Si
Disusun Oleh :
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga
saya dapat menyelesaikan Critical book report dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas
dalam mata kuliah Ekonomi Kewirausahaan yang diampu oleh Ibu Dita Eka Pratiwi Sirait., S.E.,
M.Si.
Makalah yang saya buat ini merupakan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi saya tetap berusaha
semaksimal mungkin dalam pembuatan ini. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan saran
untuk memperbaiki isi tugas yang saya buat, sehingga dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata,
saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu saya dalam
pembuatan tugas ini. Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bukan hanya bagi saya
pribadi namun juga bagi pembaca untuk menambah wawasannya.
Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui perbandingan isi kedua buku
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan isi kedua buku
1.4 MANFAAT
Menambah wawasan mahasiswa dalam meresensi buku
Menyelesaikan salah satu tugas KKNI mata kuliah kewirausahaan
BAB 2
Identitas Buku
1. Buku Utama
Judul : Kewirausahaan Kiat dan Proses Menuju Sukses
Penulis : Suryana
Penerbit : Salemba Empat
Kota Terbit : Jakarta Selatan
Tahun : 2006
ISBN : 978-979-061-375-1
2. Buku Pembanding
Judul : Kewirausahaan
Penulis : PO Abas Sunarya, Sudaryono dan Asep Saefullah
Penerbit : C.V ANDI OFFSET
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun : 2011
ISBN :978-979-29-2491-6
3. Buku Pembanding
Judul : Kewirausahaan
Penulis : Hj. D. Made Dharmawati, S.Pd., M.M.
Penerbit : PT Raja Grafindo Persada
Kota Terbit : Jakarta
Tahun : 2016
ISBN : 978-979-769-980-2
1) BUKU UTAMA
BAB 2 KONSEP DASAR DAN PERKEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
Disamping itu, kita juga menemukan adanya hambatan sistem sosial yang dapatb
dikategorikan dalam hambatan budaya seperti:
1. Anggapan masyarakat yang rendah terhadap kegiatan dunia usaha.
2. Sikap yang kompromistis dan kuran ambisius serta senang tergantung.
3. Keluarga besar kerabat besar.
4. Tidak berani mengambil resiko dan lebih suka akan hasil cepat.
5. Nepotisme (mendahulkan perusahaan keluarga).
6. Feodalisme dan semangat priyayi.
Hambatan tersebut bercampur aduk dengan larangan dan batasan dari bidang agama
tertentu yang tidak begitu merestui dunia usaha dan kesimpangsiuran tentang tafisr laba dan riba.
A. Definisi Karakter,
Tentang proses pembentukan karakter ini dapat disebutkan sebuah nama besar: Helen
Keller (1880-1968). Wanita luar biasa ini, ia menjadi buta dan tuli pada usia 19 bulan, namun
berkat bantuan keluarganya dan bimbingan Annie Sullivan kemudian menjadi manusia buta
tuli pertama yang lulus cum laude dari Radcliffe College pada 1904, ia pernah berkata
“Character cannot be develop in ease and quite. Only through ecperience of trial and
suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired, and success
achieved.” (karakter tidak bisa dikembangkan di (dalam) kesenangan dan ketentraman.
Hanya melalui pengalaman percobaan dan penderitaan jiwa yang dapat diperkuat, visi
dibersihkan, ambisi diilhami, dan sukses dicapai).
Kalimat itu boleh jadi merangkum sejarah hidupnya yang sangat inspirasional. Lewat
perjuangan panjang dan ketekunan yang sulit dicari tandingannya, ia kemudian menjadi salah
seorang pahlawan besar dalam sejarah Amerika yang mendapatkan berbagai penghargaan di
tingkat nasional dan internasional atas prestasi dan pengabdiannya.
Mc Clelland mengajukan konsep Need for Achievement yang diartikan sebagai virus
kepribadian yang menyebabkan seseorang ingin berbuat lebih baik dan terus maju, selalu
berpikir untuk berbuat yang lebih baik, dan memiliki tujuan yang realistis dengan mengambil
tindakan berisiko yang benar-benar telah diperhitungkan.
Seseorang yang memiliki N-Ach tinggi biasanya lebih menyukai situasi kerja yang
diketahui akan mengalami peningkatan/kemajuan atau tidak. Uang bagi mereka bukanlah
tujuan. Mc Clelland memberikan gambaran tentang hal itu sebagai berikut:
Agaknya mengherankan bula ditinjau dari sudut teori ekonomi dan perniagaan Amerika
tradisional bahwa yang mendorong entrepreneur mengadakan kegiatan bukanlah harapan
untuk memperoleh keuntungan, tetapi orang yang memiliki keinginan kecil untuk berprestasi
yang membutuhkan perangsangan berupa uang agar dapat bekerja lebih keras. Orang yang
keinginan berprestasinya tinggi akan bekerja lebih keras dalam keadaan seperti apa pun
juga, asalkan ada kesempatan untuk mencapai sesuatu. Dia tertarik kepada imbalan uang
atau keuntungan terutama karena imbalan ini merupakan umpan balik yang dapat mengukur
pencapaian hasil pekerjaannya. Uang bagi entrepreneur sejati bukanlah sebagai
perangsang berusaha tetapi lebih merupakan ukuran keberhasilan (R. Purnomo, 1994: 11)
Mc Clleland memerinci karakteristik mereka yang memiliki N-Ach yang tinggi sebagai
berikut:
Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan
upaya memanfaatkan peluang yang dihadapi seiap hari. Kewirausahaan merupakan gabungan
dari kreativitas, inovasi, dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja
keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru. Kreativitas, oleh Zimmerer diartikan
sebagai kemampuan mengembangkan ide-ide dan menghadapi peluang. Sementara itu, inovasi
diartikan sebagai kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan
peluang untuk meningkatkan atau memperkaya kehidupan.
KONTEKS KEWIRAUSAHAAN
Secara konseptual, seseorang wirausahawan dapat didefenisikan dari beberapa sudut
pandang dan konteks sebagai berikut:
Pandangan Psikolog
Wirausahawan adalah orang yang memiliki dorongan kekuatan dari dalam dirinya untuk
memperoleh suatu tujuan, suka menguji coba atau bereksperimen untuk menampilkan kebebasan
dirinya di luar kekuasaan orang lain.
Pandangan Pemodal
Wirausahawan adalah orang yang menciptakan kesejahteraan untuk orang lain,
menemukan cara-cara baru untuk menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan, dan
membuka lapangan kerja yang disenangi masyarakat.
Karakteristik Kewirausahaan
Ciri-ciri umum kewirausahaan dapat dilihat dari berbagai aspek kepribadian, seperti jiwa,
sikap, dan perilaku seseorang. Ciri-ciri kewirausahaan meliputi enam komponen penting, yaitu:
percaya diri, beroerientasi pada hasil, berani mengambil risiko, kepemimpinan, keorisinalitasan,
dan berorientasi pada masa depan. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat dari beberapa indicator sebagai
berikut:
1. Penuh percaya diri, indikatornya adalah penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplis,
bertanggung jawab
2. Memiliki inisiatif, indikatornya adalah penuh energy, cekatan dalam bertindak, dan aktif
3. Memiliki motif berprestasi, indikatornya berorientasi pada hasil dan wawasan ke depan
4. Memiliki jiwa kepemimpinan, indikatornya adalah berani tampil beda, dapat dipercaya,
dan tangguh dalam bertindak
5. Berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan, dan oleh karena itu menyukai
tantangan
Menurut M. Scarborough dan Thomaz W. Zimmerer (1993:6-7), terdapat delapan karakteristik
kewirausahaan yang meliputi hal-hal sebagai berikut
1. Rasa tanggung jawab, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang
dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu berkomitmen
dan wawas diri.
2. Memilih risiko yang moderat, yaitu lebih memilih risiko yang moderat, artinya selalu
menghindari risiko, baik yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi.
3. Percaya diri terhadap kemampuan sendiri, yaitu memiliki kepercayaan diri atas
kemampuan yang dimilikinya untuk memperoleh kesuksesan
4. Menghendaki umpan balik segera, yaitu selalu menghendaki adanya umpan balik dengan
segera, ingin cepat berhasil.
5. Semangat dan kerja keras, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan
keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
6. Berorientasi ke depan, yaitu berorientasi masa depan dan memiliki perspektif dan
wawasan jauh ke depan
7. Memiliki keterampilan berorganisasi, yaitu memiliki keterampilan dalam
mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
8. Menghargai prestasi, yaitu lebih menghargai prestasi daripada uang.
Sementara itu, Dun Steinhoff dan John F. Burgess (1993: 38) mengemukakan enam
karakteristik yang diperlukan menjadi wirausahawan yang berhasil, yaitu sebagai berikut.
The Officer of Advocacy of Small Business Administration (1989) yang dikutip oleh Dun
Steinhoff dan John F. Burgess (1993:37) mengemukakan empat ciri wirausahawan yang
berhasil yang tercermin pada sifat-sifat kepribadiannya sebagai berikut.
1. Memiliki kepercayaan diri untuk dapat bekerja keras secara independen dan berani
menghadapi risiko untuk memperoleh hasil
2. Memiliki kemampuan berorganisasi, dapat mengatur tujuan, berorientasi hasil, dan
tanggung jawab terhadap kerja keras.
3. Kreatif dan mampu melihat peluang yang ada dalam kewirausahaan.
4. Menikmati tantangan dan mencari kepuasan pribadi dalam memperoleh ide.
Seorang wirausahawan selalu berprinsip bahwa apa yang dilakukan merupakan usaha
optimal untuk menghasilkan nilai maksimal. Artinya, wirausahawan melakukan sesuatu hal
secara tidak asal-asalan, sekalipun hal tersebut dapat dilakukan oleh orang lain. Nilai dan prestasi
merupakan hal yang membedakan antara hasil karyanya sebagai seorang wirausahawan dengan
orang lain yang tidak memiliki jiwa berwirausaha.
Dorongan untuk selalu berprestasi tinggi harus ada dalam diri seorang wirausahawan
karena dapat membentuk mental yang selalu lebih unggul dan mengerjakan sesuatu melebihi
standar yang ada. Dalam kehidupan sehari-hari dapat tercermin pada beberapa
Perspektif ke Depan
Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan. Setiap saat mencapai target, sasaran, atau
impian, maka segeralah membuat impian-impian baru yang dapat memacu serta memberi
semangat dan antusiasme kepada kita untuk mencapainya. Biasakanlah untuk memiliki
target, baik harian, bulanan maupun tahunan, entah itu berupa peningkatan prestasi belajar,
peningkatan omzet usaha, peningkatan taraf hidup, tingkat keuntungan, mobil idaman, rumah
baru, kantor baru, ataupun banyak hal lainnya.
Apa pun impian atau target kita , ingat kata kunci SMART (Specific, measurable,
achievable, reality-based, time-frame), yang berarti semua target dan impian kita harus
spesifik dan jelas, terukur, dapat dicapai, berdasarkan pada realitas atau kondisi kita saat ini,
dan memiliki jangka waktu tertentu. Jadi, apa yang kita usahakan, idam-idamkan, impikan,
inginkan, dan cita-citakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Specific, artinya harus jelas dan sepesifik seperti apa yang kita ingin wujudkan
2. Measurable, artinya harus terukur atau dapat dihitun besarannya, berapa banyak dan
berapa besar
3. Achievable, artinya harus dapat dicapai, jangan mengangan-angankan sesuatu yang
tidak mungkin dicapai dengan kemampuan kita
4. Reality-based, artinya berdasarkan pada realitas yang ada, harus menyesuaikan
dengan kondisi yang ada, baik kemampuan maupun tuntutannya saat ini
5. Time-frame, artinya memiliki jangka waktu tertentu, misalnya berapa lama, dan
kapan harus tercapai, semua kegiatan harus ada jangka waktu sampai pencapaian
hasilnya.
Kreativitas Tinggi
Wirausahawan umumnya memiliki daya kreasi dan inovasi yang lebih tinggi daripada
nonwirausahawan. Hal-hal yang belum terpikirkan oleh orang lain sudah terpikirkan olehnya dan
wirausahawan mampu membuat hasil inovasinya menjadi ”permintaan”. Jadi kreativitas adalah
proses berpikir untuk melahirkan gagasan baru dan inovasi adalah penerapan secara praktis
gagasan yang kreatif. Kreativitas dan keinovasian inilah yang menghasilkan nilai tambah.
Apabila ingin sukses, wirausahawan harus kreatif, memiliki gagasan, mimpi-mimpi, kerja keras,
dan memiliki ilmu pengetahuan. Menurut Sony Sugema (2004), seseorang yang sukses
berwirausaha adalah yang selalu mimpi, kerja keras, dan berilmu.
”Ilmu disertai kerja keras, namun tanpa impian bagaikan perahu yang berlayar tanpa
tujuan. Impian disertai ilmu, namun tanpa kerja keras seperti seorang pertapa. Impian
disertai kerja keras, tanpa ilmu, ibarat berlayar tanpa nahkoda, tidak jelas ke mana arah
yang akan dituju”
Sering kali orang berhenti karena di antara sukses dan kegagalan. Namun, seorang wirausahawan
harus memiliki komitmen yang kuat dalam pekerjaannya, karena jika tidak akan berakibat tidak
berhasil terhadap segala sesuatu yang telah dirintisnya.
Tanggung Jawab
Ide dan perilaku seorang wirausahawan tidak terlepas dari tuntutan dan tanggung jawab. Oleh
karena itulah, komitmen sangat diperlakukan dalam pekerjaan sehingga mampu melahirkan
tanggung jawab. Komitmen dapat melahirkan tanggung jawab. Indicator atau ciri-ciri orang yang
bertanggung jawab adalah:
1. Berdisiplin
2. Penuh komitmen
3. Bersungguh-sungguh
4. Tidak suka bohong
5. Berdedikasi tinggi
6. Konsisten
Orang yang mandiri adalah orang yang tidak suka mengandalkan orang lain, namun justru
mengoptimalkan segala daya dan upaya yang dimilikinya sendiri. Intinya adalah kepandaian
dalam memanfaatkan potensi diri tanpa harus diatur oleh orang lain.
Untuk menjadi wirausahawan mandiri harus memiliki tiga jenis modal utama yang
menjadi syarat, yaitu sebagai berikut:
Mencari peluang tidak berarti peluang sudah ada, tetapi wirausahawan harus menciptakan
sendiri peluang, yaitu dengan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda, dan sesuatu yang
lebih bermanfaat serta mudah digunakan. Wirausahawan sejati mampu melihat sesuatu dalam
perspektif atau dimensi yang berlainan pada satu waktu. Kemampuan inilah yang membuatnya
piawai dalam menangani berbagai persoalan yang dihadapi oleh perusahaan. Semakin tinggi
kemampuan wirausahawan dalam mengerjakan berbagai tugas sekaligus, semakin besar pula
kemungkinan untuk mengolah peluang menjadi sumber daya produktif.
3. BUKU PEMBANDING 2
Kewirausahaan adalah padanan dari kata enterpreneurship dalam bahasa Inggris, unterehmer
dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam bahasa Belanda. Sedangkan di Indonesia diberi nama
kewirausahaan. Menurut Peggy A. Lambing & Charles R. Kueh dalam buku enterpreneurship
(1999), kewirausahaan adalah sutu usha yang kreatif yang membangun suatu value dari yang
belum ada menjadi ada dan bisa dinikmati oleh orang banyak. Seorang wirausahawan yang
sukses memiliki empat unsur pokok, yaitu:
1. Kemampuan (hubungan IQ dan Skill)
Dalam membaca peluang
Dalam berinovasi
Dalam mengelola
Dalam menjual
2. Keberanian (hubungan dengan EQ dan Mental)
Dalam mengatasi ketakutannya
Dalam mengendalikan risiko
Untuk keluar dari zona kenyamanan
3. Keteguhan hati (hubungannya dengan motivasi diri)
Ulet pantang menyerah
Determinasi (teguh akan keyakinannya)
Kekuatan akan pikiran
1. Ilmu pengetahuan
2. Keperibadian atau sikap
3. Filosofi
4. Skill dan keterampilan
5. Seni
6. Profesi
7. Naluri
8. Mimpi seseorang
9. Pilihan hidup seseorang
1. Otonomi
2. Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi
3. Kontrol finansial
4. Memiliki legitimasi moral
1. Pengorbanan personal
2. Beban tanggung jawab
3. Kecilnya marjin keuntungan dan kemungkinan tinggi
1. Pilih bidang usaha ysng anda minati dan memiliki hasrat dalam pengetahuannya
2. Perluas dan perbanyak jaringan bisnis dan pertemanan
3. Pilih keunikan dan nilai unggul dalam produk/jasa
4. Jaga keterlibatan dan brand image
5. Berhemat dalam operasional secara terencana serta sisihkan uang untuk modal kerja
1. Mencari peluang
2. Keuletan
3. Tanggung jawab terhadap pekerjaan
4. Pengambilan resiko
5. Menetapkan sasaran
6. Mencari informasi
7. Perencanaan yang sistematis
8. Percaya diri
Buku Pembanding
- Bahasanya mudah dimengerti
- Terdapat pembahasan yang lebih mengenai pembagian filsafat pendidikan
- Terdapat beberapa kata asing
- Tidak terdapat ringkasan di akhir
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagai sumber belajar di perguruan tinggi, sebaiknya buku ini dimiliki oleh setiap
mahasiswa dan dijadikan pegangan dalam belajar. Ketiga buku tersebut diterbitkan dengan
tujuan agar bisa dijadikan salah satu pedoman mahasiswa pada semua bidang studi yang
berkaitan dengan Ekonomi Publik agar mahasiswa dapat memahami pembelajaran Ekonomi
Publik
B. SARAN
Dari penulisan ini,saran yang dapat diberikan ialah:
Alangkah baiknya jika penulis menggunakan material yang baik untuk buku
Melakukan penulisan dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan dalam penulisan
Lebih banyak menggunakan referensi dari berbagai sumber terpercaya
Membuat ringkasan dan evaluasi pada akhir bab