MANAJEMEN KEUANGAN
“MANAJEMEN PIUTANG”
DISUSUN OLEH
Nama : Lutfiah
NIM : 21090252025
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa, makalah ini tidak akan selesai dengan lancar
dan tepat tanpa adanya bantuan , dorongan dan bimbingan dari dosen pengampuh mata kuliah “manajemen
keuangan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki maka penyusun
meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua didalam dunia
manajemen.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................................... 1
BAB II ......................................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................................... 3
PENUTUP .................................................................................................................................................................26
A. Kesimpulan .............................................................................................................................................26
B. Saran .......................................................................................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Piutang yang akan dibicarakan di sini adalah yang timbul karena adanya transaksi penjualan
secara kredit oleh perushaan kepada para langganannya. Untuk dapat mempertahankan
langganan-langganan yang sudah ada sekarang dan untuk menarik langganan-langganan yang baru,
perusahaan pada umumnya melakukan penjualan secara kredit. “Credit term” atau persyaratan-
persyaratan kredit mungkin berbedah dari satu jenis usaha ke jenis usha lainnya, tetapi untuk
perusahaan –perusahaan yang bergerak dalam jenis usaha yang sama biasanya memberikan atau
memperlakuakan para langganandengan persyaratan-persyaratan kredit yang sama atau tidak
terlalu jauh berbedah satu sama yang lain. Tetapi tentu saja dalam hal ini masih terdapat
pengecualian-pengecualian karena sering kali supplier memberikan persyaratan kredit yang lunak
kepada langganan-langganan tertentu baik dalam rangka membantu langganan tersebut maupun
untuk menariknya agar mau menjadi langganan tetap perusahaan.
Penjualan kredit yang pada akhirnya akan menimbulkan hak penagihan atau piutang pada
langganan, sangat erat hubungannya dengan persyaratan-persyaratan kredit yang diberikan.
Sekalipun pengumpulan piutang seringkalin tidak tepat waktu yang sudah ditetapkan, namun
sebagian besar dari piutang akan terkumpul dalam jangkan waktu yang sudah ditentukan, namun
sebagian besar dari piutang tersebut akan terkumpul dalam jangka waktu yang kurang dari satu
tahun. Dengan alasan itulah maka piutang dimasukkan sebagai salah satu komponen aktiva lancer
perusahaan.
Pos piutang dalam neraca biasanya mmerupakan bagian yang cukup besar dari aktiva
lancer dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini
dapat dimanage dengan cara yang efisien mungkin.
Dalam makalah ini akan dibicarakan tiga aspek penting dari piutang sehubungan dengan
jumlah uang yang tertanam dalam perkiraan tersebut. Aspek-aspek tersebut adalah: kebijakan
kredit, persyaratan-persyaratan kredit atau credit terms, dan kebijakan pengumpulan piutang.
Masimg-masing kebijakan tersebut akan dibicarakan secara terpisah dibawah ini.
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dirumuskanlah beberapa masalah dibawah ini :
1. Bagaimana cara pengelolaan manajemen piutang yang baik dan efisien pada perusahaan?
2. Bagaimana cara pengelolaan piutang yang efektif sehingga dapat meminimalisir kemungkinan
piutang tak tertagih?
3. Mengapa perusahaan perlu mengelola piutang dengan baik?
4. Mengapa kadang-kadang perusahaan menjual piutangnya
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Piutang
Sebelum membahas mengenai manajemen piutang secara menyeluruh, maka terlebih
dahulu perlu dijelaskan satu persatu menurut beberapa ahli ekonomi. Menurut Stoner (1996:8)
manajemen adalah “proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan,”
Sedangkan menurut Syamsudin dan Lukman (2000:75) pengertian piutang adalah
“pengertian piutang dalam arti luas bahwa piutang merupakan klaim kepada pihak lain apakah klaim
berupa uang, barang atau jasa.
Indriyo Gito Sudarmo (1998:69) memberikan definisi piutang sebagai berikut: “piutang
merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya
politik penjualan kredit”.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi diatas, dapat
diambil kesimpulan bahwa manajemen piutang adalah “suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam bentuk klaim kepada pihak lain, baik
terhadap perorangan, badan usaha maupun pihak tertagih lainnya atas aktiva atau kekayaan
perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya transaksi penjualan kredit dengan
pihak lain, penyelesaiannya dilakukan dengan penerimaan baik berupa uang, barang atau jasa
dengan menggunakan sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3
tetapi juga penerapan standar tersebut secara tepat dalam membuat keputusan-keputusan
kredit.
Sumber-sumber informasi dan analisa-analisa kredsit merupakan suatau hal yang
penting bagi keberhasilan menajemen perusahaan. Penerapan yang tepat dari kebijaksanaan
yang tepat tidak akan dapat memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan.
a. Standar Kredit
Standar kredit dari suatu perusahaan didefin isikan sebagai kriteria minimum
yang harua dipenuhi oleh seorang langganan sebelum dapat diberikan kredit. Hal-hal
seperti nama baik langganan sehubunga n dengan kredit atau pembayaran utang-utang
dagangnya baik kepada perusahaan sendiri maupun kepada perusahaan-perusahaan
lain, referensi-referensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran utang dagang dan
beberapa ratio finansial tertentu dari perusahaan langganan akan dapat memberikan
suatu dasar penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan atau melakukan penjualan
kredit.
Pembahasan dalam buku ini tidak akan dilakuakan secara individual terhadap
komponen-komponen standar kredit tersebut diatas tetapi akan ditekannkan pada ketat
tidaknya standar kredit secara keseluruhan.
Dengan mengetahui faktor-faktor utama yang harus dipertimbangkan bila mana
perusahaan bermaksud untuk mem perlunak ataupun memperketat standar kredit yang
diterapkan, akan dapat memberikan sesuatu gambaran tentang keputusan-keputusan
apa yang harus diambil oleh perusahaan sehubungan dengan “kepada siapa dan jumlah
berapa” kredit yang akan diberikan.
1) Biaya-biaya administrasi
Bila mana perusahaan memperlunank standar kredit yang diterapkan maka
berarti lebih bayak kredit yang diberikan dan tuga-tugas yang tidak dapat
dipisahkan dengan adanya pertambahaan penjualan kredit tersebut juga akan
4
semakin bertambah besar. Sebaliknya, apabila standar kredit diperketat maka
jumlah penjualan kredit yang diberikan akan semakin kecil dan tugas-tugas untuk
itu pun akan semakin sedikit. Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa
perlunakan stndar kredit yang lebih ketat akan mengurangi biaya-biaya
administrasi. Dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya, biaya-biaya ini tidak
akan diidentifikasi secara eksplisit tetapi dianggap sudah cukup termasuk dalam
biaya variable per unit.
5
langganan-langganan yang benar-benar memenuhi kriteria yang sudah
diterapkan saja dan dapat diterapkan untuk dapat membayar utang-utang mereka
lebih awal atau paling tepat pada waktu yang sudah ditentukan. Dari penjelasan
tersebut dapat dilihat bahwa dengan diperlunaknya standar kredit yang
diterapkan maka rata-rata piutang akan semakin meningkat, sedangkan
pengetatan standar kredit akan memperkecil rata-rata piutang.
4) Volume penjualan.
Perubahan standar kredit dapat diharapkan akan mengubah volume penjualan.
Bilaman standar kredit diperlunak maka diharapkan akan dapat meningkatkan
volume penjualan, sedangkan apabila sebaliknya yang terjadi dimana perusahaan
memperketat standar kredit yang diterapkan maka dapt diperkirakan bahwa
volume penjualan akan menurun. Pengaruh dari perubahan-perubahan dalam
volume penjualan atas keuntungan perusahaan tergantung pada pengaruhnya
atas biaya-biaya dan penghasilan yang diperoleh (costs and revenues). Pengaruh
dari pelunakan standar kredit atas keuntungan perusahaan serta perubahan-
perubahan yang ditimbulkannya. Bilamana standar kredit diperketat maka akibat
yang ditimbulkan adalah sebaliknya dari keadaan di atas
Pengaruh atas
Perubahan
keuntungan
Keterangan Naik (N) atau
Positif (+) atau
Turun (T)
Negative (-)
6
N +
Volume penjualan
Rata-rata pengumpulan piutang
N -
Kerugian piutang atau bad deb
expenses
N -
Contoh:
Perusahaan “Aman” menjual produk A seharga Rp 100,000 per unit. Semua
penjualan dilakukan secara kredit (penjualan bias saja dilakukan sebagian per kas dan
sebagian lagi secara kredit, tetapi untuk menyederhanakan perhitungan maka disini
semua penjualan dianggap dilakukan secara kredit).
Volume penjualan selama tahun 19x1 adalah sebesar 60.000 unit. Variabel cost
sebesar Rp 60,00 per unit dan biaya rata-rata per unit adalah Rp 80,00. Per erbedaan
antara biaya variabel dan biaya rata-rata per unit sebesar Rp 20,00, merupakan
kontribusi dari masing-masing unit terhadap biaya tetap perusahaan. Dengan
perkataan lain biaya tetap adalah sebesar Rp 1.200.000,00 (60.000 × Rp 20,00). Jadi
pada volume penjualan sebesar 60.000 keseluruhan biaya-biaya tetap perusahaan
telah tertutup. Dalam tahun yang akan datang perusahan “Aman” bermaksud untuk
memperlunak standar kredit yang diterapkan dengan harapan volume penjualan bisa
meningkat sebesar 15%. Sebagian akibat dari peningkatan volume penjualan tersebut
maka diperkirakan rata-rata pengumpulan piutang akanmeningkat dari 30 hari menjadi
45 hari. Dalam pembahasan kali ini bad debt expenses dan biaya administrasi dianggap
tidak terpengaruh oleh adanya perlunakan standar kredit tersebut. Return on
investment yang diisyratkan atau yang dapat diperoleh oleh perusahaan adalah sebesar
15%.
Dalam rangka menentukan apakah perusahaan “Aman” harus menerapkan
rencana perlunakan standar kredit tersebut maka harus ditentukan berapa jumlah
7
keuntungan yang dapt diperoleh dari adanya tambahan penjualan dan berapa jumlah
biaya atas investasi marginal dalam piutang.
Tabel 1.
Perhitungan Jumlah Tambahan Keuntungan Perusahaan “Aman” Karena Adanya
Peningkatan Volume Penjualan
Keadaan yang direncanakan:
Penjualan (69.000 × Rp 100,00) Rp 6.900.000,00
Dikurangi:
Biaya-biaya variabel (69.000 × Rp 60,00) Rp 4.140.000,00 -
Contribution margin Rp 2.760.000,00
Biaya-biaya tetap Rp 1.200.000,00 -
(1) Laba operasi Rp 1.560.000,00
Keadaan sebelum ada perubahan:
Penjualan (60.000 × Rp 100,00) Rp 6.000.000,00
Dikurangi:
Biaya-biaya variabel (60.000 × Rp 60,00) Rp 3.600.000,00 -
Contribution margin Rp 2.400.000,00
Biaya-biaya tetap Rp 1.200.000,00 -
(2) Laba operasi Rp 1.200.000,00
Tambahan keuntungan apabila rencana tersebut diterapkan
(1) – (2) Rp 360.000,00
8
d. Biaya Investasi marginal dalam Piutang
Biaya investasi marginal dalam piutang dapat ditentukan dengan jalan menghitung selisi
antra biaya (carrying costs) sebelum dan sesudah diadakan perubahan standar kredit.
Biaya-biaya tersebut dapat di hitung dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut
:
Atau
6.000.000
Tahun 19X1 = = Rp 500.000,00
12
6.900.000
Rencana = = Rp 862.500,00
8
9
karena itu perlu dihitung terlebih dahulu jumlah modal yang sudah di investasikan dalam
piutang tersebut. Salah satu cara untuk menentukan berapa jumlah modal yang telah
diinvestasikan dalam piutang perusahaan adalah dengan jalan menghitung berapa
persen dari harga jual yang merupakan biaya dari produk, dan kemudian prosentase
tersebut dikalikan dengan rata-rata jumlah piutanh. Untuk maksud tersebut maka
terlebih dahulu perlu dihitung rata-rata biaya per unit dengan jalan membagi total biaya
dengan unit yang dijual atau produksikan. Biaya per unit sebelum diadkan perubahan
stndar kredit adalah Rp 80,00, sedangkat biaya per unit setelah diadakan perubahan
standar kredit dapat ditentukan dengan jalan total biaya dengan jumlah unit yang dijual
( 69.000 ).
Dimuka sudah dikatakan bahwa 60.000 unit yang pertama sudah menyerap semua
biaya-biaya tetap perusahaan sehingga tambahan volumenpenjualan sebesar 9.000
unit hanya membutuhkan biaya-biaya yang bersifat variabel saja. Setelah diketahuinya
total biaya untuk penjualana yang direncankan maka dapat ditentukan biaya per unit
produk yaitu denga membagi total biaya tersebut dengan 69,000, jumlah unit yang
dijual. Biaya rata-rata per unit untuk penjualan yang direncanakan adalah sebesar Rp
77,40. Biaya per unit untuk penjualan yang direncanakan ini lebih rendah dari harga atau
biaya per unit sebelum diadakan perubahan, Rp 80,00 karena biaya-biaya tetap
perusahaan sekarang dialokasikan ke dalam lebih banyak produk.
80
Tahun 19X1 = = 0,8 atau 80%
100
77,40
Rencana = = 0,774 atau 77,40%
100
10
Rencana = 77,40% × Rp 862.500.000,00 = Rp 667.500,00
Perhitungan jumlah investasi rata-rata seperti diatas merupakan cara yang cukup
panjang sedangkan cara lain yang lebih sederhana dan singkat adalah dengan jalan
membagi total biaya dengan turnover atau tingkatan perputaran dari masing-masing
piutang :
Rp 4.800.000,00
Tahun 19X1 = = Rp 400.000,00
12
Rp 5.340.000,00
Rencana = = Rp 667.500,00
8
Investasi marginal menggambarkan jumlah tambahan rupiah yang akan terikat dalam
piutang apabila rencana perlunakan kredit tersebut diterapkan oleh perusahaan. Biaya
dari tambahan investasi sebesar Rp 267.500,00 dapat dicari dengan mengalikannya
dengan return on investment yang disyaratkan oleh perusahaan, yaitu sebesar 15%.
Dengan demikian biaya atas adanya tambahan investasi tersebut adalah sebesar Rp
40.125,00. Nilai sebesar Rp 40.125,00 ini dianggap sebagai biaya karena hal tersebut
menggambarkan jumlah maksimum yang dapat diperoleh apabila modal sebesar Rp
267.500,00 tersebut diinvestasikan dalam proyek lain.
11
investasi marginal dalam piutang. Bilamana keuntungan tambahan lebih besar maka
perlunakan standar kredit tersebut dapat dilaksanakan, dan apabila sebaliknya yang
terjadi maka tentu saja perusahaan tidak boleh mengubah standar kredit yang
diterapkan atau dengan perkataan lain perubahan tetap saja menjalankan stndar kredit
yang sudah selama ini sudah diterapkan. Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa
perusahaan “ Aman “ dapat memperoleh tambahan keuntungan sebesar Rp
360.000,00 dimana jumlah ini juga lebih besar dari biaya yang dibutuhkan dalam
investasi marginal, yaitu sebesar Rp 40.125,00. Keuntungan bersih yang diperoleh
dengan diterapkannya standar kredit yang direncanakan adalah sebesar Rp 318.875 (Rp
360.000,00 – Rp 40.125,00). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka rencan
perubahan standar kredit tersebut dapat diterapkan.
f. Analisa Kredit
Apabila perusahaan sudah menerapkan standar kredit yang akan diterpkan
maka harus dikembangkan suatu prosedur untuk menilai siapa atau langganan
langganan mana yang akan diberikan kredit. Disamping menentukan langganan yang
dapat diberikan kredit perusahaan biasanya menentukan sampai berapa banyak kredit
yang dapt diberikan kepada masing-masing langganan. Jumlah maksimum kredit yang
dapat diperoleh oleh langganan dalam suatu saat disebut dengan istilah “line of credit”.
Dua factor yang harus dilakukan perusahaan dalam mengadakan penilaian
terhadap calon langganan yang akan diberikan kredit adalah memperoleh informasi-
informasi tentang keadaan langganan, misalnya dengan jalan mengisi folmuli-folmulir
sehubungan dengan keadaan finansial perusahaan, informasi tentang pembekian kredit
yang pernah dilakukan ataupun referensi-refensi kredit. Bilaman perusahaan sudah
pernah melakukan penjualan kredit kepada langganan tersebut maka perusahaan akan
mempunyai inforemasi-informasi historis tetang pola pembayaran utang dagang dari
langganan tersebut. Faktor kedua yang harus dilakukan adalah menganalisa laporan
keungan dan buku besar utang untuk menentukan umur rata-rata utang dagang
perusahaan calon langganan selama ini. Hasil yang diperoleh kemudian dapat
dibandingkan dengan persyaratan kredit atau “credit term” yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Hal ini yang perlu dilakukan oleh perusahaan adalah meng “aging”
12
perkiraan utang dangang dari langganan untuk mendaptkan informasi yang lebih
mendalam tetang pola pembayaran yang dilakukan oleh langganan. Dengan meng
“aging” perkiraan utang berarti perusahaan akan membagi bagian-bagian utang sesuai
dengan umurnya masing-masing sehingga dapat diketahui berapa prosentase utang
yang sudah habis atau lewat wktunya. Bagi langganan-langganan yang membeli secara
kredit dalam jumlah yang cukup besar maka analisa atas ratio-ratio likuiditas, ratio-
ratio leverage atau ratio utang, dan ratio profitabilitas, perlu dilakukan secra
menyeluruh.
a. Potongan Tunai
Bilamana perusahaan memberikan atau memperbesar potongan tunai dalam penjualan
kredit yang dilakukan maka dapat diperkirakan akan terjadi perubahan-perubahan
seperti berikut:
13
Pengaruh atas
Perubahan:
keuntungan:
Keterangan Naik ( N ) atau
Positif ( + ) atau
Turun ( T )
Negative ( - )
Volume penjualan N +
Rata-rata pengumpulan
Piutang T +
Kerugian piutang atau
Bad deb expenses T +
Keuntungan per unit T -
Volume penjualan akan meningkatkan karena adanya potongan tunai untuk pembayaran
yang dilakuakan dalam 10 hari maka hari dari produk yang diberi oleh perusahaan
pembeli akan lebih murah. Bilamana permintaan terhadap produk perusahaan cukup
elastis, maka penurunan harga tersebut akan diikuti oleh meningkatnya permintaan dan
dengan demikian volume penjualan. Rata-rata pengumpulan piutang juga diharapkan
akan menurun karena pembelian-pembelian yang tadinya tidak mengambil potongan
tunai, sekarang dapat mengambil potongan tunai tersebut. Hal ini tentu saja berarti
suatu pembayaran yang lebih awal dan dengan demikian jangka waktu rata-rata
pengumpulan piutang pun akan berkurang.
Demikiam pula halnya dengan kerugian piutang, karena bayaknya langganan yang
mengambil potongan tunai yang ditawarkan maka probalitas dari kerugian piutang atau
bad debt expenses akan semakin meningkat keuntungan perusahaan. Aspek 15
yang
negative dari adanya potongan tunai adalah menurunnya keuntungan per unit dari
produk yang dijual bilamana semakin banyak pembeli yang mengambil potongan tunai
yang ditawarkan tersebut berarti menurunnya dari produk yang dijual!.
Contoh:
Perusahaan “Aman” yang datangnya disajikan di depan, bermaksud untuk
memberikan potongan tunai sebesar 2% kepada langanan yang membayar dalam waktu
10 hari sesudah trasaksi dilakukan. Pada saat ini pengumpulan piutang membutuhkan
waktu 30 hari, penjualan yang keseluruannya dilakukan secra kredit berjumlah 60.000
unit. Variabel cost per unit adalah 60,00 dan rata-rata per unit adalah sebesar Rp
80,00 (biaya tetap sebesar Rp 1.200,000,00). Dengan diberikan potongan tunai sebesar
14
2% untuk pembayaran dalam jangka waktu 10 hari maka diperkirakan penjualan akan
meningkat sebesar 15% yaitu menjadi 69.000 unit. Dari keseluruan jumlah penjualan ini
diperkirakan sebesar 60% akan dibayar dalam periode potongan tunai. Rata-rata
pengumpulan piutang akan turun menjadi 15 hari.
Keuntungan-keuntungan yang dapat di peroleh oleh perusahaan dengan adanya
potongan tunai tersebut adalah meningkatnya volume penjualan sebesar 9.000 unit dan
menurunnya rata-rata pengumpulan piutang. Kerugian piutang atau bad debt expenses
dianggap tidak terpengaruh oelh adanya kebijaksanaan tersebut, dan perusahaan
mengharapkan return on investment sebesar 15%.
Tambahan penjualan sebesar 9.000 unit akam memberikan tambahan
keuntungan sebesar Rp 360.000,000,00 (9,00 × Rp 40,00). Dengan menurunnya rata-
rata pengumpulan piutang maka perputaran piutang atau account receivable turnover
akan meningkat dari 12 kali menjadi 24 kali piutang maka dipergunakan cara yang
singkat yaitu dengan jalan membagi keseluruan biaya dengan tingkat perputaran
masing-masing piutang.
80 × 60.000
Keadaan sekarang = = Rp 400.000,00
12
Dengan adanya potongan tunai maka akan terdapat penurunan jumlah investasi
dalam piutang sebesar Rp 117.500,00 (Rp4.000,000,00 – Rp222.500,00). Penghematan
yang diperoleh dengan adanya penurunan jumlah investasi ini adalah sebesar
Rp26.625,00 (15% × Rp117.500,00). Dengan demikian total keuntungan yang diperoleh
adalah sebesar Rp360.000,00 + Rp26.625,00 = Rp380.625,00.
Adapun “biaya-biaya” karena adanya potongan tunai tersebut dapat dihitung
denga jalan mengambil sebesar 60% dari total penjualan dan dikalikan dengan 2% yaitu:
2% (60% × Rp6.900,000,00) = Rp 82.800,00.
15
Dengan membandingkan kedua hasil perhitungan diatas maka dapat ditentukan
bahwa dengan adanya potongan tunai perusahaan akan memperoleh tambahan
keuntungan sebesar Rp 303.825 (Rp386.625,00 – Rp82.800,00).
Pengaruh atas
Perubahan:
keuntungan:
Keterangan Naik ( N ) atau
Positif ( + ) atau
Turun ( T )
negatif ( - )
Volume penjualan N +
Rata-rata pengumpulan piutang
Dari pembelian yang tadinya tidak
mengambil potongan tunai
sekarang membayar lebih awal
(mengambil potongan tunai ). T +
Rata-rata pengumpulan piutang dari
pembeli yang tadinya sudah mengambil
potongan tunai sekarang tetap mengambil
potongan tersebut tetapi membayar lebih
lambat.
Kerugian piutang bad debt expenses N -
Keuntungan per unit
T +
T -
16
dilupakan, hal tersebut juga akan membawa efek negatif atas keuntungan perusahaan
dengan adanya perpanjang periode potongan tunai tersebut maka pembeli-pembeli
yang tadinya sudah mengambil potongan tunai sekarang akan dapat membayar lebih
lambat namun tetap mendapat potongan tunai sehingga memperlambat rata-rata
pengumpulan piutang. Pengaruh (net effect) dari kedua keadaan tersebut atas rata-
rata pengumpulan piutang membutuhkan perhitungan secara teliti.
Sebaliknya bilamana perusahaan memperpendek periode potongan tunai yang
diberikan maka pengaruhnya adalah merupakan kebalikan dari yang disajikan dalam
table diatas, kecuali untuk pembelian yang memang tidak mengambil potongan tunai.
c. Periode Kredit
Perubahan dalam periode kredit (misalnya dari net 30 hari menjadi net 60 hari)
juga akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Pengaruh-pengaruh berikut ini
diperkirakan akan terjadi bilamana perusahaan memperpanjang periode kredit yang
diberikan.
Pengaruh atas
Perubahan:
keuntungan:
Keterangan Naik ( N ) atau
Positif ( + ) atau
Turun ( T )
Negatif ( - )
Volume penjualan N +
Rata-rata pengumpulan piutang N -
Kerugian piutang atau bad debt
expenses N -
Contoh:
17
Perusahaan “Aman” sedangkan mempertimbangkan untuk memperpanjang
periode kredit yang diberikan kepada para langganannya yaitu dari 30 hari menjadi 60
hari. Rata-rata pengumpulan piutang yang selama ini 45 hari diperkirakan akan
meniungkat menjadi 75 hari. Kerugian piutang sebelum diadakan perubahan periode
kredit adalah sebesar 1% dari volume penjualan, dan dengan adanya rencana perubahan
tersebut maka diperkirakan jumlahg kerugian piutang akan meningkat menjadi 3%. Hal
ini disebabkan karena semakin besarnya probabilitas kerugian piutang yang dikaitkan
dengan periode kredit yang semakin lama.
Penjualan seluruhnya dilakukan secara kredit, dan dengan adnya proposal
perpanjangan kredit yang diberikan kepada para langganan maka diharapkan penjualan
dapat meningkat sebesar 15%, yaitu menjadi 69.000 unit. Biaya-biaya tetap yang
keseluruhannya sudah diserap oleh penjualan sebesar 60.000 unit. Yang pertama
berjumlah sebesar Rp 1.200.000,00. Biaya-biaya variabel sebesar Rp 60/unit. Return
on investment yang diharapkan oleh perusahaan adalah sebesar 15%.
d. Kerugian Piutang
Perbedaan dalam pendekatan yang digunakan untuk analisa kali ini denga analisda yang
dilakukan sebelum terletak dalam komponen
Tabel 2.
Pengaruh dari Perpanjangan Periode Kredit
18
Biaya investasi marginal dalam piutang: Rp 15% ×
Rp 512.500............. ...................... (Rp 76.875)
Biaya kerugian piutang marginal:
Dengan perpanjangan periode kredit
(3% × Rp 6.900.000) Rp 207.000
Kerugian piutang sebelum diadakan
perpanjangan periode kredit:
(1% × Rp 6.000.000) Rp 60.000 -
Biaya kerugian piutang marginal (Rp 147.000)
Tambahan keuntungan bersih dengan adanya
perpanjangan periode kredit Rp 136.125
*Penyubut sebesar 4,8 dan 8 adalah merupakan tingkat perputaran piutang atau account
receivable turnover untuk masing-masing kebijaksanaan kredit. Sesudah ada perpanjangan
maka tingkat perputaran piutang menjadi (360:75) dan sebelum ada perubahan (360:45).
Kerugian piutang atau bad debt expenses, karena dalam analisis terdahulu faktor
kerugian piutang ini tidak diperhitungkan.
Faktor penting yang harus diketahui bilamana kerugian piutang dimkasudkan
kedalam analisa bahwa “unitcost dari kerugian piutang adalah sama dengan harga jual
per unit”.
Keseluruan harga jual dari “bad debt expenses” (lost) harus dikuragi karena
tambahan keuntungan dari penjual telah dihitung dengan asumsi bahwa keseluruan hasil
penjualan tersebut akan diterima.
Tabel 2. Menyajikan perhitungan dari contoh soal yang diberikan diatas. Dari hasil
analisa diatas tambahan analisa lebih besar dibnadingkan dengan biaya tambahan untuk
investasi arginal dalam piutang sebesar Rp 76.875,00 dan biaya kerugian piutang
marginal sebersar Rp 147.000,00. Keuntungan bersih yang dihasilkan denhgan adanya
perpanjangan periode tersebut adalah sebesar Rp 136.125,00 (Rp360.000,00 –
Rp76.875,00 – Rp147.000,00).
Dengan pedoman kepada hasil perhitungan tersebut maka proposal perpanjangan
periode kredit dari 30 hari menjadi 60 hari, dan yang akan meningkatkan rata-rata
pengumpulan piutang dari 45 hari menjadi 75 hari dapat dilaksanakan karena akan
dapat memperbesar jumlah keuntungan yang diperoleh.
19
Akibat yang sebaliknya dari hal tersebut diatas akan terjadi bilamana perusahaan
bermaksud untuk memperpendek periode kredit yang diberikan.
Apabila diasumsikan bahwa jumlah kerugian piutang tetap konstan dalam hubungan
dengan kebijaksanaan kredit yang diberikan, maka semakin besar jumlah pengeluaran-
pengeluaran untuk pengumpulan piutang akan dapt merugikan bad debt expenses yang
diderita oleh perusahaan. Sehubungan dengan hal ini tentu saja perusahaan harus
menetapkan suatu jumlah “optimal” dari pengeluaran-pengeluaran untuk mengumpulkan
22
piutang tersebut ditinjau dari sudut pandang untung-ruginya bagi perusahaan (cost-benefit
viewpoint).
Dengan semakin intensifnya usaha-usaha pengumpulan piutang maka dapt
diharapakan akan timbul akibat-akibat sebagai berikut:
Pengaruh atas
Perubahan:
keuntungan:
Keterangan Naik ( N ) atau
Positif ( + ) atau
Turun ( T )
Negstif ( - )
Kerugian piutang T +
Rata-rata pengumpulan piutang T +
Volume penjualan 0 atau T Tetap atau –
Pengeluaran-pengeluaran untuk
pengumpulan piutang N -
20
pengaruh yang positif atas keuntungan perusahaan. Akan tetapi kelemahan dari strategi ini
di sampimg memerlukannya pengumpulan piutang yang lebih besar juga dapat mengakibatkan
turunnya volume penjualan. Dengan perkataan lain, bilaman perusahaan terlalu menekan para
langganannya untuk membayar utang-utang mereka dengan segara maka mungkin langganan
tersebut akan memutuskan untuk berhungan denga perushaan lain yang menawarkan
persyaratan kredit yang lebih lunak.
21
3. Kunjungan personal. Teknik pengumpulan piutang dengan jalan melakukan kunjungan
secara personal atau pribadi ke tempat langganan seringkali digunakan karena
dirasakan sangat efektif dalam usaha-usaha jangka waktu tertentu.
4. Tindakan yuridis.Bilaman ternyata langganan tidak mau membayar utang-utangnya
maka perusahaan dapat melakukan tindakanhukum dengan mengajukan gugatan
perdata melalui pengadilan.
22
5. Kebiasaan membayar pelanggan, apabila sebagian besar pelanggan membayar pada masa
diskon, maka membutuhkan investasi lebih kecil, tetapi jika pelanggan membayar pada hari
ke 30 atau bahkan menunggak, perlu invstasi yang besar.
23
2. Capacity : mengambarkan kemampuan seseorang langganan untuk memenuhi kewajiban-
kewajiban finansianya. Suatu estimasi yang dianggap cukup baik dapat diperoleh dengan
menilai posisi likuiditas dan proyeksi cash flow dari calon langganan.
3. Capital : menunjuk kepada kekuatan finansial calon langganan terutama dengan melihat
jumlah modal sendiri yang dimilikinnya. Analisa terhadap neraca perusahaan dengan
menggunakan ratio-ratio finansial yang tersedia akan dapt memenuhi kebutuhan atas
penilaian capital calon langganan.
4. Collateral : menggambarkan jumlah aktiva yang dijadikan sebagai barang jaminan oleh calon
langganan. Akan tetapi biasanya hal ini bukanlah merupakan pertimbangan yang sangat
penting karena tujuan perusahaan dalam memberikan kredit bukanlah un tuk menyita dan
kemudian menjualaktiva langganan, tetapi tekanannya adalah pada pembayaran kredit yang
diberikan kerpada waktu yang sudah ditetapkan.
5. Conditions : menunjukan kepada keadaan ekonomi secara umum dan pengaruhnya atas
kemampuan perusahaan calon langganan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya.
Sebagai suatu kesatuan, kelima C diatas memegang peranan yang sangat penting sepanjang hal
tersebut dapat menjamin bahwa tidak ada faktor-faktor penting lain yang dilupakan dalam analisa
yang telah dilakukan.
Pencegahan resiko kredit dapat bula dilakukan degan cara sebgai berikut:
1. Mencari informasi tentang mental kepribadian, penilaian diperoleh berdasarkan pandagan
masyarakat serta pengalaman yang telah ada.
2. Mencari informasi tentang kemapuan keuangan, informasi ini diperoleh melalui laporan
keuangan dalam bentuk neraca, laporan laba rugi serta laporan lain yang menggambarkan
posisi keuangan perusahaan dan hasil yang telah dicapai.
3. Mencari informasi tentang jalannya perusahaan, dalam hal ini posisi keuagan perusahaan
sekarag ini apakah masi bisa dipertahankan untuk masa mendatang.
4. Menetapkan kebijakan setahap demi setahap, dalam hali ini lebih memudahkan untuk
mengotrol keadaan perusahaan.
5. Membatasi jumlah piutang yang akan diberikan kepada pelanggan.
24
6. Meminta barang jaminan, brang jaminan baik berupa barang atau Bank Garantie, akan lebih
menjamin piutang yang diberi. Namun, perlu dipertimbangkan juga biyaya penyimpanan
barang jaminan tersebut dan prakteknya tidak selau mudah dilakukan.
7. Seleksi terhadap Verkooper atau agen, ada kalanya kemacetan piutang berasal dari pihak
perusahaan itu sendiri karena terjadi permasalahan Internal. Sehingga penagihan tidak tepat
pada waktunya.
1. Biaya Penghapusan
Biaya penghapusan piutang / piutang ragu-ragu / bad debt, risiko terhadap tidak tertagihnya
sejumlah tertentu dari piutang akan dimasukkan sebagai biaya bad debt atau piutang ragu-
ragu yang nantinya akan diadakan penghapusan piutang. Oleh karena itu perlu diperhitungkan
pada setiap periode.
2. Biaya Penumpulan Piutang
Dengan adanya piutang maka timbul kegiatan penagihan piutang yang akan mengeluarkan
biaya disebut sebagai biaya pengumpulan piutang.
3. Biaya Administrasi
Terhadap piutang diperlukan kegiatan administrasi yang akan mengeluarkan biaya.
4. Biaya Sumber Dana
Dengan terjadinya piutang maka diperlukan dana dari dalam maupun dari luar perusahaan
untuk /berjaga-jaga. Dana tersebut diperlukan biaya untuk sumber dana (weighted cost).
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijaksanaan kredit mengandung dua dimensi, yaitu standar kredit dan analisa kredit.
Perusahaan harus menetapkan tingkat resiko yang diterima dalam rangka memaksimumkan jumlah
keuntungan yang ini dicapai. Pertimbangan-pertimbangan yang diberikan disini terletak pada biaya-
biaya administrasi, kerugian-kerugian piutang, investasi dalam piutang dan keuntungan yang dapat
diperoleh dari penjualan.Faktor-faktor tersebut diatas haruslah dipertimbangkan bilamana
perusahaan bermaksud untuk memperlunak atapun memperketat stndar kredit yang diberikan.
Analisa-analisa kredit yang menyangkut “the five C’s of credit” digunakan untuk mengumpulkan dan
menganalisa informasi kredit dalam usaha menentukan apakah seseorang langganan dapt
memenuhi andar kredit yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Penilaian-penilaian objektif dari
manajer baian kredit adlah merupakan input yang sangat penting dalam pengambilan keputusan
sehungan dengan kredit yang diberikan.
Persyaratan kredit atau “credit term” mempunyai tiga komponen penting yaitu:
1. potongan tunai atau cash discount
2. periode potongan tunai atau cash discount period, dan.
3. Periode kredit atau credit period
Adanya perubahan dari ketiga ataupun salah-satu dari komponen diatas akan dapat
mempengaruhi volume penjualan, tingkat keuntungan, lama rata-rata pengumpulan piutang, dan
keruguan piutang.
Kebijaksanaa pengumpulan piutang menentukan bentuk dan usaha-usaha yang dilakukan
untuk menangih piutang sudah lewat periode kredit yang sudah ditentukan. Keputusan-keputasan
berhubungan dengan intensitas pengumpulan piutang sangat terngantung biaya yang harus
dikeluarkan untuk melakukan penagihan tersebut, keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh
dengan menurunnya rata-rata pengumpulan piutang dan semakin kecilnya kerugian piutang bad
debt expenses.
26
B. Saran
Mengingat bahwa piutang merupakan suatu bentuk investasi yang cukup besar dalam sebagian
perusahaan, maka dengan adanya manajemen piutang yang lebih baik akan dapat memberikan
keuntungan-keuntungan dan penghematan yang cukup besar bagi perusahaan. Tujuan perusahaan
secara keseluruhan sehubungan dengan manajemen piutang seharusnya tidak ditekankan pada
kecepatan pengumpulan piutang saja, tetapi juga harus diperhatikan untung-rugi yang mungkin
timbul dalam aspek-aspek yang lain di manajemen piutang misalnya kebijaksanaan-kebijaksanaan
dalam pengumpulan piutang.
27
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, Eugene F. Dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan.Jakarta: Erlangga.
Ervita, Safitri & Abdul Aziz. 2013. Manajemen Keuangan. Palembang: CitraBooks
James, dkk (2009) Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia. Salemba empat, Jakarta
Syamsuddin, M.A., Drs. Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
32
28