Aryanti :11220840000118
SarahRamadunya :11220840000146
Selviana :11220840000107
Kelas 2 C
Program Studi Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2023
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Kewirausahaan”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Kewirausahaan, dalam program studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang turut memberikan
kontribusinya dalam penyusunan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.
Abdul Hamid, MS selaku dosen pengampu Mata Kuliah Kewirausahaan yang telah memberikan tugas ini,
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang ditekuni.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan terdapat kekurangan
didalamnya baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian yang digunakan. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar dapat menjadi acuan dalam membuat makalah
yang lebih baik lagi di masa mendatang.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan juga inspirasi bagi para pembaca
serta seluruh pihak lainnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang...............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................................................5
1. 3. Tujuan............................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1. Gambaran umum tentang kebangkrutan.........................................................................................6
2. 2. Reorganisasi perusahaan..................................................................................................................7
2. 3. Tanda tanda bahaya kebangkrutan.................................................................................................8
2. 4. Perubahan Haluan bisnis..................................................................................................................9
A. Produk andalan...........................................................................................................................10
B. Upaya Langsung terhadap Manajemen Produk.......................................................................11
C. Upaya-upaya Tidak Langsung...................................................................................................11
D. Visioning......................................................................................................................................11
F. Sumber Daya, Dana, Alat dan Ketrampilan.............................................................................12
G. Pengakuan dan Penghargaan....................................................................................................12
H. Strategi........................................................................................................................................12
2. 5. Suksesi Perusahaan.........................................................................................................................13
A. Perencanaan Suksesi...................................................................................................................13
B. Kelebihan Mempraktikkan Perencanaan Suksesi....................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................................15
3. 1. Kesimpulan..................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................16
BAB II
PENDAHULUAN
Dalam perjalanan sebuah bisnis, wirausahawan harus menyadari bahwa segala sesuatu tidak ada
yang mudah, sesuai rencana, terus tumbuh, dan tidak berubah. Keadaan terburuk yang bisa atau mungkin
dihadapi oleh wirausahawan dalam mengembangkan usaha (ekspansi usaha) bisa terjadi kapan pun juga.
Beberapa jenis keadaan yang sering terjadi ketika bisnis sedang berjalan (diperkenalkan), yaitu:
1. Kestabilan usaha dan mempertahankannya
2. Ekspansi dan mengembangkan usahanya
3. Penciutan usaha dan mengambil langkah pernaikan
4. Kombinasi anatar ekspansi dan penciutan usaha
5. Menutup dan keluar dari bisnis
Terjadinya kesenjangan (gap) antara pertumbuhan bisnis yang diharapkan dengan yang dialami akan
sangat menentukan pilihan strategi mana yang harus diambil agar bisnis bisa selamat atau keluar dari
usaha tanpa masalah yang berarti. Salah satu strategi saving the profit saat bisnis sedang tumbuh (growth)
dengn pesat perlu dilakukan karena akan sangat membantu wirausahawan dalam mengatasi kesulitan saat
bisnisnya harus diciutkan dan dihentikan untuk keluar dari bisnis.
Pilihan strategi menjadi alah satu keputusan yang harus dilakukan oleh seseorang wirausahawan
ketika menghadapi sebuah keadaan, dan pilihan strategi bisa berupa kebijakan atau bisa berupa intuisi
dari wirausahawan atau manajemen yang mungkin sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan.
Salah satu teknik analisa yang bisa digunakan dan telah dikembangkan oleh banyak pengusaha sukses
untuk membantu menentukan pilihan strategi adalah analisa dengan teknik Boston Consulting Group
dengan membuat matrik portofolio dengan keterangan sebagai berikut:
PEMBAHASAN
Salah satu penyebab terjadinya kebangrutan adalah keburukan dalam pengelolaan bisnis
(mismanagement) perusahaan tersebut. Namun demikian dengan bervariasinya kondisi internal dan
ekstrernal maka terdapat banyak hal lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya kebangkrutan pada
suatu perusahaan. Apabila ditinjau dari aspek keuangan, maka terdapat tiga keadaan yang dapat
menyebabkan kebangkrutan, yaitu:
1. Faktor ketidakcukupan modal atau kekurangan modal. Ketidakseimbangan aliran penerimaan
uang yang bersumber pada penjualan atau penagihan piutang dengan pengeluaran untuk
membiayai operasi perusahaan tidak mampu menarik dana untuk memenuhi kekurangan dana
tersebut, maka perusahaa akan berada pada kondisi tidak likuid.
2. Besarnya beban utang dan bunga. Apabila perusahaan mampu menarik dana dari luar, misalkan
3. mendapatkan kredit dari bank untuk menutup kekurangan dana, maka masalah likuiditas
perusahaan dapat teratasi untuk sementara waktu. Tetapi kemudian timbul persoalan baru yaitu
adanya keterikatan kewajiban untuk membayar kembali pokok pinjaman dan bunga kredit.
Walaupun demikian hal ini tidak membahayakan perusahaan dan masih memberikan
keuntuungan bagi perusahaan apabila tingkat bunga lebih rendah tingkat investasi harta dan
perusahaan melakukan apa yang disebut dengan manajemen risiko atas untang yang diterimanya.
Manajemen risiko atas utang ini sangat penting terutama apabila utang yang diterima tidak dalam
mata uang yang sama dengan pendapatan yang diperoleh perusahaan. ketidakmampuan
perusahaan melakukan manajen risiko atas utangnya dapat mengakibatkan perusahaan harus
mendapatkan risiko menderita kerugian yang seharusnya tidak perlu terjadi.
4. Menderita kerugian, Pendapatan yang diperoleh perusahaan harus mampu menutup seluruh biaya
yang dikeluarkan dan menghasilkan laba bersih.Besarnya laba bersih sangat penting bagi
perusahaan untuk melakukan reinvestasi, sehingga akan menambah kekayaan bersih perusahaan
dan menigkatkan ROE (Return on Equity) untuk menjamin kepentingan pemegang saham. Oleh
karna itu, perushaan harus selalu berupaya meningkatkan pendapatan dan mengendalikan tingkat
biaya. Ketidakmampuan perusahaan mempertahankan keseimbangan pendapatan dengan biaya,
niscaya perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan. Oleh
karana itu, harus dijaga keseimbanagn agar perusahaan tehindar dari kondisi kebangkrutan.
Caranya adalah dengan kemampuan memperoleh laba, likuiditas dan tingkat utang dalam struktur
permodalan.
2. 2. Reorganisasi perusahaan
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang
dimilikinya pada saat jatuh tempo. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk
memenuhi kewajiban atau utang.
Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang memiliki
likuiditas sehat paling tidak memiliki rasio lancar sebesar 100%. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih
menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan rasio kas (kas terhadap kewajiban
lancar). Contoh: membayar listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, dsb.
Rasio likuiditas antara lain terdiri dari:
Rasio lancar: adalah membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar (current
assets/current liabilities"). Current Assets merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang, atau
siklus operasi usaha yang normal yang lebih besar. Current Liabilities merupakan kewajiban pembayaran
dalam satu (1) tahun atau siklus operasi yang normal dalam usaha. Tersedianya sumber kas untuk
memenuhi kewajiban tersebut berasal dari kas atau konversi kas dari aktiva lancar. (aktiva lancar dibagi
hutang lancar dikali 100%).
Rasio cair: adalah membandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar.
Persediaan terdiri dari alat-alat kantor, bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan
barang jadi. Tujuan manajemen persediaan adalah mengadakan persediaan yang dibutuhkan untuk operasi
yang berkelanjutan pada biaya yang minimum. Suatu perusahaan yang mempunyai rasio cepat kurang
dari 1:1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.(aktiva lancar dikurangi persediaan dibagi
hutang lancar).
Dengan mengingat hal ini, ada beberapa “apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan” yang dapat
diterapkan untuk membantu melindungi posisi pemberi kerja dan memastikan bahwa ia tidak menjadi
korban dari sejumlah jebakan.
Terlepas dari hal di atas, ada beberapa langkah yang dapat diambil pemberi kerja untuk
mempersiapkan diri menghadapi potensi kebangkrutan kontraktor, seperti:
1. Memastikan bahwa ia memiliki dokumen kontrak yang lengkap (termasuk jaminan dan jaminan)
karena seringkali dokumen-dokumen ini tidak disimpan dengan baik dan/atau tidak lengkap, yang
menyebabkan masalah.
2. Menetapkan daftar lengkap tim manajemen kontraktor.
3. Mengidentifikasi sub-kontraktor yang sangat penting untuk penyelesaian pekerjaan tepat waktu,
dan memeriksa apakah ada jaminan agunan.
4. Mengklarifikasi hak dan kewajibannya dalam hal terjadi kepailitan, seperti melihat apakah
memiliki hak step-in.
5. Penjadwalan dan, jika mungkin, mengamankan setiap pabrik, peralatan, dan material yang telah
dibayarnya.
6. Mempersiapkan dokumen. Menghasut pemantauan penuh kemajuan dan menentukan ruang
lingkup dan nilai pekerjaan yang tersisa – menandai gambar, mengambil foto, dan sebagainya.
7. Menyiapkan contingency plan jika terjadi kebangkrutan kontraktor.
Dasar dari langkah-langkah ini adalah untuk memastikan bahwa pemberi kerja memiliki rencana
darurat yang kuat jika kontraktor bangkrut. Untuk mengembangkan rencana ini, pemberi kerja perlu
memiliki akses ke semua dokumentasi kontrak yang relevan, pengetahuan kerja tentang ketentuan
kontrak.
Turnaround (putar haluan) adalah istilah yang banyak digunakan dalam change management
untuk memperbaiki perusahaan yang sedang sakit. Istilah turnaround disini dipakai untuk menjelaskan
strategi yang dapat dipakai oleh pemimpin perubahan yang menghadapi banyak kendala, namun ia masih
punya cukup waktu dan masih ada resources yang memadai untuk mencari solusi. Dengan demikian,
kondisi perusahaan, institusi, atau negara tidak sedang berada pada tahapan kebangkrutan, tidak mampu
membayar hutang, atau tengah menghadapi ancaman likuiditas. Melainkan berada dalam tahap krisis,
namun masih punya ruang untuk bergerak, khususnya dalam meningkatkan efisiensi dan memperbaiki
daya saing.
Seorang pemimpin harus tahu persis dimanakah posisi perusahaannya berada. Apakah perusahaan masih
layak untuk disembuhkan melaui turnaround? Atau jangan-jangan sudah berada pada tahap krisis dan
sulit disembuhkan. Ada beberapa indikator yang dapat dipakai untuk melihat seberapa jauh perusahaan
dapat diputar haluannya. Indikator-indikator tersebut antara lain:
1. Dukungan yang kuat dari stakeholder, termasuk para pekerja, komunitas, dan pemegang saham.
3. Dukungan dari stakeholders dapat dilihat dari ucapan-ucapan yang beredar dan diungkapkan serta
keseriusan dalam berkorban. Dukungan ini akan menumbuhkan optimisme dan kepercayaan pada
perusahaan.
2. Adanya bisnis inti (Core Business) yang mampu mendatangkan cashflow, yang tampak dari
kondisi EBIT (Earning Before Interest and Taxes) yang positif dan cukup untuk memenuhi
kebutuhan baru.
4. Core business yang sehat mempunyai tenaga keja yang efisien, tenaga kerja yang produktif
dengan kultur kerja yang sehat, produk unggulan dengan merk terpercaya, hasil-hasil penelitian
yang dapat segera dikomersilkan, jaringan pemasaran yang kuat, mempunyai pasokan bahan baku
yang berkualitas, dan mempunyai banyak pelanggan yang setia.
3. Adanya team manajemen yang solid dan tangguh untuk mengendalikan operasional perusahaan.
5. Team bukan cuma harus solid melainkan juga kredible, dikenal luas, dan juga menyandang
keahlian-keahlian tertentu. Mereka harus mampu memberikan rencana-rencana baru yang lebih
menarik dan menjelaskan bagaimana cara memenuhinya.
6. Team management yang datang dengan reputasi yang baik akan mampu menimbulkan
kepercayaan dari pemilik dana. Ini berati terbuka kesempatan untuk melakukan negosiasi utang
(terutama bunga dan termin pembayarannya) dan memperoleh sumber-sumber pendanaan baru
yang bersifat jangka panjang bagi perusahaan. Semua hal yang disebutkan di atas menjadi
prasyarat mutlak untuk membaca apakah turnaround masih memungkinkan dipakai untuk
menyelamatkan perusahaan.
A. Produk andalan
Salah satu syarat untuk keluar dari situasi yang sulit adalah adanya produk andalan. Tanpa
tersedianya produk andalan maka sulit bagi perusahaan untuk memperoleh kepastian cash inflow yang
merupakan darah segar perusahaan. Biasanya kesulitan yang dialami oleh perusahaan dimulai dengan
tidak dapat diandalkannya produk andalan. Banyak hal yang menyebabkan produk andalan kehilangan
aura di pasar. Misalnya:
1. Quality control tidak memadai, akibatnya produk yang terkirim ke pasar sebagian besar defect
(cacat) atau berkualitas rendah.
2. Delivery tidak tepat waktu. Produk bisa saja tetap baik, tetapi karena kesalahan-kesalahan
manajerial, konsumen menerima barang lewat dari jadwal waktu yang telah dijanjikan/disepakati.
3. Teknologi sudah ketinggalan zaman. Teknologi yang kita miliki akan segera menjadi usang
(ketinggalan zaman) manakala pendatang baru/pesaing berhasil menemukan teknologi baru yang
disukai pasar.
4. Muncul produk-produk pengganti. Selain karena teknologi, produk andalan kita bisa menjadi
usang karena pasar mulai menyukai produk-produk pengganti yang dinilai lebih memenuhi
kebutuhan-kebutuhan.
5. Medan kompetisi baru. Produk andalan bisa kehilangan pamor karena medan kompetisi berubah.
Medan kompetisi baru yang lebih kompetitif sangat memungkinkan datangnya pemain-pemain
baru dengan produk yang sama, namun dengan harga yang relatif lebih murah.
Dengan alasan-alasan yang demikian maka seorang spesialis turnaround harus dapat membaca
dengan cepat, Apakah perusahaan masih memiliki produk andalan?; Apakah alasan sesungguhnya yang
mengakibatkan produk andalan kehilangan auranya?Untuk mengangkat kembali aura produk andalan
diperlukan berbagai upaya. Upaya-upaya tersebut secara garis besar terbagi dalam dua kelompok, yaitu
upaya yang langsung terkait dengan manajemen produk, dan yang tidak terkait secara langsung dengan
produk.
Seorang spesialis turnaround akan mulai menganalisis produk yang sekarang dimilki perusahaan.
Dengan metode kontras, eksekutif turnaround dapat membedakan produk dan pasarnya antara yang
sekarang (existing) dengan yang seharusnya dikembangkan. Dengan begitu, eksekutif turnaround dapat
melihatnya dalam kerangka yang lebih luas.
Perusahaan dapat memoles sinar aura produk andalannya dengan memperbaiki produk untuk
memasuki segmen baru. Pada saat perusahaan mengubah produk-produk dengan memperluas product
market-nya maka persepsi publik terhadap dirinya pun berubah. Keberhasilan memperluas produk/pasar
menjadi alat yang penting bagi perusahaan untuk memperoleh kepercayaan.
Disini aura produk andalan diperluas menurut 3 variabel: Who (consumers), What (products), dan
How (approach). Dengan demikian maka selain memoles aura dengan melalui jalur konsumen (who) dan
produk (what), juga dapat dikembangkan cara-cara baru (how) dalam memasarkan, mengonsumsi, atau
mengirim produk. Terobosan-terobosan inovatif terhadap existing product akan sangat membantu
pertumbuhan. Hanya dengan cara itulah terobosan-terobosan original yang lebih inovatif kelak dapat
dikembangkan.
Upaya-upaya tidak langsung untuk memoles aura produk suatu perusahaan yang sedang
melakukan turnaround juga perlu dilakukan melalui jalur non-produk. Kegiatan manajerial ini diperlukan
untuk memperbaiki proses, semangat kerja, atau mengubah asumsi-asumsi yang sudah lama melekat di
dalam pikiran para eksekutif/karyawan terhadap produk dan cara kerjanya sehari-hari. Upaya-upaya yang
dapat dilakukan antara lain:
2. Efisiensi
Untuk melakukan turnaround diperlukan upaya-upaya khusus dengan membntuk gugus
tugas-gugus tugas khusus untuk menangani efisiensi. Gugus tugas ini biasanya dibentuk di level
operasional dan dipimpin oleh direksi atau tim khusus. Ruang lingkup pekerjaannya dapat
meliputi quality control, on time delivery, business process, pengurangan waste, dan sebagainya.
3. Reorganisasi
Reorganisasi berarti mengubah organisasi. Tujuan reorganisasi adalah mengubah
manusia, yaitu mengubah sudut-sudut pandangnya agar cara kerjanya benar-benar baru dan sesuai
dengan misi perubahan.
D. Visioning
Program visioning merupakan kegiatan reflektif untuk merumuskan masa depan perusahaan dan
dilaksanakan setelah mengetahui dan mengakui posisi sekarang. Pemimpin bergerak dari apa yang ia
lihat, sebab itu yang membentuk ia menjadi pemimpin. Pemimpin yang bijak akan mulai bekerja dengan
melihat dan mendengar secara sistematik. Ada beberapa tahapan atau proses vioning pemimpin
diantaranya sebagai berikut:
1) Level Persepsi: visi awalnya terbentuk dari bawah, dimana seorang pegawai biasa atau baru
melihat hubungan-hubungn logis antara berbagai hal.
2) Level Sosial: pada level ini seseorang telah berfikir secara sistematik dan meningkatkan elevasi
untuk melihat perusahaan secara utuh.
3) Level Psikologi: buah dari pikiran yang sistematik membawa pada level untuk berfikir kreatif.
H. Strategi
Strategi adalah sebuah garis yang menyatukan kelima hal diatas yang membentuk jalan untuk
mencapai tujuan. Inti dari strategi adalah merumuskan perusahaan menjadi lebih kompetitif.
Competitiveness menentukan seberapa besar perusahaan mampu menghasilkan barang yang bernilai
tambah tinggi di tiap unit tenaga kerjanya. Dua hal penting yang harus diperhatikan adalah value dari
barang yang dihasilkan dan efisiensi sumber daya.
1) Memilih CEO Turndaround
Proses turnaround harus dipimpin oleh orang yang paham tantang turnaround itu sendiri.
Yang dibutuhkan bukan sekedar manajer tapi seorang yang memiliki jiwa kepemimpinan.
2) Pemimipin atau Manager
Manajer diidentikan sebagai seorang yang cakap mengelola organisasi, bekerja dengan
penuh kehati-hatian, dengan program teratur dan terencana dengan baik. Sedangkan pemimpin
lebih dari menajer. Ia tidak trpaku pada polayang sudah ada melainkan menciptakan perubahan
dengan menemukan jalan baru. Pemimpin turnaround haruslah orang yang mempunyai
pengalaman dan skill.
3) Pemimpin Kreatif atau Pemimpin Reaktif
Pemimpin yang reaktif adalah pemimpin yang menutup diri terhadap alternative,
gegabah, mudah tersinggung, umumnya pekerja keras namun cara kerjanya sering tidak efektif.
Sedangkan pemimpin kreatif adalah pemimpin yang berhasil mengendalikan agresivitasnya
dalam bentuk komunikasi yang teratur dan menimbulkan semangat kerja, cenderung kreatif
dalam mencari jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi. Pemimpin seperti ini yang dibutuhkan
dalam melakukan turnaround.
2. 5. Suksesi Perusahaan
A. Perencanaan Suksesi
Perencanaan suksesi, atau dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah succession planning,
adalah sebuah strategi yang kerap dilakukan sebagai bentuk mengantisipasi kosongnya posisi penting di
perusahaan. Perencanaan suksesi adalah proses menanamkan potensi seseorang untuk mengisi posisi
penting di kala pergantian anggota terjadi.
Secara umum succession atau suksesi dalam bisnis merupakan sebuah istilah yang merujuk pada
perubahan struktur organisasi di dalamnya dengan mempertimbangkan berbagai macam aspek yang
nantinya akan berpengaruh. Perubahan struktural organisasi ini biasanya berkaitan dengan jabatan senior
dalam sebuah perusahaan.
Maka dari itu dalam pemilihannya tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Perencanaan
suksesi adalah strategi-strategi dan rencana-rencana yang dibuat oleh pemilik perusahaan untuk
mengembangkan segala potensi, talenta, dan kemampuan yang dimiliki oleh karyawan-karyawannya
untuk mendapatkan calon-calon pemimpin perusahaan yang terbaik. Proses ini bisa dimulai dari tahap
rekrutmen, atau mengembangkan talenta yang sudah ada. Biasanya, perusahaan akan menilai karyawan
mana yang sekiranya memiliki potensi untuk menjadi pengganti dari posisi krusial, seperti manajer atau
C-level. Karyawan tersebut nantinya akan dipersiapkan lebih dalam lagi melalui berbagai pelatihan dan
manajemen karier yang sistematis. Sehingga saat tiba waktunya ia menduduki posisi tersebut, ia sudah
bisa langsung mengambil alih pekerjaan dengan baik.
Tujuan utama dari praktik perencanaan suksesi adalah memastikan posisi penting tetap diisi oleh
orang-orang yang kompeten tanpa mengeluarkan cost yang besar. Artinya, tanpa melakukan rekrutmen
baru, posisi penting tersebut harus bisa tetap terisi. Tetapi di lapangan, 83% perekrut mengalami kesulitan
menemukan kandidat yang benar-benar sesuai dengan deskripsi dan kebutuhan rekrutmen (Menurut
laporan SHRM “The Global Skills Shortage” pada 2018). Laporan tersebut mendukung akan pentingnya
kebutuhan succession planning dalam setiap organisasi.
Tidak hanya untuk memberikan Anda kandidat yang sesuai dengan deskripsi dan kebutuhan,
perencanaan suksesi juga memiliki manfaat lain sebagai berikut.
Yang paling penting dalam perencanaan suksesi adalah membuat kandidat internal yang ambisius
namun kurang berpengalaman mengetahui kerja keras dan keterampilan mereka telah diperhatikan dan
cukup dihargai untuk dipertimbangkan untuk kemajuan karir mereka. Tentunya hal ini bisa menjadi alat
retensi dan motivator yang luar biasa bagi karyawan yang ingin memajukan karir mereka ke level
manajemen.
Pada tahun 2003, Citibank menggunakan pendekatan yang pekat dengan crony-ism (perkoncoan). Dari
sejumlah kandidat yang muncul, Citibank akhirnya memilih seorang karyawan untuk memimpin, bukan
karena ia yang terbaik, namun lebih karena ia yang paling loyal dengan perusahaan.
Banyak orang terkejut dengan pilihan ini, sebab posisi karyawan tersebut, saat itu adalah kepala bagian
hukum (legal), ia sama sekali tidak memiliki strong background dalam bidang perbankan. Dan benar
adanya. Tanpa dibekali dengan kemampuan perbankan yang mumpuni, karyawan tersebut gagal
mengendalikan Citibank secara optimal.
Dan akhirnya, pada tahun 2007 lalu, Citibank dihantam keras oleh badai kredit macet perumahan yang
membuat bank tersebut terluka parah. Lalu, pelajaran apa yang bisa kita petik dari kegagalan succession
planning di Citibank ini? Ada dua hal yang mungkin bisa kita jadikan pelajaran.
Yang pertama, sebuah proses succession planning (atau proses penggantian para eksekutif yang
menduduki posisi kunci) mestinya dilakukan secara sistematis dan berdasar pada asesmen yang obyektif
dan bukan melalui proses yang parsial dan berdasar perasaan subjektivitas yang penuh bias.
Pelajaran kedua, adalah proses penyiapan para future leaders hanya akan berjalan dengan optimal jika
sebuah perusahaan telah memiliki sebuah sistem pendidikan dan pengembangan karyawan yang bersifat
terpadu, sistematis dan dijalankan dengan konsisten.
Simpulan: Maka dapat kita simpulkan bahwa perencanaan suksesi merupakan rencana atau strategi
terstruktur dalam menyiapkan pemimpin perusahaan di masa depan. Sebuah perusahaan yang baik harus
mampu mengembangkan setiap potensi dari karyawannya, seperti memberikan karyawan ruang serta
pelatihan khusus agar dapat terus melatih dan mempertajam bakat yang dimiliki.
Dengan demikian, saat perusahaan membutuhkan perannya, mereka sudah cukup profesional atau
ahli dalam bidang yang digeluti. Rencana suksesi ini perlu sangat diperhatikan karena tidak hanya penting
untuk pengembangan karyawan, tetapi juga bisnis secara keseluruhan.
BAB III
PENUTUP
3. 1. Kesimpulan
Hisrich, R. D., Peters, M. P., &Shepherd, D. A. (2008). Entreprenership (Seventh Ed). Salemba Empat