Anda di halaman 1dari 30

TUGAS PROJECT BASE SURVEY

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Manajemen Perkreditan
Dosen: Dedeh Sri Sudaryanti, S.E., M.Si

PROSEDUR KREDIT MODAL KERJA


PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK
KANTOR CABANG TASIKMALAYA

Oleh :
Aditia Supriatna
213404006

JURUSAN D-3 PERBANKAN DAN KEUANGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................3

C. Tujuan Makalah...........................................................................................3

BAB II.....................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4

A. Pengertian Prosedur......................................................................................4

B. Pengertian Kredit..........................................................................................4

C. Jenis-Jenis Kredit..........................................................................................6

D. Kebijakan Pemberian Kredit.........................................................................7

BAB III..................................................................................................................10

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.............................................................10

A. Sejarah Umum Bank Rakyat Indonesia......................................................10

B. Visi dan Misi...............................................................................................11

C. Struktur Organisasi.....................................................................................12

D. Produk dan Jasa...........................................................................................13

BAB IV..................................................................................................................16

PEMBAHASAN...................................................................................................16

A. Kredit Modal Kerja.....................................................................................16

B. SOP Kredit Modal Kerja.............................................................................17


C. Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja....................................................18

D. Deskripsi Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja...................................21

BAB V....................................................................................................................25

SIMPULAN DAN SARAN..................................................................................25

A. Simpulan.....................................................................................................25

B. Saran............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan Indonesia memasuki era globalisasi saat ini dirasakan semakin
sulit untuk kehidupan masyarakat. Era globalisasi telah membawa banyak
perubahan dalam berbagai bidang salah satunya dalam bidang ekonomi.
Masyarakat akan semakin kesulitan dalam bidang perekonomian jika tidak
diimbangi oleh pendidikan berkualitas dan tingkat keterampilan serta kreativitas
yang tinggi. Kurangnya lapangan pekerjaan akan semakin membuat ekonomi
masyarakat melemah, oleh karena itu masyarakat tidak hanya dituntut untuk
memiliki pendidikan yang berkualitas tetapi juga memiliki tingkat keterampilan
dan kreativitas yang tinggi. Hal tersebut berguna agar masyarakat tidak hanya
mampu mencari pekerjaan tetapi juga mampu untuk menciptakan lapangan
pekerjaan salah satunya dengan mendirikan suatu bentuk usaha.
Dunia usaha merupakan hal yang saat ini banyak diminati oleh masyarakat,
terbukti dari data terakhir Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(UKM) pada tahun 2014 yang mencatat ada sebanyak 57,8 juta pelaku usaha yang
mendirikan bentuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Ide untuk mendirikan
usaha yang dilakukan masyarakat tersebut tidak hanya mendatangkan keuntungan
bagi pendiri usaha tetapi juga mendatangkan manfaat bagi pemerintah salah
satunya sebagai upaya untuk pengendalian inflasi sehingga mampu untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, dalam kenyataannya
proses pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tersebut masih
terhambat oleh kurangnya permodalan .
Dalam kasus pengembangan bentuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang
terjadi di Jakarta masih mengalami persoalan adanya modal untuk berkembang.
Oleh karena itu, kepala perwakilan BI memberikan solusi kepada pelaku Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) untuk melakukan pengajuan kredit kepada Bank.
Tujuannya untuk mendukung program pemerintah dalam memberdayakan sektor
riil khusus bentuk Usaha Kecil Menengah (UKM). Bank Indonesia menerbitkan

1
Peraturan BI No.17/12/PBI/2015 yang mewajibkan Bank umum wajib mencapai
rasio kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dari total kredit yang disalurkan
minimal sebesar 20 persen. Direktur Mikro BRI mengatakan, total kredit bentuk
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang telah disalurkan oleh Bank per April
2017 telah mencapai 17,54% untuk bentuk usaha kecil dan 13,71% untuk bentuk
usaha menengah atau mencapai sekitar Rp. 437 Triliun dan diharapkan dapat
meningkat untuk tahun berikutnya.
Modal merupakan hal yang sangat berpengaruh bagi kemajuan suatu usaha,
semakin besar modal yang dimiliki pelaku usaha untuk mendirikan usaha maka
semakin besar peluang pelaku usaha tersebut untuk mengembangkan usahanya.
Namun, modal yang dimiliki oleh pelaku usaha tersebut tidak hanya berasal dari
dana yang dimiliki sendiri, tetapi juga didapat dari proses pemberian kredit yang
ditawarkan oleh lembaga keuangan. Saat ini banyak lembaga keuangan yang
menawarkan proses pemberian kredit salah satunya lembaga keuangan perbankan.
Menurut Murdayanti, dkk (2015 : 69) Kredit merupakan pemberian fasilitas
pinjaman kepada nasabah baik berupa fasilitas pinjaman tunai maupun pinjaman
non-tunai. Berdasarkan UU Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU
Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam - meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga. Salah satu jenis kredit yang ditawarkan oleh
bank adalah kredit modal kerja. Menurut Firdaus dan Ariyanti (2008 : 10) kredit
modal kerja adalah kredit yang ditujukan untuk membiayai kebutuhan modal
lancar yang biasanya habis dalam satu atau beberapa kali siklus usaha atau proses
produksi. Kredit modal kerja biasanya diperuntukkan bagi calon debitur yang
akan memulai suatu usaha baru atau yang ingin mengembangkan usahanya.
Dalam proses pemberian kredit Bank harus menerapkan prinsip penilaian
kredit dengan prinsip 5C yaitu, Character (Kepribadian), Capacity (Kemampuan),
Capital (Modal), Condition of Economy (Kondisi Ekonomi) dan Collateral
(Agunan). Selain prinsip 5C tersebut Bank juga harus mengikuti prosedur

2
pemberian kredit secara benar dan tepat sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Proses pemberian kredit dimulai dengan permohonan kredit oleh
nasabah hingga ke tahap realisasi kredit dan monitoring oleh pihak Bank. Hal
tersebut dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kesulitan pengembalian kredit
dari debitur yang telah diberikan pinjaman kredit oleh pihak Bank.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kredit modal kerja
2. Bagaimana SOP Kredit Modal Kerja
3. Bagaimana Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja
C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan kredit modal kerja
2. Untuk mengetahui Bagaimana SOP Kredit Modal Kerja
3. Untuk mengetahui Bagaimana Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Prosedur
Prosedur pemberian kredit merupakan langkah utama yang harus dilakukan
setiap bank dalam pemberian kredit untuk memastikan nasabah dapat melunasi
pinjaman yang diberikan sesuai jagka waktu yang telah ditetapkan. Hal ini
dilakukan bank dalam menjaga kualitas kreditnya.
Mulyadi (2009:5) pengertian prosedur adalah “urutan kegiatan kerikal,
biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang
dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang
terjadi secara berulang-ulang”.
Prosedur yang terdapat di bank, pada umumnya memiliki beberapa tahap.
Tahapan-tahapan tersebut harus dijalankan dengan baik oleh calon nasabah, agar
hasil permohonan dapat disetujui dan diproses.
B. Pengertian Kredit
Menurut Rahmat Firdaus (2011:2), “Kredit mengandung pengertian adanya
suatu kepercayaan dari seseorang atau badan yang diberikan kepada seseorang
atau badan lainnya yaitu bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang,
akan memenuhi segala sesuatu kewajiban yang diberjanjikan terlebih dahulu”.
Menurut Gatot Supramono (2009:152), “Kredit adalah pemberian prestasi
oleh suatu pihak lain yang akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu
disertai dengan kontra prestasi berupa bunga dengan kata lain, uang atau yang
diterima sekarang akan dikembalikan pada masa yang akan datang”.
Menurut pengertian nasional UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 disebutkan : “ Kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan pesetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imblan atau pembagian hasil
keuntungan”. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti

4
kepercayaan (truth atau faith), oleh karena itu dasar dari kredit adalah
kepercayaan seseorang atau badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya
bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi
segala sesuatu yang telah dijanjikan.
Adapun menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) (2008:131)
edisi revisi. Kredit adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam PSAK No. 31 tentang kredit yang diberikan
dalam rangka pembiayaan bersama dicatat sebesar tagihan bank yang
bersangkutan. Pengalihan kredit menjadi penyertaan dicatat sebesar nilai wajar
dari saham atau harta yang diterima. Pokok dan bunga kredit yang
dihapusbukukan dibebankan ke penyisihan penghapusan kredit setelah dikurangi
dengan nilai wajar dari aktiva yang diterima atau agunan yang dikuasai.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor : 15/1/PBI/2013 tentang lembaga
pengelolaan informasi perkreditan yang terdapat dalam bab 1 pasal 1 menyatakan
bahwa penyediaan dana adalah “ penanaman dana lembaga keuangan baik dalam
mata uang rupiah maupun valuta asing, dalam bentuk kredit, surat berharga,
penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, tagihan lainnya, dan
transaksi rekening administratif, serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu, termasuk pembiayaan syariah.
Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pinjaman atau kredit berupa uang atau tagihan yang nilainnya diukur
dengan uang. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan
nasabah penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan
perjanjian yang telah dibuatnya. Oleh karena itu, transaksi kredit dapat terjadi atau
timbul karena adanya suatu pihak yang meminjam uang atau barang kepada pihak
lainnya yang dapat menimbulkan tagihan bagi kreditur.

5
C. Jenis-Jenis Kredit
Menurut Kasmir (2008:103) edisi revisi, secara umum jenis-jenis kredit dilihat
dari berbagai segi antara lain sebagai berikut :
1. Dilihat dari segi kegunaan
a. Kredit Investasi, Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha
atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.
Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli
mesin-mesin. Pendek kata masa pemakaiannya untuk suatu periode yang
relatif lebih lama.
b. Kredit Modal Kerja, digunakan untuk keperluaan meningkatkan produksi
dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk
membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya
yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
2. Dilihat dari segi tujuan kredit
a. Kredit Produktif, kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atas
produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang
atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang
nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan
produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang
atau kredit industri lainnya.
b. Kredit Konsumtif, kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.
Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan,
karena memang untuk digunakan oleh seseorang atau badan usaha.
Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi.
c. Kredit Perdagangan, kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya
untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari
hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan
kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang
dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.
3. Dilihat dari jangka waktu

6
a. Kredit Jangka Pendek, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu
kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan
untuk keperluan modal kerja.
b. Kredit Jangka Menengah, jangka waktu kreditnya berkisar antara satu
tahun sampai dengan tiga tahun, biasanya untuk investasi. Sebagai contoh
kredit pertanian seperti jeruk atau peternakan kambing.
c. Kredit Jangka Panjang, merupakan kredit yang masa pengembaliannya
paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas tiga
atau lima tahun. Biasanya kredit ini untk investasi jangka panjang seperti
perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit
konsumtif seperti kredit perumahan.
4. Dilihat dari segi jaminan
a. Kredit Dengan Jaminan, merupakan kredit yang diberikan dengan suatu
jaminan, yang jaminan tersebut dapat berupa barang berwujud atau tidak
berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai
jaminan yang diberikan calon debitur.
b. Kredit Tanpa Jaminan, merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan
barang. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan
karakter serta loyalitas atas nama baik si calon debitur selama ini.
5. Dilihat dari segi sifatnya
a. Revolving, merupakan kredit yang dananya dapat ditarik dan disetor
sesuai kebutuhan dan digunakan secara berulang-ulang sepanjang masih
tersedia kelonggaran tarik (plafon) serta jangka waktu kredit.
b. Non-Revolving, merupakan kredit yang dananya dapat ditarik secara
sekaligus atau bertahap sesuai kebutuhan, namun untuk dana yang telah
disetorkan (diangsur) tidak dapat digunakan atau ditarik kembali secara
berulang walaupun jangka waktu kredit masih berlaku.
D. Kebijakan Pemberian Kredit
Menurut Dahlan Siamat (2005:352) kebijakan perkreditan adalah suatu
ketentuan atau prosedur yang disusun untuk dijadikan suatu pedoman bagi pejabat

7
kredit atau loan officer melalui proses pemutusan kredit. Kegunaan kebijakan
perkreditan yang disusun secara tertulis dapat membantu manajemen bank untuk:
a. Melaksanakan standar-standar perkreditan
b. Memenuhi peraturan-peraturan perkreditan yang telah ditetapkan baik oleh
direksi atau pengurus bank yang bersangkutan maupun oleh otoritas moneter
c. Menjamin keseragaman pengambilan keputusan kredit
d. Dapat membandingkan strategi perkreditan dengan keadaan yang sedang
dijalankan bank.
Menurut Puspani (2004:17), bahwa setiap KPB (Kebijakan Perkreditan Bank)
yang dibuat bank wajib memuat dan menetapkan dengan jelas dan tegas prinsip
kehati-hatian yang minimal harus meliputi kebijakan pokok perkreditan. Pokok-
pokok pengaturan peemberian kredit, sektor pasar, kredit yang perlu dihindari,
tatacara penilaian mutu kredit serta profesionalisme dan integritas pejabat
perkreditan.
1. Kebijakan Pokok Perkredian (KPP) yang harus memuat pokok-pokok
pengaturan mengenai :
a. Sistem dan prosedur perkreditan yang sehat, prosedur persetujuan
pemberian kredit, administrasi dan dokumentasi kredit, serta sistem dan
prosedur pengawasan kredit.
b. Sistem dan prosedur kredit yang harus mendapatkan perhatian khusus dan
pencadangan kredit.
c. Sistem dan prosedur kredit yang bunganya dikapitalisir.
d. Sistem dan prosedur penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah
dan penghapus bukuan (Write-off) kredit macet.
e. Tata cara penyelesaian barang-barang bangunan kredit yang dikuasai bank.
2. Pokok-pokok pengaturan pemberian kredit yang menerapkan :
a. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan jumlah modal bank.
b. Tatacara penyediaan kredit yang disindikasikan dan risk sharing dengan
bank-bank lain.

8
c. Persyaratan kredit (bunga jenis bentuk kredit, angsuran dan jaminan).
Kebijakan bank dalam kredit, khusus tentang BMPK, bilamana
melampauinya.
3. Kredit yang perlu dihindari antara lain :
a. Kredit untuk tujuan spekulasi.
b. Kredit untuk usaha dana informasi keuangan.
c. Kredit untuk usaha yang perlu keahlian khusus, dimana bank tidak punya.
d. Kredit untuk usaha yang telah bermasalah atau planfondering.
4. Tatacara penilaian mutu kredit
Menurut Sutojo (2000:15) tentang mutu kredit adalah, “Salah satu syarat
bank dapat menjaga mutu kredit yang akan dan telah mereka salurkan
memiliki kebijaksanaan kredit tertulis (written loan policy) yang disususn
secara profesional dan selalu disesuaikan dengan perkembangan situasi bisnis
dan ekonomi moneter negara”.
Bank harus membuat sistem dan prosedur atau tatacara penilaian
kolektibilitas kredit yang harus dimuat dalam KPP setiap bank dan harus
sesuai dengan ketentuean BI dalam SE No.23/12/BPPP tanggal 28 Februari
1991 yang menetapkan kolektibilitas kredit sebagai keadaan pembayaran
pokok atau angsuran pokok bunga, biaya-biaya dan kemungkinan diterima
kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga atau penanaman
lainnya.
5. Profesionalisme dan Integritas Pejabat Kredit
Para pejabat bank harus menyadari dan memahami Bab VIII pasal 46
sampai dengan 53 UU No. 7 tahun 1992 sebagai dasar etika perkreditan bank
yang mengharuskan pejabat perkreditan, wewenang dan tanggung jawab
setiap orang atau unit kerja yang terlibat dalam proses kegiatan perkreditan
(KPP), Komite Kredit (KK), Dewan Komisaris (DK), Direksi Bank dan
satuankerja perkreditan (SKP) dan lain-lainnya.

9
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Umum Bank Rakyat Indonesia


Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang
terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) 25 didirikan di
Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De
Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan
dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang
melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut
berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari
kelahiran BRI.
Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah
pertama di Republik Indonesia. Dalam masa perang mempertahankan
kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara
waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949
dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu
melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan
(BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan
Nederlandsche Maatschappij (NHM). Berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres)
No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama
Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.
Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang
pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam
ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks
BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II 26 bidang
Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor
Impor (Exim).
Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang
Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undangundang

10
Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank
Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor
dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan
Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21
tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum.
Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun
1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi
perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah
Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk
menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama
resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai
dengan saat ini.
B. Visi dan Misi
Visi PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah “Bank terkemuka dan terbuka
yang selalu mengutamakan kepuasaan semua para nasabah yang ada diseluruh
Indonesia”.
Misi Bank BRI:
1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan
kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan
ekonomi masyarakat.
2. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang
tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dan
teknologi informasi yang handal dengan melaksanakan manajemen risiko serta
praktek Good Corporate Governance (GCG) yang sangat baik.
3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholders).

11
C. Struktur Organisasi

Tugas dan Tanggung Jawab:


1. Kepala Unit
Kepala unit mempunyai tugas mengawasi pegawai-pegawai dalam melakukan
tugasnya, menerima laporan dan melakukan analisis atas kredit yang
disampaikan oleh unit kerja terkait, menyusun target anggaran kredit bulanan
dan tahunan, meninjau dan mengawasi jalannya pelaksanaan dari perencanaan
dan strategi pemasaran yang telah ditentukan, memberikan keputusan dan
kebijakan dalam proses kredit dan juga membina hubungan baik dengan
nasabah, khususnya nasabah potensial yang dapat memberikan keuntungan
dan perkembangan yang baik bagi usaha bank.
2. Account Officer
Account Officer berperan penting dalam proses pemasaran produk kredit yaitu
bertugas mencari nasabah yang mempunyai usaha dan memerlukan dana
untuk memajukan usahanya seperti untuk modal kerja atau stok barang
dagangannya, selain itu. Account Officer bertugas mencari informasi nasabah
yang dibutuhkan dengan cara melakukan survei kepada nasabah yang
selanjutnya menganalisis dan mengevaluasi calon nasabah dan perkembangan
usaha nasabah, melayani kebutuhan dan keluhan nasabah dalam
perkembangan usaha nasabah yang terkait dengan bank.
3. Customer Service

12
Customer service bertugas melayani dan memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh calon nasabah atau nasabah yang datang ke Bank dan juga
menawarkan produk-produk yang dihasilkan oleh Bank agar nasabah
mengetahui dan mengerti dari kegunaan produk yang ditawarkan.
4. Teller
Teller mempunyai tugas untuk melayani nasabah yang akan melakukan
setoran atau penarikan uang dan juga setoran cicilan kredit. Selain itu teller
juga melakukan pencairan untuk kredit, stock opname anjungan tunai mandiri
(ATM) dan mengisi uang ATM
D. Produk dan Jasa
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Dipatiukur didirikan
berdiri dan mulai beroperasi pada tahun 1989 dengan akta pendirian Nomor
026/KM/12/1989. Produk-produk perbankan yang ditawarkan antara lain :
o Simpedes
Simpedes merupakan simpanan yang termasuk dalam kelompok tabungan.
Simpedes adalah simpanan masyarakat pedesaan di BRI, termasuk dalam
kelompok tabungan yang pengambilan maupun penyetorannya tidak dibatasi
dalam jumlah maupun frekuensi sepanjang saldo mencukupi. Simpedes mulai
diperkenalkan kepada masyarakat pada November 1984, dimaksudkan untuk
menghimpun dana masyarakat guna menunjang sumber dana Kupedes.
Dengan adanya fasilitas online dan sebagian besar BRI Unit telah terhubung
dengan jaringan online, masyarakat dapat menikmati transaksi online maupun
melakukan transaksi melalui ATM. Ketentuan saldo mengendap sebesar Rp.
50.000, bila selama tiga bulan berturut-turut tidak ada transaksi dan rekening
tersebut kosong, rekening Simpedes akan tertutup secara otomatis.
o Britama
Britama merupakan simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan yang
dilayani di Kanca dan BRI Unit yang sudah online, yang pengambilan maupun
penyetorannya tidak dibatasi selama saldo masih mencukupi. Saldo
mengendap sebesar Rp. 50.000 agar 33 tabungan tetap aktif. Tidak ada

13
transaksi selama tiga bulan berturut-turut dan tidak ada saldo mengendap,
rekening Britama akan tertutup secara otomatis.
o Deposito BRI (DepoBRI)
Deposito BRI adalah simpanan berjangka yang dikeluarkan oleh PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang penarikannya hanya dapat dilakukan
dalam jangka waktu yang telah diperjanjikan antara penyimpan dengan bank.
Tanda bukti atas simpanan deposito di BRI Unit adalah Bilyet DepoBRI yang
resmi diterbitkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atas nama
pemiliknya dan tidak dapat diperjualbelikan seperti halnya sertifikat deposito
maupun dipindahtangankan kepada orang lain tanpa surat kuasa pemiliknya.
o Kupedes
Kupedes adalah Kredit Umum Pedesaan yang diberikan oleh BRI Unit kepada
masyarakat yang bersifat individual, selektif dan berbungan wajar untuk
mengembangkan atau meningkatkan usaha kecil yang layak. Kupedes yang
diberikan kepada masyarakat ada beberapa jenis, antara lain Kupedes
Komersil untuk pedagang atau usaha dan Kupedes Golbertap (Golongan
Masyarakat Berpenghasilan Tetap), yang termasuk dalam Golbertap menurut
Surat Edaran Kanpus BRI S.112- DIR/BUD/8/89 yaitu :
1) Semua Pegawai Negeri Sipil
2) Pensiunan dari Gobeltrap
3) Pegawai tetap dari perusahaan swasta
4) Pegawai BUMN
o KUR Mikro
KUR merupakan singkatan dari Kredit Usaha Rakyat yaitu kredit/pembiayaan
kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKM-K) dalam
bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas
penjaminan untuk usaha produktif. KUR merupakan program yang
dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya sepenuhnya berasal dari
dana bank. Penyaluran KUR diatur oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri
Keuangan No. 135/PMK.05/2008 tentang fasilitas Penjaminan Kredit Usaha
Rakyat yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.

14
10/PMK.05/2009. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap resiko KUR
sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30% ditanggung oleh pihak bank.
Bank BRI menyediakan fasilitas penyaluran KUR yang hanya ditujukan untuk
usaha yang termasuk golongan usaha mikro, kemudian program itu disebut
KUR Mikro. Program KUR Mikro ini diberikan dalam rangka meningkatkan
akses UMKM dan Koperasi pada sumber pembiayaan dalam rangka
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
o Penerimaan Pembayaran
Disamping menyediakan jasa-jasa perbankan seperti diatas, BRI Unit
Dipatiukur juga melayani penerimaan pembayaran, seperti penerimaan
pembayaran PBB, penerimaan pembayaran pendaftaran Universitas, dan
pembayaran dari leasing.

15
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Kredit Modal Kerja


Kredit Modal Kerja dan atau Kredit Investasi dengan plafon kredit sampai dengan
Rp 500 juta yang diberikan kepada usaha mikro, kecil dan koperasi yang memiliki
usaha produktif yang akan mendapat penjaminan dari Perusahaan Penjamin.
Tujuan Kredit Modal Kerja:

 Meningkatkan akses pembiayaan UMKM & K kepada Bank

 Pembelajaran UMKM untuk menjadi debitur yang bankable sehingga dapat


dilayani sesuai ketentuan komersial perbankan pada umumnya (Sebagai
embrio debitur komersial).

 Diharapkan usaha yang dibiayai dapat tumbuh dan berkembang secara


berkesinambungan.
Ketentuan Kredit Modal Kerja:

 KUR Mikro
1. Calon debitur adalah individu yang melakukan usaha produktif yang
layak
2. Memiliki legalitas yang lengkap :
o KTP / SIM
o KK
o Lama usaha minimal 6 bulan

 KUR Ritel
1. Calon debitur adalah individu (perorangan / badan hukum), Kelompok,
Koperasi yang melakukan usaha produktif yang layak
2. Memiliki legalitas yang lengkap :
o Individu : KTP / SIM, & KK
o Kelompok : Surat Pengukuhan dari Instansi terkait atau Surat
Keterangan dari Kepala Desa / Kelurahan atau Akte Notaris
o Koperasi / Badan Usaha Lain : Sesuai ketentuan yang berlaku

16
3. Lama usaha minimal 6 bulan
4. Perijinan :
o Plafond kredit s/d Rp. 100 juta : SIUP, TDP & SITU arau Surat
Keterangan Usaha dari Lurah/ Kepala Desa
o Plafond kredit > Rp. 100 juta : Minimal SIUP atau sesuai ketentuan
yang berlaku

 KUR Linkage Program (Executing)

1. Calon debitur adalah BKD, Koperasi Sekunder, KSP/USP, BPR/BPRS,


Lembaga Keuangan Non Bank, Kelompok Usaha, LKM diperbolehkan
mendapatkan fasilitas pembiayaan dari perbankan namun tidak sedang
menikmati Kredit Program Pemerintah
2. Memiliki legalitas yang lengkap :
- AD/ART
- Memliki ijin usaha dari pihak yang berwenang
- Pengurus aktif
3. Lama usaha minimal 6 bulan

 KUR Linkage Program (Channelling)

1. Calon debitur adalah :


o End user, yang tidak sedang menikmati KMK atau KI dan atau Kredit
Pemerintah, namun Kredit Konsumtif diperbolehkan
o Lembaga Linkage, diperbolehkan sedang mendapatkan pembiayaan
dari Perbankan maupun Kredit Program Pemerintah
2. Legalitas: end user, sesuai dengan ketentuan KUR Mikro dan KUR Ritel

B. SOP Kredit Modal Kerja


Persyratan Kredit Modal Kerja:
1. Fotokopi bukti diri : KTP/SIM a. Pemohon b. Suami dan Istri
2. Fotokopi Kartu Keluarga
3. Fotokopi surat nikah (apabila sudah menikah). Apabila belum menikah maka
meminta surat pernyataan yang berasal dari kelurahan

17
4. Bukti WNI (untuk WNI non pribumi)
5. Fotokopi buku tabungan
6. Fotokopi NPWP
7. Foto 4x6 (Suami dan Istri)
8. Fotokopi izin usaha/SIUP/TDP/Akta Pendirian
9. Surat keterangan usaha dari kelurahan
10. Fotokopi pembukuan pendapatan usaha dan fotokopi rekening koran giro 6
bulan terakhir
11. Foto tempat usaha (tampak depan dan dalam)
C. Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja
1. Tahap Pengajuan Kredit

2. Tahap Analisis Kredit

3. Tahap Persetujuan Kredit

18
4. Tahap Pengikatan Kredit

19
5. Pencairan Kredit

20
D. Deskripsi Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja
1. Tahap Pengajuan Kredit.
a. Customer service menjelaskan tentang prosedur permohonan kredit dan
menyiapkan form permohonan kredit untuk diisi data oleh calon debitur.

21
b. Calon debitur mengisi form permohonan dan melengkapi persyaratan
kelengkapan dokumen kemudian menyerahkan form permohonan kredit
dan kelengkapan persyaratannya ke Customer Service.
c. Customer Service menerima form permohonan kredit dari nasabah dan
kemudian mencatat permohonan tersebut pada buku register permohonan
kredit berdasarkan tanggal diterimanya, serta memberikan nomor
regestrasinya pada formulir permohonan kredit tersebut.
2. Tahap Analisis Kredit
a. Staf Analis SID menerima form permohonan kredit dari Customer Service,
kemudian menganalisa data calon debitur dari SID Bank Indonesia.
Kemudian membuat laporan tertulis mengenai kondisi hutang calon 70
debitur di Bank mana saja selanjutnya menyerahkan laporan kondisi hutang
calon debitur kepada Account Officer sebagai informasi awal dalam
pengusulan kredit nasabah tersebut.
b. Account Officer menganalisa awal permohonan yaitu kelengkapan
persyaratan, menganalisa kemampuan pengembalian dari data yang
diberikan nasabah. Jika hasil analisa menunjukkan tidak layak, maka AO
meneruskan keputusan tersebut kepada bagian Admininstrasi untuk
dibuatkan surat pemberitahuan penolakan kredit. Jika hasil analisa awal
menunjukkan layak, maka AO akan melakukan on the spot pada tempat
usaha dan wawancara kepada nasabah. Analisa yang berdasarkan pada
prinsip 5C yaitu Character, Capacity, Collateral, dan Condition. Prinsip
pemberian kredit dengan analisa 5C dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Penilaian Watak (Character) Penilaian watak dan kepribadian calon
debitor dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran dan itikad baik calon
debitor untuk melunasi atau mengembalikan pinjamannya, sehingga
tidak akan menyulitkan bank dikemudian hari.
 Penilaian Kemapuan (Capacity) Bank harus meneliti tentang keahlian
calon debitor dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya,
sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayainya dikelola oleh

22
orang-orang yang tepat, sehingga calon debitor dalam jangka waktu
tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjamannya.
 Penilaian Terhadap Modal (Capital) Bank harus melakukan analisis
terhadap posisi keuangan secara menyeluruh mengenai masa lalu dan
yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan
calon debitor dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon
debitor yang bersangkutan.
 Penilaian Terhadap Agunan (Collateral) Calon debitor umumnya wajib
menyediakan jaminan untuk menanggung pembayaran kredit macet,
jaminan tersebut berupa agunan yang berkualitas tinggi dan mudah
dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan
yang diberikan kepadanya
 Penilaian Terhadap Prospek Usaha Nasabah Debitor (Condition) Bank
harus menganalisa keadaan pasar di dalam dan di luar negeri baik masa
lalu maupun yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dari
hasil proyek atau usaha calon debitor yang dibiayai bank dapat
diketahui. Selanjutnya membuat MCC (Memorandum Comite Credit) /
Proposal Kredit yang berisi hasil analisa awal dan hasil analisa dari data
ynag diperoleh sewaktu kunjungan usaha.
3. Persetujuan Kredit
a. Komite Kredit menerima proposal kredit dari AO kemudian memeriksa
proposal yang diajukan dan memberikan pertimbangan dan keputusan
permohonan kredit tersebut disetujui atau ditolak.
b. Jika permohonan kredit ditolak ataupun disetujui, Administrasi Kredit
akan membuat surat persetujuan prinsip pemberian kredit (offering
letter) yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dan mengirim
ke nasabah.
4. Pengikatan Kredit
a. Administrasi Kredit memverifikasi kebenaran identitas dan validitas
agunan calon debitur. Kemudian membuat perjanjian kredit dan

23
pengikatan kredit. Selanjutnya melakukan pengikatan kredit dan
pengikatan agunan.
b. Calon debitur melakukan penandatanganan perjanjian kredit dan
pengikatan agunan.
c. Administrasi kredit melakukan penyimpanan semua dokumen kredit dan
dokumen agunan kemudian melakukan pencatatan dan menatausahakan
dokumen-dokumen yang masih dalam proses penyelesaian.
5. Pencairan Kredit
a. Administrasi kredit menyiapkan seluruh berkas-berkas dan kelengkapan
proses pencairan kredit.
b. Teller menerima kwitansi pencairan kredit yang disetujui oleh pejabat
yang berwenang, kemudian memverifikasi kwitansi pencairan kredit dan
meminta persetujuan kepada pejabat yang berwenang atas pencairan
kredit.
c. Teller menyiapakan buku angsuran, buku tabungan serta dana sesuai
jumlah pencairan kredit dan melakukan pembayaran kepada nasabah.

24
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Kredit Modal Kerja dan atau Kredit Investasi dengan plafon kredit sampai
dengan Rp 500 juta yang diberikan kepada usaha mikro, kecil dan koperasi yang
memiliki usaha produktif yang akan mendapat penjaminan dari Perusahaan
Penjamin.
Persyaratan yang haruus dilengkapi yaitu Fotokopi bukti diri, Fotokopi
Kartu Keluarga, Fotokopi surat nikah (apabila sudah menikah). Apabila belum
menikah maka meminta surat pernyataan yang berasal dari kelurahan, Bukti WNI
(untuk WNI non pribumi) , Fotokopi buku tabungan, Fotokopi NPWP, Foto 4x6
(Suami dan Istri), Fotokopi izin usaha/SIUP/TDP/Akta Pendirian, Surat
keterangan usaha dari kelurahan, Fotokopi pembukuan pendapatan usaha dan
fotokopi rekening koran giro 6 bulan terakhir, Foto tempat usaha (tampak depan
dan dalam).
Ada 5 tahapan dalam prosedur pemberian kredit modal kerja yaitu tahap
pengajuan kredit, tahap analisis kredit, tahap persetujuan kredit, tahap
peningkatan kredit, dan tahap pencairan kredit.
B. Saran
Sebaiknya pada fungsi SID saat melakukan BI checking langsung
memberikan keputusan, seperti jika tidak lolos BI checking maka langsung
dibuatkan surat penolakan kepada calon debitur, sehingga bagian AO dapat lebih
efisien dalam melakukan tugasnya dan tidak perlu lagi menganalisis karena sudah
jelas untuk tidak mungkin mendapatkan fasilitas kredit.
Dilakukan Surprissed Audit rutin dan diharapkan seluruh karyawan
dalam pelaksanaan tugasnya selalu melakukan dengan baik.
Segera dibentuk bagian internal audit agar dapat membantu tugas
pengawas dalam melaksanakan pemeriksaan rutin terhadap setiap kegiatan
perusahaan. Serta pengawasan tanggung jawab terhadap wewenang yang dimiliki
setiap bagian atau divisi. Hal ini diharapkan dapat meminimalisasi kemungkinan

25
terjadinya penyimpangan dalam setiap transaksi yang dilakukan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

https://bri.co.id/kredit-modal-kerja
https://eprints.perbanas.ac.id/4147/7/ARTIKEL%20ILMIAH.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/162287/1/Neka%20Ayang%20Sesiady.pdf
https://rbtv.disway.id/read/6690/kredit-modal-kerja-bri-plafon-tanpa-batas-syarat-
mudah/15
https://media.neliti.com/media/publications/86579-ID-analisis-sistem-dan-
prosedur-pemberian-k.pdf
http://eprints.undip.ac.id/61363/3/BAB_II.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai