Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MATA KULIAH MANAJEMEN PERBANKAN

MANAJEMEN KREDIT
Dosen pengampu : Satria Putra Utama, SE,.

Disusun Oleh :
1. M. Surya Aditiya 22001081062
2. Yogi Adha Prasetyo 22001081146
3. Ziana Walidah Taj 22001081237
4. Hilda Alivia Firdaus 22001081273

Universitas Islam Malang


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Manajemen

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hadirkan Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat disusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan kontribusi baik pikiran maupun
materinya. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang satu materi
kuliah Manajemen Perbankan.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah dan memberikan
wawasan. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa membaca praktikkan
dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai kami merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih.

Malang, Oktober 22

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Manajemen Kredit.................................................................................................3
2.2 Unsur-unsur Kredit...................................................................................................................4
2.3 Jenis-jenis Kredit.......................................................................................................................5
2.4 Jaminan Kredit..........................................................................................................................7
2.5 Prosedur dan Pemberian Kredit..............................................................................................8
2.6 Pembebanan Suku Bunga Kredit...........................................................................................11
2.7 Kualitas Kredit........................................................................................................................12
2.8 Teknik Penyelesaian Kredit....................................................................................................14
KESIMPULAN..................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peranan perbankan untuk memajukan perekonomian suatu negara dalam dunia
modern ini sangatlah besar. Bank pada dasarnya merupakan industri sejenis di mana seluruh
bank dapat menawarkan dan melayani berbagai jenis produk, baik itu produk yang berbeda
maupun produk yang sama. Bank dilihat dari segi persaingannya antara yang satu dengan
yang lain setiap jenis produk atau jasa yang sama dapat dimodifikasi sedikit atau sepenuhnya,
walaupun produk atau jasa tersebut sudah ada. Hal ini merupakan salah satu strategi yang
dibuat oleh bank untuk menarik minat nasabah. pemberian kredit yang bertujuan untuk
mempermudah nasabah dalam melakukan peminjaman.
Ditinjau dari sudut pandang bank, kredit mempunyai suatu kedudukan yang strategis
dimana sebagai salah satu sumber uang yang perlu dalam membiayai kegiatan usaha yang
dapat dititikberatkan sebagai kunci kehidupan bagi setiap manusia. Fasilitas kredit yang
diberikan oleh bank merupakan asset yang terbesar bagi bank. Dalam hal kegiatan bank
memberikan fasilitas kredit, resiko kerugian sebagian besar bersumber pada kegiatan
tersebut, sehingga bila tidak dikelola dengan baik dan disertai pengawasan yang memadai
akan mengancam kelangsungan hidup bank tersebut. Dalam memberikan kredit, bank harus
mempunyai kepercayaan terhadap calon debitur bahwa dana yang diberikan akan digunakan
sesuai dengan tujuan, dan pada akhirnya akan dikembalikan lagi kepada bank sesuai dengan
perjanjian yang disepakati.
Bunga kredit merupakan sumber pendapatan terbesar dari industri perbankan. UU No.
10 Tahun 1998 (UU Perbankan) mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Akantetapi, pemberian
kredit ini memiliki faktor risiko yang cukup tinggi, dan berpengaruh cukup besar terhadap
tingkat kesehatan perbankan. Perbankan akan dikatan berhasil diukur dari kelancaran
pengembalian kredit yang dicerminkan oleh rendahnya tingkat non performing loan (NPL).
Manajemen kredit adalah pengelolaan kredit yang dijalankan oleh bank meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sedemikian rupa sehingga kredit
tersebut berjalan dengan baik sesuai dengan kesepakatan antara bank dengan debitur
(Firdaus, 2009:4). Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis manajemen kredit, mulai dari pengertian, unsur dan jenis kredit, pembebanan
suku bunga kredit, kualitas kredit, sampai teknik penyelesaian kredit.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen kredit?
2. Apa saja unsur dalam kredit?
3. Apa saja jenis kredit?
4. Bagaimana jaminan kredit?
5. Apa saja langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengkreditan?

1
6. Bagaimana pembebanan suku bunga kredit?
7. Bagaimana kualitas kredit?
8. Apa saja teknik yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam kredit?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Manajemen Perbankan.
manfaat dari penulisan makalah ini adalah unuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas
tentang manajemen kredit yang ada di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Kredit


Kredit berasal dari kata “credere” yang berarti : percaya, atau to believe / to trust.
Maksud dari kata tersebut bahwa kredit mengandung unsur kepercayaan dari bank kepada
nasabah untuk dapat menggunakan kredit sebaik mungkin.
Berbicara tentang definisi kredit, terdapat banyak definisi dari para ahli dalam
mendefinisikan tentang kredit yaitu :
1. Anwar
Menyatakan bahwa kredit adalah pemberian prestasi ( jasa ) dari pihak yang satu ( pihak
pemberi kredit ) kepada pihak yang lain ( pihak yang menerima kredit ) dan prestasinya akan
dikembalikan dalam jangka waktu yang disepakati beserta uang sebagai kontraprestasinya
( balas jasa).
2. Hasibuhan
Menjelaskan bahwa semua jenis kredit adalah pinjaman yang harus dibayar bersama
bunganya oleh peminjam seperti perjanjian yang disepakati bersama.
3. Kasmir
Menjelaskan bahwa kredit adalah pembiayaan yang bisa berupa uang, maupun tagihan yang
nilainya dapat ditukar dengan uang.
4. Muljono
Kredit adalah kemampuan untuk melakukan pembelian atau melaksanakan suatu pinjaman
dengan perjanjian untuk melakukan pembayaran dalam waktu yang ditentukan.
5. Veithzal Rivai
Kredit adalah penyerahan uang, barang atau jasa kepada pihak lain atas dasar kepercayaan
dengan pernjanjian mampu atau dapat membayar pada tanggal yang sudah disepakati.
Dari penjelasan para ahli-ahli diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pada dasarnya
kredit adalah “kondisi penyerahan baik berupa uang, barang maupun jasa dari pihak satu
( pihak pemberi kredit ) kepada pihak lainnya ( pihak penerima kredit ) dengan kesepakatan
bersama untuk dapat diselesaikan dengan jangka waktu tertentu disertai adanya imbalan atas
tambahan pokok tersebut”
Firdaus (2009: 4) manajemen kredit adalah pengelolaan kredit yang dijalankan oleh bank
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sedemikian rupa sehingga
kredit tersebut berjalan dengan baik sesuai dengan kesepakatan antara bank dengan debitur.
Pengelolaan kredit adalah kunci utama bagi perbankan nasional untuk tetap bertahan dalam
persaingan yang ketat, serta akan memberikan pendapatan atau keuntungan yang diharapkan.
Langkah- langkah perbankan diIndonesia agar mencapai kondisi perkreditan yang sehat,

3
yaitu Perencanaan Kredit, proses pemberian kredit dan Administrasi kredit, analisis
pemberian kredit, jenis pembebanan suku bunga, pengawasan kredit.
2.2 Unsur-unsur Kredit
Unsur-unsur kredit yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah
sebagai berikut.
1. Kepercayaan
Unsur kepercayaan merupakan suatu unsur atau keyakinan yang utama bagi pihak bank
dalam pemberian kredit. Kepercayaan terhadap kredit yang diberikan berupa uang, barang
atau jasa akan benar-benar dapat dikembalikan oleh debitur di masa tertentu di masa yang
akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, di mana sebelumnya pihak bank sudah
melakukan penelitian, penyelidikan tentang nasabah, baik secara intern maupun ekstern.
Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap permohonan
kredit. Sekiranya unsur ini tidak ada, sering kali permohonan kredit dari seseorang calon
debitur ditolak oleh kreditur.
Sebagai contoh: Bank Mitsubishi (kreditur) menerima permohonan dari 3 (tiga) calon debitur
(X, Y, dan Z). Dari ketiga calon debitur tersebut, ternyata hanya memiliki unsur kepercayaan
kepada calon debitur X. Padahal, prospek usaha Y dan Z mungkin lebih baik dari usaha X.
Dalam hal ini, sering kali terjadi permohonan Y dan Z ditolak, sedangkan permohonan X
dapat dipertimbangkan untuk direalisasi.
2. Kesepakatan
Di samping unsur kepercayaan, dalam pemberian kredit juga mengandung unsur kesepakatan
antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu
perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-
masing.
3. Jangka Waktu
Jangka waktu merupakan suatu periode atau jangka waktu tertentu untuk pengem balian
kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka waktu pendek,
menengah, atau jangka panjang. Sebagai contoh: Debitur X disetujui untuk mendapatkan
perjanjian kredit untuk jangka waktu 1 (satu) tahun atau 12 bulan. Selain jangka waktu
tersebut berakhir, maka debitur X harus melunasinya atau memperpanjang jangka waktu
penggunaan kredit tersebut sesuai dengan kesepakatan yang baru.
4. Risiko
Tingkat risiko yang mungkin timbul akibat dari adanya unsur waktu yang memisahkan saat
pemberian prestasi dengan saat diterimanya kembali prestasi tersebut. Untuk itu, kreditur
akan memperhitungkan kemungkinan risiko yang akan dihadapinya mengingat berbagai hal
yang dapat terjadi menjelang waktu pengembalian kredit. Besarnya tingkat risiko itu
tergantung dari hasil analisis pemberian kredit di samping faktor-faktor lain yang sulit
diramalkan terjadi di masa yang akan datang.
Contoh: Tingkat risiko berdasarkan hasil analisis kredit, antara lain:
a. kemampuan manajemen debitur;

4
b. sektor usaha debitur;
c. reputasi calon debitur.
Tingkat risiko berdasarkan faktor-faktor lain yang sulit diramalkan di masa yang akan datang,
seperti:
a. perubahan ekonomi dan politik;
b. bencana alam.
Secara umum bahwa tingkat risiko sebagaimana disebutkan di atas, akan tergambar dari besar
atau kecilnya tingkat suku bunga yang dikenakan dan persyaratan lainnya yang ditetapkan
oleh bank kepada debitur berkaitan dengan pinjaman yang diberikannya. Apabila tingkat
risiko kredit tersebut tinggi, maka tingkat suku bunga yang dikenakan oleh bank akan lebih
tinggi dan persyaratan yang lainnya akan lebih ketat dibandingkan dengan tingkat risiko
kredit yang lebih rendah.
5. Balas Jasa
Balas jasa merupakan objek pemberian kredit itu sendiri beserta imbalannya yang dapat
berupa: uang, barang, ataupun jasa. Apabila hal itu dikaitkan dengan pemberian kredit suatu
bank, maka secara umum unsur balas jasa di sini adalah berupa uang meskipun debitur tidak
secara langsung menerimanya dalam bentuk uang atau penyediaan uang yang dapat
dipergunakan setiap waktu. Sebagai contoh: Bank Deutche, Bank Cabang Medan Polonia
memberikan kredit kepada debitur "X" yang diterimanya dalam bentuk uang untuk keperluan
sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian kredit. Untuk itu, debitur "X" akan
mengembalikan uang tersebut beserta unsur prestasi atau balas jasa tambahan lainnya, yaitu
bunga atas sejumlah fasilitas kredit yang dinikmatinya.
2.3 Jenis-jenis Kredit
Secara umum, jenis-jenis kredit yang dapat diberikan oleh bank umum dan Bank Per
kreditan Rakyat (BPR) untuk masyarakat terdiri atas berbagai jenis, di antaranya sebagai
berikut.
1. Dilihat dari Segi Kegunaan
a. Kredit Investasi
Jenis kredit ini digunakan untuk keperluan perluasan usaha, membangun proyek atau pabrik
baru, dan untuk keperluan rehabilitasi. Contoh penggunaan kredit investasi adalah
membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Masa pemakaiannya untuk satu periode
relatif lebih lama.
b. Kredit Modal Kerja
Digunakan untuk meningkatkan produksi perusahaan dalam operasionalnya. Sebagai contoh,
penggunaan kredit modal kerja adalah pembelian bahan baku, membayar gaji pegawai, dan
biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit
a. Kredit Produktif

5
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha produksi atau investasi. Adapun tujuan dari
pemberian kredit produktif adalah untuk menghasilkan barang dan jasa. Sebagai contoh:
kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit
pertambangan, hasilnya adalah bahan tambang, kredit pertanian menghasilkan produk
pertanian.
b. Kredit Konsumtif
Tujuan pemberian kredit konsumtif ini adalah untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit
ini, tidak ada pertambahan barang maupun jasa yang dihasilkan, karena kredit ini digunakan
oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh: Kredit untuk perumahan, kredit
kepemilikan mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga, dan kredit konsumtif lainnya. Jadi
penggunaan jenis kredit ini tergantung pada kebutuhan seseorang.
c. Kredit Perdagangan
Kredit perdagangan ini digunakan untuk perdagangan. Biasanya untuk membeli barang
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.
Biasanya kredit ini diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan
membeli barang dalam jumlah besar. Sebagai contoh: kredit untuk ekspor dan impor.
3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu
a. Kredit Jangka Pendek
Kredit jangka pendek merupakan kredit yang jangka waktunya kurang dari 1 (satu) tahun
atau paling lama (satu) tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Sebagai
contoh: kredit untuk peternakan ayam dan kredit untuk pertanian tanaman padi atau palawija.
b. Kredit Jangka Menengah
Kredit jangka menengah merupakan kredit dengan jangka waktu berkisar antara 1 sampai
dengan 3 tahun. Sebagai contoh: kredit untuk pertanian seperti jeruk, dan peternakan seperti
kambing.
c. Kredit Jangka Panjang
Kredit jangka panjang merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Jangka
waktu pengembaliannya di atas 3 sampai dengan 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan
untuk investasi jangka panjang, seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur, dan
untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.
4. Dilihat dari Segi Jaminan
a. Kredit dengan Jaminan
Kredit dengan jaminan yaitu pemberian kredit dengan suatu jaminan dan jaminan tersebut
dapat berbentuk barang berwujud, tidak berwujud, atau dengan jaminan orang. Artinya,
setiap kredit yang diberikan atau dicairkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan
oleh calon debitur.
b. Kredit Tanpa Jaminan

6
Kredit tanpa jaminan merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan dasar atau pertimbangan melihat prospek usaha ke
depan, karakter, loyalitas, atau nama baik si calon debitur.
5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha
a. Kredit Pertanian
Kredit pertanian yaitu kredit yang ditujukan untuk membiayai usaha yang bergerak di bidang
pertanian, misalnya kredit pertanian di sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Di mana
sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.
b. Kredit Peternakan
Kredit peternakan merupakan kredit yang ditujukan untuk sektor peternakan, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Sebagai contoh, kredit jangka pendek untuk peternakan
ayam dan untuk jangka panjang misalnya peternakan kambing atau sapi.
c. Kredit Industri
Kredit industri merupakan kredit yang digunakan untuk membiayai industri kecil, menengah,
atau besar.
d. Kredit Pertambangan
Kredit pertambangan merupakan kredit yang digunakan untuk membiayai sektor
pertambangan, dan biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas. minyak atau
timah.
e. Kredit Pendidikan
Kredit pendidikan yaitu kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana
pendidikan atau kredit untuk mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang
yang lebih tinggi.
f. Kredit Profesi
Kredit profesi kredit ini diberikan kepada para profesional seperti: dosen dokter, atau
pengacara.
g. Kredit Perumahan
Kredit perumahan yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.
2.4 Jaminan Kredit
Pemberian kredit oleh bank kepada debitur dapat diberikan dengan jaminan atau tanpa
jaminan. Pemberian kredit tanpa jaminan sangat berbahaya bagi posisis bank, mengingat jika
nasabah mengalami kesulitan untuk membayar bunga dan pokok pinjaman sehingga
menimbulkan kemacetan, maka akan sulit untuk menutupi kerugian terhadap kredit yang
disalurkan. Sebaliknya, kredit dengan jaminan relatif lebih aman mengingat setiap kredit
macet akan ditutupi dengan jaminan yang telah diserahkan kepada bank.
Agungan yang dapat dijadikan sebagai jaminan oleh calon debitur, antara lain sebagai beriku.
1. Dengan Jaminan

7
a. Jaminan benda berwujud, yaitu barang-barang yang dapat dijadikan sebagai jaminan.
Contohnya sebagai berikut.
1) Tanah
2) Bangunan
3) Kendaraan bermotor
4) Mesin-mesin atau perlatan
5) Barang dagangan
6) Tanaman, kebun, dan sawah
7) Dan jaminan lainnya
b. Jaminan benda tidak berwujud, yaitu benda-benda atau surat-surat yang dijadikan sebagai
jaminan. Contohnya sebagai berikut.
1) Sertifikat tanah
2) Sertifikat deposito
3) Sertifikat obligasi
4) Sertifikat saham
5) Rekenng tabungan yang dibekukan
6) Rekening giro yang dibekukan
7) Promes
8) Wesel
9) Dan surat tagihan lainnya
c. Jaminan orang, yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit tersebut
macet, amak orang yang akan memberikan jaminan itulah yang menanggung risikonya.
2. Tanpa Jaminan
Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah kredit yang diberikan bukan dengan jaminan barang
tertentu dan biasanya kredit tanpa jaminan ini diberikan kepada perusahaan yang memang
benar-benar bonafide dan profesional di bidangnya, dan kemungkinan sanagt kecil kredit
tersebut macet. Penilaian terhadap kredit tanpa jaminan ini hanya dengan mempertimbangkan
prospek usahanya atau dengan pertimbangannya diberikan kepada pengusaha-pengusaha
ekonomi lemah.
2.5 Prosedur dan Pemberian Kredit
Adapun tahap-tahap prosedur pemberian kredit adalah pengajuan proposal, dan
dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis kredit, sampai
dengan kredit dicairkan. Tahapan-tahapan kredit kita kenal dengan nama Prosedur Pemberian
Kredit. Tujuan prosedur pemberian kredit adalah untuk meyakinkan dan memastikan
kelayakan suatu kredit apakah diterima atau ditolak. Untuk menentukan layak atau tidaknya
suatu kredit, maka setiap tahap selalu dilakukan penilaian yang cermat dan akurat. Jika dalam

8
pelaksanaan penilaian barangkali ada kekurangan, maka pihak bank dapat meminta kembali
kepada nasabah bahkan langsung dapat ditolak.
Prosedur penilaian dan pemberian kredit oleh dunia perbankan, secara umum antar
bank satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang membedakannya adalah terletak
pada persyaratan dan ukuran penilaian yang ditetapkan oleh bank dengan pertimbangan
masing-masing bank yang menyalurkan kredit. Dalam praktiknya, prosedur penilaian dan
pemberian kredit secara umum dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman
oleh suatu badan hukum, dan dapat juga ditinjau dari segi tujuan yaitu apakah digunakan
untuk kegiatan produktif atau konsumtif.
Secara umum, prosedur penilaian dan pemberian kredit dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Pengajuan Proposal atau Berkas
Untuk memperoleh fasilitas kredit dari bank, tahap pertama adalah calon debitur atau debitur
mengajukan permohonan kredit secara tertulis dalam suatu proposal yang dilampiri dengan
dokumen-dokumen lainnya sebagaimana yang dipersyaratkan oleh bank. Dalam setiap
pengajuan proposal suatu kredit, yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut.
a. Nama pengurus berikut latar belakang pendidikan, jenis bidang usaha, riwayat hidup
perusahaan, perkembangan perusahaan, dan wilayah pemasaran hasil produksinya.
b. Tujuan pengambilan kredit. dalam hal ini tujuan pengambilan kredit harus jelas, yaitu
untuk meningkatkan kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru (perluasan),
memperbesar omzet penjualan, atau untuk tujuan lainnya. Kemudian yang perlu juga
mendapat perhatian adalah kegunaan kredit yaitu apakah untuk investasi atau untuk modal
kerja.
c. Besarnya kredit yang diajukan/dimohonkan dan jangka waktunya, dalam proposal,
pemohon mengajukan berapa nominal kredit yang diinginkan dan berapa lama jangka
waktunya..
d. Cara calon debitur atau debitur untuk mengembalikan pokok pinjaman dan bunga
pinjaman perlu dijelaskan secara rinci apakah dari hasil usaha penjualan atau dengan cara
lainnya.
e. Jaminan kredit yang diberikan dalam bentuk sertifikat atau dalam bentuk surat.
Penilaian jaminan kredit yang diberikan oleh debitur kepada bank haruslah jelas dan akurat
dengan tujuan supaya jangan sampai terjadi sengketa, palsu, dan lain-lain. Biasanya setiap
jaminan kredit diikat dengan asuransi yang bersedia dan dapat melindungi kredit tersebut.
Kemudian proposal tersebut dilampiri dengan berkas-berkas sebagaimana yang telah
dipersyaratkan, seperti:
a) akta pendirian perusahaan;
b) bukti identitas diri;
c) Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
d) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e) Neraca dan laporan laba-rugi 3 (tiga) tahun terakhir;

9
f) fotokopi sertifikat yang dijadikan sebagai jaminan/agunan;
g) daftar penghasilan bagi perseorangan;
h) Kartu Keluarga (KK) bagi perseorangan;
i) dan lain-lain yang dipersyaratkan.
2. Penyelidikan Berkas Pinjaman
Adapun tujuan penyelidikan berkas pinjaman adalah untuk mengetahui apakah berkas yang
diajukan oleh calon debitur atau debitur sudah lengkap sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan. Apabila menurut pihak bank belum lengkap atau belum cukup, maka nasabah
diminta untuk segera melengkapi kekurangan tersebut, dan jika sampai batas tertentu nasabah
tidak sanggup melengkapi kekurangan persyaratan, maka sebaiknya permohonan kredit
tersebut dibatalkan saja. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan berkas pinjaman
adalah membuktikan keaslian dan kebenaran dari berkas-berkas yang diserahkan olen calon
debitur/debitur, misalnya keaslian dan kebenaran Kartu Tanda Penduduk (KTP). Tanda
Daftar Perusahaan (TDP). akta notaris, dan surat-surat jaminan seperti sertifikat tanah, BPKB
ke instansi yang berwenang mengeluarkannya. Selanjutnya, apabila berkas yang dijaminkan
oleh membuat perhitungan atau kalkulasi jumlah kredit yang diajukan apakah cocok atau
calon debitur atau debitur ke bank benar dan asli, maka pihak bank menganalisis dan sesuai
dengan kemampuan calon debitur atau debitur untuk membayar berdasarkan perhitungan
rasio keuangan yang ada.
3. Wawancara I
Merupakan penyidikan yang dilakukan oleh bank kepada calon peminjam/debitur yang
berhadapan secara langsung dengan tujuan yaitu untuk meyakinkan apakah berkas-berkas
yang diserahkan oleh calon peminjam atau debitur sesuai dan lengkap sebagaimana yang
dipersyaratkan oleh bank. Wawancara tahap pertama ini juga dilakukan untuk mengetahui
keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Dalam wawancara ini dibuat dan
dirancang sebaik mungkin sehingga hasil wawancara yang dilakukan oleh bank dapat
memberikan hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan yang ditentukan oleh bank.
4. On the Spot
On the spot adalah kegiatan pemeriksaan dan peninjauan berbagai objek yang akan dijadikan
oleh calon debitur sebagai usaha atau jaminan. Selanjutnya, hasil on the spot disesuaikan
dengan hasil wawancara pertama. Untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat, apabila
bank ingin melakukan on the spot, sebaiknya jangan diberitahu kepada calon debitur bahwa
petugas dari bank datang ke lokasi atau objek jaminan, sehingga apa yang dilihat di lapangan
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
5. Wawancara II
Wawancara kedua merupakan kegiatan yang dilakukan oleh bank untuk perbaikan berkas,
apabila terdapat kekurangan-kekurangan setelah pelaksanaan on the spot di lapangan, maka
bank dapat mencocokkan dan menyesuaikan data saat wawancara pertama dengan data yang
diperoleh dari hasil on the spot, catatan yang ada pada permohonan dan saat wawancara
pertama disesuaikan dengan catatan yang diperoleh pada saat on the spot terdapat kesesuaian

10
atau kebenaran data yang diberikan oleh calon debitur dengan hasil yang diperoleh petugas
bank melalui on the spot.
6. Keputusan Krediten
Keputusan kredit merupakan penentuan apakah kredit dapat disetujui atau ditolak, apabila
disetujui, maka calon debitur akan menyiapkan administrasi dan keputusan yang mencakup,
antara lain:
a. jumlah uang yang disetujui;
b. jangka waktu kredit;
c. bunga kredit;
d. biaya-biaya yang dibayar.
Biasanya keputusan kredit merupakan keputusan tim. Demikian juga dengan penolakan
kredit. Penolakan kredit, sebaiknya dikirim surat penolakan sesuai dengan alasan penolakan.
Biasanya bank mengirimkan surat penolakan kepada calon debitur dengan tidak menyebutkan
alasan penolakan, namun cukup dengan menyebutkan alasan belum dapat disetujui.
7. Penandatanganan Akad Kredit/Perjanjian Lainnya
Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya merupakan kelanjutan dari diputuskannya
kredit, maka sebelum kredit dicairkan terlebih dahulu calon debitur menandatangani akad
kredit, mengikat jaminan dengan hipotek (hak tanggungan), dan surat pernyataan, atau
perjanjian yang dianggap perlu.
8. Realisasi Kredit
Realisasi kredit dapat diproses atau diberikan kepada calon debitur setelah seluruh
persyaratan dinyatakan lengkap secara administrasi dan sebagai persetujuan, maka bank
menyerahkan Perjanjian Kredit (PK) kepada calon debitur untuk dibaca ulang kembali dan
setelah calon debitur memahami isi dan maksud perjanjian tersebut, maka calon debitur
menandatangani di depan petugas bank, kemudian membuka rekening tabungan atau giro
sebagai penampungan realisasi kredit tersebut. Kemudian untuk memudahkan bank
melakukan pendebitan pokok pinjaman dan bunga, maka bank menyarankan agar seluruh
transaksi keuangannya dilakukan di bank yang bersangkutan.
9. Penyaluran/Penarikan Dana
Pencairan atau penarikan uang dari rekening sebagai realisasi atas pemberian kredit, dapat
diambil sesuai dengan ketentuan dan tujuan kredit yaitu penarikan dana secara bertahap atau
sekaligus.
2.6 Pembebanan Suku Bunga Kredit
Suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bisa juga dipandang sebagai
sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Atau harga dari meminjam uang
untuk menggunakan daya belinya dan biasanya dinyatakan dalam persen (%). Bunga bank
dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip
konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat
diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan)

11
dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
(Kasmir, 2002)
Bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya terutama pada kegiatan pinjaman
selalu memiliki jenis-jenis metode pembebanan terhadap suku bunga kredit yang akan
diberikan kepada masyarakat. Tentunya dalam penerapan atas pembebanan suku bunga kredit
tersebut, tiap-tiap bank tentunya berbeda dalam penerapan pembebanan suku bunga kredit.
Namun secara umum, yang perlu diketahui, metode pembebanan bunga kredit pada bank
antara lain:
1. Sliding rate
Pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisa pinjamannya sehingga jumlah bunga yang
dibayar nasabah setiap bulan menurun seiring dengan turunnya pokok pinjaman. Jenis sliding
rate ini biasanya diberikan kepada sektor produktif.
2. Flat rate
Pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya, demikian pula pokok
pinjaman setiap bulan juga dibayar sama sehingga cicilan setiap bulan sama sampai kredit
tersebut lunas. Jenis Flat rate biasanya diberikan kepada kredit yang bersifat konsumtif.
3. Floating rate
Jenis ini membebankan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada di pasar uang sehingga
bunga yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar uang padaa bulan
tersebut
2.7 Kualitas Kredit
Berbicara tentang kualitas, bukan hanya dalam sumber daya manusia dituntut haras
berkualitas, namun dalam penyaluran kredit juga perlu diperhatikan kualitas. Adapun kualitas
yang dimaksudkan di sini adalah kualitas dari hasil analisis permohonan kredit calon debitur
atau yang sudah menjadi debitur. Sebagaimana kita ketahui, khususnya di pihak perbankan,
bahwa hidup atau matinya suatu bank sangatlah ditentukan atau dipengaruhi oleh jumlah
kredit yang disalurkan dalam suatu periode. Bahkan semua bank masih tetap mengandalkan
pendapatan utamanya dari jumlah penyaluran kreditnya (spread based di samping fee based
income atas pembebanan biaya-biaya administrasi yang dibebankan kepada nasabah. Dalam
praktiknya, jumlah kredit yang disalurkan harus memperhatikan kualitas kredit tersebut.
Maksudnya, semakin berkualitas kredit yang disalurkan, maka akan memperkecil timbulnya
kredit macet. Dalam hal ini, perlu diperhatikan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit.
Bukan tidak dimungkinkan kredit yang jumlahnya cukup banyak dan tidak berkualitas akan
menimbulkan kerugian bagi bank dan akibatnya menimbulkan kredit bermasalah. Untuk itu,
pihak perbankan yang mengucurkan kredit kepada calon debitur dan yang sudah menjadi
debitur, perlu memperhatihan 2 (dua) unsur berikut ini.
1. Tingkat risiko (risk), maksudnya: tingkat risiko yang akan dihadapi oleh bank terhadap
kemungkinan melesetnya perolehan laba bank dari kredit yang disalurkan.
2. Tingkat perolehan dana (return), maksudnya jumlah laba yang akan diperoleh atas
penyaluran kredit. Apabila bank tersebut menghendaki supaya penilaiannya baik. maka pihak
bank harus memenuhi ketentuan penilaian kredit yang telah ditetapkan serta menjaga kualitas
kredit yang telah disalurkan. Untuk memenuhi tingkat perolehan laba bank agar dapat

12
memenuhi kriteria penilaian kesehatan bank yang berlaku, maka perlu diperhatikan 4 (empat)
faktor berikut ini.
a. Tingkat Return on Assets (ROA)
b. Return on Equity (ROE).
c. Timing of Return (waktu perolehan laba).
d. Future prospect (prospek ke depan atau di masa yang akan datang).
Selanjutnya, tingkat perolehan laba bank juga harus mengetahui risiko-risiko yang
akan dihadapinya. Risiko ini merupakan kondisi dan situasi yang akan dihadapi di masa yang
akan datang yang sangat besar pengaruhnya terhadap perolehan laba bank. Secara umum,
jenis-jenis risiko yang mungkin dihadapi atas kualitas kredit antara lain sebagai berikut.
1. Resiko lingkungan
Risiko yang berkaitan dengan lingkungan perbankan terutama yang berkaitan dengan
lingkungan eksternal atau lingkungan dari luar perbankan. Risiko lingkungan terdiri atas
beberapa risiko. yaitu risiko persaingan atau kompetisi, risiko ekonomi, dan risiko peraturan.
2. Risiko Keuangan
Risiko keuangan sangat erat kaitannya dengan pengaruh internal dan eksternal bank.
misalnya: risiko likuiditas, risiko suku bunga, risiko kredit, dan risiko internasional.
3. Risiko Manajemen
Maksudnya risiko yang berkaitan dengan risiko internal atau risiko dari dalam perusahaan,
seperti: risiko kemampuan, risiko organisasi, dan risiko kegagalan.
4. Risiko Penyerahan
Risiko yang terpengaruh oleh internal bank baik risiko strategis, risiko operasional. dan risiko
perkembangan teknologi.
2.8 Teknik Penyelesaian Kredit
Dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan terhadap kredit
macet agar tidak menimbulkan kerugian bagi bank. Adapun strategi atau yang harus
dilakukan oleh pihak bank yaitu apakah dengan memberikan keringan berupa jangka waktu
kredit atau keringanan berupa angsuran pokok dan bus terutama bagi kredit yang mengalami
musibah, atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar angsuran
dan bunga pinjam Khusus untuk kredit yang mengalami kemacetan, untuk menghindari
kerugianya lebih besar, sebaiknya pihak perbankan segera melakukan penyelamatan ke
melalui penyelamatan sebagai berikut.
a. Rescheduling (Penjadwalan Kembali)
1) Memperpanjang jangka waktu kredit, maksudnya: si debitur diberi keringanan dalam
masalah jangka waktu kredit, sebagai contoh: Perpanjan jangka waktu kredit dari 6 bulan
menjadi 12 bulan sehingga debitur mempun waktu yang lebih lama untuk
mengembalikannya.

13
2) Memperpanjang jangka waktu angsuran, artinya pihak bank member perpanjangan waktu
angsuran, hampir sama dengan jangka waktu kredit
Misalnya: jangka waktu angsuran adalah 36 kali, namun dengan diberikannya perpanjangan
jangka waktu angsuran menjadi 48 kali, maka angsurannya menjadi mengecil seiring dengan
penambahan jumlah jangka waktu angsurannya.
b. Reconditioning (Persyaratan Kembali)
Persyaratan kembali yaitu penyelamatan kredit dengan cara mengubah berbagai persyaratan
yang ada seperti berikut.
1) Kapitalisasi bunga dengan cara bunga dijadikan menjadi utang pokok.
2) Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, maksudnya pembayaran bunga
dapat ditunda, namun pokok pinjaman tetap harus dibayar seperti biasa.
3) Penurunan suku bunga, dimaksudkan untuk meringankan beban debitur. Sebagai contoh:
suku bunga per tahun pada saat penandatanganan perjanjian kredit dibebankan sebesar 14%,
kemudian diturunkan menjadi 12%. Penurunan suku bunga akan berpengaruh terhadap
jumlah angsuran yang semakin mengecil sehingga diharapkan debitur terbantu akibat dari
penurunan suku bunga tersebut.
4) Pembebasan suku bunga
Pembebasan suku bunga maksudnya pembebasan suku bunga dengan pertimbangan bahwa si
debitur tersebut tidak mampu lagi membayar kredit yang dinikmatinya, akan tetapi si debitur
tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjaman sampai lunas.
c. Restructuring (Penataan Kembali)
1) Dengan menambah jumlah kredit
2) Dengan menambah equity dengan cara menyetor uang tunai dan tambahan dari pemilik.
d. Kombinasi merupakan kombinasi dari ketiga jenis cara di atas.
e. Penyitaan Jaminan
Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar benar tidak
mempunyai etiket, ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua utang-utangnya.

14
KESIMPULAN

Manajemen kredit adalah pengelolaan kredit yang dijalankan oleh bank meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sedemikian rupa sehingga kredit
tersebut berjalan dengan baik sesuai dengan kesepakatan antara bank dengan debitur.
Unsur kredit terdiri atas: kepercayaan, kesepakatan . jangka waktu, risiko, dan balas
jasa. Jenis-jenis kredit:
1. Dilihat dari Segi Kegunaan
a. Kredit Investasi
b. Kredit Modal Kerja
2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit
a. Kredit Produktif
b. Kredit Konsumtif
c. Kredit Perdagangan
3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu
a. Kredit Jangka Pendek
b. Kredit Jangka Menengah
c. Kredit Jangka Panjang
4. Dilihat dari Segi Jaminan
a. Kredit dengan Jaminan
b. Kredit Tanpa Jaminan
5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha
a. Kredit Pertanian
b. Kredit Peternakan
c. Kredit Industri
d. Kredit Pertambangan
e. Kredit Pendidikan
f. Kredit Profesi
g. Kredit Perumahan
Dalam kredit ada yang menggunakan jaminan dan tanpa jaminan. Jika kredit menggunakan
jaminan bank mempunyai dua jenis jaminan, yakni jaminan berwujud dan tidak berwujud.
Prosedur pemberian kredit terdiri atas: pengajuan proposal atau berkas, penyelidikan berkas
15
pinjaman, wawancara I, on the spot, wawancara II, keputusan krediten, penandatanganan
perjanjian, realisasi kredit, penarikan dana.
Metode pembebanan kredit yang umum digunakan oleh bank, antara lain fliding rate, flat
rate, dan floating rate. Secara umum kualitas kredit dipengaruhi oleh 4 (empat) risiko, yakni
risiko lingkungan, risiko keuangan, risiko manajemen, dan risiko penyerahan. Dalam
menyelesaikan maslah kedir bank menggunakan teknik penjadwalan kembali, persyaratan
kembali, penataan kembali, dan penyitaan jaminan.

DAFTAR PUSTAKA

16
Kasmir. 2010. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi 9. Jakarta: Rajawali Persada
Firdaus, Rachmat dan Maya Ariayanti, 2009. Manajemen Perkreditan Bank Umum,
Bandung: ALFABETA.
Andrianto, 2020. MANAJEMEN KREDIT Teori dan Konsep Bagi Bank Umum, Pasuruan:
Qiara Media.
Purba Dr. Kuras, 2019. Manajemen Perbankan, Bandung: Yrama Media.
Handayani S. Dan Nengsih M. K. 2019. Peranan Analisis Manajemen Kredit untuk
Menurunkan Terjadinya Kredit Bermasalah. Jurnal Ilmiah manajemen, vol. 14, No.
2.

17

Anda mungkin juga menyukai