Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“PEMBIAYAAN USAHA BARU”


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan
Dosen Pengampu :Nurul Fadillah Aswar, S.E., M.M.

Di Susun Oleh :
RAHMADANI SAPARUDDIN
230903502044
39

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pembiayaan Usaha Baru” ini dengan baik dan tepat waktu guna
memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan dari Ibu Dosen : Nurul Fadillah
Aswar, S. E,.M. M

Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada nabi kita Nabi
Muhammad SAW. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat serta menambah pengetahuan bagi pembaca

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman ini, maka dari itu
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 3 Desember 2023


Penyusun

Riiii
Rahmadani Saparuddin

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ………………………..……………..…………… 1
1.2 Rumusan Masalah …………………..………………..……........... 2
1.3 Tujuan ……………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 3
2.1 Masalah Dalam Pencarian modal….………………………........... 3
2.2 Pembiayaan Bisnis ……………………………………...……....... 5
2.3 Penentuan Hubungan Finansial Perusahaan……………………… 8
2.4 Analisa Pulang Pokok ……………………………....……………. 10
2.5 Mencari Sumber Modal Usaha…………..……....……………….. 13
BAB III PENUTUP ............................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 16
3.2 Saran ……………………………………………………………….. 16
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap hari manusia bekerja demi mempertahankan hidupnya untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara melakukan aktivitas bisnis. Dengan
semakin berkembangnya aktivitas bisnis sekarang ini maka kepentingan akan
modal atau dana bagi pelaku usaha juga semakin meningkat. Oleh karena itu,
sarana penyediaan dana yang dibutuhkan oleh pelaku usaha atau Masyarakat perlu
diperluas. Umumnya, dana yang dibutuhkan tersebut dapat disediakan oleh
lembaga perbankan melalui fasilitas kredit. Namun, fasilitas kredit dari
perbankan sangat terbatas dan tidak semua pelaku usaha punya akses untuk
mendapatkan bantuan pendanaan dari bank. Selain itu, lembaga perbankan ini
juga memerlukan jaminan yang kadang kala tidak bisa dipenuhi oleh pelaku
usaha yang bersangkutan, maka perlu suatu upaya lain tanpa jaminan dan lebih
mudah prosesnya. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui lembaga pembiayaan.
Lembaga pembiayaan ini diatur dalam keputusan Presiden No. 61 Tahun 1998
tanggal 20 Desember 1998 dan dijabarkan lebih lanjut dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 1251/KMK,013/1998 tanggal 20 Desember 1998

Pembiayaan adalah suatu modal yang diperlukan untuk membuat suatu usaha.
Pembiayaan sendiri merupakan hal yang paling vital dalam pembuatan usaha
baru. Yang paling utama adalah pembiayaan biasanya menggunakan uang modal,
terkadang modal yang besar dibutuhkan untuk membuat suatu usaha baru. Namun
tidak sedikit pula usaha yang membutuhkan modal kecil tapi menghasilkan
keuntungan yang besar. Mengapa pembiayaan diperlukan? Tujuan pembiayaan
adalah dalam rangka pembelian persediaan bahan baku, barang setengah jadi dan
barang jadi ( ready stock) yang akan digunakan untuk proses produsi atau
pembelian barang untuk dijual Kembali dalam rangka kegiatan ekspor.

Dalam makalah ini akan membahas mengenai masalah dalam pencarian modal,
sumber pembiayaan usaha dan tahapnya serta Analisa pulang pokok.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Masalah apa yang dihadapi para wirausahawan dalam pencarian modal
usaha?
b. Apa saja tahap dan jenis pembiayaan bisnis?
c. Darimanakah sumber untuk menentukan kebutuhan finansial perusahaan?
d. Apa yang dimaksud analisa pulang pokok?
e. Sebutkan unsur dasar dan tipe dari analisa pulang pokok!

1.3 Tujuan
a. Mengetahui dan memahami masalah dan kesulitan yang dihadapi para
wirausahawan dalam pencarian modal usaha
b. Mengetahui dan memahami jenis dan tahap pembiayaan bisnis
c. Mengetahui sumber penentuan kebutuhan finansial perusahaan
d. Mengetahui dan memahami pengertian, unsur dasar dan tipe analisa
pulang pokok

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masalah-Masalah dalam Pencarian Modal Usaha


Setiap wirausahawan yang mencoba memperoleh modal mengetahui betapa
sukarnya tugas ini sebagaimana halnya dengan para penanam modal. Penanam
modal selama berbulan bulan mencoba meneliti dan menyaring sejumlah besar
usulan sebelum mendapatkan peluang yang menjanjikan. Sebagian besar pemodal
profesional hanya menanamkan dananya pada 1 sampai 2 persen dari usulan yang
diajukan.
Masalah yang berkaitan dengan kesulitan yang biasanya dihadapi
wirausahawan antara lain adalah:
a) Kinerja atau Konsep Perusahaan yang Meragukan
Alasan utama menolak pembiayaan perusahaan yang sudah ada atau baru
mulai adalah konsep atau kinerja perusahaan yang meragukan atau buruk. Dua
unsur yang mendasari ketidak-minatan dari pemodal adalah risiko bisnis yang
terlalu tinggi dan terlalu rendahnya tingkat keuntungan dan tingkat
pengembalian dari modal yang ditanam.
b) Kegagalan Perusahaan untuk Menindak-lanjuti
Kegagalan untuk menindak-lanjuti adalah alasan bagi kegagalan
perusahaan mendapatkan modal. Umumnya perusahaan melakukan kontrak
awal tanpa mempersiapkan memorandum penempatan pribadi. Wirausahawan
hendaknya tidak mendekati investor dengan cara yang mendadak. Pendekatan
tersebut akan menimbulkan kesan negatif kearah manajemen perusahaan, yang
memperlihatkan kurangnya kemampuan untuk menggunakan modal atau
ekspansi modal secara efisien. Pencarian dana hendaknya dimulai sejak awal.
Biasanya diperlukan 2 sampai 3 bulan untuk mencari sumber, membantu
investor di dalam menganalisa, dan menyusun persetujuan. Banyak
perusahaan yang mengabaikan waktu untuk melakukan perundingan yang
berhasil.
c) Kurangnya Pengalaman dan Ketajaman Bisnis

3
Terdapat ungkapan di antara pemodal bahwa investasi dilakukan pada
manusia, bukannya perusahaan atau konsep. Sementara wirausahawan dalam
persamaan “wirausahawan-gagasan uang” adalah penting karena kesulitan
dalam pengukuran kinerja manajemen terpisah dari kinerja laba. Manajemen
yang lemah adalah faktor utama dalam perhitungan laba yang rendah dan
risiko yang tinggi, akan tetapi kinerja laba bisa ditelaah, sementara kualitas
manajemen hanya bisa diperkirakan.
Seorang investor hanya akan berhubungan dengan keberhasilan individu
tim manajemen sebelum usaha yang diusulkan, pengalaman bisnis, dan
kedalaman manajemen dalam bidang bidang penting. Kurangnya kepercayaan
investor mungkin timbul dari sikap bahwa bakat manajemen adalah
promosional, bukan operasional; bahwa manajemen tidak mempunyai
keahlian dalam faktor-faktor penting bagi keberhasilan usahanya; bahwa
keterampilan finansial kurang gigih; tidak mampu bergulat dengan tekanan;
bahwa manajemen tidak jujur; bahwa manajemen tidak kreatif dan imajinatif;
atau bahwa manajemen tidak realistis. Keinginan untuk bekerja dengan
kelompok pemodal dengan cara yang bisa diterapkan bisa membantu membuat
laporan yang dibutuhkan. Kelompok investor juga perlu mengetahui masalah
yang dihadapi dan diatasi oleh manajemen dan untuk melihat bakat-bakat
manajemen dengan terbuka.

d) Preferensi dari Pemodal


Kesulitan yang diuraikan di atas berasal dari proyek aau manajemen.
Tidak semua kegagalan kesepakatan disebabkan kelemahan pada usulan
bisnis. Banyak masalah yang berkaitan dengan pemodal yang menyebabkan
kegagalan tercapainya kesepakatan. Masalah masalah tersebut antara lain:
a. Kesepakatan yang disetujui terlalu kecil. Investasi besar dan investasi kecil
membutuhkan penelitian usulan yang sama besarnya. Terbatas hasil yang
mungkin dari investasi kecil menyebabkan investasi tersebut dianggap
terlalu kecil untuk dipertimbangkan lebih lanjut.

4
b. Penggunaan dana investasi yang dipertanyakan oleh investor, misalkan
sejumlah besar dana investasi digunakan untuk pengiklanan produk yang
belum teruji.
c. Kelompok pemodal tidak menyukai bidang investasi, perusahaan mungkin
beroperasi pada industri yang berfluktuasi, perusahaan bergantung pada
tawaran kompetitif.
d. Terlalu banyak masalah yang perlu dipecahkan secara langsung sebelum
investasi yang tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan disepakati.
e) Kurangnya Hubungan dengan Sumber-Sumber Modal
Banyak pemodal menempati kantor yang tidak mempunyai papan
nama, nomor telepon, dan tertutup terhadap publisitas. Keadaan semacam
ini akan mempersulit wirausahawan menemukan pemodal bagi usaha
barunya. Biasanya wirausahawan akan mendekati bankir, notaris, akuntan
untuk membantu mendapatkan orang yang mau memberikan modal
kepada usaha barunya.
2.2 Pembiayaan Bisnis
Jenis pembiayaan di tiap tahap siklus hidup usaha bisnis akan memiliki
perbedaan. Hal tersebut disebabkan karena pada tiap tahap siklus hidup terdapat
kebutuhan dana dan tujuan pembiayaan yang berbeda. Semakin tinggi tahapan
dalam siklus hidup usaha bisnis, maka semakin besar dana yang dibutuhkan
sehingga semakin beragam sumber pembiayaan yang dapat digunakan. Leach &
Melicher (2021) memberikan penjelasan mengenai sumber pembiayaan bagi
usaha bisnis di tiap siklus hidupnya, sebagai berikut:
• Development Stage: Tahap ini merupakan tahap awal wirausahawan
mengembangkan ide bisnisnya dan bahkan sudah mulai membangun
prototipe produknya. Pada tahap ini jenis pembiayaan yang digunakan
oleh wirausahawan adalah dalam bentuk seed financing. Jenis
pembiayaan tersebut diperlukan agar wirausahawan dapat mengubah ide
bisnisnya menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Seed
financing umumnya dapat bersumber dari dana pribadi wirausahawan,
dana hibah atau pinjaman baik dari keluarga maupun rekan atau teman.

5
Bisa dilihat bahwa seed financing bersumber dari inner
circle wirausahawan itu sendiri. Mengumpulkan modal dalam bentuk
dana pribadi nyatanya penting untuk membiayai pengembangan ide bisnis
dalam tahap development stage. Namun yang tidak kalah pentingnya
adalah wirausahawan juga sebaiknya dapat meyakinkan pihak keluarga
maupun rekan bahwa ide bisnis yang dimiliki memiliki potensi yang
menjanjikan sehingga mereka bersedia memberikan bantuan pembiayaan
di tahap awal siklus hidup usaha bisnis ini.
• Startup Stage: Tahap ini adalah tahap dimana usaha bisnis sudah mulai
melakukan penjualan perdana produknya. Fokus pembiayaan dalam tahap
ini adalah untuk mendukung aktivitas operasional dan penjualan perdana.
Pada tahap ini wirausahawan tidak hanya memulai proses produksi tetapi
juga mulai membangun merek-nya di pasar. Sumber pembiayaan dalam
tahap ini lebih beragam dibandingkan tahap sebelumnya. Jenis
pembiayaan dalam tahap ini disebut startup financing. Jenis pembiayaan
ini masih menggunakan dana pribadi wirausahawan ataupun bantuan
dana dari keluarga dan teman sebagai sumber pembiayaan. Tetapi, dalam
tahap ini wirausahawan dapat juga memperoleh pembiayaan dari sumber
lain seperti dari business angels dan perusahaan modal ventura. Dapat
kita simpulkan bahwa pada tahap startup sumber pembiayaan tidak hanya
dari inner circle wirausahawan tetapi juga dari external parties yaitu
investor seperti business angels dan perusahaan modal ventura. Berarti
dalam tahap ini wirausahawan juga perlu meyakinkan pihak investor agar
dapat memberikan bantuan pembiayaan kepada usaha bisnisnya. Supaya
dapat meyakinkan investor maka wirausahawan sebaiknya dapat
menyajikan proyeksi keuangan yang menjanjikan, akurat,
dan accountable. Selain itu, wirausahawan juga perlu
memperhatikan trade-off atau return yang dituntut oleh investor dari
investasinya. Wirausahawan juga perlu mempertimbangkan pengaruh
investasi dari investor terhadap proporsi kepemilikannya di dalam usaha
bisnis tersebut.

6
• Survival Stage: tahap ini adalah tahap yang kritikal bagi keberlanjutan
usaha bisnis. Bisa dikatakan tahap ini merupakan tahap yang menentukan
apakah suatu usaha bisnis dapat bertahan hidup. Pada tahap ini usaha
bisnis sudah mendapatkan pemasukan dari penjualannya, tetapi terkadang
pemasukan tersebut belum dapat menutupi semua beban operasionalnya.
Itulah mengapa tahap ini disebut fase “survival”, karena apabila usaha
bisnis tersebut tidak mampu bertahan maka keberlangsungan hidup
bisnisnya akan menjadi taruhan. Berdasarkan urgensi dari situasi tersebut,
maka sumber pembiayaan dalam tahap ini mulai memiliki perbedaan
dibandingkan tahap sebelumnya. Jenis pembiayaan dalam tahap ini
disebut sebagai first-round financing. Aktivitas penjualan yang sudah
berjalan dalam tahap ini mengakibatkan pemasukan dari konsumen
menjadi sumber pembiayaan bagi usaha bisnis. Laba ditahan yang
dihasilkan oleh usaha bisnis juga dapat menjadi sumber pembiayaan dari
kegiatan operasional. Selain itu, pembiayaan dari modal ventura juga
masih dapat digunakan oleh wirausahawan dalam tahap ini. Namun
menariknya pihak pemasok dapat menjadi pihak yang turut berpengaruh
bagi aktivitas pembiayaan dalam fase Hal itu disebabkan karena pelaku
bisnis dapat mengajukan hutang dagang kepada pemasok sehingga dapat
menunda pengeluaran kas yang berkaitan dengan pembelian bahan baku.
Namun tetap saja sebaiknya pelaku bisnis tidak melalaikan kewajibannya
dalam melunasi hutang dagang tersebut. Wirausahawan juga dapat
menggunakan hibah atau program pendampingan dari pemerintah sebagai
sumber pembiayaan dalam fase ini. Sebagai contoh, pemerintah Indonesia
menyediakan Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) dalam bentuk
hibah modal kerja kepada pelaku UMKM (Humas Kementrian Koperasi
dan UKM Republik Indonesia, 2020; Putri, 2021). Lebih lanjut lagi,
wirausahawan juga dapat mengajukan bantuan pembiayaan melalui
institusi perbankan. Tetapi, pelaku bisnis perlu berusaha agar memiliki
status layak sebagai penerima pinjaman dari pihak bank. Bahkan,
wirausahawan juga perlu memperhitungkan kesanggupan finansial dalam

7
menanggung bunga pinjaman dan membayar cicilan pokok. Saat ini di
Indonesia sudah banyak institusi perbankan yang membuka akses bagi
bantuan pembiayaan pelaku UMKM. Pemerintah Indonesia juga
meluncurkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang membantu
pelaku UMKM mendapatkan akses pembiayaan dengan bunga yang
rendah dari lembaga keuangan (Shaid, 2022).
• Rapid-Growth Stage: tahap ini menurut saya merupakan tahap yang
menggembirakan bagi suatu usaha bisnis. Pada tahap ini pendapatan dan
arus kas bertumbuh dengan cepat. Meskipun sudah memasuki fase
tersebut, namun usaha bisnis tetap memerlukan dana untuk membiayai
pertumbuhan yang cepat tersebut. Pelaku bisnis dapat menggunakan
sumber pembiayaan yang sama seperti di tahap sebelumnya. Namun
dalam tahap ini pelaku bisnis juga dapat berkonsultasi dengan investment
bankers mengenai aksi IPO (initial public offering) sebagai sumber dana
sekaligus meningkatkan value Justru dalam tahap rapid-growth bisa
membuka peluang emas bagi usaha bisnis untuk menarik investor
membeli saham perusahaannya. Selain memberikan pendampingan
mengenai proses IPO, para investment bankers umumnya dapat
membantu pelaku bisnis dalam proses merger atau akuisisi.
• Early-Maturity Stage: tahap ini merupakan fase dimana usaha bisnis
masih mengalami pertumbuhan pendapatan dan arus kas namun lajunya
tidak sekencang pada fase sebelumnya. Sumber pembiayaannya masih
sama dengan tahap sebelumnya. Namun, pada tahap ini pelaku bisnis
dapat menerbitkan surat hutang atau obligasi selain menggunakan
pinjaman bank ataupun penerbitan saham sebagai sumber pembiayaan.
Fokus dari tujuan pembiayaan dalam fase ini adalah untuk membiayai
ekspansi bisnis, menyediakan dana untuk merger atau akuisisi, atau
menyediakan return ke investor.

2.3 Penentuan Hubungan Finansial Perusahaan

8
Untuk mendapatkan modal, seseorang perlu mengetahui berapa banyak uang
yang dibutuhkan. Namun banyak wirausahawan yang tidak mengetahui cara
memperkirakan kebutuhan finansial dari perusahaan. Perencanaan finansial dibagi
menjadi dua bagian yaitu perencanaan likuiditas dan perencanaan laba.
Perencanaan likuiditas dipusatkan pada perencanaan aliran kas perusahaan. Satu
unsur proyeksi aliran kas melibatkan proyeksi penjualan dan laba perusahaan di
masa depan. Proyeksi laba juga mempunyai keabsahan independen sebagai
laporan rugi laba perusahaan di masa depan. Sumber utama untuk menentukan
kebutuhan finansial perusahaan adalah proyeksi aliran kas didukung oleh proyeksi
aliran laba.
a. Penentuan Kebutuhan Kas untuk Memulai Usaha
Kas yang diperlukan untuk memulai bisa diproyeksikan dengan beberapa
cara. Terdapat tiga pendekatan untuk tiap-tiap jenis usaha perdagangan,
manufaktur, dan bisnis jasa-jasa. Pendekatan pendapatan yang diperlukan (desired
income) mengembangkan jumlah modal yang diperlukan untuk menghasilkan
sejumlah tertentu pendapatan pribadi tahunan. Pendekatan tingkat sewa (rental
rate) menentukan jumlah penjualan dan kemudian modal yang dibutuhkan untuk
mendukung sewa yang dimaksud. Pendekatan kas yang tersedia (cash available)
dimulai dengan jumlah modal yang dimaksud agar tersedia untuk menentukan
pendapatan yang mungkin dari penggunaan efisiennya.
Metode standar adalah untuk memproyeksikan tingkat penjualan yang diharapkan,
pengeluaran yang berkaitan, dan dana tambahan yang dibutuhkan bagi aset modal.
b. Penentuan Kebutuhan Kas bagi Perusahaan yang Sudah Ada
Terdapat beberapa cara untuk memproyeksikan kebutuhan kas. Enam langkah
yang harus dilakukan oleh perusahaan baru untuk memproyeksikan kebutuhan kas
adalah:
1) Membuat proyeksi laporan rugi laba.
2) Membuat neraca arus kas dan item-item neraca.
3) Memuat proyeksi aliran atau arus kas.
4) Membuat proyeksi neraca.
5) Membuat ringkasan kebutuhan dan penggunaan kas.

9
6) Menentukan bagian dari kas total yang dibutuhkan untuk dibiayai dengan
modal ventura. Untuk bisnis yang sudah ada, laporan rugi laba lengkap,
neraca, dan proyeksi aliran kas akan membantu manajemen dan investor.
2.4 Analisa Pulang Pokok
Pada tahap awal pertumbuhan, akan sangat membantu wirausahawan untuk
mengetahui kapan keuntungan akan tercapai. Hal ini akan membantu mengetahui
potensi finansial bagi usaha pemula. Analisa pulang pokok adalah teknik untuk
menentukan seberapa besar banyak satuan yang harus dijual atau seberapa banyak
volume penjualan yang harus dicapai agar tercapai posisi pulang pokok (tidak rugi
dan tidak untung). Analisa pulang pokok adalah proses menghasilkan informasi
yang mengikhtisarkan berbagai tingkat keuntungan dan kerugian yang berkaitan
dengan berbagai tingkat produksi.
Unsur Dasar Analisa Pulang Pokok
Analisa pulang pokok umumnya terdiri atas refleksi, pembahasan,
pertimbangan, dan pembuatan keputusan relatif terhadap tujuh unsur pokok.
Masing-masing unsur dan definisinya adalah sebagai berikut :
1) Biaya tetap adalah pengeluaran yang diadakan oleh organisasi tanpa
melihat jumlah produk yang dihasilkan. Contoh dari biaya tetap adalah
pajak tanah, pemeliharaan bangunan, pengeluaran untuk bunga pada uang
yang dipinjam untuk membiayai pembelian peralatan.
2) Biaya variabel adalah pengeluaran yang berfluktuasi dengan jumlah
produk yang dihasilkan. Contoh dari biaya variabel adalah biaya
pembungkusan produk, biaya bahan yang dibutuhkan untuk membuat
produk, biaya yang berkaitan dengan pembungkusan produk untuk
dikapalkan.
3) Biaya total adalah jumlah total biaya tetap dan biaya variabel yang
berkaitan dengan produksi.
4) Pendapatan total adalah semua nilai rupiah penjualan yang terakumulasi
dari penjualan produk. Sesungguhnya pendapatan total meningkat ketika
lebih banyak produk yang terjual.

10
5) Keuntungan didefinisikan sebagai jumlah pendapatan total yang melebihi
biaya total dari produksi barang yang dijual.
6) Kerugian adalah jumlah biaya total produksi barang yang melebihi
pendapatan total yang diperoleh dari penjualan barang tersebut.
7) Titik pulang pokok didefinisikan sebagai situasi di mana pendapatan total
organisasi sama dengan biaya totalnya; organisasi hanya memperoleh
pendapatan yang hanya cukup untuk menutupi biaya-biayanya. Perusahaan
tidak mendapatkan keuntungan maupun tidak mengalami kerugian.
Tipe Analisa Pulang Pokok
Terdapat dua prosedur yang agak berbeda untuk menentukan titik pulang
pokok yang sama untuk sebuah organisasi: (1) analisa pulang pokok aljabar,
dan (2) analisa pulang pokok grafik.
1) Analisa Pulang Pokok Aljabar
Rumusan sederhana berikut ini umumnya digunakan untuk menentukan
tingkat produksi di mana organisasi mengalami posisi pulang pokok.
B𝐸𝑃 = 𝐹𝐶
𝑃−𝑉𝐶
dimana:
BEP = Tingkat produksi di mana perusahaan mengalami titik pulang pokok
FC = Biaya tetap produksi total
P = Harga di mana tiap unit individu dijual pada pembeli
VC = Biaya variabel yang berkaitan dengan tiap produk yang dihasilkan dan
dijual.
Dua langkah berurutan yang harus diikuti untuk menggunakan rumusan
ini untuk menghitung titik pulang pokok. Pertama, biaya variabel yang
berkaitan dengan produksi tiap barang harus dikurangi dari harga di mana tiap
barang tersebut akan dijual. Tujuan dari perhitungan ini adalah untuk
menentukan berapa banyak harga jual dari tiap produk yang dijual bisa
menutupi biaya tetap total yang timbul dari produksi semua barang. Kedua,
membagi sisa yang dihitung dari langkah pertama kepada biaya tetap total.
Tujuan dari perhitungan ini adalah untuk menentukan berapa banyak produk

11
yang harus dihasilkan dan dijual untuk menutupi biaya tetap. Angka ini
merupakan titik pulang pokok dari perusahaan.
Contoh berikut menunjukkan bagaimana Analisa pulang pokok bisa
digunakan. Sebuah perusahaan penerbit buku teks bisa menghadapi biaya
tetap dan biaya variable per buku teks seperti disajikan pada gambar berikut:
Biaya Tetap dan Biaya Variabel Perusahaan

Penerbit ingin menjual tiap buku teks seharga Rp. 12.000. Titik pulang pokok
untuk penerbit akan dihitung dari rumusan sebagai berikut:
B𝐸𝑃 = 𝐹𝐶
𝑃−𝑉𝐶
BEP = Rp. 88.800
Rp.12.000 – Rp. 6.000
BEP = Rp. 88.800
Rp. 6.000
BEP = 14,8 eksemplar buku
Perhitungan ini menunjukkan bahwa jika pengeluaran daan harga jual
tetap stabil, penerbit buku teks akan mengalami kerugian jika buku teks terjual
kurang dari 14,8 eksemplar, titik pulang pokok jika buku yang terjual sama
dengan 14,8 eksemplar, dan mendapatkan keuntungan jika buku yang terjual
adalah lebih dari 14,8 eksemplar.

Analisa Pulang Pokok Grafik


Analisa pulang pokok grafik memerlukan pembuatan sebuah grafik yang
menunjukkan semua unsur kritis dalam analisa pulang pokok. Gambar

12
dibawah ini adalah grafik pulang pokok untuk perusahaan penerbit buku teks
di atas.
Penggunaan Metode Grafik dan Aljabar Pulang
Pokok Baik metode grafik maupun aljabar dari analisa pulang pokok
untuk perusahaan penerbit buku teks menghasilkan titik pulang pokok yang
sama yaitu 14,8 buku yang dihasilkan dan dijual. Akan tetapi, proses yang
digunakan untuk sampai pada titik pulang pokok ini agak berbeda.
Dengan bergantung pada situasi yang dihadapi oleh para wirausahawan,
wirausahawan mungkin ingin menggunakan satu metode pulang pokok dan
bukannya yang lain. Contoh, jika wirausahawan semata-mata menginginkan
penentuan titik pulang pokok yang cepat dan akurat, metode aljabar umumnya
sudah memadai. Sebaliknya, jika wirausahawan menginginkan gambaran yang
lebih lengkap dari hubungan kumulatif antara titik pulang pokok, biaya tetap,
dan naiknya biaya variabel, metode grafik pulang pokok mungkin paling
bermanfaat.

Grafik Analisa Pulang Pokok untuk Perusahaan Penerbit Buku Teks


2.5 Mencari Sumber Modal Usaha
Sebelum mempertimbangkan sumber uang, wirausahawan hendaknya
mempertimbangkan pengganti modal. Uang memang merupakan bentuk

13
kekuasaan yang fleksibel, tetapi cara untuk mendapatkan kekuasaannya
tersebut bisa dilakukan dengan cara lain. Uang sebagai sumber dana untuk
membeli barang-barang modal bisa digantikan dengan cara barter antara satu
pihak dengan pihak lain. Misalnya pemilik siaran televisi bisa mengadakan
barter peralatan kantor dengan iklan.
Pembagian kepemilikan saham juga merupakan satu cara untuk mengganti
pengeluaran uang dengan pembagian sejumlah tertentu saham untuk menarik
orang yang mungkin keahliannya sangat dibutuhkan oleh perusahaan.
Penundaan pembayaran untuk pembelian bahan baku merupakan salah satu
cara untuk mengalihkan dana yang sangat dibutuhkan pada kebutuhan lainnya.
Sumber Pembiayaan
Wirausahawan mempunyai akses pada dua kategori keuangan: pribadi dan
masyarakat. Sebagian besar usaha bermula dari sumber daya pribadi. Sebuah
perusahaan mungkin didirikan dengan modal awal yang diperoleh dari
tabungan pribadi dari para pemiliknya.
Sahabat dan orang dekat mungkin bisa juga menjadi sumber pembiayaan
pribadi. Keinginan mereka untuk meminjamkan atau menanamkan uangnya
terletak pada pengetahuan mereka dan kepercayaan terhadap pengalaman,
karakter, dan kemampuan individu. Pengetahuan ini mengurangi risiko
ketidak-tahuan yang dihadapi oleh investor dari luar.
Preferensi Investor
Menemukan sumber modal usaha dengan sendirinya tidak cukup, karena
semua sumber mempunyai preferensi dan ketidak-sukaan. Penting untuk
diketahui pada tahap perkembangan perusahaan mana pemodal akan
menanamkan dananya. Proses ini diuraikan dengan melihat tahap-tahap
perkembangan perusahaan.
Tahap nol-biasanya pada tahap nol ini beberapa dana finansial (milik
wirausahawan) telah ditanamkan, telah dilakukan sejumlah usaha, prototipe
mungkin telah dikembangkan.

14
Tahap I-tahap pemula. Selama tahap ini operasi diformalkan dan
produk/jasa telah dikembangkan dan dihasilkan. Tahap pertama ini dibiayai
dengan modal awal.
Tahap II-terjadi ketika perusahaan telah mempunyai catatan operasi.
Perusahaan telah melalui tahap awal pertumbuhan dan telah menggunakan
teknik analisa investasi konvensional. Perusahaan mengembangkan barang
modal dan mulai merencanakan pertumbuhan jangka panjang.
Tahap III-ekspansi lebih lanjut bisa dilakukan karena indikasi yang
menguntungkan dari potensi perusahaan. Jumlah dana yang dibutuhkan jauh
lebih besar dari yang diperoleh pada tahap awal dan investor terdahulu mulai
mendapatkan keuntungan dan likuiditas. Pada tahap ini mungkin dilakukan go
public untuk mendapatkan dana tambahan dan memungkinkan investor
terdahulu mendapatkan keuntungan melalui penjualan sebagian dari saham
mereka (penawaran sekunder).
Tahap IV-perusahaan pada tahap kedewasaan dan menjadi perusahaan
yang mapan.
Wirausahawan hendaknya mendekati pemodal yang mempunyai
preferensi sama dengan jenis usaha dari perusahaan. Sebagian besar pedoman
sumber pemodal ventura menunjukkan preferensi industri dari pemodal
ventura.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembiayaan adalah suatu modal yang diperlukan untuk membuat suatu usaha.
Pembiayaan sendiri merupakan hal yang paling vital dalam pembuatan usaha
baru. Yang paling utama pembiayaan biasanya menggunakan uang modal,
terkadang modal yang besar dibutuhkan untuk membuat suatu usaha baru. Namun
tidak sedikit pula usaha yang membutuhkan modal kecil tapi menghasilkan
keuntungan yang besar.
Tujuan pembiayaan adalah dalam rangka pembelian persediaan bahan baku,
barang setengah jadi dan barang jadi (ready stok) yang akan digunakan untuk
proses produksi atau pembelian barang untuk dijual kembali dalam
rangka kegiatan ekspor.
Mengembangkan suatu usaha baru akan memerlukan pembiayaan yang tidak
sedikit karena begitu banyak sehingga harus melakukan suatu usaha kerjasama
dengan pihak lain dalam pencarian modal usaha sebanyak 2 banyaknya jika sudah
mempunyai modal yang memungkinkan maka akan meringankan beban. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pembiayaan usaha baru. Contohnya: masalah
dalam pencarian bisnis, jenis dan tahap pembiayaan bisnis, penentuan hubungan
finansial perusahaan, analisa peluang pokok, dan mencari sumber modal.
3.2 Saran
Untuk penyempurnaan pembuatan makalah kedepannya, Penulis
mengharapkan adanya saran dari semua pihak baik dosen maupun seluruh
mahasiswa yang membaca makalah kewirausahaan ini terhadap kekurangan yang
terdapat pada makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Herdina, A. M. (2022, Juli Minggu). SUMBER DAN TAHAPAN PEMBIAYAAN


USAHA BISNIS BARU (Bagian Kedua). Retrieved from
https://binus.ac.id/malang/ebc/sumber-dan-tahapan-pembiayaan-usaha-
bisnis-baru-bagian-kedua/
Herdina, A. M. (2022, Juli Minggu). SUMBER DAN TAHAPAN PEMBIAYAAN
USAHA BISNIS BARU (Bagian Pertama). Retrieved from
https://binus.ac.id/malang/ebc/sumber-dan-tahapan-pembiayaan-usaha-
bisnis-baru-bagian-pertama/
Prawiro, A. (2016). Bab 3 Pembiayaan Usaha Baru yang Berkembang. Retrieved
from
http://ardiprawiro.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48024/P3.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai