Anda di halaman 1dari 39

AKSES PARA PEDAGANG DI KABUPATEN BALANGAN DALAM

PERMODALAN KE BANK SYARIAH

OLEH

Yendi

15….

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

FAKULTAS SYARIAH

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

2021 M/ 1442 H

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
D. Signifikansi Penelitian ............................................................... 8
E. Definisi Operasional .................................................................. 8
F. Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu ..................................... 9

BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................ 15

A. Pedagang .......................................................................................... 15
1. Pengertian Pedagang ................................................................. 15
2. Keberhasilan Usaha Pedagang ................................................. 16
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Usaha Pedagang ......... 18
B. Pembiayaan ...................................................................................... 20
1. Pengertian Pembiayaan ............................................................ 20
2. Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah .................................... 21
3. Fungsi Pembiayaan ................................................................... 22
4. Tujuan Pembiayaan .................................................................. 23
5. Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan ................................. 23
C. Bank Syariah ................................................................................... 25
1. Pengertian Bank Syariah .......................................................... 25
2. Landasan Hukum Bank Syariah ............................................. 26
3. Produk-Produk Bank Syariah ................................................. 27

BAB III ......................................................................................................... 28

1. Jenis, Sifat dan Lokasi Penelitian .................................................. 29


2. Subjek dan Objek Penelitian .......................................................... 29
3. Teknik dan Pengumpulan Data ..................................................... 29
4. Teknni Pengolahan dan Prosuk Data ............................................ 33

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau dikenal dalam

bank syariah adalah pembiayaan, serta bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. (Viethzal, Sofyan, Sarwono, &

Arifiandy, 2013)

Dalam kapasitas bank sebagai pihak yang menyalurkan dana kepada

masyarakat, bank juga diharapkan mampu untuk meningkatkan keadaan

ekonomi masyarakat, salah satunya dengan cara membantu masyarakat yang

tidak memiliki cukup modal dalam mengembangkan usahanya. Hal ini

berkaitan dengan prinsip tolong menolong dalam ajaran Islam, yang terdapat

pada Firman Allah swt. dalam QS. Al-Maidah ayat dua:

        

         

“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan

1
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”

(Indonesia, 2005)

Untuk mengaplikasikan konsep tolong menolong dalam kebajikan

tersebut, salah satu caranya adalah pembangunan ekonomi dan bisnis umat

Islam harus dilaksanakan oleh para pelaku yang tidak hanya profesional dalam

tekonologi bisnis dan manajemen usahanya, tetapi juga menguasai prinsip-

prinsip ekonomi syariah dan muamalah. (Muhammad, 2003)

Setiap orang yang ingin melakukan usaha tentu memerlukan modal

untuk menjalankannya. Namun sering kali mereka mengalami berupa kendala

modal tersebut. Hal ini yang membuat para pelaku usaha melakukan berbagai

cara untuk mendapatkan tambahan modal agar usahanya bisa tetap berjalan

dan terus berkembang. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan

meminjam uang kepada sebuah lembaga keuangan, salah satu lembaga

keuangan yang dikenal luas oleh masyarakat adalah bank. (Mariah, 2017)

Setiap usaha atau kegiatan yang akan dijalani selalu berhubungan

dengan orang lain. Setiap usaha baru membutuhkan modal sebab modal

merupakan unsur utama dalam usaha. Modal kerja dapat diperoleh dari kerja

sama beberapa orang mengumpulkan sejumlah uang sebagai modal usaha atau

melalui pembiayaan pada lembaga keuangan seperti bank. Kebutuhan modal

kerja yang semakin meningkat membutuhkan suatu lembaga keuangan untuk

dapat menangani masalah tersebut agar masyarakat dapat menciptakan suatu

2
usaha baru dengan mudah dan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi

masyarakat sekitar. (Rimawati, 2018)

Kebutuhan modal kerja usaha perdagangan untuk membiayai barang

dagangan dapat dipenuhi dengan pembiayaan berpola bagi hasil dan jual beli.

Dengan pembiayaan tersebut, kebutuhan modal pedagang terpenuhi dengan

harga tetap, sementara bank syariah mendapat keuntungan margin tetap

dengan meminimalkan risiko. (Ascarya, 2011)

Seorang pedagang dapat mewujudkan impiannya untuk memajukan

atau mengembangkan usahanya dengan adanya modal. Namun, tidak semua

pedagang yang mempunyai modal lebih untuk dapat mengembangkan

usahanya. Contohnya saja seperti pedagang pakaian. Pedagang pakaian

mempunyai pendapatan tidak tetap, dikarenakan barang yang

diperdagangkannya tidak semua konsumen membeli setiap hari, karena

pakaian merupakan suatu hal yang tidak sepatutnya dibeli setiap hari.

Pedagang pakaian akan sepi pembeli apabila pada hari biasanya. Namun,

pedagang pakaian akan banyak konsumen pada waktu-waktu tertentu. Seperti

menjelang Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha, hampir semua konsumen

membeli pakaian baru untuk digunakan pada hari raya tersebut. Sehingga

pendapatan para pedagang pakaian pada hari itu akan lebih meningkat secara

drastis. Akan tetapi, pada hari selanjutnya pendapatan merkea kembali akan

menurun dan bahkan tidak memperoleh pendapatan. Sehingga pendapatan

yang diperoleh oleh para pedagang pakaian tidak stabil.

3
Melihat akan sepinya dagangan yang mereka jual sehingga hampir dari

mereka berkeinginan untuk meminjam modal agar dapat mengembangkan

usaha mereka, karena mereka merasa bahwa usaha yang mereka lakukan tidak

cukup berkembang dikarenakan faktor-faktor tertentu. Seperti barang yang

mereka jual tidak menarik perhatian konsumen, tempat mereka berusaha

banyak pesaing dan kurangnya pendapatan yang diperoleh sehingga mereka

berminat untuk melakukan pembiayaan modal kerja kepada pihak bank.

Keinginan atau minat para pedagang pakaian untuk melakukan

peminjaman modal kepada pihak bank sangat besar terutama melakukan

pembiayaan modal kerja pada Bank Syariah karena menurut mereka

melakukan pembiayaan di bank syariah beroperasi bebas dari bunga. Bank

syariah memiliki prinsip-prinsip Islam tertentu yakni penghindaran riba dan

gharar, dimana kegiatannya fokus pada kegiatan halal dan lebih umum lagi

pencarian keadilan dan tujuan etis dan religius lainnya. Riba adalah praktik

membebankan bunga finansial atau premi melebihi jumlah pokok. Namun hal

itu tetap membuat keinginan mereka terhambat dikarenakan mereka

memikirkan lebih jauh tentang bagaimana cara mereka membayar cicilan

modal tersebut kepada pihak bank karena mereka sadar bahwa pendapatan

yang mereka peroleh tidak menentu sehingga mereka berpikir bahwa suatu

saat nanti mereka akan kesulitan membayarnya ke pihak bank. Jadi, itulah

penyebab yang membuat para pedagang membatalkan untuk melakukan

pembiayaan modal kerja pada bank syariah.

4
Pembiayaan Modal Kerja (PMK) merupakan pembiayaan yang

diberikan oleh bank syariah untuk membantu kebutuhan modal kerja usaha

atau perputaran usaha nasabah pembiayaan. Pada bank syariah, pembiayaan

modal kerja umumnya menggunakan akad musyarakah atau mudharabah,

kecuali pembiayaan untuk modal kerja yang berbasis pengadaan barang, aset,

atau tangible asset maka akad yang digunakan adalah akad murabahah.

(Mariah, 2017)

Pembiayaan modal kerja pada Bank Syariah di Balangan, dimana pada

Bank Syariah di Balangan terdapat satu Unit Bank Syariah, yaitu Bank Kalsel

Kedai Syariah Paringin yang terletak di Jl. A. Yani Km.2 Kel. Batu Piring

Kec. Paringin Selatan Kab. Balangan

Bank Kalsel Cabang Kedai Syariah Paringin mempunyai produk

pembiayaan modal kerja untuk pedagang adalah Murabahah Modal Kerja.

Pembiayaan modal kerja menggunakan akad murabahah memiliki segi

kemudahan baik dari segi prosedurnya maupun dalam pembelian barang yang

bisa dibeli secara pribadi oleh pihak nasabah sehingga bank syariah

menggunakan akad murabahah dalam produk tersebut.

Akad murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual

sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual

harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.

Dalam artian lain yakni bahwa transaksi murabahah tidak harus dalam bentuk

pembayaran tangguh (kredit), melainkan dapat juga dalam bentuk tunai

5
setelah menerima barang, ditangguhkan dengan mencicil setelah menerima

barang, ataupun ditangguhkan dengan membayar sekaligus di kemudian hari.

(Mariah, 2017)

Pedagang-pedagang yang ada di Kabupaten Balangan berdasarkan dari

segi data berkisar sampai 672 Toko dibawah naungan Dinas Perdagangan

Pemerintah Kabupaten Balangan. usaha, kecil dan menengah atau UKM

berkisar lebih dari 10.000 pedagang dari pedagang kaki lima sampai restoran

atau rumah makan baik dibawah naungan pemerintah atau individu/pribadi.

Salah satu pedagang yang peneliti wawancarai yaitu Ibu Norliana,

beliau adalah seorang pedagang di Kabupaten Balangan tepatnya di Pasar

Paringin. Beliau menceritakan tentang pengalaman dalam melakukan transaksi

pembiayaan pinjaman tunai di bank. Transaksi-transaksi berupa pinjaman atau

kredit, menabung semua dilakukan ke Bank Konvensional, sedangkan ke

Bank Syariah belum pernah, karena pinjaman kredit tunai lebih mudah di

Bank Konvensional. Bank Syariah (Bank Kalsel Kedai Syariah Cabang

Paringin) jug mempunyai layanan peminjaman modal uaha, tetapi karena

proses yang begitu panjang dan rumit, sehingga lebih memilih pinjaman d

bank konvensiona. Berdasarkan hal itu maka peneliti tertarik membahas akses

permodalan usaha di bank syariah (Bank Kalsel Kedai Syariah Cabang

Paringin) penelitin yang berjudul “Akses Para Pedagang di Kabupaten

Balangan dalam Permodalan ke Bank Syariah”

6
B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana akses para pedagang di Kabupaten Balangan dalam

permodalan ke Bank Syariah?

b. Apa kendala-kendala para pedagang dalam melakukan pembiayaan ke

Bank Syariah?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. Untuk mengetahui akses para pedagang di Kabupaten Balangan dalam

permodalan ke Bank Syariah.

b. Untuk mengetahui kendala-kendala para pedagang dalam melakukan

pembiayaan ke Bank Syariah.

D. Signifikansi Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk:

a. Secara Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan menambah wawasan ilmu pengetahuan dan

pemahaman tentang akses para pedagang di Kabupaten Balangan

dalam melakukan permodalan ke bank syariah.

2) Hasil penelitian digunakan untuk memperdalam pengetahuan dibidang

pembiayaan modal kerja, khususnya menganalisis para nasabah untuk

dapat melakukan permodalan di bank syariah.

b. Secara Praktis

1) Memberikan informasi tentang akses para pedagang Kabupaten

Balangan dalam melakukan permodalan di Bank Syariah.

7
2) Sebagai bahan informasi dan masukan bank syariah yang ada di

Balangan (Bank Kalsel Kedai Syariah Paringin) untuk akses para

pedagang di Kabupaten Balangan dalam permodalan ke Bank Syariah,

dan juga dapat dijadikan tolok ukur pihak bank dalam rangka

meningkatkan pelayanan jaringan untuk nasabah bank syariah.

E. Definisi Operasional

Untuk menjelaskan maksud dan ruang lingkup penelitian ini, maka

ditegaskan batasan masalahnya sebagai berikut:

a. Akses

Akses adalah jalan masuk atau pencapaian berkas. (Bahasa, 2005)

Akses yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesempatan nasabah

dengan pihak bank untuk tercapainya suatu pembiayaan modal kerja pada

bank syariah.

b. Pedagang

Pedagang adalah orang yang membeli dan menjual barang dengan

niat dagang. (Sholihin, 2010) Pedagang yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah pedagang diPasar Paringin Kabupaten Balangan yang beragama

muslim yang belum menjadi nasabah di bank syariah.

c. Permodalan

Permodalan adalah seluk-beluk modal; mengenai modal. Secara

matematik: permodalan berdasarkan pengamatan, pengukuran, dan

pengolahan data, berturut-turut digunakan untuk melukiskan gejala alam

8
atau perilaku sistem yang dimodalkan. (Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2007) Permodalan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

jual beli berdasarkan informasi dari pihak penjual terkait dengan harga

pokok pembelian maupun biaya lain yang diperlukan, serta tingkat

keuntungan tertentu yang akan didapatkan. (S, 2009)

d. Bank Syariah

Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya

berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya. (Rizal, Aji, & Ahim,

2009) Bank Syariah yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah

Bank Kalsel Kedai Syariah Paringin, karena Bank Kalsel Kedai Syariah

Paringin merupakan satu-satunya bank syariah yang ada di Kabupaten

Balangan.

F. Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu

Untuk menghindari kesalahpahaman dan memperjelas permasalahan

yang penulis angkat, maka diperlukan kajian pustaka untuk membedakan

penelitian ini dengan penelitian yang telah ada, berikut penelitian sejenis yang

telah diteliti yaitu sebagai berikut:

a. Skripsi dari Ahmad, 2014 (1001160247) IAIN Antasari Banjarmasin

Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, yang

membahas tentang “Produk Dana Talangan Haji pada Bank Syariah (Studi

Antrian Porsi Haji di Kabupaten Balangan)”. Dalam penelitiannya Ahmad

9
fokus dengan masalah tentang antrian prosi pada produk dana talangan

haji di Kabupaten Balangan.

Persamaan penelitian yang dilakukan Ahmad dengan penulis

adalah sama-sama meneliti di Kabupaten Balangan. Perbedaan yang

dilakukan Ahmad dengan penulis yakni Ahmad meneliti masalah produk

dana talangan haji pada bank syariah (studi antrian porsi haji di Kabupaten

Balangan) sedangkan penulis meneliti masalah akses para pedagang di

Kabupaten Balangan dalam Permodalan ke Bank Syariah.

b. Skripsi dari Rimawati, 2018 (1401160350) UIN Antasari Banjarmasin

Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, yang

membahas tentang “Pembiayaan Modal Kerja Dengan Akad Mudarabah

pada PT. BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin”. Dalam penelitiannya

Rimawati fokus dengan masalah tentang pemberian pembiayaan modal

kerja dengan menggunakan akad mudarabah pada PT. BNI Syariah kantor

cabang Banjarmasin.

Persamaan penelitian yang dilakukan Rimawati dengan penulis

adalah sama-sama meneliti tentang permodalan. Perbedaan yang dilakukan

Rimawati dengan penulis yakni Rimawati meneliti masalah pembiayaan

modal kerja dengan akad Mudarabah pada PT. BNI Syariah Kantor

Cabang Banjarmasin sedangkan penulis meneliti masalah akses para

pedagang di Kabupaten Balangan dalam permodalan ke Bank Syariah.

c. Skripsi dari Rina, 2018 (1401160351) UIN Antasari Banjarmasin Jurusan

Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, yang membahas

10
tentang “Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap Minat Pedagang dalam

Pembiayaan Modal Kerja pada Bank Syariah (Studi pada Pedagang

Pakaian di Pasar Bawah Bajuin Plaza Kota Pelaihari)”. Dalam

penelitiannya Rina fokus dengan masalah tentang tingkat pendapatan

pedagang dalam pembiayaan modal kerja pada Bank Syariah.

Persamaan penelitian yang dilakukan Rina dengan penulis adalah

sama-sama meneliti pedagang dalam pembiayaan modal kerja. Perbedaan

yang dilakukan Rina dengan penulis yakni Rina meneliti para pedagang di

Kabupaten Tanah Laut Pelaihari Kota sedangkan penulis meneliti para

pedagang di Kabupaten Balangan.

d. Skripsi dari Siti Nor Zakiah, 2018 (1401160370) UIN Antasari

Banjarmasin Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam, yang membahas tentang “Minat Pengepul Karet Kabupaten

Balangan dalam Memilih Pinjaman Modal pada Bank Konvensional atau

Bank Syariah”. Dalam penelitiannya Siti Nor Zakiah fokus dengan

masalah monat pengepul karet di Kabupaten Balangan dalam memilih

pinjaman modal pada Bank Konvensional atau Bank Syariah.

Persamaan penelitian yang dilakukan Siti Nor Zakiah dengan

penulis adalah sama-sama meneliti masyarakat Kabupaten Balangan dalam

permodalan. Perbedaan yang dilakukan Siti Nor Zakiah dengan penulis

yakni Siti Nor Zakiah meneliti para Pengepul Karet di Kabupaten

Balangan sedangkan penulis meneliti para pedagang di Kabupaten

Balangan.

11
e. Skripsi dari Leni Marlina, 2015 (1101160210) IAIN Antasari Banjarmasin

Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, yang

membahas tentang “Pengaruh Stop Financing pada Pembiayaan Modal

Kerja Terhadap Pendapatan (Studi Kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri

Kantor Cabang Pembantu Kotabaru)”. Dalam penelitiannya Leni Marlina

fokus dengan masalah stop financing pada pembiayaan modal kerja,

dengan penyebab utamanya adalah perubahan kebijakan sistem tersebut

dalam proses penanganan pembiayaan modal kerja, yang berpengaruh

pada performa PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu

Kotabaru di mata Cabang Banajrmasin yang menurun dan biaya untuk

melakukan operasional yang juga berkurang.

Persamaan penelitian yang dilakukan Leni Marlina dengan penulis

adalah sama-sama meneliti tentang Modal Kerja. Perbedaan yang

dilakukan Leni Marlina dengan penulis yakni Leni Marlina meneliti

pengaruh Stop Financing pada pembiayaan modal kerja terhadap

pendapatan sedangkan penulis meneliti akses para pedagang di Kabupaten

Balangan dalam Permodalan ke Bank Syariah.

G. Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi ini disusun dalam 5 (lima) bab dengan sistematika

penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini memuat latar belakang masalah

yang menguraikan alasan mengapa peneliti mengangkat judul skripsi dan

gambaran atau penjelasan dari permasalahan yang akan diteliti. Permasalahan

12
yang sudah tergambarkan akan dirumuskan dalam bentuk rumusan masalah

dan tujuan dari penelitian tersebut untuk mengetahui apa yang telah

dirumuskan dalam rumusan masalah. Signifikasi/Tujuan penelitian

menguraikan kegunaan dari hasil penelitian karya ilmiah dalam bentuk skripsi

ini. Definisi operasional dirumuskan untuk membatasi istilah-istilah dalam

judul penelitian yang bermakna luas/umum. Kajian pustaka disajikan sebagai

informasi adanya tulisan atau penelitian dari aspek lain yang mempunyai

perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan.

Bab II Landasan teoritis yang menjabarkan mengenai masalah-masalah

yang berhubungan dengan obyek penelitian melalui teori-teori yang diteliti

dan juga sumber informasi lainnya. Bab II terdiri dari dua sub bab dimana

pada sub bab pertama adalah akses pedagang yang membahas tentang

pengertian akses pedagang, tujuan akses pedagang dalam permodalan untuk

pengembangan usaha, aspek penilaian pedagang dalam permodalan

pengembangan usaha, serta penilaian permodalan pengembangan usaha dalam

perspektif Islam. Sedangkan pada sub bab kedua adalah pembiayaan yang

membahas tentang pengertian permodalan, tujuan dan fungsi permodalan,

jenis-jenis permodalan, prosedur dalam melakukan permodalan, serta jenis

akad permodalan. Bab dan sub bab tersebut perlu dimasukkan sebagai alat

analisis pada Bab IV.

Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini akan membahas hubungan

antara hal yang bersifat teoritis dan penelitian yang dilakukan dilapangan,

maka dibuatlah metode penelitian yang berisi jenis penelitian, lokasi

13
penelitian, data dan sumber data, teknis pengumpulan data, teknik pengolahan

dan analisis data serta tahapan penelitian. Bab tersebut diperlukan untuk

menjelaskan jenis, sifat dan pendekatan apa yang digunakan oleh peneliti,

alasan mengapa peneliti memilih lokasi di Kabupaten Balangan sebagai

tempat penelitian, serta penjelasan bagaimana teknik pengumpulan data,

pengolahan data, analisis data sampai dengan tahapan penelitian.

Bab IV penyajian dan analisis data yang berisi laporan hasil penelitian

yang terdiri dari semua hasil penelitian dan analisanya yang berhubungan

langsung dengan rumusan masalah yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini dituangkan, yang tentunya tidak lepas dengan pembahasan yang

ada pada bab satu, dua, dan tiga yang merupakan tolak ukur pembuatan bab

ini.

Bab V Penutup. Dalam bab ini penulis mengemukakan simpulan

umum dari penelitian secara keseluruhan, hal ini dimaksudkan sebagai

penegasan terhadap jawaban atas permasalahan yang telah dipaparkan. Setelah

itu penulis memberikan saran-saran berdasarkan kesimpulan tersebut sebagai

bahan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan ini

dan pada akhir penulisan skripsi ini dilengkapi dengan daftar pustaka sebagai

bahan rujukan. Bab ini diperlukan untuk menyimpulkan hasil penelitian secara

keseluruhan dan memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti, serta

terdapat saran sebagai rekomendasi kepada pihak yang terkait untuk perbaikan

masa mendatang.

14
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pedagang

1. Pengertian Pedagang

Pedaganag merupakan orang yang berusaha dibidang produksi dan

berjualan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen

tertentu di dalam msyarakat dalam suasana lingkungan informal. Mereka

adalah orang yang menjalankan kegiatan dalam usaha memindahkan ha

katas orang lain secara terus menerus sebagai sumber penghidupannya.

Pedagang kecil pada awalnya diartikan sebagai orang yang menjual

barang-barang dan jasa langsung kepada konsumen akhir bagi

pemanfaatan yang sifatnya perseorangan dan bukan untuk usaha. Arti

sempit pedagang kecil atau pengecer adalah sebuah lembaga untuk

melakukan suatu usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk

keperluan pribadi atau non-bisnis.1

Struktur perdagangan sector informal paling tepat dilihat dengan

menggolongkan para pedagang dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut:

a. Penjual Borongan

Penjual borongan adalah pihak yang mempunyai cadangan

atau pengsudaha modal yang lebih besar dalam hubungan

perekonomian dan digunakan secara luas di koda dan di desa. Istilah

punggawa ini tidak mempunyai pengertian tepat, namun diantara


1
Swasta, Basu dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, Yogyakarta: Liberty, 1992, h. 289-
291.

15
pedagang sector informal, istilah ini dapat digunakan untuk

menggambarkan para wiraswasta yang memodali dan mengorganisir

baranag-barang dagangan.

b. Pengecer Besar

Pedaganag besar adalah pedaganag-pedaganag besaryang

mempunyai warung di pasar. Warung atau kios tersebut adalah tempat

yang ermanen, dalam arti bahwa bangunannya tidak berpindah-

pindah, namun kekuatan penggunaan tempat tersebut tergantung pada

persetujuan dan tata tertib pemerintah setempat.

c. Pengecer Kecil

Kategori pengecer kecil ini mencakup pedaganag pasar yang

berjualan luar pasar, tepi jalan maupun mereka yang menempati kios-

kios dipinggiran pasar. Perbedaan dari pengecer besar adadlah mereka

hanya membayar sedikit saja untuk menggunakan tempat tersebut,

tidak seperti pedagang yang memperoleh tempat yang tetap dalam

pasar yang resmi.2

2. Keberhasilan Usaha pedagang

Dalam teori ekonomi, pemisalan terpenting dalam menganalisis

kegiatan perusahaan adalah “mereka akan melakukan kegiatan

memproduksi sampai kepada tingkat daimana keuntungan mereka

mencapai jumlah yang maksimum”. Walaupun dalam prakteknya

pemaksimuman keuntungan bukanlah satu-satunya tujuan dari perusahaan,

2
Manning Chris dan Effendi Noer Tadjudin, Urbansi, dan Sektor Informal di Kota. Jakarta,
Gramedia, 1985, h. 358.

16
masih ada tujuan-tujuan penting lainnya seperti menekankan pada volume

penjualan, kepentingan sosial, dan sebagainya.3

Untuk melihat keberhasilan dari suatu oerusahaan dapat dilihat dari

tercapai tidaknya tujuan tersebut dan untuk menilainya digunakan

keuntungan sebagai tolak ukurnya. Semakin cepat perusahaan tersebut

dapat memutarkan uang maka semkain basar pula keuntungannya.

Demikian pula pengukuran keberhasilan usaha pedaganag sebagai sebuah

perusahaan tradisional yang tidak mempunyai konsep seperti marketing,

planning, controlling, layaknya perusahaan dapat dilihat dari

keuntungannya pula.

Zaki Bridwan mengungkapkan keuntungan atau laba adalah

kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau

transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha dan dari semua

transaksi aau kejadian lainnya yang mempengaruhi badan usaha selama

satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan atau investasi oleh

pemilik.4

Tujuan utama pedagang pada umumnya adalah memperoleh

keuntungan atau laba. Pada kenyataannya mereka selalu dan akan mencari

laba yang maksimal di atas kepentingan yang lain. Hal tersebut didasarkan

pada alasan berikut:

a. Keuntungan maksimal pada dasarnya merupakan tujuan formal untuk

usaha dagang yang telah didirikan.


3
Sadono SUkrino, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta: Raja Grafinfo Persadad, 2005, h.
192.
4
Zaki Bridwa, Sistem Akuntansi: Penyusunan dan Metode. Yogyakarta: BPFE, 1993, h. 31.

17
b. Dalam menghadapi persaingan suatu sikap mengejar keuntungan

maksimal akan menciptakan kesejahteraan ekonomi yang sangat besar.

c. Keuntungan maksimal merupakan sumber bagi manajemen untuk

pengambilan.5

Ditinjau dari sudut ekonomi, keuntungan atau kegiatan adalah

perbedaan antara hasil penjualan dan ongkos produksi. Keuntungan

diperoleh apabila hasil penjualan lebih besar dari ongkos produksi.

Keuntungan yang maksimal dapat dicapai apabila perbedaan antara bagi

hasil penjualan dan ongkos produksi tingkat yang paling besar.6

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi keberhasilan Usaha Pedagang

a. Modal Kerja

Modal merupakan faktor yang penting dalam kegiatan usaha,

sebab modal disini merupakan urat nadi kelangsungan suatu

perusahaan. Semakin besar modal kerja, maka semakin luas kesempatan

untuk mengembangkan usaha. Uang atau dana yang dikeluarkan dari

modal kerja tersebut dapat diharapkan kembali lagi dalam jangka waktu

yang pendek, melalui hasil penjualan produk tersebut akan segera

dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya.

Modal kerja yang digunakan disini terdiri dari modal sendiri

modal yang bukan milik sendiri yang biasa berupa pinjaman.

Tersedianya modal kerja yang cukup akan mempengaruhi kelancaran

5
Usrachman Sumawihardja, Manajemen Pemasaran, Bandung: Remaja Karya, 1991, h. 78
6
Sadono Sukirno, Mikro Ekonmi Teori Pengantar, Jakarta: Raja Grafinfo Persada, 2005, h. 192

18
dan pengembangan usaha dari para pedaganag. Dengan modal yang

besar, maka volum usaha akan besar sehingga diharapkan akan

mencapai keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu mdoal kerja

mempunyai peranan penting yang akan menentukan keberhasilan usaha

dari para pedagang.

b. Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha berpengaruh positif terhadap tingkat

keuntungan. Hal ini dimasukkan bahwa semakin lama seseorang

menekuni pekerjaannya, maka semakin banyak pula pengalaman dalam

usahanya, karena selain mereka mempunyai pengalaman dalam

pengelolaannya mereka juga mengetahui celah-celah mana yang

sekiranya dapat membuat baragn dagangannya laku sehingga akan

memperbesar omset penjualan yang akhirnya akan meningkatkan

keuntungan. Dengan pengalaman kerja yang lama, seseorang yang akan

lebih terampil, cekatan dan cepat dalam melakukan pekerjaannya.

c. Tingkat Pendidikan

Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan akan

membentuk kelulusan pengetahuan seseorang dan selanjutnya akan

mempengaruhi perilaku dan pengembangan keputusannya. Dengan

semakin tingginya tingkat pendidikan yang diperoleh, maka orang akan

cenderung lebih revosional dalam mencermati setiap kajian.

B. Pembiyaan

19
1. Pengertian Pembiayaan

Menurut undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998

“pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah waktu tertentu dengan

imbalan atau bagi hasil”.7

Menurur Syafi’I Antonio, pembiayaan merupakan salah satu tugas

pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi

kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.8 Pengertian lain

menyebutkan, pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan bank

Islam kepada masyarakat yang membutuhkan dana yang telah

dikumpulkan oleh bank Islam dari masyarakat yang surplus dana.9

2. Jenis-Jenis Pembiayaan bank Syariah

a. Murabahah

Jual beli murabahah adalah pembelian oleh suatu pihak untuk

kemudian dijual kepada pihak lain yang telah mengajukan permohonan

7
Undang-Udang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan
8
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dan Teori Ke Praktek, Jakarta: Gema insani Press,
2004, h. 160.
9
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Padang: Akademia Permata, 2012, h. 173.

20
pembelian terhadap suatu barang dengan keuntungan atau tambahan

harga yang trasparan.

Pembiayaan murabahah dapat dilakukan secara tunai atau

cicilan. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual

sedangkan harga beli harus diberitahukan.10

b. Salam

Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan

karena pemesan barang menyerahkan uang dimuka. Akad salam dapat

didefinisikan sebagai transaksi aau akan jual beli dimana barang yang

diperjual belikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli

melakukan pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru

dilakukan dikemudian hari.11

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, salam adalah jasa

pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang pembiayaannya

dilakukan dengan pemesanan barang.12

c. Istihna

Menurut Kompilasi Hukum ekonomi Syariah istinha adalah jual

beli barang atau jasa dalam bentuk pemesanan dengan kriteria dan

persyaratan tertentu yang disepakati antara pihak pemesan dan pihak

penjual.13 Walaupun istinha adalah akad jual beli, tetapi memiliki

perbedaan dengan salam maupun dengan murabahah. Istinha lebih

10
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, Jakarta: kecana Prena Pamedia Group, 2013, h 136.
11
Kautsar Riza Salman, Akutansi Perbankan Syariah, Padang: Akademia Permata, 2012, h. 173
12
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, Jakarta: kecana Prena Pamedia Group, 2013, h 113
13
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana PrenaDamedia Group, h. 124.

21
dititikberatkan pada kontrak pengadaan barang yang ditangguhkan dan

pdaat dibayarkan secara tangguh pula.14

d. Sewa

Pembiayaan dengan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan

jasa, dimana keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian

harga atau barang atau jasa yang disewakan. Namun dalam beberapa

kasus prinsip sewa dapat disertai dengan opsi kepemilikan.15

Dari uraian diatas ada beberapa pembiayaan yang menjadi fasilitas

bank syariah terhadap UMKM. Maka dari itu UMKM dapat memilik produk

yang akan menjadi pembiayaan usahanya yang dapat disesuaikan dengan

kebutuhan usahanya tersebut.

3. Fungsi Pembiayaan

Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan

berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan

meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan

lingkungan bisnis yang amakn, diantaranya:

a. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan

system bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.

14
Kautsar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syariah, Padang: Kademia Permata, 2012, h. 199.
15
M Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Pemasaran, Bandung: Alfabeta, 2012, h. 46.

22
b. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh olah bank konvensial

karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oeh bank

konvensional.

c. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan oleh

rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha yang

dilakukan.16

4. Tujuan Pembiayaan

Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk

meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahtaraan ekonomi sesuai dengan

nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh banyak-

banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang insdustru, pertanian, dan

perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan meunjang produksi

dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi

kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.17

5. Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan

Dalam melakukan penilan permohonan pembiayaan bank syariah

bagian marketing harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang

berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon nasabah. Didunia

perbankan syariah prinsip penilaian dikenal 5 C + 1 S, yaitu18


16
Yusuf Ayus Ahmad Abdul Aziz, Manajemen Operasional Bank Syariah, Cirebon: STAIN Press,
2009, h. 68
17
Ibid., h 68
18
BPRS PNM Al-Ma’some, Kebijakan Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Bandung: BPRS
PNM Al-Ma’some, h. 7.

23
a. Character yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon

penerimaan pembiayaan dengan tujun untuk memperkirakan

kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi

kewajibannya.

b. Capacity yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan

penerima pembiyan unuk melakukan pembayaran. Kemampuan

diukur dengan catatan prestasi penerima pembiayaan di masa lalu

yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya

seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan.

c. Capitas yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki

oleh calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi

perusahaan secara keseluruhan yang ditujukan oleh finansial dan

penekanan pada komposisi modalnya.

d. Collateral yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan.

Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu

resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi, maka jaminan dapat

dipakai sebagai pengganti dari kewajiban.

e. Condition bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang erhadi di

masyarakat secara specific melihat adanya keterkaitan dengan jenis

usaha yang dilakukan oleh calon penerima pembiayaan. Hal tersebut

karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya

usaha calon penerima pembiayaan.

24
f. Syariah, penialaian ini dilakukan unutk menagaskan bahwa usaha

yang akan dibiayaai benar-benar usaha yang tidak melanggar syariah

sesuai dengan fatwa DSN “Pengelola tidak boleh menyalahi hukum

syariah Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan

mudharabah”.

C. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan/atau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat.19 Istilah syariah berasal dari bahasa Arab yang berarti

“jalan menuju sumber kehidupan”, yang secara hukum Islam diartikan

sebagai hukum atau oeraturan yang ditentukan Allah SWT untuk hamba-

Nya sebagaimana yang terkandung didalam Al-Qur’an dan diterangkan

oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam bentuk sunnah (Hadits). 20

Perbankan Syariah adalah lembaga intermediasi yang ada pada masyarakat

yang betugas dan menghimpun dana yang ada pada masyarakat dalam

bentuk kerjasama pembiayaan berdasarkan pada prinsip syariah.

Menurut Heri Sudarsono kata bank berasal dari kata banque dalam

bahasa Perancis, dan banco dalam bahasa Italia, yang berarti peti/almari

19
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penbankan Syariah,
Jakarta: Bank Indonesia, 2008, h.2
20
Widya Ningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada, 2007, h.
4

25
atau bangku. Pada umumnya yang dimaksud dengan bak syariah adalah

lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa

lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi

disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank

akan selalu berkaitan dengan masalah uang yang merupakan anarang

dagangan utamanya.21

Berdasarkan Undang-Udang No. 10 Tahun 1998, pengertian

pebankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bak, mencakup

kelembangaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan

kegiatan usahanya (pasal 1 angka 1). Sedangkan yang dimaksud dengan

bank ialah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk

pembiayaan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banya (pasal 1 angka

2).22

2. Landasan Hukum Bank Syari’ah

Dasar hukum utama dari perbankan syariah adalah Undang-

Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah

an ditambahkan dengan Udang-Undang No. 10 tahun 1998. UU perbankan

merupakan ketentuan yang bersifat umum (lex generalis) mengatur

kegiatan perbankan baik bank konvensional maupun syariah. Disamping

itu, terdapat Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan Udang-Undang No. 3 Tahun 2004, yang


21
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ulustrasi,Ygyakarta:
Ekonisia, 2003, h. 18.
22
Burhanuddin Susanto, Hukum erbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta: UI Press, 2008, h. 17

26
menjadi dasar kewenangan Bank Indonesia untuk membina dan

mengawasi kegiatan perbnakan di Indonesia selain Stabilitas moneter,23

Salah satu yang menjadi rujukan hukum tentang oerbankan syariah

adalah fatwa MUI yang biasanya digodok dan dikeluarkan oleh Dewan

Syariah Nasional MUI (DSN MUI). Sebagaimana lembaga yang

menghimpun semua organisasi Islam yang ada di Indonesia, fatwa MUI

dapat menjadi rujukan semua masyarakat muslim di Indonesia. Sampai juli

2007, DSN MUI telah mengeluarkan 61 fatwa terkait produk keuangan

syariah, seperti fatwa tentang obligasi syariah ijarah, sertifikas

Musharabah Anatarbank,, syariah Charge Card, dsb.24 Maka dari itu fatwa

DSN MUI tersebut menjaddi rujukan setiap hukum produk maupun akad

yang ada pada Bank Syariah.

Adapun ayat Al-Qur’an yang menjadi landasan hukum perbankan

syariah adalah QS: Ali Imran ayat 130.

Al-Qur’an

3. Produk-Produk Bank Syariah

Berikut in idijelaskan tentang produk-produk bank syariah yang

telah berjalan selama ini, sebagai berikut:

a. Produk Pendanaan/Simpanan25

1) Giro, dengan prinsip wadi’ah atau mudharabah

2) Tabungan, dengan prinsip wadi’ah, mudhrabah, dan qardh.

3) Deposito/investasi, dengan prinsip mudharabah


23
Asep Supyadillah, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: PT Wahana Kardofa, 2011, h. 39.
24
Dias Astuti, Persepsi Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah, 2014. H, 34
25
Dias Astuti, Persepsi Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah, 2014. H, 70

27
4) Sukuk, dengan prinsip mudharabah.

b. Produk Aset/Pembiayaan26

1) Pembiayaan atas dasar kepercayaan dan bagi hasil dengan prinsip

syariah berupa mudharabah dan musyarakah.

2) Pembiayaan atas dasar jual beli dengan prinsip syariah berupa

mudharabah, salam dan isitshna.

3) Pembiayaan atas dasar sewa dengan prinsip syariah berupa ijarah.

c. Produk Jasa27

1) Pemindahan piutang atau anjak puitang (hawalah)

2) Peminjaman/penagguhan/bank garansi (kafalah)

3) Bank dapat meminta agunan sebagai jaminan hutang (rahn)

4) Jual beli waluta asing (sharf)

5) Kegiatan L/C, transfer, insiko, kliring, RTGS, dsdb (wakalah).

BAB III

26
Ibid., h. 70
27
Ibid., h. 71.

28
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis, Sifat dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah field research (penelitian

lapangan).28 Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara penulis

langsung ke lokasi atau kelapangan untuk mendapatkan data-data yang

akan diteliti ialah kendala-kendala para pedagang dalam melakukan suatu

pembiayaan modal kerja di Bank Syariah.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah bersifat deskriftif yaitu, memberi

gambaran tentang bagaimana akses pedagang di kabupaten Balangan

dalam melakukan permodalan ke Bank Syariah, sedangkan pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu dtrategi meneliti yang

lebih banyak memanfaatkan dan mengumpulkan informasi secara

mendalam terhadap fenomena yang diteliti.29

3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Balangan, pada

pedagang-pedagang di daerah tersebut. Adapan alasan peneliti memilih

lokasi penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pada pedagang

28
Supardi, 2005
29
Arikunti, 2002

29
mengakses suatu pembiayaan ke Bank Syariah untuk melakukan

permodalan pengembangan usahanya.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian atau

bidang yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. 30


subjek penelitian in

iadalah pedagang di kabupaten Balangan yang sudah berjalan selama

2 Tahun lebih berusi iniman 30 Tahun mamsimal usia 50 Tahun.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah akses para pedagang di kabupaten Balangan

dalam Permodalan ke bank Syariah.

C. Teknik dan Pengumpulan Data

Untuk teknik pengumpulan data mengenai objek penelitian

digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara yang dilakukan kepada para respnden yang terkait dengan

data-data diperlukan dalam penelitian ini. Awancara disini ditujukan

kepada pedagang di Kabupaten Balangan yang ingin melakukan

pembiayaan modal kerja dengan akan mudharabah di Bank Syariah

dengan menggunakan wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur

adalah waawncara yang sebagian besar jenis-jenis pertanyaannya telah

30
Arikunto, 2002

30
ditentukan sebelumnya termasuk urutan yang ditanya dan materi

pertanyaannya.31

2. Dokumentasi, merupakan sumber tertulis atau sumber yang berisi

tentang objek yang ingin diteliti ada Bank Syariah yaitu Bank Kalsel

Kedai Syariah Paringin. Dokumen tersebut berupa persyaratan untuk

melakukan pembiayaan modal kerja.

D. TEknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dan dibuat, maka terlebih dahulu penulis

melakukan teknik pengolahan data dengan menggunakan beberapa

tahapan sebagai berikut:

a. Editing yaitu penulis meneliti kembali data yang telah masuk

keresponden mana yang relevan dan yang tidak releva. Editing

adalah pekerjaan mengoreksi kembali atau pengecekan.32

b. Deskripsi yaitu menguraikan data dan menyusun kembali data

yang telah terhimpun dalam uraian yang sistemati.

2. Analisis Data

Untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan dan diolah akan

dibahas dengan metode kualitatif, yaitu suatu pembahasan yang

dilakukan dengan cara menafsirkan dan mendiskusikan data-data yang

31
Tenzeh, 2009.
32
Ibid.,

31
telah diperoleh dan dibuat tersebut, emngenai akses para pedagang

dalam permodalan ke Bank Syariah.

Analisis kualitatif, adalah suatu pembahasan yang dilakukan

dengan cara menafsirkan dan mendiskusikan data-data yang diperoleh

dan dibuat berdasarkan landasan teoristis sehingga kesimpulan

berkenaan dengan masalah yang akan diteltiti. Sedangkan yang

menjadi tolak ukur penulis dalam menganalisis data penelitian ini

adalah pengkajian kembali data yang diperoleh para penelitian ini

mengacu pada landasan teori yang adad dan menarik kesimpulan untuk

menjawab rumusan masalah.

3. Tahapan penelitian

a. Tahapan pendahuluan

Tahapan ini penelitian mengadakan penjajakan awak dalam rangka

menelaah objek dan subjek yang akan diteliti, lalu menyusunnya

dalam bentuk desai operasional dengan judul “Akses Para

PEdagang di Kabupaten Balangan Dalam Permodalan di Bank

Syariah”. Kemudian dikonsultasikan dengan dosen penasehat dan

meminta persetujuan untuk dimasukkan ke Biro Skripsi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam. Setelah diterima diadakan konsultasi

dengan pembimbing I dan pembimbing II yang ditujukan ileh

fakultas, dan diadakan seminar desain operasional yang dilakukan

pada 30 Apriil 2019, selanjutnya diajukan ke Biro Skripsi Ekonomi

dan Bisnis Islam pada Tanggal 2 April 2019.

32
b. Tahap pengumpulan data

Tahap ini penulis mengumpulkan data yang ada hubungannya

dnegan penelitian yang dilaksanakan dilapangan sesuai dengan

lokasi dan metode penelitian yang ditentukan. Dimulai pada

tanggal 9 Mei 2019.

c. Thap pengolahan Data dan Analisis Data

Setelah data terkumpul selanjutnya disusun dengan teknik

pengumpulan data dan dianalisis data yang sudah didapatkan

dengan menggunakan analisis kualititaf.

d. Tahap penyusunan

Tahap ini penulis melakukan penyusunan berdasarkan sistematids

penulis yang sudah ditetapkan. Setelah ini dikonsultasikan dengan

Dosen I dan II dan disetujui maka hasil yang siapokan untuk

munaasyah di hadapan Tim Penguji Skripsi.

33
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA


21, U.-U. R. (2008). Perbankan Syariah.
Ali, Z. (2008). Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: PT. Sinar Grafika.
Anshori, A. G. (2007). Payung Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia. Yogyakarta:
UUI Pres.
Anshori, A. G. (2009). Hukum Perbankan Syariah. Yogyakarta: PT. Refika Adtama.
Antonio, M. S. (2001). Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press.
Arikonto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Renika
Cipta.
Arikunto, S. (2002). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Ascarya. (2008). Akad Dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Ascarya. (2011). Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.
Asiyah, B. N. (2015). Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta:
Kalimedia.
Bahasa, T. P. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Buchori, N. S. (2009). Koperasi Syariah. Sidoarjo Jawa Tengah: Masmedia Buana
Pustaka.
Djakfar, M. (2009). Hukum Bisnis Membangun Wacana Integrasi Perundangan
Nasional dengan Syariah. Malang: UIN-Malang Press.
Ibrahim, Y. (2009). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Indonesia, D. A. (2005). Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: Bayan Al-Qur'an.
Jundiani. (2009). Pengaturan Hukum Perbankan Syari'ah Di Indonesia. Malang: UIN
Malang Press.
Karim, A. A. (2005). Fiqh And Financial Analysis. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 29

34
Karim, A. A. (2006). Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Kasmir. (2010). Kewirausahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. (2016). Kewirausahaan. Jakarta: Rajawali Pers.
Muhamad, A., & Muhamad, K. (2011). Fiqh Perbankan. Bandung: Pustaka Setia.
Muhammad. (2002). Lembaga-lembaga keuangan Umat Kontemporer. Yogyakarta:
UII Press.
Muhammad. (2003). Lembaga Keuuangan Umat Kontemporer. Yogyakarta: UII
Press.
Muhammad. (2005). Manajemen Pembiayaan Bank Syari'ah. Yogyakarta: Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN.
Nawawi, I. (2012). Fikih Muamalat Klasik dan Kontemporer. Bogor: PT. Ghalia
Indonesia.
Nur, & S., B. (2009). Koperasi Syariah. Jawa Timur: Masmedia Buana Pustaka.
Poerwadarminta. (2006). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rizal, Y., Aji, E. M., & Ahim, A. (2009). Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan
Praktik Kontemporer Berdasarkan PAPSI 2013. Jakarta: Salemba Empat.
S, B. (2009). Hukum Kontrak Syariah. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Sholihin, A. I. (2010). Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Siamat, D. (2004). Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: LPFE.
Suupardi. (2005). Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII Press.
Tenzeh, A. (2009). Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras.
Viethzal, R., Sofyan, B., Sarwono, S., & Arifiandy, P. V. (2013). Commercial Bank
Management: Manajemen Perbankan Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Rajawali.
Z., A. W. (2012). Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
30

35
Zulkifli, S. (2003). Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari'ah. Jakarta: Zikrul
Hakim. 31

36
KARYA ILMIAH
Ahmad. (2014). Produk Dana Talangan Haji pada Bank Syariah (Studi Antrian Porsi
Haji di Kabupaten Balangan). Banjarmasin: IAIN Antasari.
Aslihati. (2015). Analisis Penilaian Kelayakan Pembiayaan Murabahah pada
Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah Teladan Banjarmasin. Banjarmasin: IAIN Antasari
Banjarmasin.
Mariah. (2017). Strategi Pemasaran Pembiayaan Murabahah Modal Kerja pada
Bank Kalsel Cabang Syariah Kandangan. Banjarmasin: Perpustakaan FEBI UIN
Antasari.
Rimawati. (2018). Pembiayaan Modal Kerja Dengan Akad Mudarabah pada PT. BNI
Syariah Kantor Cabang Banjarmasin. Banjarmasin: Perpustakaan UIN Antasari.
Mariah. (2017). Strategi Pemasaran Pembiayaan Murabahah Modal Kerja pada
Bank Kalsel Cabang Syariah Kandangan. Banjarmasin: Perpustakaan FEBI UIN
Antasari.
Marlina, L. (2015). Pengaruh Stop Financing pada Pembiayaan Modal Kerja
Terhadap Pendapatan. Banjarmasin: IAIN Antasari.
Rina. (2018). Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap Minat Pedagang dalam
Pembiayaan Modal Kerja pada Bank Syariah (Studi pada Pedagang Pakaian di
Pasar Bawah Bajuin Plaza Kota Pelaihari). Banjarmasin: UIN Antasari.

Zakiah, S. N. (2018). Minat Pengepul Karet Kabupaten Balangan dalam Memilih

Pinjaman Modal Kerja pada Bank Konvensional atau Bank Syariah. Banjarmasin: UIN

Antasari.

37

Anda mungkin juga menyukai