Anda di halaman 1dari 16

Menejemen Piutang Usaha

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan
& Seminar yang diampu Oleh Cucu Nurhayati, M,pd

Di susun oleh

Ilis Tri Rahayu (1201020033)

Julia Alya Putri (1201020040)

Lufti anas Abdullah Dzaki (1201020042)

Nurul Nurasiah (1201020054)

Septiana Amanda (1201020066)

Sindi Sopiah (1201020068)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


JURUSAN EKONOMI
STIE WIBAWA KARTA RAHARJA PURWAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan dan rahmat yang diberikannya sehingga
tugas makalah ini dapat penyusun selesaikan dengan sebaik-baiknya demi memenuhi mata kuliah
Manajemen Keuangan dan Seminar. Shalawat serta salam selalu tercurah limpahkan kepada nabi
besar Muhammad Rasulullah SAW. Yang selalu kita nanti nantikan syafaat nya di yaumil akhir
nanti.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang manajemen piutang
usaha, yang penyusun sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi,
dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STIE Wikara. Penyusun sadar bahwa
makalah ini masih banyak sekali kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kepada dosen pengampu penyusun meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Purwakarta, 27 September 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................................................2
1.4 Manfaat.................................................................................................................................2
BAB II................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
2.1 Pengertian Manajemen Piutang Usaha.............................................................................3
BAB III............................................................................................................................................11
PENUTUP......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman dan perubahan waktu, pada abad ke-21 ini bangsa Indonesia
telah memasuki revolusi industri 4.0 hal tersebut sangat berpengaruh pada banyaknya perusahaan-
perusahaan asing maupun lokal yang ada di Indonesia saat ini. Terdapat begitu banyak transaksi
yang dilakukan perusahaan dalam aktivitasnya sehari-hari. Mulai dari aktivitas membeli aset yang
dibutuhkan perusahaan, membayar berbagai beban yang diperlukan dalam rangka memperoleh
suatu manfaat, hingga aktivitas menghasilkan dan menjual produk perusahaan kepada konsumen.

Pada hakikatnya perusahaan harus menghasilkan dan memiliki produk tertentu agar dapat
bertahan, maka setiap produk yang dihasilkan harus terjual kepada calon konsumen. Dalam upaya
menjual produk yang dimilikinya, setiap perusahaan menggunakan berbagai metode di mana salah
satunya ialah dengan memberikan kemudahan dalam metode pembayaran kepada calon konsumen.
Penjualan produk yang dilakukan ialah secara kredit, dimana pihak pembeli tidak perlu membayar
semua tagihan pada saat terjadinya transaksi, itu merupakan salah satu bentuk kemudahan cara
pembayaran. Perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit akan menghasilkan piutang usaha
pada buku besarnya. Saat hal tersebut terjadi perusahaan memiliki klaim atau tagihan kepada
pelanggannya atas sejumlah uang akibat transaksi penjualan kredit yang telah terjadi.

Penjualan secara kredit yang dilakikan oleh perusahaan justru akan memberi peluang untuk
perluasan pasar sehingga dapat menambah laba usaha, meski hal ini juga bukan tanpa resiko.
Biasanya keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari segi keuangannya, yaitu seberapa besar
laba atau profit yang diperoleh dari hasil usahanya. Sehingga setiap perusahaan berlomba-lomba
menaikan besaran profit yang didapatnya. Namun, untuk mencapai tujuan yang diinginkan, suatu
perusahaan harus mengoptimalkan segala kegiatan di dalam perusahaan tersebut, baik itu produksi,
pemasaran maupun penjualannya.

1
Dengan akses kemudahan yang telah diberikan perusahaan kapada calo konsumenya dan
peluang untuk memperluas pasar, perusahaan belum tentu terlepas dari masalah yang akan terjadi.
Masalah yang umum dihadapi perusahaan ialah penagihan piutang yang telah jatuh tempo tidak
semestinya dapat diselesaikan seluruhnya. Jika keadaan itu terus berlangsung dalam jangka waktu
yang lama maka modal perusahaaan akan semakin kecil. Dengan begitu penagihan piutang perlu
mendapat perhatian dan penanganan serius agar resiko yang mungkin timbul terhadap perusahaan
dapat dihindari sekecil mungkin. Dalam hal ini, perlu adanya pengelolaan manajemen keuangan
berupa perencanaan dan analisa yang dirancang dengan sebaik-baiknya. Sehingga kebijakan
manajemen piutang dapat berjalan dengan efektif dan efisien, baik mengenai prosedur piutang, ,
penagihan piutang, pemberian kredit dan masalah piutang lainya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan manajemen piutang usaha?

2. Terdapat berapa fungsi dalam manajemen piutang usaha?

3. Terdapat berapa tujuan manajemen piutang?

4. Bagaimana kebijakan yang ada pada manajemen piutang?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian dan penjelasan mengenai manajemen piutang usaha.

2. Memberikan pemahaman mengenai fungsi manajemen piutang usaha.

3. Memberikan penjelasan mengenai tujuan manajemen piutang usaha.

4. Untuk mengetahui kebijakan yang ada pada manajemen piutang usaha.

1.4 Manfaat

Adapun beberapa manfaat dalam penyusunan makalah ini yaitu:

2
1. Memahami lebih jauh mengenai piutang dan berbagai konsep didalamnya.

2. Mendapatkan panduan dalam pengaplikasian cara pengendalian piutang.

3. Menjadi bahan referensi dalam tulisan yang berkaitan dengan manajemen piutang.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Manajemen Piutang Usaha

Piutang adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena terjadinya transaksi
dimasa lalu. Walaupun pada dasarnya semua perusahaan dagang/industri menginginkan penjualan
cash, tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau adanya alasan lain maka
menimbulkan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit akan dapat meningkatkan laba atau
profit penjualan, akan tetapi memiliki resiko karena tertundanya penerimaan kas, sehingga
membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan kerugian karena
karena adanya tunggakan dari pihak lain atau bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang
tertunggak akan semakin besar investasi yang dibutuhkan

Adapun beberapa definisi atau pengertian piutang menurut para ahli diantaranya yaitu :

1 Menurut Hery, (Hery: 2015) mendefinisikan Istilah piutang adalah “mengacu pada sejumlah
tagihan yang akan diterima oleh perusahaan (umumnya dalam bentuk kas) dari pihak lain,
baik sebagai akibat penyerahan barang dan jasa secara kredit”.

2 Menurut Yusup (2009: 52) “Piutang adalah hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual
kepada si pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi, yaitu penjualan secara kredit.”

3 Indriyo Gito Sudarmo (1998:69) memberikan definisi piutang sebagai berikut : “piutang
merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari
dilaksanakannya politik penjualan kredit”.

4 Sedangkan menurut Sinurat (2010: 198) “Piutang adalah tagihan kepada seseorang atau
perusahaan berupa sejumlah uang tertentu oleh karena terjadinya transaksi dimasa lalu yang
mengakibatkan timbulnya tagihan.”

5 Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz. Jr (Horne John M: 2012) piutang
adalah sejumlah uang hutang dari konsumen pada perusahaan yang membeli barang atau
jasa secara kredit kepada perusahaan.

6 Menurut (Moh Benny :2009) piutang adalah hak penagihan kepada pihak lain atas uang,
barang atau jasa yang timbul karena adanya penjualan barang atau jasa secara kredit dalam
jangka waktu satu tahun atau dalam siklus normal perusahaan,
3
7 Menurut Zaki Badriwan, Tagihan-tagihan yang dimiliki perusahaan dapat dibagi dalam dua
kelompok, yaitu:

a) Tagihan-tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis disebut piutang.

b) Tagihan-tagihan yang didukung dengan janji tertulis disebut piutang.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen piutang ialah sebuah praktik atau
sistem yang dibuat oleh perusahaan melalui proses perencanaan, pengawasan, pengendalian uang
yang ditagihkan kepada pihak yang meminjam.Tagihan kepada pihak lain yang dimaksud adalah
tagihan perorangan maupun perusahaan atas setiap aktiva atau aset perusahaan yang timbul dari
transaksi kredit. Sebagai contoh; sumber piutang yang lazim terjadi adalah pinjaman karyawan,
penjualan kredit, atau restitusi pajak.

Piutang salah satu jenis transaksi akutansi yang mengurusi penagihan konsumen yang
berhutang pada seseorang, suatu perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang dan layanan yang
telah diberikan pada konsumen tersebut. Pada sebagian besar entitas bisnis, hal ini biasanya
dilakukan dengan membuat tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang akan
dibayar dalam suatu tenggat waktu yang disebut termin kredit atau pembayaran.

Dalam piutang operasional bisnis terdapat dua peran yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini
karena piutang menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan keuntungan perusahaan, misalnya
melalui penjualan kredit. Selain itu, piutang juga mampu membantu perusahaan dalam menghadapi
persaingan bisnis. Misalnya saja dengan pinjaman hutang karyawan sebagai bentuk upaya
mempertahankan karyawan.

Agar tujuan-tujuan tersebut tercapai, perusahaan wajib mengelola piutang secara efektif,
efisien, dan tepat sasaran agar tidak berbalik merugikan. Pengelolaan piutang inilah yang lebih jauh
disebut dengan manajemen piutang.

4
.2 Fungsi Manajemen Piutang Usaha

Terdapat beberapa fungsi manajemen piutang, hal itu dapat dilihat melalui empat fungsi
utamanya yaitu:

a) Perencanaan (Planning)

Merencanakan anggaran atau pos apa saja menggunakan pembayaran kredit.

b) Pengorganisasian (Organizing)

Menciptakan kebijakan atau prosedur penagihan piutang agar berjalan secara efektif

c) Penetapan dan Pengarahan (Decision and Direction)

Menerapkan kebijakan atau aturan yang telah dibuat sehingga perusahaan mampu
mengetahui mana piutang tertagih dan tidak tertagih.

d) Pengawasan (Controling)

Perusahaan mampu mengevaluasi kebijakan piutang yang telah dijalankan. Apakah


pengelolaan piutang berjalan efektif atau justru merugikan.

.3 Tujuan Manajemen Piutang Usaha


Pengelolaan atau manajemen piutang dilakukan agar perusahaan terhindar dari risiko-risiko
yang berasal dari pemasukan kredit seperti:

a) Seluruh piutang tidak tertagih. Risiko yang terjadi apabila jumlah piutang tidak dapat
tertagih sama sekali. Misalnya kurang pengawasan, salah memilih pelanggan dan potensi
lainnya seperti adanya kondisi negara yang tidak stabil.

b) Piutang yang tidak dibayarkan sebagai piutang. Hal ini akan berpengaruh langsung pada
pencatatan keuangan yang berakibat mengurangi laba perusahaan.

c) Pelunasan piutang lewat jatuh tempo. Hal ini mampu menimbulkan beban tambahan pada
perusahaan yang jika dilakukan berulang maka bisa merugikan perusahaan.

5
d) Perputaran piutang yang rendah pada modal yang dapat mengakibatkan modal yang
tertanam dalam piutang semakin besar dan berakhir pada tidak produktifnya modal kerja.

e) Adanya kecurangan seperti kegagalan penagihan piutang karena pelanggan yang tidak
bertanggungjawab atau pencurian kas.

f) Kesalahan teknis baik dalam hal penagihan maupun pemasukan data.


g) Data pelacakan piutang hilang atau rusak.

h) Kinerja SDM penagih piutang yang buruk.

.4 Kebijakan Manajemen Piutang

Kredit atau piutang mengandung pengertian adanya suatu kepercayaan dari seseorang atau
badan yang diberikan kepada seseorang atau pihak lain atas penundaan pembayaran barang atau
jasa yang manfaatnya dirasakan saat ini dengan pembayaran yang dilakukan di masa yang akan
datang. Sedangkan dalam pengertian lain kebijaksaan kredit atau piutang adalah merupakan
pedoman yang ditempuh oleh perusahaan dalam menentukan apakah kepada seorang langganan
akan diberikan kredit dan kalaupun diberikan, berapa banyak kredit yang akan diberikan tersebut.
Tentunya pemberian kredit tersebut dilakukan menurut prosedur dan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Dengan adanya kebijakan kredit diharapkan pembeli dapat menepati
jangka waktu pembayaran yang telah ditentukan.

Adapun beberapa pengertian kredit atau piutang menurut para ahli antara lain sebagai berikut:
a) Menurut Kasmir (2012: 243-250) diartikan sebagai: Penjualan barang di mana
pembayarannya dilakukan secara angsuran (cicilan) sesuai kesepakatan yang dibuat antara
penjual dan pembeli untuk jangka waktu tertentu dengan masing-masing hak dan
kewajibannya. Dari pengertian ini terkandung bahwa dalam transaksi penjualan secara
kredit adanya suatu kesepakatan untuk melakukan transaksi.Di dalam kesepakatan tersebut
tertuang hak dan kewajiban masing-masing pihak. Misalnya, jumlah yang harus dibayar
pihak penerima berikut jangka waktu pembayaran. Di samping itu, adanya kebijakan
terhadap penjualan kredit tersebut apabila misalnya dilunasi sebelum jangka waktunya.
Untuk perusahaan dagang pengaruh dari hasil penjualan kredit ini terlihat komponen pos
piutang di aktiva lancar bagi perusahaan yang menjual barang. Sebaliknya bagi perusahaan
yang membeli secara kredit, maka terlihat di sisi pasiva pada pos utang dagang. Dalam
rangka meningkatkan penjualan secara kredit, maka perusahaan dagang perlu menetapkan
kebijakan kredit (credit policy). Tujuannya agar penjualan kredit yang diberikan akan

6
memberikan keuntungan seperti yang diinginkan. Penundaan atau keterlambatan
pembayaran oleh debitur akan merugikan perusahaan pemberi, apalagi debitur yang tidak
mampu untuk mengembalikannya.
b) Menurut Arief Sugiono (2009;29) Kebijakan penjualan kredit menyangkut kegiatan untuk
menentukan seberapa besar perusahaan dapat melakukan penjualan kredit dan kepada siapa
saja perusahaan dapat menjual secara kredit. Dalam hal ini, perusahaan harus
menilai/mengevaluasi kemampuan baik pelanggan likuiditas, aktivitas, solvabilitas maupun
profitabilitasnya. Analisis ini tidak hanya menyangkut tingkat kepercayaan financial kepada
pelanggan, tetapi juga menyangkut estimasi jumlah kredit yang mampu ditanggung oleh
pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan biasanya akan menetapkan batas kredit yang boleh
diberikan kepada pelanggan.

Perubahan kebijakan kredit dapat melibatkan keseimbangan langsung antara biaya dan
keuntungan. Jika kebijaksanaan kredit diperlunak, maka penjualan dan laba akan naik. Dengan
mengetahui faktor-faktor utama yang harus dipertimbangkan bilamana perusahaan bermaksud
untuk memperlunak ataupun memperketat standar kredit yang diterapkan, akan dapat memberikan
suatu gambaran tentang keputusan-keputusan apa yang harus diambil oleh perusahaan sehubungan
dengan “kepada siapa dan dalam jumlah berapa” kredit yang akan diberikan.

Suatu analisis kredit menggambarkan suatu proses penilaian atau evaluasi tentang apakah
konsumen dapat menerima kredit atau tidak. Arief Sugiono (2009;35) mengemukakan bahwa:
”Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya risiko atas tidak tertagihnya piutang, yang dapat
dikendalikan oleh pihak manajemen didalam perusahaan disebut sebagai credit policy variables”.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya risiko atas tidak tertagihnya piutang adalah sebagai
berikut:

a) Kredit standar (credit standard)


Menurut Arief Sugiono (2009;35) memberikan definisi sebagai berikut: ”Standar
kredit yang ditetapkan oleh perusahaan merupakan tolak ukur di dalam menetapkan
tingkat resiko yang secara optimal dapat ditanggung oleh perusahaan atas kredit macet
yang mungkin timbul sebagai akibat dari pemberian kredit yang dilakukannya.”

Standar kredit merupakan kualitas minimal yang digunakan untuk menilai apakah
peminjam layak untuk diberikan kredit atau pinjaman. Dengan menentukan standar
kredit, perusahaan dapat menentukan besaran pemberian kredit serta jangka waktu yang
diberikan untuk melakukan pelunasan. Dalam arti lain Standar kredit merupakan
besarnya resiko yang terkandung dalam pemberian kredit yang dapat diterima, jika

7
perusahaan menjual secara kredit hanya kepada pelanggan yang terutang saja, maka
perusahaan akan menderita kerugian yang sedikit saja yang disebabkan oleh utang yang
tak dapat ditagih (bad debts). Sebaliknya, perusahaan mungkin akan kehilangan
penjualan dan laba yang tidak jadi diterimanya dari penjualan yang hilang ini mungkin
lebih besar daripada biaya yang dihindarinya

Menurut Mandala, Manurung dan Rahardja Prathama (2004;193) kriteria penilaian


kredit yang digunakan untuk menilai kelayakan pelanggan adalah 5C yaitu:
1. Character
Perusahaan melakukan penilaian terhadap karakter calon debitur. Ini
merupakan ukuran kemauan debitur untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Capacity
Perusahaan melakukan penilaian subyektif atas kemampuan calon debitur
dalam menggerakan usahanya. Kemampuan ini diukur dengan catatan
prestasi bisnis perusahaan calon debitur di masa lampau, yang di dukung
dengan pengamatan di lapangan.
3. Capital
Perusahaan melakukan penyidikan terhadap pemodalan yang dimiliki calon
debitur yang tidak hanya dilihat dari besar kecilnya modal tersebut tetapi
bagaimana modal tersebut di distribusikan dan kecukupan modal yang
tersedia.
4. Collateral
Jaminan sangat dibutuhkan untuk menghindari atau mengurangi resiko
kerugian bila terjadi hal-hal buruk dari usaha yang dikelola oleh calon
debitur. Penilaian jaminan biasanya hanya dinilai dari sisi financial tetapi
juga dari kualitas assets yang dimiliki calon debitur.
5. Condition
Kreditur perlu memperhatikan apakah calon debitur dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya di tengah-tengah kondisi perekonomian yang
fluktuatif untuk memastikan bahwa calon debitur dapat melunasi
kewajibannya.
b) Syarat Kredit (Credit Term)
syarat kredit (credit team) yang dimaksud adalah meliputi ketentuan-ketentuan yang
dibuat perusahaan dalam mengelola piutangnya meliputi penentuan periode kredit,
potongan tunai, penetapan bunga dan syarat-syarat lain yang diberikan kepada pemohon
pinjaman.
Syarat kredit menurut Mardiyanto (Mardiyanto, 2009) mencakup dua hal yaitu:
1. Periode kredit (kapan penagihan dimulai serta berapa lama batas waktu
penagihan).

8
2. Diskon yang akan diberikan kepada pelanggan yang membayar pada periode
diskon.
Dalam syarat kredit ditentukan oleh jangka waktu kredit yang diberikan kepada
pelanggan dan besar cash discount yang diberikan seandainya konsumen tersebut
membayar lebih cepat atau sebelum suatu tenggang waktu tertentu berakhir. Sebagai
contoh 2/10 n/40, persyaratan ini menunjukkan bahwa perusahaan akan memberikan
diskon sebesar 2% apabila utang akan dibayar dalam tempo 10 hari dengan maksimal
jangka waktu pembayaran selama 40 hari.
Dalam menetapkan persyaratan kredit, perusahaan harus mempertimbangkan
pertambahan keuntungan yang akan diperoleh dengan biaya modal yang harus
dikorbankan sebagai akibat dari bertambahnya besarnya dana yang tertanam dalam
piutang dagang.
c) Kebijakan Penagihan (Collection Policy)
Brealey, Myers, & Marcus yang diterjemahkan oleh Sabran, Bob. (Myers & Majluf,
1984) mendifinisikan kebijakan penagihan sebagai berikut: ”Kebijakan penagihan
adalah prosedur untuk menagih dan mengawasi piutang. Kebijakan mengenai penagihan
yaitu sampai sejauh mana tindakan atau kelonggaran yang diberikan perusahaan atas
piutang yang tidak dibayar pada waktunya.”
Kebijakan penagihan merujuk pada prosedur-prosedur yang digunakan untuk
menagih piutang. Keseimbangan biaya dan manfaat harus selalu diperhitungkan dalam
menetapkan kebijakan penagihan yang akan dijalankan. Perubahan kebijakan penagihan
mempengaruhi umlah penjualan, periode penagihan, persentase piutang tak tertagih, dan
persentase pelanggan yang mengambil diskon.
Menurut Brealey, Myers, & Marcus yang diterjemahkan oleh Sabran, Bob (Myers &
Majluf, 1984) manajemen kredit melibatkan lima langkah, yaitu:
1. Menetapkan syarat penjualan di mana akan berencana menjual barang.
2. Memutuskan bukti apa yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa pelangan
berutang uang.
3. Menentukan pelanggan mana yang tampaknya akan membayar tagihan
mereka. Ini disebut analisis kredit.
4. Memutuskan kebijakan kredit.
5. Menagih uang pada saat jatuh tempo. Ini disebut kebijakan penagihan.
Dengan menurunkan standar pemberian kredit, mungkin akan meningkatkan
permintaan, yang juga akan meningkatkan penjualan dan laba. Namun terdapat biaya
dengan adanya penambahan piutang, serta meningkatnya resiko piutang tidak tertagih.
Perusahaan harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat dalam setiap
pelaksanaan perkreditannya. Hal ini disebabkan karena kredit yang diberikan oleh
perusahaan mengandung risiko. Salah satu upaya untuk lebih mengarahkan agar

9
perkreditan perusahaan telah didasarkan pada prinsip yang sehat, yaitu melalui kebijakan
perkreditan yang sehat.
d) Mengandalkan Pihak Ketiga
Kebijakan terakhir bukanlah prinsip utama yang dapat dilakukan untuk
mengefisiensi manajemen piutang perusahaan. Namun didalam persaingan yang
semakin ketat dan sangat volatile mengandalkan pihak ketiga merupakan pilihan terbaik.
Pihak ketiga yang dimaksud adalah pihak diluar perusahaan yang membantu
mengelola piutang perusahaan misalnya adalah menggunakan layanan teknologi
keuangan atau konsultasi dengan konsultan bisnis.
Mengandalkan pihak ketiga adalah investasi jangka panjang yang paling efektif
dalam mengelola keuangan terutama piutang perusahaan.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen piutang ialah sebuah praktik atau sistem yang dibuat oleh perusahaan
melalui proses perencanaan, pengawasan, pengendalian uang yang ditagihkan kepada pihak
yang meminjam.Tagihan kepada pihak lain yang dimaksud adalah tagihan perorangan
maupun perusahaan atas setiap aktiva atau aset perusahaan yang timbul dari transaksi kredit.
Piutang salah satu jenis transaksi akutansi yang mengurusi penagihan konsumen yang
berhutang pada seseorang, suatu perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang dan layanan
yang telah diberikan pada konsumen tersebut. Fungsi manajemen piutang yaitu perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), penetapan dan pengaraham (decision and
direction), dan pengawasan (controlling). Tujuan manajemen piutang dilakukan agar
perusahaan terhindar dari risiko-risiko yang berasal dari pemasukan kredit seperti seluruh
piutang tak tertagih. kebijaksaan kredit atau piutang adalah merupakan pedoman yang
ditempuh oleh perusahaan dalam menentukan apakah kepada seorang langganan akan
diberikan kredit dan kalaupun diberikan, berapa banyak kredit yang akan diberikan tersebut.
Tentunya pemberian kredit tersebut dilakukan menurut prosedur dan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.

3.2 Saran

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas partisipasi
pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah manusia yang pasti nya
memiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan saran dari pembaca, penulis
bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah kedepan menjadimakalahyang lebih baik
lagi dan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alexandri, Moh Benny. Manajemen Keuangan Bisnis. Bandung: Alfabeta. 2009.

Baridwan, Zaki., 2001. Intermedite Accounting, BPFE, Yogyakarta.

Gitusudarmo, Indriyo dan Basri. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: ABPFE. 2002.

Haryono, Yusup., 2009, Dasar-Dasar Akuntansi, Yogyakarta : YKPN.

Hery. (2015). Pengantar Akutansi. PT.Grasindo.

Horne John M., J. C. V. dan W. (2012). Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Edisi 13. Jakarta:
Salemba Empat.

Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Mardiyanto. (2009). Intisari manajemen keuangan : teori soal dan jawaban / Handono. In Jakarta :
Grasindo.

Manurung, Mandala, dan Pratama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian
Kontekstual Indonesia). Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta.

Myers, S. C., & Majluf, N. S. (1984). Brealey, Richard A., Stewart C. Myers, and Franklin Allen.
Principles of Corporate Finance. Journal of Financial Economics

Sinurat, Haris, 2010. Pengantar Akuntansi. Jakarta : IPWI.

Sugiono Arief, 2009, Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan, edisi pertama, cetakan
pertama, Penerbit : Grasindo, Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai