan pembayaran oleh debitur akan merugikan perusahaan
pemberi, apalagi debitur yang tidak mampu untuk mengembalikannya. Oleh karena itu,
dalam memberikan atau menjual barang secara angsuran ada beberapa kebijakan yang
harus dilakukan. Kebijakan kredit ini meliputi: Standar kredit, persyaratan kredit dan
kebijakan pengumpulan piutang.

Secara garis besar yang faktor mepengaruhi besarnya investasi terhadap piutang
antara lain: Volume penjualan kredit, syarat pembayaran penjualan kredit, ketentuan
tentang pembatasan kredit, kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang dan kebiasaan

17
membayar dari para langganan. Dengan adanya kebijakan piutang dapat menimbulkan
risiko-risiko yang mungkin terjadi, yaitu:

1) Risiko tidak dibayarkan seluruh tagihan piutang. Risiko ini terjadi apabila jumlah
risiko kerugian piutang tidak dapat direalisasikan.

2) Risiko tidak dibayarkan sebagian piutang. Hal ini akan mengurangi pendapatan
perusahaan, bahkan mengakibatkan kerugian apabila jumlah piutang yang diterima kurang
dari harga pokok barang yang dijual secara kredit

3) Risiko keterlambatan pelunasan kredit. Hal ini akan menimbulkan adanya


tambahan dana untuk biaya penagihan kepada peminjam.

4) Risiko tertanamnya modal dalam piutang. Risiko ini terjadi karena adanya tingkat
perputaran piutang yang rendah sehingga mengakibatkan jumlah modal kerja yang
tertanam dalam piutang semakin besar. Hal ini dapat pula mengakibatkan adanya modal
kerja yang tidak produktif.

Analisis kredit dapat dilakukan dengan berbagai metodhe analisis. Dalam praktiknya
terdapat beberapa methode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan kelayakan
suatu kredit yaitu dengan credit scoring, 5 C's of Credits, dan 7 P's of Credits.

18
DAFTAR PUSTAKA

Husnan, Suad. 1996. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka
Pendek). Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Manullang, M. 2005. Pengantar Manajemen Keuangan. Yogyakarta. Andi Offset.
Awat, Napa J. 1999. Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Gitosudarmo, Indriyo dan Basri. Manajemen Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Sartono Agus. 1996. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
http://manajemena2011.blogspot.co.id/2013/04/manajemen-
piutang.html#sthash.KXORhW9U.dpuf

http://sepnazyik.wordpress.com/makalah-pendidikan/manajemen-piutang/?
like=1&_wpnonce=5ce63ba138

http://www.downloadprovider.me/search/contoh%20kasus%20manajemen%20piutang.html?
aff.id=1087&aff.subid=1

19
20

Anda mungkin juga menyukai