Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEUANGAN DAN USAHA KECIL


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Micro, Small, and Medium
Entreprise
Dosen Pengampu:
Khasan Setiaji, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Elok Sanikha Mutiah (2307010251)
Risma Setianingrum (2307010203)
Vivit Nor Anggraini (2307010217)
Yuli Haryanti (2307010103)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN EKONOMI KOPERASI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Micro, Small, and
Medium Entreprise, dengan judul "Keuangan dan Usaha Kecil" .

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Semarang, 20 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Keuangan dan Usaha Kecil ........................................................................... 3


B. Kesenjangan Keuangan ................................................................................. 4
C. Sumber Dana ................................................................................................. 5
D. Keputusan Struktur Modal (The Capital Structure Decision) ..................... 10
E. Pertimbangan Pelaporan Keuangan ..............................................................11

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13

A. Kesimpulan .................................................................................................. 13
B. Saran.............. .............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha kecil memainkan peran yang sangat penting dalam perekonomian
global, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penciptaan lapangan
kerja dan pertumbuhan ekonomi di banyak negara. Namun, usaha kecil
seringkali menghadapi sejumlah tantangan dalam memperoleh modal yang
diperlukan dan mengelola keuangan secara efektif.

Tantangan pertama yang dihadapi usaha kecil adalah meningkatkan modal yang
cukup untuk memulai atau mengembangkan usaha mereka. Hal ini mungkin
disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap pasar keuangan, risiko yang lebih
tinggi, atau kurangnya riwayat kredit yang baik. Akibatnya, usaha kecil
seringkali perlu mencari sumber pembiayaan lain, seperti pinjaman dari keluarga
dan teman, modal ventura, atau pendanaan melalui pinjaman usaha kecil.

Namun, pengelolaan keuangan yang efektif adalah masalah kedua


yang dihadapi oleh usaha kecil. Pengetahuan keuangan yang terbatas,
pengelolaan kas yang tidak efektif, dan pelaporan keuangan yang tidak akurat
dapat menimbulkan hambatan serius dalam menjaga kesehatan keuangan suatu
bisnis. Permasalahan ketiga adalah kesenjangan keuangan yang merupakan
kesenjangan antara kebutuhan finansial perusahaan. Angka ini bisa menjadi
penghambat serius bagi pertumbuhan sebuah bisnis.

Usaha kecil menghadapi berbagai jenis pembiayaan seperti pinjaman


bank, modal ventura, pinjaman dari lembaga keuangan mikro, dll. Setiap jenis
mempunyai karakteristik, syarat dan persyaratan yang berbeda-beda. Usaha
kecil harus memilih apa yang terbaik untuk situasi mereka. Pengambilan
keputusan mengenai struktur modal juga merupakan elemen penting dalam
pengelolaan keuangan usaha kecil. Keputusan-keputusan ini mempengaruhi
posisi keuangan jangka panjang dan tingkat utangnya.

1
Pelaporan keuangan yang akurat dan tepat waktu merupakan aspek penting
dalam pengelolaan keuangan usaha kecil. Namun, mereka sering menghadapi
hambatan dalam memenuhi persyaratan pelaporan yang berlaku dan
menghasilkan laporan keuangan yang memberikan gambaran akurat mengenai
situasi keuangan mereka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan yang dihadapi usaha kecil dalam mendapatkan dana
dan mengelola keuangan?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan kesenjangan keuangan pada usaha kecil?
3. Apa saja jenis-jenis pembiayaan yang digunakan oleh usaha kecil?
4. Apa yang menjadi faktor berpengaruhnya pengambilan keputusan struktur
modal pada usaha kecil?
5. Bagaimana pertimbangan pelaporan keuangan pada usaha kecil?

C. Tujuan
1. Mengetahui permasalahan apa saja yang dihadapi usaha kecil dalam
mendapatkan dan mengelola keuangan.
2. Mengetahui faktor yang menjadi penyebab kesenjangan keuangan pada usaha
kecil.
3. Mengetahui dan memahami jenis-jenis pembiayaan yang digunakan usaha
kecil.
4. Mengetahui faktor-faktor dalam pengambilan struktur modal.
5. Mengetahui pertimbangan pelaporan keuangan pada usaha kecil.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keuangan dan Usaha Kecil


Usaha kecil dalam mendapatkan dana dan mengelola keuangan dihadapkan
dengan beberapa permasalahan sebagai berikut.
1. Akses pasar modal
Usaha kecil seringkali mengalami kesulitan mengakses pasar modal. Hal ini
dapat mempengaruhi kemampuan usaha kecil untuk mengumpulkan modal
tambahan untuk pembangunan atau proyek lainnya. Sebaliknya, usaha besar
yang terdaftar di bursa saham seperti Bursa Saham London memiliki akses
lebih mudah untuk mengumpulkan dana dengan menerbitkan saham kepada
publik (Carter dan Jones-Evans, 2006).
2. Struktur kepemilikan dan manajemen
Dalam usaha kecil, pemilik sering kali juga menjadi manajer utama. Ini
berarti bahwa pemiliknya tidak hanya memiliki saham dalam bisnisnya tetapi
juga terlibat dalam pengelolaan operasional sehari-hari. Di perusahaan besar,
pemegang saham (pemilik) dipisahkan dari manajemen oleh direktur dan
manajer profesional. Perbedaan ini dapat mempengaruhi cara pengambilan
keputusan keuangan dan cara mengelola dana.
3. Informasi keuangan
Informasi tentang bagaimana usaha kecil memperoleh dan mengelola
modalnya seringkali lebih terbatas dibandingkan dengan usaha besar.
Perusahaan-perusahaan besar secara teratur menerbitkan laporan tahunan dan
publikasi lain yang memberikan wawasan mengenai kinerja operasional dan
keuangan mereka. Pada saat yang sama, usaha kecil belum tentu mendapatkan
manfaat dari tingkat transparansi yang sama, sehingga informasi mengenai
keuangan dan struktur keuangan mereka tidak selalu tersedia untuk umum.
4. Ukuran dan sektor bisnis
Besar kecilnya usaha dan industri di mana perusahaan beroperasi dapat
mempengaruhi jenis pembiayaan yang tersedia. Usaha kecil dengan aset
berwujud seperti real estat mungkin lebih mudah mendapatkan pinjaman

3
karena mereka dapat menjaminkan aset tersebut. Namun, usaha kecil yang
mengandalkan aset tidak berwujud, seperti kreativitas karyawan, akan
kesulitan meningkatkan modal.

B. Kesenjangan Keuangan
Kesenjangan pembiayaan mengacu pada situasi di mana perusahaan memiliki
peluang yang menguntungkan untuk pertumbuhan atau ekspansi namun tidak
memiliki cukup modal untuk memanfaatkan peluang tersebut. Situasi ini dapat
timbul karena keterbatasan yang ketat dalam meningkatkan modal, mungkin
karena peraturan yang ketat atau kurangnya sumber daya keuangan, baik yang
berasal dari sumber internal (seperti keuntungan yang dihasilkan perusahaan)
maupun dari sumber eksternal (seperti pinjaman atau modal investasi).

Berikut beberapa faktor penyebab terjadinya kesenjangan keuangan.


1. Usaha kecil tidak memiliki akses terhadap modal ekuitas (misalnya saham)
Usaha kecil sering kali mengandalkan modal yang ditanamkan oleh pemilik
atau sebagian dari laba ditahan untuk mengembangkan usahanya. Peluang
untuk meningkatkan modal di pasar saham terbatas, dan banyak pemilik
usaha kecil enggan mencari modal ekuitas dari sumber luar karena mereka
ingin mempertahankan kendali atas bisnis mereka.
2. Kesulitan memperoleh pinjaman bank karena masalah penilaian risiko
Pembiayaan utang, seperti pinjaman bank, sering kali bergantung pada
penilaian risiko lembaga keuangan. Namun, usaha kecil kesulitan
mendapatkan pinjaman karena lembaga keuangan kesulitan mengukur risiko
secara akurat. Mereka cenderung menggunakan sistem pinjaman berbasis
keamanan atau sistem penilaian kredit mentah. Meskipun beberapa
bukti menunjukkan bahwa sebagian besar usaha kecil dapat mengakses
pendanaan dengan relatif mudah, beberapa kelompok juga menghadapi
kesulitan tertentu dalam mengakses pendanaan. Beberapa contohnya adalah
usaha kecil yang ingin berekspansi, bisnis yang membutuhkan pendanaan
untuk berekspansi, perempuan yang ingin memulai bisnis, dan lulusan
perguruan tinggi yang memiliki utang mahasiswa dalam jumlah besar.

4
C. Sumber Dana
Ada berbagai jenis sumber dana. Berikut ini beberapa sumber dana yang
digunakan oleh usaha kecil.
1. Bank
Bank diakui sebagai sumber dana utama untuk usaha kecil. Mereka
menyediakan pinjaman jangka panjang dan jangka pendek. Pola pinjaman
bank kepada usaha kecil telah berubah seiring waktu. Sebagian besar
pinjaman oleh bank di Inggris diberikan dalam bentuk pinjaman jangka waktu
tetap, bukan overdraft. Overdraf adalah pinjaman jangka pendek yang
diberikan oleh bank kepada nasabah, memberikan mereka hak untuk menarik
uang tambahan dari rekening bank mereka hingga jumlah yang disepakati dan
biasanya harus dilunasi sesuai permintaan (Carter dan Jones-Evans, 2006).
Pinjaman jangka pendek biasanya digunakan untuk modal kerja, sedangkan
pinjaman jangka panjang untuk jangka waktu investasi. Namun, pinjaman
jangka pendek umumnya lebih populer karena bank lebih berhati-hati
terhadap risiko usaha kecil.

Bank cenderung membutuhkan agunan yang tinggi sebagai syarat pemberian


kredit kepada usaha kecil. Hal ini mungkin menjadi kendala bagi perusahaan
dalam menambah modal. Namun, terdapat masalah dalam pasar pinjaman
untuk usaha kecil di Inggris. Terdapat konsentrasi besar pada beberapa bank
utama. Sehingga, dapat menghambat persaingan dan inovasi dalam
penyediaan dana kepada usaha kecil.
2. Skema jaminan pinjaman usaha kecil/ Small Firms Loan Guarantee (SFLG)
SFLG adalah inisiatif pemerintah Inggris yang diluncurkan pada tahun 1981
untuk mengatasi masalah yang dihadapi usaha kecil yang mendapatkan
pinjaman dari bank. Pada dasarnya, program ini memberikan jaminan kepada
bank bahwa pemerintah akan melindungi sebagian besar pinjaman kepada
usaha kecil jika mereka gagal bayar.
a. Tujuan program
Program ini bertujuan untuk membantu usaha kecil yang memiliki
proposal usaha namun kesulitan mendapatkan pinjaman dari bank. Karena

5
kurangnya garansi atau riwayat transaksi yang terbatas. Hal ini
memberikan insentif tambahan kepada bank untuk memberikan pinjaman
kepada usaha kecil yang tidak dapat memenuhi persyaratan.
b. Peran pemerintah
Pemerintah menjamin sebagian besar pinjaman, khususnya 75%, dan 25%
sisanya menjadi tanggung jawab bank (Carter dan Jones-Evans, 2006).
Hal ini melindungi bank dari risiko gagal bayar. oleh peminjam.
c. Kritik terhadap sistem
Sistem ini bukannya tanpa kritik. Beberapa kritikan tersebut antara lain
tingginya biaya akibat premi asuransi, serta birokrasi manajemen yang
berlebihan. Bank juga cenderung enggan menggunakan sistem ini karena
dianggap rumit dan mahal.
d. Reformasi terkini
Program ini telah direformasi dengan fokus pada bisnis baru dan muda
yang sering mengalami kesulitan dalam meningkatkan modal karena
kurangnya agunan atau terbatasnya riwayat bisnis. Pemerintah juga
mempertimbangkan untuk mengurangi regulasi berlebihan dalam
penggunaan sistem ini agar bank dapat mengambil keputusan lebih
cepat tanpa harus melalui prosedur yang rumit.
3. Leasing dan pembelian dengan sistem sewa beli (Hire Purchase-HP)
Leasing atau sewa guna usaha terjadi ketika suatu bisnis atau individu
menyewakan suatu aset kepada bisnis atau individu lain untuk digunakan
dalam jangka waktu tertentu. Dalam kasus sewa guna usaha (leasing), pemilik
aset (lessor) mengizinkan penyewa untuk menggunakan aset tersebut namun
kepemilikan tetap berada pada lessor. Ada dua jenis utama persewaan, yaitu
sebagai berikut.
a. Sewa operasi (leasing operational)
Dalam sewa operasi, suatu aset disewakan untuk jangka waktu yang jauh
lebih pendek daripada umur ekonomis aset tersebut. Penyewa biasanya
bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pemeliharaan properti. Sewa
operasi sering kali digunakan untuk aset yang cenderung cepat menjadi
usang, seperti komputer atau mesin fotokopi. Keuntungan utama usaha

6
kecil adalah tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membeli aset
dan risiko perubahan nilai aset (misalnya karena kemajuan teknologi)
ditanggung oleh lessor.
b. Sewa pembiayaan (leasing financial)
Dalam sewa pembiayaan, suatu aset disewakan untuk jangka waktu yang
kira-kira sama dengan umur ekonomis aset tersebut. Penyewa tetap
memegang sebagian besar manfaat kepemilikan, meskipun kepemilikan
properti tetap berada di tangan tuan tanah. Leasing financial lebih mirip
dengan kepemilikan aset dibandingkan leasing operational dan biasanya
digunakan untuk aset dengan umur ekonomis yang panjang, seperti
kendaraan. Ini juga dapat membantu usaha kecil memperoleh aset tanpa
harus membayar sejumlah besar uang di muka.

Sewa beli (HP) adalah suatu cara pembelian dimana pembeli mengambil alih
barang setelah membayar uang muka (biasa disebut uang muka) dan cicilan
berikutnya, termasuk bunga. Pembeli dapat menggunakan barang tersebut
dengan syarat membayar deposit. HP mirip dengan leasing yang
memungkinkan penggunaan aset tanpa harus mengeluarkan modal dalam
jumlah besar.

Penelitian menunjukkan bahwa sewa guna usaha dan HP merupakan sumber


pembiayaan yang penting bagi usaha kecil. Penggunaannya mungkin
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ukuran perusahaan, pengalaman masa
lalu dengan sumber pendanaan, jenis aset yang dibutuhkan, dan insentif
pajak. Bagi usaha kecil, manfaat utamanya adalah sewa guna usaha dan HP
membantu mengatasi kendala modal awal, meningkatkan arus kas, dan
memfasilitasi akuisisi aset.
4. Ekuitas (equity)
“Ekuitas” adalah modal yang disediakan oleh pemilik usaha, apapun jenis
usahanya. Uang yang diinvestasikan oleh pemilik bisnis, baik sebagai pemilik
tunggal, kemitraan, atau korporasi, dapat digunakan untuk memulai bisnis.

7
Pemilik dapat memutuskan untuk menarik keuntungan dari bisnisnya atau
menginvestasikan kembali uangnya.

Ekuitas terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.


a. Ekuitas internal
Ekuitas internal, adalah modal yang disediakan oleh pemilik usaha.
Kontribusinya menyumbang sekitar 30% dari total sumber daya keuangan
usaha kecil (Kasey dan Watson, 1992 dalam Carter dan Jones-Evans,
2006).
b. Ekuitas eksternal
Ekuitas eksternal adalah sumber modal ekuitas eksternal, seperti modal
ventura formal, modal ventura informal (malaikat bisnis), atau alternatif
pasar investasi (AIM). Banyak pemilik usaha kecil tidak mau
berpartisipasi dalam sumber pendanaan luar ini. Ketergantungan pada
agunan juga menjadi kendala dalam memperoleh tambahan modal.
Inisiatif perlu diambil untuk mendorong pemilik usaha mempertahankan
sebagian besar keuntungan usahanya, mungkin melalui insentif pajak,
sehingga mereka dapat mengembangkan usahanya dengan lebih baik.
5. Pasar investasi alternatif/ Alternative Investment Market (AIM)
AIM adalah pasar alternatif yang didirikan di Inggris pada tahun 1995 (Carter
dan Jones-Evans, 2006). Pasar ini diciptakan khusus untuk usaha kecil yang
sedang berkembang yang mencari pembiayaan, go public, dan menjual
sahamnya kepada investor. AIM memberi perusahaan-perusahaan ini akses
ke pasar saham yang kurang diatur dibandingkan pasar tradisional, seperti
London Stock Exchange.

AIM bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang di


Inggris dengan menyediakan platform bagi usaha kecil untuk meningkatkan
modal dan mengembangkan bisnis mereka. Meski AIM menawarkan
fleksibilitas regulasi, namun perusahaan yang ingin mendaftar tetap harus
memenuhi sejumlah persyaratan, antara lain penunjukan penasihat, broker,

8
dan akuntan pelapor untuk menjamin kualitas kualitas dan transparansi
perusahaan.

Secara keseluruhan, AIM adalah pasar yang cocok untuk usaha kecil yang
ingin meningkatkan modal antara £1 juta dan £50 juta (Carter dan Jones-
Evans, 2006). AIM dapat memberikan alternatif pasar utama yang lebih
terjangkau bagi perusahaan dengan kapitalisasi pasar lebih kecil. AIM
memainkan peran penting dalam memberikan pilihan kepada usaha kecil
untuk mengakses pasar modal dan mengembangkan bisnis mereka.
6. Modal ventura
Modal ventura adalah pembiayaan yang diberikan kepada usaha oleh lembaga
keuangan spesialis. Pemodal ventura cenderung sangat selektif,
berkonsentrasi pada investasi yang cukup berisiko biasanya dalam bentuk
dukungan bagi pengusaha, pembiayaan start-up, pengembangan bisnis, atau
bantuan pembelian manajemen atau pembelian manajemen . Biasanya modal
ventura diwakili oleh campuran ekuitas, pinjaman dan keuangan mezzanine.
Hal ini sering digunakan dalam pembiayaan MBO dan untuk investasi jangka
menengah dan panjang dimana pemodal ventura pada akhirnya mencari jalan
keluar. Meskipun banyak yang telah menulis tentang modal ventura sebagai
sumber pendanaan utama bagi usaha kecil, jelas bahwa sebagian besar
perusahaan yang menerima pendanaan dari sumber ini adalah perusahaan
yang relatif besar.
7. Modal ventura informal (business angels)
Modal ventura informal, juga dikenal sebagai angel bisnis, merupakan
sumber modal informal. Mereka adalah individu-individu dengan kekayaan
bersih tinggi yang cenderung memiliki pengalaman bisnis yang signifikan
dan bersedia berinvestasi di perusahaan rintisan, perusahaan rintisan, atau
bisnis yang sedang berkembang. Malaikat bisnis dianggap lebih sabar
dibandingkan pemodal ventura dan bersedia berinvestasi dalam jumlah yang
lebih kecil berdasarkan kebutuhan pemilik usaha kecil.

Tantangan utama yang terkait dengan modal ventura informal adalah

9
menghubungkan investor dan usaha kecil yang mencari pembiayaan.
Menanggapi pentingnya sumber pendapatan ini, jaringan formal telah
diciptakan untuk memfasilitasi hubungan ini. Misalnya, sebagian besar
Business Links memelihara database pihak yang berkepentingan. Namun,
hanya sebagian kecil proposal yang menarik bagi angel investor bisnis,
karena antara 90 dan 97% proposal ditolak (Carter dan Jones-Evans, 2006).
Oleh karena itu, meskipun berperan penting dalam pembiayaan usaha kecil,
modal ventura informal tidak cukup besar untuk mengatasi kegagalan pasar
dan mengisi kesenjangan pembiayaan.
8. Anjak piutang (factoring)
Anjak piutang adalah pembelian utang komersial suatu perusahaan untuk
suatu faktor tertentu, biasanya dengan uang tunai. Sumber pendanaan ini
bergantung pada sifat bisnisnya. Dalam kondisi yang tepat, anjak piutang
dapat menjadi sumber pembiayaan berkelanjutan yang penting bagi bisnis.
Pengelolaan kredit yang baik tentunya menjadi sumber pembiayaan. Usaha
kecil, khususnya, mengalami pembayaran yang lambat dan cenderung
memiliki manajemen kredit yang buruk. Perusahaan-perusahaan ini
mempekerjakan spesialis pengendalian kredit dan cenderung menggunakan
perangkat lunak komputer yang canggih, yang memungkinkan mereka
mengelola kredit yang diberikan kepada usaha kecil secara efektif.

D. Keputusan Struktur Modal (The Capital Structure Decision)


Teori keuangan berasumsi bahwa korporasi merupakan wahana bagi pemegang
saham untuk memaksimalkan kekayaannya dengan mengorbankan pemangku
kepentingan lainnya. Hal ini dikarenakan perusahaan besar menjadi
fokus penelitian mengenai keputusan struktur modal dan oleh karena itu
literatur mengenai struktur modal perusahaan kecil masih kurang berkembang
dan terbatas hanya pada beberapa artikel saja (Kasey et al. Watson, 1993 dalam
Carter dan Jones-Evans, 2006 ).

Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal dalam konteks


usaha kecil.

10
1. Siklus hidup bisnis
Usaha kecil cenderung mengalami perubahan selama siklus hidupnya. Pada
awalnya, bisnis mungkin cenderung menggunakan modal utang untuk
memulai dan membiayai pertumbuhannya. Namun seiring berjalannya waktu,
ketergantungan terhadap utang bisa berkurang.
2. Nilai agunan
Nilai agunan dalam keputusan pemberian kredit suatu bank atau lembaga
keuangan mempengaruhi keputusan struktur modal. Usaha kecil mungkin
lebih cenderung menggunakan utang jika mereka memiliki aset yang dapat
dijaminkan untuk menjamin pinjaman tersebut.
3. Sektor
Pilihan struktur modal juga dapat dipengaruhi oleh sektor dimana usaha kecil
beroperasi. Industri yang berbeda mungkin memiliki preferensi berbeda
mengenai penggunaan utang atau ekuitas dalam struktur modalnya.
4. Kondisi perekonomian
Kondisi ekonomi dan pasar keuangan regional atau nasional juga dapat
mempengaruhi keputusan struktur modal. Misalnya, suku bunga,
ketersediaan kredit, dan sentimen pasar dapat mempengaruhi pilihan
pembiayaan usaha kecil.
5. Pemilik bisnis
Preferensi dan keinginan pemilik usaha kecil dapat memainkan peran penting
dalam keputusan struktur modal. Pemilik mungkin memiliki toleransi risiko
dan insentif yang berbeda antara memegang ekuitas dan hutang.
6. Faktor pajak dan biaya kebangkrutan
Meskipun pajak dan biaya kebangkrutan mungkin tidak memiliki pengaruh
besar terhadap keputusan struktur modal usaha kecil, hal tersebut masih dapat
berdampak dalam kasus tertentu.

E. Pertimbangan Pelaporan Keuangan


Pelaporan keuangan merupakan alat penting untuk mengkomunikasikan kinerja
dan posisi keuangan perusahaan kepada pihak eksternal. Kreditor, khususnya
bank, adalah pengguna utama laporan keuangan usaha kecil. Usaha kecil harus

11
memahami bahwa laporan keuangan mereka akan digunakan oleh kreditor untuk
mengevaluasi permohonan pendanaan dan memantau pertumbuhan bisnis yang
didanai. Meskipun usaha kecil tidak tunduk pada persyaratan hukum yang sama
seperti usaha besar, mereka tetap diwajibkan untuk menyerahkan laporan
tahunan kepada instansi pemerintah tertentu. Dunia usaha perlu memahami
dengan jelas persyaratan hukum yang berlaku bagi mereka.

Pengguna laporan keuangan usaha kecil sangat beragam. Terdiri dari bank,
pemilik bisnis, pemodal ventura, dan investor swasta. Usaha kecil perlu
memahami bahwa setiap kelompok pengguna memiliki kebutuhan dan tujuan
pelaporan keuangan yang berbeda. Penggunaan laporan keuangan oleh berbagai
pihak sangat dipengaruhi oleh faktor kontinjensi (Berry dan Waring, 1995 dalam
Carter dan Jones-Evans, 2006). Misalnya, apakah kandidat tersebut adalah
nasabah bank yang sudah ada atau pemilik-manajer suatu bisnis baru tentu akan
mempengaruhi ketersediaan laporan keuangan dan jenis informasi yang
mungkin diperlukan . Pengguna lain juga dapat menggunakan laporan keuangan
usaha kecil. Oleh karena itu, kebutuhan pengguna tersebut perlu diperhitungkan.
Manajer usaha kecil juga memantau laporan keuangan untuk memastikan
hubungan baik dengan kreditor.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Permasalahan yang dihadapi usaha kecil dalam menambah modal dan
mengelola keuangannya, yaitu terbatasnya akses terhadap permodalan,
struktur kepemilikan dan kepengurusan berbeda dengan yang ada dari
perusahaan-perusahaan besar, terbatasnya informasi keuangan yang tersedia,
pengaruh ukuran dan sektor perusahaan terhadap akses terhadap keuangan.
2. Faktor yang menyebabkan kesenjangan keuangan pada usaha kecil, yaitu
ketidakmampuan mendapatkan akses ke modal ekuitas (misal, saham) dan
kesulitan memperoleh pinjaman bank karena permasalahan penilaian risiko.
3. Jenis sumber pembiayaan atau dana yang digunakan oleh usaha antara lain:
pinjaman dari bank, skema jaminan pinjaman usaha kecil/ Small Firms Loam
Guarantee (SFLG), leasing dan pembelian dengan sistem sewa beli (Hire
Purchase- HP), ekuitas (modal pemilik), AIM, modal ventura, business angel
dan anjak piutang.
4. Pertimbangan pelaporan keuangan dalam usaha kecil mencakup pemahaman
siapa yang akan menggunakan laporan keuangan, bagaimana mereka akan
menggunakannya, dan memastikan bahwa laporan tersebut memenuhi
kebutuhan semua pihak. Berbagai pemangku kepentingan termasuk kreditur,
eksekutif pemilik, pemodal ventura, dan investor swasta . investor komersial.
Dengan cara ini, usaha kecil dapat menyesuaikan pelaporan keuangan mereka
untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang berbeda dan memastikan
kelancaran akses terhadap keuangan dan pemeliharaan hubungan bisnis yang
baik.
5. Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal, antara lain:
siklus hidup bisnis, nilai agunan, sektor, kondisi perekonomian, pemilik
usaha, faktor perpajakan dan biaya kebangkrutan.

13
B. Saran
Pembaca yang merupakan pemilik dan pengelola usaha kecil hendaknya terus
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan keuangannya. Hal ini
dapat dilakukan melalui pelatihan, kursus online atau berpartisipasi dalam
kelompok diskusi perusahaan. Selain itu, penting untuk dipahami bahwa
pengelolaan keuangan yang baik dapat meminimalkan risiko dan meningkatkan
peluang keberhasilan bisnis.

Pemilik usaha kecil dapat melakukan analisis yang cermat terhadap kebutuhan
pembiayaan mereka dengan mempertimbangkan risiko dan manfaat dari
berbagai sumber pembiayaan dan memilih salah satu yang paling sesuai dengan
situasi mereka. Berpartisipasi dalam program yang ditawarkan oleh pemerintah
atau lembaga keuangan untuk menerima dukungan atau jaminan pinjaman.
Pemilik usaha kecil juga dapat membangun hubungan baik dengan calon
investor, seperti pemodal ventura atau malaikat bisnis, melalui jaringan bisnis
dan menghadiri acara-acara.

Pemerintah dapat membantu usaha kecil mengakses permodalan dengan


memperkenalkan program jaminan pinjaman yang memudahkan mereka
meminjam uang dari bank. Pemerintah juga dapat menyediakan sumber daya
dan informasi tentang berbagai sumber pendanaan yang tersedia serta saran
mengenai persyaratan dan cara mengaksesnya. Selain itu, pemerintah dapat
mendorong kemitraan antara usaha kecil dan lembaga keuangan atau investor
melalui program dukungan atau insentif pajak.

Institusi pendidikan dapat meningkatkan relevansi programnya dengan


memasukkan materi yang berfokus pada pendanaan usaha kecil dan sumber
pendanaan. Oleh karena itu, hal ini dapat membantu mahasiswa mempersiapkan
diri menghadapi tantangan dunia bisnis. Program pendidikan dan pelatihan yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dapat difasilitasi dengan bantuan
pakar bisnis dan pakar keuangan untuk memberikan informasi praktis kepada
peserta didik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Carter dan Jones-Evans. (2006). Enterprise and Small Business Principles, Practice
and Policy. (Second Edition). England: Prantice Hall.

15

Anda mungkin juga menyukai