Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASAH MODAL MENJADI PROFESIONAL


Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan dengan
Dosen Pengampu : Sugianto, S.Pd., M.Ag.

Disusun oleh :
Kelompok 2

Nama Mahasiswa : Alya Nurzahira (1203311056)

Filzah Aini Wianda (1203311099)

Indah Fadliani Pasaribun (1203311048)

Nurhasanah (1203311069)

Kelas : PGSD – I 2020

Dosen Pengampu : Sugianto, S.Pd., M.Ag.

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEPTEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari
makalah ini adalah Asah Modal Menjadi Profesional. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Kewirausahaan.
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas dari bapak ugianto, S.Pd.,
M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Kewirausahaan. Harapan kami semoga makalah
ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat menjadi lebih
baik lagi.
Penyusun sadar bahwa dirinya hanya manusia biasa yang pasti mempunyai banyak
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penyusun mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi pengembangan makalah ini selanjutnya. Demikian makalah ini kami buat
semoga bermanfaat.

Medan, 1 September 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 4
B. Rumus Masalah ........................................................................................................... 4
C. Tujuan.......................................................................................................................... 4
BAB II ........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
A. Modal Usaha ............................................................................................................... 6
1. Pengertian Modal Usaha ............................................................................................. 6
2. Sumber – Sumber Modal............................................................................................. 6
3. Jenis-Jenis Modal ........................................................................................................ 8
B. Profesional ................................................................................................................. 10
1. Pengertian Profesional ................................................................................................. 10
2. Asas Pokok Profesionalisme ........................................................................................ 12
3. Profesional Dalam Bisnis ............................................................................................. 13
C. Hubungan Modal Usaha dengan Profesionalisme .................................................... 14
BAB III .................................................................................................................................... 16
PENUTUP ................................................................................................................................ 16
A. Kesimpulan................................................................................................................ 16
B. Saran .......................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menjadi wirausaha dapat dijadikan suatu pilihan pemecahan masalah karena kegiatan
berwirausaha dapat memberikan dampak yang positif dari beberapa aspek kehidupan
seperti aspek sosial kebudayaan dan politik (Hisrich & Peter, 2002). Dengan menjadi
wirausaha, soal seorang juga dapat memperoleh berbagai keuntungan. Meskipun
demikian, untuk menjadi seorang kewirausahaan dibutuhkan kemampuan teknikal dan ciri
kepribadian yang dapat menunjang berjalannya aktivitas kewirausahaan. Ciri kepribadian
seorang wirausaha antara lain ada disiplin, atau kontrol internal, pengambil resiko,
inovatif, komitmen terhadap tugas, serta memiliki orientasi dan kemampuan untuk
menghadapi perubahan. (Hisrich, 1992, Hisrich & Peters, 2002).
Dalam kewirausahaan tidak luput dari yang namanya modal. Dalam hal ini perusahaan
selalu membutuhkan sejumlah dana tertentu atau modal. Modal dalam suatu perusahaan
mempunyai peranan yang sangat vital, karena dibutuhkan dalam pendirian maupun
operasional perusahaan, karena itu hasil atau tidaknya aktivitas suatu perusahaan salah
satunya ditentukan oleh model. Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki
perusahaan. Modal yang dimiliki perusahaan berbeda-beda tergantung dari jenis usaha
setiap perusahaan. Maka dari itu, dibutuhkan pengelolaan modal yang tepat yaitu
pengelolaan yang dapat menentukan seberapa besar alokasi dana untuk masing-masing
modal sesuai dengan bidang usaha dari perusahaan tersebut.

B. Rumus Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil beberapa permasalahan sebagai kajian
dari pembuatan makalah ini di antaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian modal?
2. Yang termasuk sumber-sumber modal adalah?
3. Apa saja jenis-jenis modal usaha?
4. Apa yang dimaksud dengan pengertian profesional?
5. Yang termasuk asah pokok profesionalisme?
6. Yang termasuk profesional dalam bisnis?
7. Apa yang dimaksud dengan hubungan modal usaha dengan profesionalisme?

C. Tujuan
Sehubungan dengan latar belakang di atas dapat di ambil beberapa tujuan penulis untuk
mengetahui:
1. Untuk mengetahui pengertian modal
2. Untuk mengetahui sumber-sumber modal
3. Untuk mengetahui jenis-jenis modal usaha
4. Untuk mengetahui pengertian profesional
5. Untuk mengetahui asah pokok profesionalisme
6. Untuk mengetahui profesional dalam bisnis
7. Untuk mengetahui hubungan modal usaha dengan profesionalisme
BAB II

PEMBAHASAN

A. Modal Usaha
1. Pengertian Modal Usaha
Modal merupakan faktor produksi yang mempunyai pengaruh kuat dalam
mendapatkan produktivitas atau output, secara makro modal merupakan pendorong
besar untuk meningkatkan investasi baik secara langsung pada proses produksi
maupun dalam prasarana produksi, sehingga mampu mendorong kenaikan
produktivitas dan output. Besarnya suatu modal tergantung pada jenis usaha yang
dijalankan, pada umumnya masyarkat mengenal jenis usaha mikro, kecil, menengah
dan usaha besar dan dimasing-masing jenis usaha ini memerlukan modal dalam batas
tertentu. Jadi, jenis usaha menentukan besarnya modal yang diperlukan. Selain jenis
usahanya, besarnya jumlah modal dipengaruhi oleh jangka waktu usaha perusahaan
menghasilkan produk yang diinginkan. Usaha yang memerlukan jangka waktu
panjang relative memerlukan modal yang besar.

Modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang,
melepas uang dan sebagainya atau modal adalah harta benda (uang, barang dan
sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu untuk menambah
kekayaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa modal usaha merupakan bagian penting
dalam perusahaan yang biasanya berupa sejumlah uang atau barang yang digunakan
untuk menjalankan usaha.

2. Sumber – Sumber Modal


Modal menurut sumber asalnya dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Modal sendiri

Modal sendiri merupakan modal yang diperoleh dari pemiliki perusahaan


dengan cara mengeluarkan saham. Saham yang dikeluarkan perusahaan dapat
dilakukan secara tertutup dan terbuka.

Kekurangan modal sendiri adalah sebabagai berikut :

1) Jumlahnya terbatas, artinya untuk memperoleh dalam jumlah tertentu sangar


tergantung dari pemilik dan jumlahnya relative terbatas.
2) Perolehan dari modal sendiri dalam jumlah tertentu dari calon pemilik baru
(calon pemegang saham baru) relatitif lebih sulit karena mereka akan
mempertimbangkan kinerja dan prospek usahanya.

3) Kurang motivasi, artinya pemilik usaha menggunakan modal sendiri motivasi


usahanya lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan modal asing.

Kelebihan menggunakan modal sendiri:

1) Tidak ada biaya seperti bunga atau biaya administrasi sehinggga tidak menjadi
beban bagi perusahaan atau pemiliki usaha.

2) Tidak tergantung kepada pihak lain, artinya perolehan dana diperoleh dari
setoran pemilik modal.

3) Tanpa memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan waktu yang relatif
lama.

4) Tidak adanya keharusan pengembalian modal, artinya modal yang ditanamkan


pemilik akan tertenama lama dan tidak ada masalah seandainya pemiliki modal
mau mengalihkan ke pihak lain

b. Modal Asing (Pinjaman)

Modal asing atau modal pinajaman adalah modal yang diperoleh dari pihak
luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Sumber dari dana modal
asing dapat diperoleh dari :

1) Pinjaman dari dunia perbankan, baik perbankan pemerintah, swasta maupun


perbankan asing.

2) Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusaha leasing, modal ventura, dana
pensiun, dan lain sebagainya.

3) Pinjaman dari perusahaan non keuangan.

Kekurangan dari modal pinjaman sebagai berikut :

1) Dikenakan berbagai biaya seperti bunga dan biaya administrasi.

2) Modal asing wajib dikembalikan dalam jangka waktu yang telah disepakati.
3) Beban moral, perusahaan yang mengalami kegagalan atas masalah yang
mengakibatkan kerugian akan berdampak pada pinjaman sehingga akan
menjadi beban moral atas utang yang belum atau akan dibayar.

Kelebihan dari modal pinjaman sebagai berikut :

1) Jumlahnya tidak terbatas, artinya perusahaan dapat mengajukan modal pinjaman


ke berbagai sumber.

2) Motivasi usaha tinggi, jika menggunakan modal asing motivasi pemilik untuk
memajukan usaha tinggi. Hal ini disebabkan adanya beban bagi perusahaan
untuk mengembalikan pinjaman.

3. Jenis-Jenis Modal
Modal dapat digolongkan menjadi beberapa baik berdasarkan sumber, bentuk,
kepemilikan, maupun sifat, yaitu sebagai berikut :

a. Berdasarkan sumber, modal dapat dibagi menjadi modal sendiri dan modal asing.
Modal sendiri misalnya setoran dari pihak pemilik perusahaan, sedangkan modal
asing berupa pinjaman dari lembaga keuangan maupun non-keuangan.

b. Berdasarkan bentuk, modal dapat terbagi menjadi modal konkret dan modal
abstrak. Modal konkret meliputi mesin, gedung, kendaraan dan peralatan,
sedangkan modal abstrak meliputi hak merk dan nama baik perusahaan.

c. Berdasarkan kepemilikan, modal dapat dibagi menjadi modal individu dan modal
masyarakat. Modal individu misalnya rumah pribadi yang disewakan, sedangkan
modal masyarakat misalnya rumah sakit umum milik perusahaan, jalan, dan
jembatan.

d. Berdasarkan sifat, modal dapat terbagi menjadi modal tetap dan modal lancar.
Modal tetap seperti bangunan dan mesin, sedangkan modal lancar seperti bahan-
bahan baku.

Menurut Endang Purwanti secara keseluruhan modal usaha terbagi menjadi tiga
bagian yaitu:

a. Modal Investasi

Modal investasi merupakan jenis modal usaha yang harus dikeluarkan dan
dipakai dalam jangka panjang. Modal usaha untuk investasi nilainya cukup besar
karena dipakai untuk jangka waktu lamaatau panjang. Namun, modal investasi
akan menyusut dari tahun ke tahun bahkan bisa bulan ke bulan.

b. Modal Kerja

Modal kerja merupakan modal usaha yang diharuskan untuk membuat atau
membeli barang dagangan. Modal kerja ini dapat dikeluarkan setiap bulan atau
pada waktu –waktu tertentu.

c. Modal Operasional

Modal operasional merupakan modal usaha yang harus dikeluarkan untuk


membayar biaya operasi bulanan misalnya pembayaran gaji pegawai, listrik dan
sebagainya.

Beberapa pertimbangan yang dapat dilakukan atau diperhatikan apabila ingin


memperoleh suatu modal adalah sebagai berikut :

a. Tujuan perusahaan

Perusahaan perlu mempertimbangan apakah modal yang diperlukan untuk


modal investasi atau modal kerja, dan apakah modal utama atau hanya sebagai
modal tambahan.

b. Masa pengembalian modal

Jangka waktu tertentu suatu pinjaman harus dikembalikan kepada pihak


lembaga keuangan ataupun nonkeuangan, pemiliki usaha harus memperhatikan hal
tersebut sehingga tidak akan terjadi beban perusahaan dan tidak mengganggu cash
flow perusahaan, dan sebaiknya jangka waktu ini disesuikan dengan kebutuhan
perusahaan.

c. Biaya yang dikeluarkan

Biaya yang dikeluarkan seperti biaya administrasi, biaya bunga, provisi,


komisi dan lainnya harus dipertimbangkan karena biaya merupakan komponen
produksi yang akan menjadi beban perusahaan dalam menentukan harga jual atau
laba.

d. Estimasi keuntungan

Besarnya keuntungan yang akan diperoleh pada masa yang akan datang juga
perlu dipertimbangkan. Estimasi keuntungan diperoleh dari selisih pendapatan
dengan biaya dalam suatu periode tertentu, dan besar kecilnya keuntungan akan
berperan dalam pengembalian dan suatu usaha.

B. Profesional
1. Pengertian Profesional
Sebelum membahas sikap profesional, ada baiknya diketahui terlebih dahulu
makna profesional dan profesionalisme, dan akhirnya baru akan tercapai tindakan
profesional. Profesional artinya ahli dalam bidangnya. Jika seorang manajer mengaku
sebagai seorang yang profesional maka ia harus mampu menunjukkan bahwa dia ahli
dalam bidangnya. Harus mampu menunjukkan kualitas yang tinggi dalam
pekerjaanya. Berbicara mengenai profesionalisme mencerminkan sikap seseorang
terhadap profesinya. Secara sederhana, profesionalisme yang diartikan perilaku, cara,
dan kualitas yang menjadi ciri suatu profesi. Seseorang dikatakan profesional apabila
pekerjaannya memiliki ciri standar teknis atau etika suatu profesi (Oerip dan Uetomo,
2000 : 264-265).

Dalam dunia kerja, orang yang bekerja pada profesi tertentu disebut profesional.
Oleh karena itu, seorang profesional menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap lebih dibanding pekerja lainnya. Seorang dikatakan profesional jika ia mahir
dalam bidang pekerjaannya. Jika orang mengatakan bahwa pekerjaan seseorang itu
dilakukan tanpa keahlian atau tidak bersungguh-sungguh maka pekerjaan itu disebut
juga “tidak profesional”.

Menurut Andrias Harefa (2004:137) bahwa profesionalisme pertamatama


adalah soal sikap. Lalu dia mengatakan ada beberapa hal yang dapat dianggap
mewakili sikap profesionalisme yaitu, keterampilan tinggi, pemberian jasa yang
berorientasi pada kepentingan umum, pengawasan yang ketat atas perilaku kerja dan
suatu sistem balas jasa yang merupakan lambing prestasi kerja.

Agus Setiono (2004:35) mengatakan bahwa untuk profesionalisme aparatur,


paling tidak ada dua nilai yang harus dikembangkan, yaitu :

1. Tugas dan peranan harus senantiasa bertujuan melayani kepentingan umum.

2. Profesionalisme aparatur harus didasarkan pada pendidikan dan spesialisasi


rasional.

Menurut Imawan (1997:77) profesionalisme menunjukkan hasil kerja yang


sesuai sesuai dengan standar teknis atau etika sebuah profesi.Aktivitas kerja itu lazim
berhubungan dengan penghasilan dalam bentuk uang. Untuk menciptakan kadar
profesionalitas dalam melaksanakan misi institusi persyaratan dasarnya adalah
tersedianya sumber daya manusia yang andal, pekerjaan yang terprogram dengan
baik, dan waktu yang tersedia untuk melaksanakan program tersebut serta adanya
dukungan dana yang memadai dan fasilitas yang memadai dan fasilitas yang
mendukung.

Profesionalisme menurut Sedarmayanti (2010:96) adalah pilar yang akan


menempatkan birokrasi sebagai mesin efektif bagi pemerintah dan sebagai parameter
kecakapan aparatur dalam bekerja secara baik. Ukuran profesionalisme adalah
kompetensi, efektivitas, dan efisiensi serta bertanggung jawab.

Pandangan lain seperti Siagian (2000:163) menyatakan bahwa yang dimaksud


dengan profesionalisme adalah keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga
terlaksana dengan mutu tinggi, waktu yang tepat, cermat, dan dengan prosedur yang
mudah dipahami dan diikuti oleh pelanggan.

David H. Maister (1998:56) mengatakan bahwa orang-orang profesional adalah


orang-orang yang diandalkan dan dipercaya karena mereka ahli, terampil, punya ilmu
pengetahuan, bertanggung jawab, tekun, penuh disiplin, dan serius dalam
menjalankan tugas pekerjaannya.Semua itu membuat istilah profesionalisme identik
dengan kemampuan, ilmu atau pendidikan dan kemandirian.

Menurut Budi Rajab (2002: 38) bahwa profesionalisme sangat dibutuhkan


dalam organisasi. Diperlukan sumber daya manusia yang profesional, akan
menciptakan kemampuan yang baik dan komitmen dari orang-orang bekerja dalam
organisasi tersebut sekaligus dapat membina citra organisasi.

Menurut Siagian (2000) profesional diukur dari kecepatannya dalam


menjalankan fungsi dan mengacu kepada prosedur yang telah disederhanakan.
Menurut pendapat tersebut, konsep profesional dalam diri dilihat dari segi :

a. Kreatifitas ( creativity)

Kemampuan untuk mengahadapi hambatan dalam memberikan pelayanan


kepada publik dengan melakukan inovasi. Hal ini perlu diambil untuk mengakhiri
penilaian miring masyarakat kepada birokrasi publik yang dianggap kaku dalam
bekerja.
b. Inovasi (inovasi)

Perwujudannya berupa hasrat dan tekad untuk mencari, menemukan dan


menggunakan cara baru, metode kerja baru, dalam pelaksanaan tugasnya.
Hambatan yang paling mendasar dari perilaku inovatif adalah rasa cepat puas
terhadap hasil pekerjaan yang telah dicapai.

c. Responsifitas (responsivity)

Kemampuan dalam mengantisipasi dan menghadapi aspirasi baru,


perkembangan baru, tuntutan baru, dan pengetahuan baru, birokrasi harus
merespon secara cepat agar tidak tertinggal dalam menjalankan tugas dan
fungsinya.

2. Asas Pokok Profesionalisme


Menurut H. Sumitro Maskun (1997:7) bahwa suatu profesionalisme adalah
merupakan suatu bentuk atau bidang kegiatan yang dapat memberikan pelayanan
dengan spesialisasi dan intelektualitas yang tinggi. Bentuk atau bidang kegiatan ini
dalam mengamalkan prestasinya menjalankan tiga asas pokok, yaitu :

1. Terdapat suatu pengetahuan dasar yang dapat dipelajari secara seksama dan
terdapatnya sikap pada seseorang yang menguasai sesuatu teknik yang dapat
memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2. Keberhasilan yang dicapai oleh suatu profesi, ukuran standarnya adalah bagaimana
kita menyelesaikan pelayanan cepat kepada masyarakat dan bukan apa yang dapat
dicapai seseorang bagi kepentingan pribadinya.

3. Dikembangkan suatu sistem pengawasan atas usaha dan kegiatan praktis para
profesional dalam mengamalkan pengetahuan dan hasil pendidikannya dengan
melalui didirikannya himpunan-himpunan atau asosiasi dan diciptakannya
berbagai kode etik.

Langkah awal yang harus ditempuh agar seseorang dapat berstatus sebagai
profesional adalah mempunyai kemampuan intelektualnya yang cukup, yaitu suatu
kemampuan yang berupa mampu untuk mudah memahami, mengerti, mempelajari
dan menjelaskan suatu fenomena. Artinya tingkat, derajat, kualitas dan kuantitas
profesionalisme di Indonesia dapat dilihat dari berapa banyak dan berapa tingginya
kualitas masyarakat intelektual yang ada bagi mendukung profesionalisme tersebut
(Maskun, 1997:7).

3. Profesional Dalam Bisnis


Profesional diartikan melakukan suatu tugas dengaan kualitas terbaik, berarti
mencurahkan pikiran terbaik, fokus terbaik, koordinasi terbaik, semangat terbaik dan
dengan bahan baku terbaik maka diharapkan hasilnyapun terbaik. Seseorang
dikatakan profesional jika ia mahir, piawai dan tiada keraguan dengan bidang yang
digelutinya. Profesional dalam bisnis berarti para pelaku bisnis dituntut untuk
menemukan ide-ide baru dalam mempertahankan eksistensinya. Ide tersebut harus
berorientasi kepada keinginan serta kepuasan konsumen karena merekalah yang
menilai dan melakukan keputusan pembelian. Keputusan pembelian sangat ditentukan
oleh kualitas pelayanan yang diberikan dan kualitas produk yang ditawarkan.

1. Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan pada pelanggan merupakan dasar dari sebuah bisnis.


Untuk mencapai tujuan ini, kita harus memberikan perhatian total kepada apa yang
ingin dicapai pelanggan. Salah satu aspek penting dalam hal ini adalah pelayanan
sepenuh hati sehingga hasilnya bisa optimal.

Antonio mengutip pendapat Patricia Patton menyebutkan bahwa kualitas


pelayanan sepenuh hati membedakan kuliah pelayanan suatu perusahaan dengan
perusahaan lain. Ini juga berlaku secara personal bagi seorang pedagang/pebisnis.

Patton menambahkan bahwa kuliatas pelayanan bermuara pada empat sikap


P, yaitu Passionate (gairah), Progressive (progresif), Proaktive (proaktif) dan
Positive (positif) dari orang-orang yang bertanggung jawab memberikan
pelayanan, termasuk dari pedagang atau pebisnisnya.

2. Kualitas Produk

Ada yang beranggapan bahwa kualitas barang adalah jiwa dari suatu barang.
Jika barang tidak berkualitas maka harganya akan rendah bahkan menjadi tidak
laku. Seorang pedagang harus memperhatikan kualitas barang yang dijual karena
akan mempengaruhi berhasil tidaknya sebuah usaha.
3. Kualitas Pelayanan dan Produk = Kualitas Kerja

Kualitas pelayanan dan kualitas produk merupakan hasil dari kualitas kerja.
Kualitas kerja sangat berkaitan dengan pengetahuan dan skill. Kualitas kerja adalah
suatu hasil yang dapat di ukur dengan efektifitas dan efisiensi suatu perkerjaan
yang dilakukan oleh sumber daya manusia atau sumber daya lainnya dalam
pencapaian tujuan atau sasaran perusahaan dengan baik.

C. Hubungan Modal Usaha dengan Profesionalisme


Menurut (Dwiyanto, 2011 : 157) profesionalisme adalah paham terhadap pekerjaan
yang dijalankan atau melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik dan benar serta
mempunyai komitmen dari para anggota tersebut untuk meningkatkan kemampuan dari
seorang karyawan.

Kemampuan adalah kapasitas yang terbentuk baik dari fisik maupun intelektual
yang dimiliki seseorang. Dikatakan memiliki kemampuan adalah mampu untuk
menjalankan suatu tugas secara efektif dan efisien sehingga bisa menjadi penilaian atau
ukuran terhadap apa yang dilakukan oleh orang tersebut (Robbin, 2008:29). Misal seperti
seorang yang menjadi wirausahawan, mereka didasari modal berupa skill yang artinya
orang tersebut harus benar-benar ahli atau dapat menguasai ilmu-ilmu yang lain yang
berkaitan dengan bidangnya.

Menurut Suryana (2013:80) pada dasarnya adalah seseorang yang berhasil menjadi
wirausahawan disebabkan memiliki kemauan, kemampuan, dan pengetahuan yang ada.
Selain itu Sumber daya manusia pada saat ini adalah SDM yang sanggup menguasi
teknologi dengan cepat dan responsif terhadap perubahan-perubahan teknologi. Adanya
kemauan, tetapi tidak memiliki kemampuan, akan sulit berkembang dan berhasil.
Sebaliknya, memiliki pengetahuan dan kemampuan, tetapi tidak disertai dengan
kemauan, maka tidak akan mendapatkan motivasi yang tinggi.

Tapi disamping itu harus disertai dan dilengkapi dengan adanya modal untuk
membangun dan mengembangkan usaha dengan baik. Dengan tekad, niat, dan motivasi
yang tinggi, seseorang akan melakukan sesuatu yang diinginkan.

Untuk menjadi wirausahawan, harus ada keberanian yang kuat, dorongan yang
tinggi untuk berusaha melakukannya. Tekad, niat, keberanian dalam mengambil suatu
keputusan dan motivasi atau disebut kemauan merupakan modal utama yang harus ada
pertama kali baru dikatakan sebagai profesionalisme.
Fahmi (2013:118) seorang wirausahawan menjadi lebih teliti dalam melihat
kondisi yang ada. Jika para wirausahawan tidak detil dalam menjalankan sebuah usaha
maka secara tidak langsung akan berdampak buruk bagi kinerja usaha. Beberapa usaha
bisnis tidak bisa berjalan dengan baik ketika modal usaha yang diperlukan untuk
mendukung kerja tidak bisa dipenuhi secara baik. Manajemen modal kerja membantu
seorang wirausahawan untuk bisa menyusun rencana rancangan untuk kebutuhan modal
kerja. Kebutuhan dana untuk menunjang aktivitas kerja, seperti dari mana dana itu
didapatkan dan bagaimana cara pengembangan suatu usaha dalam mengelolanya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Modal adalah suatu yang diperlukan untuk membiayai operasional perusahaan mulai
dari berdiri sampai beroperasi. Jenis-jenis modal usaha ada modal investasi dan model
kerja.
Model investasi digunakan untuk jangka panjang dan berulang-ulang dan biasanya
umumnya lebih dari satu tahun. Penggunaan model investasi untuk jangka panjang
digunakan untuk membeli aktiva tetap, seperti tanah, bangunan, mesin-mesin peralatan
kendaraan, serta investasi lainnya.
Modal kerja digunakan untuk jangka pendek dan beberapa kali pakai dalam suatu
proses produksi. Jangka waktu modal kerja biasanya tidak lebih dari satu tahun. Modal
kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan pada saat
perusahaan sedang beroperasi.
Profesionalisme yang diartikan perilaku, cara, dan kualitas yang menjadi ciri suatu
profesi. Seseorang dikatakan profesional apabila pekerjaannya memiliki ciri standar teknis
atau etika suatu profesi. (Oerip Uetomo, 2000 : 264-265). Profesional diartikan melakukan
suatu tugas dengan kualitas terbaik, berarti meluncurkan pikiran terbaik, fokus terbaik,
koordinasi terbaik, semangat terbaik dan dengan bahan baku terbaik maka diharapkan
hasilnya pun terbaik.

B. Saran
Dalam memulai suatu usaha sebaiknya kita memperhatikan mengenai modal usaha
yang dibutuhkan untuk memulai suatu usaha. Agar usaha yang akan kita lakukan dapat
berjalan dengan baik dan pada akhirnya akan memperoleh keuntungan yang kita harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
2000), 17.

Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (Yogyakarta : BPFE, 2010), 18.

Pradono Tri Pamungkas, Pengaruh Modal, Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan
Promosi terhadap Pemberdayaan UMKM (Studi Kasus pada Pemilik Usaha di
Sekitar Pasar Babadan, Unggaran) diakses pada
http://jurnal.unpand.ac.id/index.php/MS/article/download/231/ 227, pada 5
Desember 2019, pukul 13.00 WIB.

Kasmir, kewirausahaan (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2014), 95.

Buchari Alma, Pengantar Bisnis (Bandung : Alfabeta, 2012), hal. 249.

Bambang Prishardoyo, Agus Trimarwanto dan Shodiqin, Pelajaran Ekonomi (Jakarta :


Grasindo, 2005), hal. 67

Endang Purwanti, Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi Pemasaran


terhadap Perkembangan UMKM di Desa Dayaan dan Kalilindo Salatifa, STIE
AMA Salatiga, 2012 dalam http://media.neliti.com/media/publications/58432-ID-
none.pdf diakses pada 6 Desember 2019 pukul 04.00 WIB.

Burhanudin. 2017. Pengaruh Struktur Modal, Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas.
Jurnal Akuntansi.Vol.3, No 2. 2017. Di akses pada Januari 2017. Tersedia di:
https://www.google. com/search?safe=strict &client=jurnal+
burhanuddin+2017+pengaruh+struktur+modal%2C+ perputa
ran+modal+kerja+terhadap+profitabilitas

Rizqi, Fatimah Eni. 2017. Pengaruh Pembiayaan Modal Kerja, Profesionalisme Sumber Daya
Manusia dan Lama Usaha Terhadap Tingkat Pendapatan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islan Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta

Yusriati, Cut. Dkk. 2012. Pengaruh Pinjaman Modal dan Profesionalisme Sumber Daya
Manusia Terhadap Laba UKM Kota Banda Aceh. Jurnal Akuntansi. Vol.1,
No.1.Hlm:63.Di akses pada November 2012. Tersedia di:
http://www.academia.edu/5746615.PENGARUH_PINJA
MAN_MODAL_KERJA_DAN_PROFESIONALISME_SUMBER_
DAYA_MANUSIA_TERHADAP_LABA_USAHA_KECIL_MENENGAH_KO
TA_BANDA_ACEH

Anda mungkin juga menyukai