Anda di halaman 1dari 32

TUGAS MAKALAH

MANAJEMEN KEUANGAN
“MANAJEMEN PIUTANG”

DISUSUN OLEH

Nama : Lutfiah
NIM : 21090252025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “MANAJEMEN PIUTANG “Adapun tujuan dari
penyusunan dalam tugas makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “manajemen keuangan”.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa, makalah ini tidak akan selesai dengan lancar
dan tepat tanpa adanya bantuan , dorongan dan bimbingan dari dosen pengampuh mata kuliah “manajemen
keuangan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki maka penyusun
meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua didalam dunia
manajemen.

Makassar, 25 Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................................................... iii

BAB I ........................................................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ......................................................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................... 2

C. Tujuan dan Manfaat ................................................................................................................................ 2

BAB II ......................................................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .......................................................................................................................................................... 3

A. Pengertian Manajemen Piutang........................................................................................................... 3

B. Ruang Lingkup Manajemen Piutang .................................................................................................... 3

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Dalam Piutang .................................22

D. Risiko Yang Timbul Dari Adanya Penjualan Secara Kredit .........................................................23

E. Prinsip-Prinsip Dalam Pemberian Kredit .......................................................................................23

F. Biaya Yang Timbul Akibat Adanya Piutang ......................................................................................25

BAB III ......................................................................................................................................................................26

PENUTUP .................................................................................................................................................................26

A. Kesimpulan .............................................................................................................................................26

B. Saran .......................................................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................ 28

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Piutang yang akan dibicarakan di sini adalah yang timbul karena adanya transaksi penjualan
secara kredit oleh perushaan kepada para langganannya. Untuk dapat mempertahankan
langganan-langganan yang sudah ada sekarang dan untuk menarik langganan-langganan yang baru,
perusahaan pada umumnya melakukan penjualan secara kredit. “Credit term” atau persyaratan-
persyaratan kredit mungkin berbedah dari satu jenis usaha ke jenis usha lainnya, tetapi untuk
perusahaan –perusahaan yang bergerak dalam jenis usaha yang sama biasanya memberikan atau
memperlakuakan para langganandengan persyaratan-persyaratan kredit yang sama atau tidak
terlalu jauh berbedah satu sama yang lain. Tetapi tentu saja dalam hal ini masih terdapat
pengecualian-pengecualian karena sering kali supplier memberikan persyaratan kredit yang lunak
kepada langganan-langganan tertentu baik dalam rangka membantu langganan tersebut maupun
untuk menariknya agar mau menjadi langganan tetap perusahaan.
Penjualan kredit yang pada akhirnya akan menimbulkan hak penagihan atau piutang pada
langganan, sangat erat hubungannya dengan persyaratan-persyaratan kredit yang diberikan.
Sekalipun pengumpulan piutang seringkalin tidak tepat waktu yang sudah ditetapkan, namun
sebagian besar dari piutang akan terkumpul dalam jangkan waktu yang sudah ditentukan, namun
sebagian besar dari piutang tersebut akan terkumpul dalam jangka waktu yang kurang dari satu
tahun. Dengan alasan itulah maka piutang dimasukkan sebagai salah satu komponen aktiva lancer
perusahaan.
Pos piutang dalam neraca biasanya mmerupakan bagian yang cukup besar dari aktiva
lancer dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini
dapat dimanage dengan cara yang efisien mungkin.

Dalam makalah ini akan dibicarakan tiga aspek penting dari piutang sehubungan dengan
jumlah uang yang tertanam dalam perkiraan tersebut. Aspek-aspek tersebut adalah: kebijakan
kredit, persyaratan-persyaratan kredit atau credit terms, dan kebijakan pengumpulan piutang.
Masimg-masing kebijakan tersebut akan dibicarakan secara terpisah dibawah ini.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dirumuskanlah beberapa masalah dibawah ini :
1. Bagaimana cara pengelolaan manajemen piutang yang baik dan efisien pada perusahaan?
2. Bagaimana cara pengelolaan piutang yang efektif sehingga dapat meminimalisir kemungkinan
piutang tak tertagih?
3. Mengapa perusahaan perlu mengelola piutang dengan baik?
4. Mengapa kadang-kadang perusahaan menjual piutangnya

C. Tujuan dan Manfaat


Makalah ini dibuat dengan tujuan menjelaskan secara lebih rinci dan detail mengenai manajemen
piutang. Dengan mengetahui hal tersebut, kita dapat mempraktekkan konsep manajemen piutang di
dalam perencanaan keuangan perusahaan.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Piutang
Sebelum membahas mengenai manajemen piutang secara menyeluruh, maka terlebih
dahulu perlu dijelaskan satu persatu menurut beberapa ahli ekonomi. Menurut Stoner (1996:8)
manajemen adalah “proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan,”
Sedangkan menurut Syamsudin dan Lukman (2000:75) pengertian piutang adalah
“pengertian piutang dalam arti luas bahwa piutang merupakan klaim kepada pihak lain apakah klaim
berupa uang, barang atau jasa.
Indriyo Gito Sudarmo (1998:69) memberikan definisi piutang sebagai berikut: “piutang
merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya
politik penjualan kredit”.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi diatas, dapat
diambil kesimpulan bahwa manajemen piutang adalah “suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam bentuk klaim kepada pihak lain, baik
terhadap perorangan, badan usaha maupun pihak tertagih lainnya atas aktiva atau kekayaan
perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya transaksi penjualan kredit dengan
pihak lain, penyelesaiannya dilakukan dengan penerimaan baik berupa uang, barang atau jasa
dengan menggunakan sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

B. Ruang Lingkup Manajemen Piutang


Dalam kegiatan manajemen piutang mencakup kegiatan sebagai berikut:
1. Kebijaksanaan kredit
Kebijaksanaan penjualan kredit adalah merupakan pedoman yang ditempuh oleh
perusahaan dalam menentukan apakah kepada seorang langganan akan diberikan kredit dan
kalau diberikan berapa banyak atau berapa jumlah kredit yang akan diberikan tersebut.
Perusahaan-perusahaan tidak haya mementingkan penentuan standar-kredit yang diberikan

3
tetapi juga penerapan standar tersebut secara tepat dalam membuat keputusan-keputusan
kredit.
Sumber-sumber informasi dan analisa-analisa kredsit merupakan suatau hal yang
penting bagi keberhasilan menajemen perusahaan. Penerapan yang tepat dari kebijaksanaan
yang tepat tidak akan dapat memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan.

a. Standar Kredit
Standar kredit dari suatu perusahaan didefin isikan sebagai kriteria minimum
yang harua dipenuhi oleh seorang langganan sebelum dapat diberikan kredit. Hal-hal
seperti nama baik langganan sehubunga n dengan kredit atau pembayaran utang-utang
dagangnya baik kepada perusahaan sendiri maupun kepada perusahaan-perusahaan
lain, referensi-referensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran utang dagang dan
beberapa ratio finansial tertentu dari perusahaan langganan akan dapat memberikan
suatu dasar penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan atau melakukan penjualan
kredit.
Pembahasan dalam buku ini tidak akan dilakuakan secara individual terhadap
komponen-komponen standar kredit tersebut diatas tetapi akan ditekannkan pada ketat
tidaknya standar kredit secara keseluruhan.
Dengan mengetahui faktor-faktor utama yang harus dipertimbangkan bila mana
perusahaan bermaksud untuk mem perlunak ataupun memperketat standar kredit yang
diterapkan, akan dapat memberikan sesuatu gambaran tentang keputusan-keputusan
apa yang harus diambil oleh perusahaan sehubungan dengan “kepada siapa dan jumlah
berapa” kredit yang akan diberikan.

Adapun faktor-faktor utama yang harus dipertimbangkan apabila perusahaan


bermaksud untuk mengubah standar kredit yang diterapkan adalah:

1) Biaya-biaya administrasi
Bila mana perusahaan memperlunank standar kredit yang diterapkan maka
berarti lebih bayak kredit yang diberikan dan tuga-tugas yang tidak dapat
dipisahkan dengan adanya pertambahaan penjualan kredit tersebut juga akan

4
semakin bertambah besar. Sebaliknya, apabila standar kredit diperketat maka
jumlah penjualan kredit yang diberikan akan semakin kecil dan tugas-tugas untuk
itu pun akan semakin sedikit. Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa
perlunakan stndar kredit yang lebih ketat akan mengurangi biaya-biaya
administrasi. Dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya, biaya-biaya ini tidak
akan diidentifikasi secara eksplisit tetapi dianggap sudah cukup termasuk dalam
biaya variable per unit.

2) Investasi dalam piutang


Diakui atau tidak, penanaman modal dalam piutang mempunyai biaya-biaya
tertentu.Semakin besar piutang semakin besar pula biaya-biayanya (carrying
cost), demikian pula sebaliknya. Bilamana perusahaan memperlunak standar
kredit yang digunakan maka rata-rata jumlah piutang akan memperkecil piutang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perlunakan standar kredit akan
memperbesar carrying cost, dan apabila sebaliknya, biaya-biaya tersebut akan
semakin kecil. Perubahan rata-rata piutang yang dikaitkan dengan “perubahan
standar kredit” disebabkan oleh dua factor yaitu:
a) Perubahan volume penjualan dan
b) Perubahan dalam kebijaksanaan pengumpulan piutang.

Perlunakan standar kredit diharapkan untuk meningkatkan volume penjualan


sedangkan standar kredit yang semakin ketat akan menurunkan volume penjualan.
Peningkatan volume penjualan akan memperbesar rata-rata piutang, sedangkan
penurunan volume penjualan akan berakibat sebaliknya yaitu semakin rendahnya
jumlah rata-rata piutang. Bilamana perusahaan memperlunak stndar kredit yang
diterapkan maka dapat diduga bahwa perusahaan sudah mengambil kebijaksanaan
untuk memberikan kredit kepada langganan-langganan yang selama ini “kurang
memenuhi kriteria” yang sudah diterapkan, mungkin mereka membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk membayar utang-utang kepada perusahaan. Bilamana
sebaliknya yang terjadi, yaitu perusahaan semakin memperketat standar kredit
yang diberikan, maka penjualan kredit tersebut akan diberikan terbatas kepada

5
langganan-langganan yang benar-benar memenuhi kriteria yang sudah
diterapkan saja dan dapat diterapkan untuk dapat membayar utang-utang mereka
lebih awal atau paling tepat pada waktu yang sudah ditentukan. Dari penjelasan
tersebut dapat dilihat bahwa dengan diperlunaknya standar kredit yang
diterapkan maka rata-rata piutang akan semakin meningkat, sedangkan
pengetatan standar kredit akan memperkecil rata-rata piutang.

3) Kerugian piutang (bad debt expenses)


Variabel lain yang diperkirakan akan dipengaruhi oleh adanya perubahan standar
kredit adalah bad debt expenses. Probabilitas (resiko) kerugian piutang atau bad
debt expenses akan semakin meningkat dengan diperlunaknya standar kredit, dan
akan menurun bilaman standar kredit, dan akan menurun bilaman standar kredit
diperketat.

4) Volume penjualan.
Perubahan standar kredit dapat diharapkan akan mengubah volume penjualan.
Bilaman standar kredit diperlunak maka diharapkan akan dapat meningkatkan
volume penjualan, sedangkan apabila sebaliknya yang terjadi dimana perusahaan
memperketat standar kredit yang diterapkan maka dapt diperkirakan bahwa
volume penjualan akan menurun. Pengaruh dari perubahan-perubahan dalam
volume penjualan atas keuntungan perusahaan tergantung pada pengaruhnya
atas biaya-biaya dan penghasilan yang diperoleh (costs and revenues). Pengaruh
dari pelunakan standar kredit atas keuntungan perusahaan serta perubahan-
perubahan yang ditimbulkannya. Bilamana standar kredit diperketat maka akibat
yang ditimbulkan adalah sebaliknya dari keadaan di atas

Pengaruh atas
Perubahan
keuntungan
Keterangan Naik (N) atau
Positif (+) atau
Turun (T)
Negative (-)

6
N +
Volume penjualan
Rata-rata pengumpulan piutang
N -
Kerugian piutang atau bad deb
expenses
N -

b. Evaluasi alternatif standar kredit


Evaluasi terhadap standar kredit diilustrasikan dengan menggunakan contoh sederhana
seperti dibawa ini.

Contoh:
Perusahaan “Aman” menjual produk A seharga Rp 100,000 per unit. Semua
penjualan dilakukan secara kredit (penjualan bias saja dilakukan sebagian per kas dan
sebagian lagi secara kredit, tetapi untuk menyederhanakan perhitungan maka disini
semua penjualan dianggap dilakukan secara kredit).

Volume penjualan selama tahun 19x1 adalah sebesar 60.000 unit. Variabel cost
sebesar Rp 60,00 per unit dan biaya rata-rata per unit adalah Rp 80,00. Per erbedaan
antara biaya variabel dan biaya rata-rata per unit sebesar Rp 20,00, merupakan
kontribusi dari masing-masing unit terhadap biaya tetap perusahaan. Dengan
perkataan lain biaya tetap adalah sebesar Rp 1.200.000,00 (60.000 × Rp 20,00). Jadi
pada volume penjualan sebesar 60.000 keseluruhan biaya-biaya tetap perusahaan
telah tertutup. Dalam tahun yang akan datang perusahan “Aman” bermaksud untuk
memperlunak standar kredit yang diterapkan dengan harapan volume penjualan bisa
meningkat sebesar 15%. Sebagian akibat dari peningkatan volume penjualan tersebut
maka diperkirakan rata-rata pengumpulan piutang akanmeningkat dari 30 hari menjadi
45 hari. Dalam pembahasan kali ini bad debt expenses dan biaya administrasi dianggap
tidak terpengaruh oleh adanya perlunakan standar kredit tersebut. Return on
investment yang diisyratkan atau yang dapat diperoleh oleh perusahaan adalah sebesar
15%.
Dalam rangka menentukan apakah perusahaan “Aman” harus menerapkan
rencana perlunakan standar kredit tersebut maka harus ditentukan berapa jumlah

7
keuntungan yang dapt diperoleh dari adanya tambahan penjualan dan berapa jumlah
biaya atas investasi marginal dalam piutang.

c. Tambahan Keuntungan yang Diperoleh dari Peningkatan Penjualan


Tambahan keuntungan ini dapat dihitung secara mudah yaitu dengan jalan
mengalihkan jumlah tambahan volume penjualan dengan kontribusi keuntungan per unit
produk. Oleh karena penjualan sebesar 60.000 unit yang pertama sudah menyerap
semua biaya-biaya tetap oerusahaan maka biaya untuk setiap unit penjualan di atas
60.000 unit adalah sebesar variabel cost per unit produksi. Peningkatan penjualan
diperkirakan 15% = 90.000 unit. Kontribusi keuntungan dari setiap unit adlah sebesar
Rp 40,00 (Rp 100,00 – Rp 60,00). Dengan demikian jumlah keuntungan tambahan adalah
sebesar Rp 360.000,000,00 (9.000 × Rp 40,00). Disamping cara perhitungan diatas
tambahan keuntungan dapat pula ditentukan dengan cara sebagai berikut (lihat table
1).

Tabel 1.
Perhitungan Jumlah Tambahan Keuntungan Perusahaan “Aman” Karena Adanya
Peningkatan Volume Penjualan
Keadaan yang direncanakan:
Penjualan (69.000 × Rp 100,00) Rp 6.900.000,00
Dikurangi:
Biaya-biaya variabel (69.000 × Rp 60,00) Rp 4.140.000,00 -
Contribution margin Rp 2.760.000,00
Biaya-biaya tetap Rp 1.200.000,00 -
(1) Laba operasi Rp 1.560.000,00
Keadaan sebelum ada perubahan:
Penjualan (60.000 × Rp 100,00) Rp 6.000.000,00
Dikurangi:
Biaya-biaya variabel (60.000 × Rp 60,00) Rp 3.600.000,00 -
Contribution margin Rp 2.400.000,00
Biaya-biaya tetap Rp 1.200.000,00 -
(2) Laba operasi Rp 1.200.000,00
Tambahan keuntungan apabila rencana tersebut diterapkan
(1) – (2) Rp 360.000,00

8
d. Biaya Investasi marginal dalam Piutang
Biaya investasi marginal dalam piutang dapat ditentukan dengan jalan menghitung selisi
antra biaya (carrying costs) sebelum dan sesudah diadakan perubahan standar kredit.
Biaya-biaya tersebut dapat di hitung dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut
:

Langkah1 : Menghitung rata-rata piutang


Rata-rata piutang dapat dihitung dengan jaln membagi jumlah penjualan kredit per
tahun dengan besar atau tingkat perputaran piutang perusahaan (account receivable
turnover). Logika yang melatarbelakangi perhitungan tersebut adalah sebagai berikut.

penjualan kredit per tahun


𝐴𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 =
rata − rata piutang

Atau

penjualan kredit per tahun


Rata − rata piutang =
𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟

Tingkat perputarsn piutang atau account receivable turnover perusahaan “ Aman “


untuk tahun 19 x 1 adalah 12 kali ( 360 : 30 ) dan total jumlah penjualan kredit sebesar
Rp 6.000,000,00. Dengan adanya rencana perlunakan standar kredit yang diberikan
kepada langganan maka perputaran piutang trsebut akan meningkat menjadi Rp
6.900,000,00 ( 69.000 x Rp 100,00 ).

Rata-rata piutang adalah sebesar :

6.000.000
Tahun 19X1 = = Rp 500.000,00
12

6.900.000
Rencana = = Rp 862.500,00
8

Langkah 2 : Menghitung investasi rata-rata dalam piutang


Perhitungan nilai rata-rata piutang dalam langkah 1 di atas menunjukkan nilai buku dari
piutang yang dalam hal ini menggambarkan harga jual dari produk perusahaan.Oleh

9
karena itu perlu dihitung terlebih dahulu jumlah modal yang sudah di investasikan dalam
piutang tersebut. Salah satu cara untuk menentukan berapa jumlah modal yang telah
diinvestasikan dalam piutang perusahaan adalah dengan jalan menghitung berapa
persen dari harga jual yang merupakan biaya dari produk, dan kemudian prosentase
tersebut dikalikan dengan rata-rata jumlah piutanh. Untuk maksud tersebut maka
terlebih dahulu perlu dihitung rata-rata biaya per unit dengan jalan membagi total biaya
dengan unit yang dijual atau produksikan. Biaya per unit sebelum diadkan perubahan
stndar kredit adalah Rp 80,00, sedangkat biaya per unit setelah diadakan perubahan
standar kredit dapat ditentukan dengan jalan total biaya dengan jumlah unit yang dijual
( 69.000 ).

Total biaya menurut standar kredit yang direncanakan adalah sebesar :

(60.000 × Rp 80,00) + (9.000 × Rp 60,00) = Rp 5.340.000,00

Dimuka sudah dikatakan bahwa 60.000 unit yang pertama sudah menyerap semua
biaya-biaya tetap perusahaan sehingga tambahan volumenpenjualan sebesar 9.000
unit hanya membutuhkan biaya-biaya yang bersifat variabel saja. Setelah diketahuinya
total biaya untuk penjualana yang direncankan maka dapat ditentukan biaya per unit
produk yaitu denga membagi total biaya tersebut dengan 69,000, jumlah unit yang
dijual. Biaya rata-rata per unit untuk penjualan yang direncanakan adalah sebesar Rp
77,40. Biaya per unit untuk penjualan yang direncanakan ini lebih rendah dari harga atau
biaya per unit sebelum diadakan perubahan, Rp 80,00 karena biaya-biaya tetap
perusahaan sekarang dialokasikan ke dalam lebih banyak produk.

Prosentase biaya dari setiap unit penjualan :

80
Tahun 19X1 = = 0,8 atau 80%
100
77,40
Rencana = = 0,774 atau 77,40%
100

Dengan demikian rata-rata investasi dalam piutang adalah sebesar:


Tahun 19X1 = 80% × Rp 500.000,00 = Rp 400.000,00

10
Rencana = 77,40% × Rp 862.500.000,00 = Rp 667.500,00

Perhitungan jumlah investasi rata-rata seperti diatas merupakan cara yang cukup
panjang sedangkan cara lain yang lebih sederhana dan singkat adalah dengan jalan
membagi total biaya dengan turnover atau tingkatan perputaran dari masing-masing
piutang :

Rp 4.800.000,00
Tahun 19X1 = = Rp 400.000,00
12
Rp 5.340.000,00
Rencana = = Rp 667.500,00
8

Langkah 3: Menghitung biaya investasi marginal dalam piutang


Investasi marginal dalam piutang adalah merupakan selisih antara rata-rata jumlah
investasi dalam piutang sebelum diadakan perubahan dengan sesudah diadakan
perubahan standar kredit.

Investasi marginal dalam piutang :


Rencana = Rp 667.500,00
Tahun 19X1 = Rp 400.000,00 -
Investasi marginal = Rp 267.500,00

Investasi marginal menggambarkan jumlah tambahan rupiah yang akan terikat dalam
piutang apabila rencana perlunakan kredit tersebut diterapkan oleh perusahaan. Biaya
dari tambahan investasi sebesar Rp 267.500,00 dapat dicari dengan mengalikannya
dengan return on investment yang disyaratkan oleh perusahaan, yaitu sebesar 15%.
Dengan demikian biaya atas adanya tambahan investasi tersebut adalah sebesar Rp
40.125,00. Nilai sebesar Rp 40.125,00 ini dianggap sebagai biaya karena hal tersebut
menggambarkan jumlah maksimum yang dapat diperoleh apabila modal sebesar Rp
267.500,00 tersebut diinvestasikan dalam proyek lain.

e. Keputusan Atas Standar Kredit


Dalam rangka memutuskan apakah perusahaan harus memperlunak standar kredit
yang diberikan maka haruslah dibandingkan tambahan kentungan dengan biaya-biaya

11
investasi marginal dalam piutang. Bilamana keuntungan tambahan lebih besar maka
perlunakan standar kredit tersebut dapat dilaksanakan, dan apabila sebaliknya yang
terjadi maka tentu saja perusahaan tidak boleh mengubah standar kredit yang
diterapkan atau dengan perkataan lain perubahan tetap saja menjalankan stndar kredit
yang sudah selama ini sudah diterapkan. Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa
perusahaan “ Aman “ dapat memperoleh tambahan keuntungan sebesar Rp
360.000,00 dimana jumlah ini juga lebih besar dari biaya yang dibutuhkan dalam
investasi marginal, yaitu sebesar Rp 40.125,00. Keuntungan bersih yang diperoleh
dengan diterapkannya standar kredit yang direncanakan adalah sebesar Rp 318.875 (Rp
360.000,00 – Rp 40.125,00). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka rencan
perubahan standar kredit tersebut dapat diterapkan.

f. Analisa Kredit
Apabila perusahaan sudah menerapkan standar kredit yang akan diterpkan
maka harus dikembangkan suatu prosedur untuk menilai siapa atau langganan
langganan mana yang akan diberikan kredit. Disamping menentukan langganan yang
dapat diberikan kredit perusahaan biasanya menentukan sampai berapa banyak kredit
yang dapt diberikan kepada masing-masing langganan. Jumlah maksimum kredit yang
dapat diperoleh oleh langganan dalam suatu saat disebut dengan istilah “line of credit”.
Dua factor yang harus dilakukan perusahaan dalam mengadakan penilaian
terhadap calon langganan yang akan diberikan kredit adalah memperoleh informasi-
informasi tentang keadaan langganan, misalnya dengan jalan mengisi folmuli-folmulir
sehubungan dengan keadaan finansial perusahaan, informasi tentang pembekian kredit
yang pernah dilakukan ataupun referensi-refensi kredit. Bilaman perusahaan sudah
pernah melakukan penjualan kredit kepada langganan tersebut maka perusahaan akan
mempunyai inforemasi-informasi historis tetang pola pembayaran utang dagang dari
langganan tersebut. Faktor kedua yang harus dilakukan adalah menganalisa laporan
keungan dan buku besar utang untuk menentukan umur rata-rata utang dagang
perusahaan calon langganan selama ini. Hasil yang diperoleh kemudian dapat
dibandingkan dengan persyaratan kredit atau “credit term” yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Hal ini yang perlu dilakukan oleh perusahaan adalah meng “aging”

12
perkiraan utang dangang dari langganan untuk mendaptkan informasi yang lebih
mendalam tetang pola pembayaran yang dilakukan oleh langganan. Dengan meng
“aging” perkiraan utang berarti perusahaan akan membagi bagian-bagian utang sesuai
dengan umurnya masing-masing sehingga dapat diketahui berapa prosentase utang
yang sudah habis atau lewat wktunya. Bagi langganan-langganan yang membeli secara
kredit dalam jumlah yang cukup besar maka analisa atas ratio-ratio likuiditas, ratio-
ratio leverage atau ratio utang, dan ratio profitabilitas, perlu dilakukan secra
menyeluruh.

2. Persyaratan Kredit (Credit Term)


Persyaratan kredit atau credit term menunjuk kepada pembayaran yang disyaratkan
kepada para langganan yang membeli secara kredit, misalnya hal tersebut mungkin
dinyatakan sebagai berikut: 2/10 net 30. Persyaratan kredit seperti ini mengandung arti
bahwa pembelian akan mendapat potongan tunai atau cash discount sebesar 2% apabila
pembayaran kredit dilakukan dalam waktu paling lama 10 hari setelah awal periode kredit.
Bilamana pembelian tidak mengambil potongan tunai yang ditawarkan ( tidak membayar
dalam waktu 10 hari ) maka keseluruan jumlah utangnya (piutang bagi perusahaan penjual)
harus dibayar dalam waktu paling lambat 30 hari sesudah awal periode kredit. Dengan
demikian persyaratan kredit atau credit term meliputi tiga hal, yaitu:
a. Potongan tunai atau cash discount.
b. Periode potongan tunai (dalam contoh di atas 10 hari).
c. Periode kredit (dalam contoh di atas 30 hari).
Perubahan dari ketiga ataupun salah satu faktor-faktor diatas akan membawa
pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

a. Potongan Tunai
Bilamana perusahaan memberikan atau memperbesar potongan tunai dalam penjualan
kredit yang dilakukan maka dapat diperkirakan akan terjadi perubahan-perubahan
seperti berikut:

13
Pengaruh atas
Perubahan:
keuntungan:
Keterangan Naik ( N ) atau
Positif ( + ) atau
Turun ( T )
Negative ( - )
Volume penjualan N +
Rata-rata pengumpulan
Piutang T +
Kerugian piutang atau
Bad deb expenses T +
Keuntungan per unit T -

Volume penjualan akan meningkatkan karena adanya potongan tunai untuk pembayaran
yang dilakuakan dalam 10 hari maka hari dari produk yang diberi oleh perusahaan
pembeli akan lebih murah. Bilamana permintaan terhadap produk perusahaan cukup
elastis, maka penurunan harga tersebut akan diikuti oleh meningkatnya permintaan dan
dengan demikian volume penjualan. Rata-rata pengumpulan piutang juga diharapkan
akan menurun karena pembelian-pembelian yang tadinya tidak mengambil potongan
tunai, sekarang dapat mengambil potongan tunai tersebut. Hal ini tentu saja berarti
suatu pembayaran yang lebih awal dan dengan demikian jangka waktu rata-rata
pengumpulan piutang pun akan berkurang.
Demikiam pula halnya dengan kerugian piutang, karena bayaknya langganan yang
mengambil potongan tunai yang ditawarkan maka probalitas dari kerugian piutang atau
bad debt expenses akan semakin meningkat keuntungan perusahaan. Aspek 15
yang
negative dari adanya potongan tunai adalah menurunnya keuntungan per unit dari
produk yang dijual bilamana semakin banyak pembeli yang mengambil potongan tunai
yang ditawarkan tersebut berarti menurunnya dari produk yang dijual!.

Contoh:
Perusahaan “Aman” yang datangnya disajikan di depan, bermaksud untuk
memberikan potongan tunai sebesar 2% kepada langanan yang membayar dalam waktu
10 hari sesudah trasaksi dilakukan. Pada saat ini pengumpulan piutang membutuhkan
waktu 30 hari, penjualan yang keseluruannya dilakukan secra kredit berjumlah 60.000
unit. Variabel cost per unit adalah 60,00 dan rata-rata per unit adalah sebesar Rp
80,00 (biaya tetap sebesar Rp 1.200,000,00). Dengan diberikan potongan tunai sebesar

14
2% untuk pembayaran dalam jangka waktu 10 hari maka diperkirakan penjualan akan
meningkat sebesar 15% yaitu menjadi 69.000 unit. Dari keseluruan jumlah penjualan ini
diperkirakan sebesar 60% akan dibayar dalam periode potongan tunai. Rata-rata
pengumpulan piutang akan turun menjadi 15 hari.
Keuntungan-keuntungan yang dapat di peroleh oleh perusahaan dengan adanya
potongan tunai tersebut adalah meningkatnya volume penjualan sebesar 9.000 unit dan
menurunnya rata-rata pengumpulan piutang. Kerugian piutang atau bad debt expenses
dianggap tidak terpengaruh oelh adanya kebijaksanaan tersebut, dan perusahaan
mengharapkan return on investment sebesar 15%.
Tambahan penjualan sebesar 9.000 unit akam memberikan tambahan
keuntungan sebesar Rp 360.000,000,00 (9,00 × Rp 40,00). Dengan menurunnya rata-
rata pengumpulan piutang maka perputaran piutang atau account receivable turnover
akan meningkat dari 12 kali menjadi 24 kali piutang maka dipergunakan cara yang
singkat yaitu dengan jalan membagi keseluruan biaya dengan tingkat perputaran
masing-masing piutang.

80 × 60.000
Keadaan sekarang = = Rp 400.000,00
12

(80 × 60.000) + (60 × 9.000)


Dengan pemotongan tunai =
24
5.340.000
=
24
= Rp 222.500,00

Dengan adanya potongan tunai maka akan terdapat penurunan jumlah investasi
dalam piutang sebesar Rp 117.500,00 (Rp4.000,000,00 – Rp222.500,00). Penghematan
yang diperoleh dengan adanya penurunan jumlah investasi ini adalah sebesar
Rp26.625,00 (15% × Rp117.500,00). Dengan demikian total keuntungan yang diperoleh
adalah sebesar Rp360.000,00 + Rp26.625,00 = Rp380.625,00.
Adapun “biaya-biaya” karena adanya potongan tunai tersebut dapat dihitung
denga jalan mengambil sebesar 60% dari total penjualan dan dikalikan dengan 2% yaitu:
2% (60% × Rp6.900,000,00) = Rp 82.800,00.

15
Dengan membandingkan kedua hasil perhitungan diatas maka dapat ditentukan
bahwa dengan adanya potongan tunai perusahaan akan memperoleh tambahan
keuntungan sebesar Rp 303.825 (Rp386.625,00 – Rp82.800,00).

b. Periode Potongan Tunai


Pengaruh dari adanya perubahan dalam periode potongan tunai cukup sulit untuk
dianalisa karena sifat-sifatnya yang ditimbulkan oleh perubahan itu sendiri. Apabila,
misalnya, periode potongan tunai diperpanjang maka dapat diharapkan akan terjadi
perubahan-perubahan sebagai berikut:

Pengaruh atas
Perubahan:
keuntungan:
Keterangan Naik ( N ) atau
Positif ( + ) atau
Turun ( T )
negatif ( - )
Volume penjualan N +
Rata-rata pengumpulan piutang
Dari pembelian yang tadinya tidak
mengambil potongan tunai
sekarang membayar lebih awal
(mengambil potongan tunai ). T +
Rata-rata pengumpulan piutang dari
pembeli yang tadinya sudah mengambil
potongan tunai sekarang tetap mengambil
potongan tersebut tetapi membayar lebih
lambat.
Kerugian piutang bad debt expenses N -
Keuntungan per unit
T +
T -

Dalam menentukan akibat yang sebenarnya dari adanya perubahan periode


potongan tunai diatas terdapat suatu masalah yang disebabkan karena adanya dua
faktor yang mempengaruhi rata-rata pengumpulan piutang. Apabila periode potongan
tunai diperpanjang maka dapat harapkan adanya pengaruh yang positif atas keuntungan
perusahaan karena pembeli-pembeli yang tadinya tidak mengambil potongan tunai yang
ditawarkan oleh perusahaan sekarang akan dapat mengambilnya, sehingga akan
menurunkan jangka waktu rata-rata pengumpulan piutang. Akam tetapi tidak boleh

16
dilupakan, hal tersebut juga akan membawa efek negatif atas keuntungan perusahaan
dengan adanya perpanjang periode potongan tunai tersebut maka pembeli-pembeli
yang tadinya sudah mengambil potongan tunai sekarang akan dapat membayar lebih
lambat namun tetap mendapat potongan tunai sehingga memperlambat rata-rata
pengumpulan piutang. Pengaruh (net effect) dari kedua keadaan tersebut atas rata-
rata pengumpulan piutang membutuhkan perhitungan secara teliti.
Sebaliknya bilamana perusahaan memperpendek periode potongan tunai yang
diberikan maka pengaruhnya adalah merupakan kebalikan dari yang disajikan dalam
table diatas, kecuali untuk pembelian yang memang tidak mengambil potongan tunai.

c. Periode Kredit
Perubahan dalam periode kredit (misalnya dari net 30 hari menjadi net 60 hari)
juga akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Pengaruh-pengaruh berikut ini
diperkirakan akan terjadi bilamana perusahaan memperpanjang periode kredit yang
diberikan.

Pengaruh atas
Perubahan:
keuntungan:
Keterangan Naik ( N ) atau
Positif ( + ) atau
Turun ( T )
Negatif ( - )
Volume penjualan N +
Rata-rata pengumpulan piutang N -
Kerugian piutang atau bad debt
expenses N -

Perpanjangan poeriode kredit akan meningkatkan volume penjualan tetapi baik


rata-rata pengumpulan piutang maupun kerugian piutang atau bad debt expenses juga
akan meningkat. Dengan demikian pen ingkatan volume pe njualan akan mempunyai
pengaruh yang positif atas keuntungan perusahaan, sedangkan peningkatan rata-rata
pengumpulan piutang dan kerugian piutang akan membawa pengaruh yang negatif bagi
keuntungan perusahaan. Kebali dari hal ini, pendekatan periode kredit, akan mempunyai
pengaruh-pengaruh yang sebaliknya.

Contoh:

17
Perusahaan “Aman” sedangkan mempertimbangkan untuk memperpanjang
periode kredit yang diberikan kepada para langganannya yaitu dari 30 hari menjadi 60
hari. Rata-rata pengumpulan piutang yang selama ini 45 hari diperkirakan akan
meniungkat menjadi 75 hari. Kerugian piutang sebelum diadakan perubahan periode
kredit adalah sebesar 1% dari volume penjualan, dan dengan adanya rencana perubahan
tersebut maka diperkirakan jumlahg kerugian piutang akan meningkat menjadi 3%. Hal
ini disebabkan karena semakin besarnya probabilitas kerugian piutang yang dikaitkan
dengan periode kredit yang semakin lama.
Penjualan seluruhnya dilakukan secara kredit, dan dengan adnya proposal
perpanjangan kredit yang diberikan kepada para langganan maka diharapkan penjualan
dapat meningkat sebesar 15%, yaitu menjadi 69.000 unit. Biaya-biaya tetap yang
keseluruhannya sudah diserap oleh penjualan sebesar 60.000 unit. Yang pertama
berjumlah sebesar Rp 1.200.000,00. Biaya-biaya variabel sebesar Rp 60/unit. Return
on investment yang diharapkan oleh perusahaan adalah sebesar 15%.

d. Kerugian Piutang
Perbedaan dalam pendekatan yang digunakan untuk analisa kali ini denga analisda yang
dilakukan sebelum terletak dalam komponen

Tabel 2.
Pengaruh dari Perpanjangan Periode Kredit

Tambahan keuntungan dengan adanya peningkatan


vol. Penjualan
(9.000 × Rp 40) Rp 360.000
Biaya investasi marginal dalam piutang
̶ Dengan adanya perpanjangan periode kredit:
(80 × 60.000) + (60 × 9.000)
Rp 1.112.500
4,8
Investasi dalam piutang menurut kebijakasanaan
kredit sebelum adanya perubahan periode kredit
yang diberikan:
(80,00 × 60,00)
Rp 600.000
8
Investasi marginal dalam piutang Rp 512.000

18
Biaya investasi marginal dalam piutang: Rp 15% ×
Rp 512.500............. ...................... (Rp 76.875)
Biaya kerugian piutang marginal:
Dengan perpanjangan periode kredit
(3% × Rp 6.900.000) Rp 207.000
Kerugian piutang sebelum diadakan
perpanjangan periode kredit:
(1% × Rp 6.000.000) Rp 60.000 -
Biaya kerugian piutang marginal (Rp 147.000)
Tambahan keuntungan bersih dengan adanya
perpanjangan periode kredit Rp 136.125
*Penyubut sebesar 4,8 dan 8 adalah merupakan tingkat perputaran piutang atau account
receivable turnover untuk masing-masing kebijaksanaan kredit. Sesudah ada perpanjangan
maka tingkat perputaran piutang menjadi (360:75) dan sebelum ada perubahan (360:45).

Kerugian piutang atau bad debt expenses, karena dalam analisis terdahulu faktor
kerugian piutang ini tidak diperhitungkan.
Faktor penting yang harus diketahui bilamana kerugian piutang dimkasudkan
kedalam analisa bahwa “unitcost dari kerugian piutang adalah sama dengan harga jual
per unit”.

Keseluruan harga jual dari “bad debt expenses” (lost) harus dikuragi karena
tambahan keuntungan dari penjual telah dihitung dengan asumsi bahwa keseluruan hasil
penjualan tersebut akan diterima.
Tabel 2. Menyajikan perhitungan dari contoh soal yang diberikan diatas. Dari hasil
analisa diatas tambahan analisa lebih besar dibnadingkan dengan biaya tambahan untuk
investasi arginal dalam piutang sebesar Rp 76.875,00 dan biaya kerugian piutang
marginal sebersar Rp 147.000,00. Keuntungan bersih yang dihasilkan denhgan adanya
perpanjangan periode tersebut adalah sebesar Rp 136.125,00 (Rp360.000,00 –
Rp76.875,00 – Rp147.000,00).
Dengan pedoman kepada hasil perhitungan tersebut maka proposal perpanjangan
periode kredit dari 30 hari menjadi 60 hari, dan yang akan meningkatkan rata-rata
pengumpulan piutang dari 45 hari menjadi 75 hari dapat dilaksanakan karena akan
dapat memperbesar jumlah keuntungan yang diperoleh.

19
Akibat yang sebaliknya dari hal tersebut diatas akan terjadi bilamana perusahaan
bermaksud untuk memperpendek periode kredit yang diberikan.

3. Kebijaksanaan Pengumpulan Piutang


Kebijasanaan pengumpulan piutang sesuatu perusahaan adalah merupakan prosedur
yang harus diikut dalam mengumpulkan piutang-piutangnya bilamana sudah jatuh tempo.
Sebagian dari keefektivan perusahaan dalam menerapkan kebijaksanaan pengumpulan
piutannya dapat dilihat dari jumlah kerugian piutang atau bad debt expenses, karena jumlah
piutang yang dianggap sebagai kerugian tersebut tidak hanya terngantung pada
kebijaksanaan pengumpulan piutang tetapi juga kepada kebijaksanaan-kebijaksanaan
penjualan kredit yang diterapkan.

Apabila diasumsikan bahwa jumlah kerugian piutang tetap konstan dalam hubungan
dengan kebijaksanaan kredit yang diberikan, maka semakin besar jumlah pengeluaran-
pengeluaran untuk pengumpulan piutang akan dapt merugikan bad debt expenses yang
diderita oleh perusahaan. Sehubungan dengan hal ini tentu saja perusahaan harus
menetapkan suatu jumlah “optimal” dari pengeluaran-pengeluaran untuk mengumpulkan
22
piutang tersebut ditinjau dari sudut pandang untung-ruginya bagi perusahaan (cost-benefit
viewpoint).
Dengan semakin intensifnya usaha-usaha pengumpulan piutang maka dapt
diharapakan akan timbul akibat-akibat sebagai berikut:

Pengaruh atas
Perubahan:
keuntungan:
Keterangan Naik ( N ) atau
Positif ( + ) atau
Turun ( T )
Negstif ( - )
Kerugian piutang T +
Rata-rata pengumpulan piutang T +
Volume penjualan 0 atau T Tetap atau –
Pengeluaran-pengeluaran untuk
pengumpulan piutang N -

Dengan bertambahnya pengeluaran-pengeluaran untuk pengumpulan piutang


diharapkan akan dapat menurunkan jumlah kerugian piutang atau bad debt expenses serta
lama rata-rata pengumpulan piutang, dan oleh karena itu kedua hal tersebut akan mempunyai

20
pengaruh yang positif atas keuntungan perusahaan. Akan tetapi kelemahan dari strategi ini
di sampimg memerlukannya pengumpulan piutang yang lebih besar juga dapat mengakibatkan
turunnya volume penjualan. Dengan perkataan lain, bilaman perusahaan terlalu menekan para
langganannya untuk membayar utang-utang mereka dengan segara maka mungkin langganan
tersebut akan memutuskan untuk berhungan denga perushaan lain yang menawarkan
persyaratan kredit yang lebih lunak.

Perusahaan harus berhati-hati untuk tidak terlalu agresif dalam usaha-usaha


mengumpulkan piutang dari para langganan. Bilaman langganan tidak dapat membayar tetap
pada waktunya maka sebaiknya perusahaan menunggu sampai suatu jangka waktu tertentu
yang dianggap sebelum menerapkan prosedur-prosedur pengumpulan piutang yang sudah
ditetapkan.
Perhitungan atas keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian perusahaan dengan
adanya usaha pengumpulan pioutang yang lebih ketat (biaya pengumpulan piutang lebih
besar) dapat dilakukan seperti adanya analisa cost-benefit yang sudah diberikan didapan.

4. Teknik Pengumpulan Piutang


Semjumlah teknik pengumpulan piutang yang biasanya dilakuakan oleh perusahaan
bilaman langganan atau pembeli belum melakukan pembayaran sampai jangka waktu yang
telah ditentukan adalah sebagai berikut:
1. Melalui surat. Bilaman waktu pembayaran utang dari langganan sudah lewat beberapa
hari tetapi belum juga melakukan pembayaran maka perusahaan dapt mengirim surat
denga dana “mengingatkan” (menegur) langganan yang belum membayar tersebut
bahwa utangnya sudah jatuh tempoh. Apabila utang tersebut belum juga dibayar setelah
beberapa hari surat dikirimkan maka dapat dikirimkan surat kedua yang nadanya lebih
keras.
2. Melalui telepon. Apabila setelah dikirmkan surat teguran ternyata utang-utang tersebut
juga belum dapat dibayar, maka bagian kredit dapat menelpon langganan dan secara
pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. Kalau dari hasil pembicaraan
teresebut ternyata misalnya langganan mempunyai alasan yang dapat diterima maka
mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan sampai suatu jangka tertentu.

21
3. Kunjungan personal. Teknik pengumpulan piutang dengan jalan melakukan kunjungan
secara personal atau pribadi ke tempat langganan seringkali digunakan karena
dirasakan sangat efektif dalam usaha-usaha jangka waktu tertentu.
4. Tindakan yuridis.Bilaman ternyata langganan tidak mau membayar utang-utangnya
maka perusahaan dapat melakukan tindakanhukum dengan mengajukan gugatan
perdata melalui pengadilan.

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Dalam Piutang


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya piutang dalam sebuah perusahaan. Secara
sederhana faktor tersebut adalah sebagai berikut
1. Volume penjualan kredit, semakin besar volume penjualan kredit, makin besar investasi yang
tertanam dalam Piutang. Artinya perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih besar
dalam piutang, dan meski beresiko semakin besar, profitabilitasnya juga akan semakin besar.
2. Syarat pembayaran (termin), semakin lama masa kredit, semakin besar invesatasinya.
Syarat penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak tergantung pada kondisi
perusahaannya. Umumnya syarat pembayaran yang ketat tampak dari batasan waktu
pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran piutang
yang lambat.
3. Ketentuan tentang pembatasan kredit, perusahaan dapat menentukan batas maksimal
(palfon) bagi kredit, batasan kredit dapat berupa kuantitatif (plafon kredit, semakin besar
plafon kredit perpelanggan makin besar investasi yang diperlukan) dan kualitatif (selektif
terhadap pelanggan kredit, makin ketat seleksi akan semakin memperkecil investasi dalam
piutang).
4. Kebijakan dalam penagihan piutang, pengumpulan piutang dapat bersifat aktif (menggunakan
debt collector) pengumpulan piutang lebih tepat waktu tetapi perlu tambahan biaya
pengumpulan piutang, atau pasif yaitu keyakinan bahwa debitur menepati janji, maka resiko
tertunggaknya piutang lebih besar. Perusahaan juga berharap agar pelanggan menyetor
pembayaran hutang tepat waktu. Kebijakan ini ditempuh degan cara:
a. Memungut secara langsung
b. Member peringatan degan mengirim surat kepada pelanggan

22
5. Kebiasaan membayar pelanggan, apabila sebagian besar pelanggan membayar pada masa
diskon, maka membutuhkan investasi lebih kecil, tetapi jika pelanggan membayar pada hari
ke 30 atau bahkan menunggak, perlu invstasi yang besar.

D. Risiko Yang Timbul Dari Adanya Penjualan Secara Kredit


Pada dasarnya risiko yang timbul akibat adanya penjualan secara kredit adalah sebagai berikut :
1. Tidak terbayarnya Piutang
Dengan adanya pembayaran secara kredit, maka akan memungkinkan adanya piutang yang
tidak tertagih dari para pelanggan. Adapu solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
Menyediakan cadangan dana (Bad debt / piutang tak tertagih). Pada dasarnya, meningkatnya
penjualan secara kredit, meningkat pada bertambah besarnya alokasi dana yang
diinvestasikan dalam piutang dan pada akhirnya berdampak pada tingkat profit perusahaan.
Dengan sendirinya, semakin besar jumlah piutang semakin besar kemungkinan timbulnya
piutang tak tertagih.

2. Keterlamabatan Waktu Pembayaran Piutang


Risiko yang mungkin terjadi akibat adanya piutang adalah para pelanggan terlambat dalam
melunasi kewajiban mereka dalam membayar hutang. Keterlambatan tersebut berdampak
pada timbul Biaya pengumpulan piutang (cash discount). Dalam mengatasi hal tersebut agar
tidak berlanjut, pihak perusahaan dapat mengatasinya dengan cara mengubah piutang
menjadi wesel apabila ketika jatuh tempo, piutang tersebut belum dilunasi.

E. Prinsip-Prinsip Dalam Pemberian Kredit


Resiko kredit adalah resiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para langganan.
Oleh karena itu banyak perusahaan yang berusaha mengurangi resiko kredit dengan
memperhatikan 5 “C” sebelum memberikan persetujuan kredit.
1. Character : aspek ini menggambarkan keinginan atau kemauan para pembeli untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya sesuai dengan persyratan yang sudah ditetapkan oleh penjual. Pola-
pola pembayaran utang pada masa lalu dapat dijadikan pedoman yang sangat berguna dalam
menilai karakter seseorang calon langganan.

23
2. Capacity : mengambarkan kemampuan seseorang langganan untuk memenuhi kewajiban-
kewajiban finansianya. Suatu estimasi yang dianggap cukup baik dapat diperoleh dengan
menilai posisi likuiditas dan proyeksi cash flow dari calon langganan.
3. Capital : menunjuk kepada kekuatan finansial calon langganan terutama dengan melihat
jumlah modal sendiri yang dimilikinnya. Analisa terhadap neraca perusahaan dengan
menggunakan ratio-ratio finansial yang tersedia akan dapt memenuhi kebutuhan atas
penilaian capital calon langganan.
4. Collateral : menggambarkan jumlah aktiva yang dijadikan sebagai barang jaminan oleh calon
langganan. Akan tetapi biasanya hal ini bukanlah merupakan pertimbangan yang sangat
penting karena tujuan perusahaan dalam memberikan kredit bukanlah un tuk menyita dan
kemudian menjualaktiva langganan, tetapi tekanannya adalah pada pembayaran kredit yang
diberikan kerpada waktu yang sudah ditetapkan.
5. Conditions : menunjukan kepada keadaan ekonomi secara umum dan pengaruhnya atas
kemampuan perusahaan calon langganan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya.

Sebagai suatu kesatuan, kelima C diatas memegang peranan yang sangat penting sepanjang hal
tersebut dapat menjamin bahwa tidak ada faktor-faktor penting lain yang dilupakan dalam analisa
yang telah dilakukan.

Pencegahan resiko kredit dapat bula dilakukan degan cara sebgai berikut:
1. Mencari informasi tentang mental kepribadian, penilaian diperoleh berdasarkan pandagan
masyarakat serta pengalaman yang telah ada.
2. Mencari informasi tentang kemapuan keuangan, informasi ini diperoleh melalui laporan
keuangan dalam bentuk neraca, laporan laba rugi serta laporan lain yang menggambarkan
posisi keuangan perusahaan dan hasil yang telah dicapai.
3. Mencari informasi tentang jalannya perusahaan, dalam hal ini posisi keuagan perusahaan
sekarag ini apakah masi bisa dipertahankan untuk masa mendatang.
4. Menetapkan kebijakan setahap demi setahap, dalam hali ini lebih memudahkan untuk
mengotrol keadaan perusahaan.
5. Membatasi jumlah piutang yang akan diberikan kepada pelanggan.

24
6. Meminta barang jaminan, brang jaminan baik berupa barang atau Bank Garantie, akan lebih
menjamin piutang yang diberi. Namun, perlu dipertimbangkan juga biyaya penyimpanan
barang jaminan tersebut dan prakteknya tidak selau mudah dilakukan.
7. Seleksi terhadap Verkooper atau agen, ada kalanya kemacetan piutang berasal dari pihak
perusahaan itu sendiri karena terjadi permasalahan Internal. Sehingga penagihan tidak tepat
pada waktunya.

F. Biaya Yang Timbul Akibat Adanya Piutang


Dengan dilaksanaknnya penjualan secara kredit, yang kemudian menimbulkan piutang, maka
perusahaaan sebenarnya tidak terlepas dari penanggungan risiko berupa biaya. Biaya yang timbul
akibat dari adanya piutang adalah sebagai berikut :

1. Biaya Penghapusan
Biaya penghapusan piutang / piutang ragu-ragu / bad debt, risiko terhadap tidak tertagihnya
sejumlah tertentu dari piutang akan dimasukkan sebagai biaya bad debt atau piutang ragu-
ragu yang nantinya akan diadakan penghapusan piutang. Oleh karena itu perlu diperhitungkan
pada setiap periode.
2. Biaya Penumpulan Piutang
Dengan adanya piutang maka timbul kegiatan penagihan piutang yang akan mengeluarkan
biaya disebut sebagai biaya pengumpulan piutang.
3. Biaya Administrasi
Terhadap piutang diperlukan kegiatan administrasi yang akan mengeluarkan biaya.
4. Biaya Sumber Dana
Dengan terjadinya piutang maka diperlukan dana dari dalam maupun dari luar perusahaan
untuk /berjaga-jaga. Dana tersebut diperlukan biaya untuk sumber dana (weighted cost).

25
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijaksanaan kredit mengandung dua dimensi, yaitu standar kredit dan analisa kredit.
Perusahaan harus menetapkan tingkat resiko yang diterima dalam rangka memaksimumkan jumlah
keuntungan yang ini dicapai. Pertimbangan-pertimbangan yang diberikan disini terletak pada biaya-
biaya administrasi, kerugian-kerugian piutang, investasi dalam piutang dan keuntungan yang dapat
diperoleh dari penjualan.Faktor-faktor tersebut diatas haruslah dipertimbangkan bilamana
perusahaan bermaksud untuk memperlunak atapun memperketat stndar kredit yang diberikan.
Analisa-analisa kredit yang menyangkut “the five C’s of credit” digunakan untuk mengumpulkan dan
menganalisa informasi kredit dalam usaha menentukan apakah seseorang langganan dapt
memenuhi andar kredit yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Penilaian-penilaian objektif dari
manajer baian kredit adlah merupakan input yang sangat penting dalam pengambilan keputusan
sehungan dengan kredit yang diberikan.
Persyaratan kredit atau “credit term” mempunyai tiga komponen penting yaitu:
1. potongan tunai atau cash discount
2. periode potongan tunai atau cash discount period, dan.
3. Periode kredit atau credit period

Adanya perubahan dari ketiga ataupun salah-satu dari komponen diatas akan dapat
mempengaruhi volume penjualan, tingkat keuntungan, lama rata-rata pengumpulan piutang, dan
keruguan piutang.
Kebijaksanaa pengumpulan piutang menentukan bentuk dan usaha-usaha yang dilakukan
untuk menangih piutang sudah lewat periode kredit yang sudah ditentukan. Keputusan-keputasan
berhubungan dengan intensitas pengumpulan piutang sangat terngantung biaya yang harus
dikeluarkan untuk melakukan penagihan tersebut, keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh
dengan menurunnya rata-rata pengumpulan piutang dan semakin kecilnya kerugian piutang bad
debt expenses.

26
B. Saran
Mengingat bahwa piutang merupakan suatu bentuk investasi yang cukup besar dalam sebagian
perusahaan, maka dengan adanya manajemen piutang yang lebih baik akan dapat memberikan
keuntungan-keuntungan dan penghematan yang cukup besar bagi perusahaan. Tujuan perusahaan
secara keseluruhan sehubungan dengan manajemen piutang seharusnya tidak ditekankan pada
kecepatan pengumpulan piutang saja, tetapi juga harus diperhatikan untung-rugi yang mungkin
timbul dalam aspek-aspek yang lain di manajemen piutang misalnya kebijaksanaan-kebijaksanaan
dalam pengumpulan piutang.

27
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, Eugene F. Dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan.Jakarta: Erlangga.

Ervita, Safitri & Abdul Aziz. 2013. Manajemen Keuangan. Palembang: CitraBooks

Hanafi, M.B.A. Dr. Mamduh M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.

James, dkk (2009) Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia. Salemba empat, Jakarta

Keown, dkk (2008). Manajemen Keuangan. Edisi kesepuluh. Indeks, Indonesia

Manullang. 2005. Pengantar Menejemen Keuangan. Jokjakarta: Andi

Syamsuddin, M.A., Drs. Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

32

28

Anda mungkin juga menyukai