Anda di halaman 1dari 52

CRITICAL BOOK RIVIEW

MK. Manajemen Berbasis Sekolah


PRODI S1 PGSD

Skor Nilai:

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

DISUSUN OLEH

NAMA : ADINDA TRIANA


NIM : 1183111105
DOSEN PENGAMPU : Dra. Sorta S,M.S
MATA KULIAH : Manajemen Berbasis Sekolah

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR

Rasa syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
mengijinkan dan memberi Hikmat kemudahan dalam menyusun dan menulis makalah
Critical Book Report dari buku Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal tentang
Manajemen Berbasis Sekolah. Hal yang paling mendasar yang mendorong dalam
menyusun ini adalah tugas dari mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah, untuk
mencapai nilai yang memenuhi syarat perkuliahan.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang tak terhingga atas
bimbingan dosen sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Jika ada
kekurangan dalam makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga
CBR ini bermanfaat untuk para pembaca.

Medan, Oktober 2020

Adinda Triana

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan
A. Rasionalisasi Pentingnya Cbr....................................................................................4
B. Tujuan Cbr.................................................................................................................4
C. Manfaat Cbr...............................................................................................................4
D. Identitas Buku............................................................................................................5

BAB II Ringkasan Buku


A. Buku Utama ..............................................................................................................7
B. Buku Pembanding .....................................................................................................17

BAB III Pembahsan


A. Kelebihan Dan Kekurangan Buku pertama...............................................................50
B. Kelebihan Dan Kekurangan Buku pembanding........................................................51

BAB IV Penutup
A. Kesimpulan dan Saran...............................................................................................52

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CBR


Rasionalisasi pentingnya CBR sering kali kita bingung memilih buku referensi
untuk kita baca dan pahami. Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang
memuaskan hati kita. Misalnya dari segi analisis bahasa, pembahasan tentang profesi
kependidikan, oleh karena itu, penulis membuat critical book report ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih refensi, terkhususnya pada pokok bahasa
tentang Manajemen Berbasis Sekolah dalam sekolah dasar.

B. Tujuan penulisan CBR


Alasan dibuat Critical Book Report ini adalah
 untuk menyelesaikan salah satu tugas KKNI yaitu CBR Manajemen Berbasis
Sekolah
 Menambah wawasan mahasiswa maupun pembaca mengenai Manajemen
Berbasis Sekolah
 Meningkatkan pengetahuan pembaca atau mahasiswa selaku reviewer tentang
dasar-dasar dari ilmu pendidikan sosial
 Menguatkan kemampuan maupun pengetahuan seseorang.

C. Manfaat CBR
Manfaat dari critical book ini untuk melatih seorang mahasiswa dalam
mengkritik sebuah buku, dan untuk menjadi salah satu referensi buku untuk para
mahasiswa yang di persiapkan untuk menjadi guru. Sehingga kita sebagi calon guru
tau pembelajaran kreatif yang akan nanti kita uraikan kepada siswa-siswa kita nanti
dan manfaat CBR ini untuk memenuhi tugas mata kuliah tentang Manajemen
Berbasis Sekolah.

4
D. Identitas Buku
Buku Utama

Judul Buku : Manajemen Berbasis Sekolah


Penulis : Dr. E.Mulyasa, M.Pd
Penerbit Buku : PT. Remaja Rosdakarya Bandung

ISBN : 979-692-196-0
Layout isi : Dedi Junaedi
Tanggal Terbit : Juni  2012
Tebal buku : 216    Halaman

Buku Pembanding

1. Identitas Buku

Judul Buku : Manajemen Pendidikan


Pengarang : Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia
Penerbit : Alfabeta
Isbn : 978-602-8361-03-3
Edisi/Cet : Ke-7
Tahun Terbit : 2014
Bahasa : Indonesia
Jumlah Halaman : 368 Hlm

5
Kertas Isi : Hvs
Cover : Soft
Ukuran : 16 x 24cm
Berat : 470 Gram

6
BAB II
RINGKASAN BUKU
A. Buku Utama
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Otonomi Daerah
1. Upaya peningktan mutu pendidikan dilakukan dengan menetapkan tujuan dan
standar kompetensi pendidikan, yaitu melalui konsensus nasional antara
pemerintah dengan seluruh lapisan masyarakat.
2. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan mengarah pada pengelolaan
pendidikan berbasis sekolah, dengan memberi kepercayaan yang lebih luas kepada
sekolah.
3. Peningkatan relevansi pendidikan menagarah pada pendidikan berbasis
masyarakat.
4. Pemerataan pelayanan pendidikan mengarah pada pendidikan yang berkeadilan.

B. Relevansi Pendidikan
Relevansi pendidikan salah satu masalah pokok pendidikan di Indonesia, perlu
adanya penyesuaian dan peningkatan materi program pendidikan agar secara lentur
bergerak cepat sejalan dengan tuntutan dunia kerja serta tuntutan kehidupan
masyarakat yang berubah secara terus menerus.

C. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


MBS merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan
masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang ditunjukkan dengan
dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang ditunjukan dengan pernyataan politik
dalm Garis-Garis Besar Haluan Negara.

BAB 2 Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah


A. Manajemen Sekolah
Manajemen sekolah kerap diartikan sebagai administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu,
terdapat 3 pandangan berbeda;
1. Administrasi lebih luas dari pada manajemen
2. Melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi
3. Pandangan yang manggap bahwa manajemen identik dengan administrasi.

7
Terdapat fungsi-fungsi pokok manajemen yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengawasa,
dan pembinaan.
B. Manajemen Berbasis Sekolah
1. Tujuan MBS
- Meningkatkan efisiensi; diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumberdaya
partisipasi masyarakat dan pnyederhanaan birokrasi.
- Meningkatkan mutu; partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas
pengelolaan sekolah dan kelas
- Meningkatkan pemerataan pendidikan; partisipasi masyarkat yang
memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu.
2. Manfaat MBS
- MBS mendorong profesionalisme guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin
di sekolah
- MBS menekankan keterlibatan maksimall berbagai pihak
- MBS dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru di sekolah sehingga dapat
lebih berkonsentrasi pada tugas.
3. Faktor-faktor yanb Perlu Diperhatikan
a. Kewajiban Sekolah
Sekolah dituntut mampu menampilkan pengelolaan sumber daya secra transparan,
demokratis, tanpa monopoli, dan bertanggung jaawab baik terhadap
masyarakat maupun pemerintah.
b. Kebijakan dan Prioritas Pemerintah
Kebijakan-kebijakan yang menjadi prioritas nasional terutama yang berkaitan
denngan program peningkatan melek huruf dan angka, efisiensi =, mutu, dan
pemerataan pendidikan.
c. Peran Orang Tua dan Masyarakat
- Berpartisipasi dalam pembuatan berbagai keputusan
- Mengawasi dan membantu sekolah dalam pengelolaan kegiatan belajar-
mengajar
d. Peranan Profesionalisme dan Manajerial
1. Memiliki kemamppuan untuk berkolaborasi dengan guru dan masyarakat

Memiliki pemahaman dan wawasan yang luas tenteng teori pendidikan dan pembelajaran

8
2. Memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menganalisis situasi
sekarang berdasarkan apa yang harus ny serta mapu memperkirakan
kejadian dimasa depan berdasarkan situasi sekarang
3. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah dan
kebutuhan efektivitas pendidikan sekolah
4. Mampu memanfaatkan berbagai peluang, menjadikan tantangan sebagai
peluang.
e. Pengembangan Profesi
- Pemerintah harus menjamin bahwa semua unsur penting tenaga kependidikan
menerima pengambangan profesi yang diperlukan untuk sekolah agar secara
efektif
- Dapat mengambil manfaat yang ditawarkan MBS
- Melibatkan diri dalam diskusi-diskusi tentang MBS dan berinsiatif untuk
menyelenggarakan pelatihan tentang aspek-aspek yang terkait.

4. Karateristik Manajemen Berbasis Sekolah


1. Bagaiaman sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah,
2. Proses belajar mengajar,
3. Pengelolaan sumber daya manusia
4. Pengelolaan sumber daya dan administrasi
C. MBS Sebagai Proses Pemberdayaan
1. Pemberdayaan berhubungan dengan upaya peningkatan kemampuan masyarakat
untuk memegang kontrol
2. Adanya kesamaan dan kesepadanan kedudukan dalam hubungan kerja
3. Menggunakan pendekatan partisipatif
4. Pendidikan untuk keadilan

BAB 3 Manajemen Komponen-komponen Sekolah


A. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran
Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian kurikulum. Karena itu level sekolah paling penting adalah
bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebt dengan kegiatan
pembelajaran.

9
B. Manajemen Tingkat Pendidikan
Manajemen pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara
sefektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namum tetap dalam kondisi
yang menyenangkan. Manajemen tenaga kependidikan mencakup: (1) perencanaan
pegawai (2), pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4)
promosi dan mutasi, (5) pemberhentian , (6) kompensasi, dan (7) penilaian pegawai.
C. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan atau manajemen kemuridan peserta didik adalah penataan dan
pengaturan terhadap kegiatan peswrta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya
peserta didk tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bertujuan untuk
mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran dis
ekolah dapat berjalan lancar, tertib, teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.
D. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan
Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang
sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan serta komponen yang
menetukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar di sekolah.
Sumber keuangan dan pembiayaan dapat dikelompokkan atas 3 sumber yaitu: (1)
Pemerintah, (2) Orang tua atau peserta didik, dan (3) masyarakat.
E. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Manajemen Sarana dan prasarana pendidikan berugas mengatur dan menjaga sarana dan
prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti
pada jalannya proses pendidikan.
F. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk (1) Memajukan
kualitas pemebelajaran, (2) Memperkokoh tujuan, dan (3) Menggairahkan
masyarakat untuk menjalin hubunga dengan sekolah. Jika hubungan sekolah
dengan masyarakat berjalan baik, maka rasa tanggngjawab dan partisipasi
masyarakat untuk memajukan seklolah juga baik dan tinggi.
G. Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan
sekolah yang merupakan komponen penting dari MBS yang efektif dan efisien.

10
BAB 4 Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
A. Strategi Implementasi MBS
Implementasi MBS akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila didukung oleh
sumber daya manusia yang profesional untuk mengoperasikan sekolah, dana yang
cukup, serta dukungan masyarakat atau orang tua yang tinggi.

1. Pengelompokan Sekolah
Dalam rangka implementasi MBS diperlukan pengelompokan sekolah berdasarkan
kemampuan manajemen dan ditemui tiga ketegori sekolah, yaitu baik, sedang
dan kurang.
2. Pentahapan Implementasi MBS
Penerapan MBS secara emnyeluruh sebagau realisasi desentralisasi pendidikan
memerlukan perubahan-perubahan mendasar terhadap aspek-aspek yang
menyangkut keuangan, ketenagaan, kurikulum, sarana dan prasarana, serta
partisipasi masyarakat.
3. Perangkat Implementasi MBS
Rencana sekolah merupakan salah satu perangkat terpenting dalam pengelolaan
MBS. dengan membaca rencana sekolah, seseorang dapat melihat gambaran
lengkap tentang suatu sekolah. Namun keberhasilan implementasi manajemen
berbasis sekollah juga sangat bergantung pada kemampuan dan kemauan
politik pemerintah.

B. Model MBS (Model Australia)


1. Konsep Pengembangan
MBS dibangun dengan memperhatikan kebijakan dan panduan dari
pemerintahnegara bagian di satu pihak dan partisipasi masyarakat melalui
School Council (SC) dan Parent and Community Association (P&C).
2. Ruang Lingkup Kewenangan
Aspek-aspeknya meliputi:
a. Menyusun serta mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran
b. Melakukan pengelolaan sekolah
c. Membuat perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban
d. Menjamin dan mengusahakan sumber daya manusia dan keuangan
3. Jenis Pengorganisasian MBS

11
a. Standar Flexibility Option (SFO)
b. Enchanced Flexibility Option (EO1)
c. Enchanced Flexibility Option (EO2)

C. Prospek Gaji Guru dalam MBS


Guru yang merupakan pemeran utrama dalam proses pendidikan memerlukan insentif
sebagai imbalan dalam pekerjaannya. Namun gaji guru di setiap daerah tidaklah sama
karna mempertimbangan kemampuan APBD untuk mengeluarkannya.

BAB 5 Efektiitas, Efisiensi, dan Produktiitas MBS


A. Efektivitas
Efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan,
ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota. Efektivitas dapat dijadikan
barometer untuk mengukur keberhasilan pendidikan. Barometer efektivitas dapat
dilihat dari kualitas program , ketepatan penyusunan, kepuasan, keluwesan, dan
adaptasi, semangat kerja, motivasi, ketercapaian tujuan, dan sumber belajar dalam
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

B. Efisiensi
Efisiensi mengacu pada ukuran penggunaan sumber daya yang langka oleh organisasi dan
juga merupakan perbaningan antara iput dan output, tanag dan hasil,perbelanjaan dan
pemasukan, biaya, serta kesenangan yang dihasilkan. Upaya peningkatan efisiensi
pendidikan,dapat ditentukan oleh 2 hal, yakni manajemen pendidikan yang
profesional dan partisipasi dalam pengelolaan pendidikan yang meluas.

C. Produktivitas
Produktivitas dalam dunia penddikan berkaitan dengan keseluruhan proses penataan dan
penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien. Ada 4 hal yang digunakan dalam mengukur produktivitas pendidikan ataupun
MBS, yaitu (1) Tenaga kerja Kependidikan, (2) Guru dan gaji Guru, (3) Ahli ekonomi
dan sekolah, (4) Pendidikan dan pertumbuhan ekonomi, dan (5) Analisis Produktivitas
Pendidikan.

12
BAB 6 Kepemimpinan dalam MBS
A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang
diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.

B. Gaya Kepemimpinan
Gaya Kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada
saat memperngaruhi anak buahnya, apa yang dipilih untuk dikerjakan, dan caranya
bertindak dalam memperngaruhi anggota kelompok.

C. Kepemimpinan dalam peningkatan Kinerja


Kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh kuat tidaknya
kepemimpinan. Semakin tinggi kepemimpinan yang diduduki oleh seseorang dalam
organisasi, nilai dan bobot strategi dari keputusan yang diambilnya makin besar;
begitu juga sebaliknya. Dalam rangka melaksanakan MBS, kepala sekolah sebagai
pemimpin harus memiliki berbagai kemampuan diantaranya: (1) Pembinaan disiplin,
(2) Pembangkitan Motivasi, dan (3) Penghargaan.

D. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif


Kinerja kepala sekolah dalam kaitannya dengan MBS adalah segala upaya yang
dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam
mengimplementasikan MBS di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien.

BAB 7 Koordinasi, Komunikasi, Supervisi, dalam MBS


A. Koordinasi dalam MBS
Pada hakikatnya koordinasi merupakan proses penyatupaduan kegiatan yang dilakuakn
pegawai dan berbagai satuan lembaga sehingga dapat berjalan selaras dan serasi
sehingga tujuan lembaga secara keseluruhan dapat diwujudkan secara optimal.
1. Manfaat Koordinasi
Manfaat koordinasi dalam MBS yaitu (1) menghilangkan dan menghindarkan
perasaan terpisahkan satu sama lain, (2) menghindarkan perasaan bahwa
dirinya atau jabatannya paling penting, (3) menghindari timbulnya rebutan

13
fasilitas, (4) menumbuhkan kesadaran para kepala sekolah utnuk saling
memberitahu masalah yang dihadapi, dsb.

2. Macam-macam Koordinasi
a. Koorinasi Intern, yang terbagi menjadi 3 yaitu (1) Koordinasi vertikal,
(2) Koordinasi Horizontal, dan (3) Koordinasi diagonal.
b. Koordinasi Ekstern, termasuk Koordinasi fungsional.

3. Cara Melakukan Koordinasi


Koordinasi dapat dilakuakn secara formal dan informal, melalui konferensi
lengkap, pertemua berkala, pembentukan panitia gabungan, pembetukan badan
koordinasi staff, wawancara dengan bawahan, memorandum berantai, buku
pedoman lembaga, tata kerja, dsb.

B. Komunikasi dalam MBS


1. Komunikasi Intern
a. Dasar, tujuan, dan manfaat Komunikasi intern
Upaya membina komunikasi tidak sekadar untuk menciptakan kondis yang
menarik dan hangat, tetapi akan mendapatkan makna yang mendalam
dan berarti bagi pendidikan dalam suatu sekolah.
b. Prinsip Komunikasi
Prinsip Komunikasi yaitu bersifat terbuka, mampu mengemukakan
pendapat, mengambangkan kebiasaan untuk berdiskusi terbuka,
mendorong untuk mengambil keputusan yang paling baik, dan berlaku
sebagai pengarah.
c. Memecahkan masalah bersama di sekolah.

2. Komunikasi Ekstern
a. Hubungan dengan orang tua
Hubungan sekolah dengan orang tua dapat dijalin melalui banyak cara,
misalnya dengan mendatangkan orang tua siswa untuk memberikan
ceramah masalah sekolah.
b. Hubungan sekolah dengan masyarakat

14
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan bentuk komunikasi
ekstern yang dilakukan atas dasar kesamaan tanggungjawab dan tujuan.
Dalam masyarakat juga terdapat individu atau pribadi yang bersimpati
terhadap pendidikan di sekolah.
c. Supervisi dalam MBS
1. Hakikat Supervisi
Pada hakikatnya supervisi mengandung beberapa kegiatan pokok
yaitu pembinaan yang kontinu, pengembangan kemampuan
profesional, dan perbaikan situasi belajar mengajar.
2. Tujuan dan fungsi Supervisi
Beberapa tujuan supervisi pendidikan yaitu (1) Membina kepala
sekolah dan guru untuk memahami tujuan pendidikan, (2)
memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru2 untuk
mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat
yang efektif, (3) Memperbesar semangat guru2 dan
meningkatkan motivasi berprestasi, dan (4) mengembangkan rasa
kesatuan dan persatuan diantara guru.

3. Teknik-teknik Supervisi
a. Kunjungan dan observasi kelas
Kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk
mendapatkan informasi tentang prises belajar mengajar
secara langsung, baik yang menyangkut kelebihan maupun
kekurangan dan kelemahannya.

b. Pembicaraan individual

c. Diskusi kelompok

d. Demonstrasi mengajar

e. Perpustakaan profesional

15
C. Supervisi dalam Manajemen Berbasis Sekolah
1. Hakikat Supervisi : pembinaan yang kontinu, pengembangan kemapuan
profesional personil, perbaikan situasi belajar-mengajar, dengan sasaran akhir
pencapaian tujuan pendidikandan ertumbuhan pribadi peserta didik
2. Tujuan dan fungsi supervisi :
a. Membina kepala seklah dan guru-guru
b. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru
c. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara krisis
d. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah
lainnya
e. Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi
f. Membantu pimpinan sekolah untuk mempopulerkan sekolah
g. Melindungi orang-orang yang disupervisi terhadap tuntutan-tuntutan yang
tidak wajar
h. Membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi
aktivitasnya
i. Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan
3. Teknik-Teknik Supervisi
a. Kunjungan dan observasi kelas
b. Pembicaraan individual
c. Diskusi kelompok
d. Demonstrasi mengajar
e. Perpustakaan profesional

BAB 8 Dana Pendidikan Dalam Konteks MBS


A. Klasifikasi dana pendidikan
Dana pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu
1. Dana langsung dan Tidak langsung
Dana langsung ialah dana yang langsung digunakan untuk operasional sekolah dan
langsung dikeluarkan untuk kepentingan pelaksanaan proses belajar mengajar.
Sedangkan dana tidak langsung ialah dana berupa keuntungan yang hilang
dalam bentuk kesempatan yang dikorbankan oleh peserta didik selama
mengikuti kegiatan belajar mengajar.

16
2. Dana masyarakat dan Dana Pribadi
Dana masyarakat adalah dana yang dikeluarkan masyarakat untuk kepentingan
pendidikan seperti uang sekolah dan uang buku. Sedangkan Dana Pribadi ialah
dana langsung yang dikeluarkan dalam bentuk uang kuliah, pembelian buku,
dan dana hidup.

B. Manajemen Keuangan Sekolah


Keuangan dan pembiayaan sangat menetukan ketercapaian tujuan pendidikan di
sekolah, yang memerlukan sejumlah investasi dari anggaran pemerintah dan dana
masyarakat.
1. Pengelolaan Dana di Sekolah
Pengelolaan dana disekolah adalah kreatif dan dinamis selaras denngan kebutuhan
perkembangan yang terjadi di masyarakat dan lingkungan.
2. Perencanaan Pengelolaan Dana
Kegiatan merencanakan sumber dana untuk menunjang kegiatan pendidikan dan
tercapainya tujuan pendidikan di sekolah.
3. Proses Penyususnan Aggaran
Format yang digunakan untuk menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah meliputi : (1) sumber pendapatan; (2) pengeluaran untuk
kegiatan belajar-mngajar, pengadaan dan pemeliharaan
4. Penyusunan Rencana Anggaran Pengeluaran Belanja Sekolah
- Adanya pencarian tambahan dana dari partisipasi masyarkat
- Cara pengelolaannya dipadukann sesuai dengan tatanan yang lajim ssuai
dengan peraturan yang berlaku
5. Proses Pengaturan
a. Penerimaan
b. Penggunaan Pertanggungjawaban

17
BUKU PEMBANDING
BAB I
Filsafat Administrasi Pendidikan
Kajian filsafat dan teori administrasi pendidikan merupakan bagian yang memberikan
arah dan pandangan bagaimana seorang administrator pendidikan menjalankan
tugasnya dengan didasari oleh nilai-nilai kebenaran, baik pada tataran praktis ataupun
teoritis.
A. Kajian Teori
1. Masalah Kebenaran

Substansi filsafat adalah kebenaran, Apa iyu kebenaran ? Istilah


Kebenaran memiliki 4 arti dalam hal ini dapat disimbolkan dengan T1 (Kebenaran
Metafisik), T2 ( Kebenaran Etik), T3 (Kebenaran Logik), T4 (Kebenaran
Empirik).
Dalam mengungkapkan kebenaran terdapat beberapa teori umum yang
menjadi dasar untuk mendapatkan bagaimana kebenaran itu diterima secara logis,
yakni: Teori Korespondensi, Teori Koherensi, Teori Pragmatisme. Teori-teori
tersebut merupakan hasil dari cara berfikir manusia dalam mencari kebenaran.
Cara berpikir adalah suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar.
Cara-cara berpikir terdiri dari: penalaran, perasaan, logika.
2. Kebenaran dalam Ilmu Pengetahuan

Terminologi ilmu dari sudut pandang bahasa terutama Inggris adalah


Scince dalam bahasa indonesia disebut ilmu. Kata science dalam bahasa inggris
bermula dari bahasa latin yaitu scire yang berarti belajar atau mengetahui. Dalam
bahasa Arab kata Ilmu berasal dari kata alima. Pengetahuan yang mendalam,
pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu yang difahami dengan yakin dan
gamblang. Ilmu ini bertolak dari pengalaman empiris sebagai proses
penggaliannya. Ilmu memiliki ciri-ciri standar yakni objektivitas, ada pokok
persoalan tertentu (objek studi), memiliki sistematika content dan area of studies,
terbuka, ada metodologi, dan memiliki terminologi-terminologi yang standar.
Dalam filsafat, syarat dari sesuatu yang dapat dikatakan sebagai ilmu
ditandai oleh adanya unsur: ontology, epistemology dan aksiologi. Pengetahuan
dalam bahasa inggris disebut knowledge. Dalam bahasa indonesia sering tidak

18
dibedakan antara pengertian kata ilmu pengetahuan dan menjadi satu arti menjadi
ilmu pengetahuan.
3. Filsafat Administrasi Pendidikan

Pemahaman terhadap filsafat mendasari perkembangan berbagai ilmu


pengetahuan termasuk ilmu pendidikan dan administrasi pendidikan. Beberapa hal
pokok untuk memahami filsafat dan teori administrasi pendidikan.
a. Filsafat Administrasi
b. Filsafat Pendidikan
c. Filsafat Administrasi Pendidikan

4. Kepala Sekolah sebagai Administrator Pendidikan

Esensi dari ditetapkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan PP


Nomor 24 Tahun 2000 tentang otonomi daerah adalah penyerahan wewenang dari
pemerintah pusat kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri.
Masalah ini membawa implikasi tersendiri dalam manajemen penyelenggaraan
pendidikan ditingkat sekolah. Salah satu pendekatan yang mengakomodasikan
tuntutan terbaru pengelolaan pendidikan di daerah adalah Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) yang ditetapkan melalui peraturan mentri nomor 053/u/2010.
Konsep ini bertujuan untuk mendirikan, memberikan otoritas kepala sekolah,
memberdayakan sekolah, keleluasaan mengembangkan program sekolah dan
mengelola sumber daya dan potensi yang ada di sekolah sehingga akan terwujud
sekolah yang efektif dan bermutu.
Keberhasilan pelaksanaan MBS memerlukan sosok kepala sekolah yang
memiliki kemampuan manajerial dan integritas profesional yang tinggi serta
demokratis dalam proses pengambilan keputusan di sekolah. Hal penting lainnya
yang harus dilakukan kepala sekolah adalah membangun visi. Dalam praktiknya,
kepala sekolah sebagai seorang administrator atau pemimpin memiliki berbagai
fungsi yang harus dijalankan agar kepemimpinannya efektif dalam mewujudkan
Visi, Misi, dan tujuan sekolah.
BAB II
DESENTRALISASI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Desentralisasi menurut kitab UU.No.32/2004 bukan lagi hanya suatu konsep tetapi
mulai diimplementasikan pada semua tingkatan manajemen, tidak terkecuali pada

19
tatanan kelembagaan sistem maupun suatu pendidikan, baik pada jalur pendidikan
formal maupun nonformal, dilingkungan persekolahan atau diluar persekolahan.
Implementasi pada tatanan kelembagaan pendidikan sungguh sangat berarti, karena
fungsi dan peranan kelembagaan tersebut sangat stratejik dalam pembangunan
peradaban bangsa.
A. Kajian Teori
1. Hakikat Desentralisasi Manajemen Pendidikan

Istilah desentralisasi manajemen mengandung makna bahwa proses


pendelegasian atau pelimpahan kekuasaan atau wewenang dalam sistem
organisasi diberikan dari pimpinan atau atasan ke tingkat bawahan. Secara umum
tujuan desentralisasi manajemen di dalam kehidupan berorganisasi adalah untuk
meningkatkan efesiensi manajemen dan kepuasan kerja pegawai melalui
pemecahan masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan daerah lokal.
Desentralisasi manajemen pendidikan berusaha untuk mengurangi campur
tangan atau intervensi pejabat atau unit pusat terhadap persoalan-persoalan
pendidikan yang sepatutnya bisa diputuskan dan dilaksanakan oleh unit ditataran
bawah, pemerintah daerah, atau masyarakat. Sehingga diharapkan terjadi
pemberdayaan peran unit di bawah atau peran rakyatdan masyarakat daerah.
2. Ruang Lingkup Desentralisasi Manajemen Pendidikan
a. Desentralisasi perundang-undangan Pendidikan
b. Desentralisasi Organisasi Kelembagaan Pendidikan
1. Organisasi Pendidikan Tingkat Pusat
2. Organisasi Pendidikan Tingkat Provinsi
3. Organisasi Tingkat Kabupaten/Kota
4. Struktur Organisasi Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
3. Desentralisasi Manajemen Kurikulum Pendidikan
4. Desentralisasi Manajemen Tenaga Kependidikan
a. Tugas Manajer Pendidikan
5. Desentralisasi Manajemen Pembiayaan Pendidikan
6. Desentralisasi Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
a. Konsep Umum Standarisasi Mutu Sarana dan Prasarana Pendidikan
b. Konsep Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
c. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan

20
d. Pengembangan dan Inovasi Sarana dan Prasarana Pendidikan
1. Restrukturisasi Pembelajaran Berbasis Teknologi
2. Peran Guru yang Inovator

BAB III
ORGANISASI PENDIDIKAN
A. Konsep Dasar

Organisasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.


Setiap manusia hidup dalam sebuah organisasi. Pertanyaannya, apakah setiap orang
menyadari bahwa ia hidup dalam sebuah organisasi ? Untuk apa ia menjadi bagian dari
organisasi tersebut ? Apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara lebih efektif dan
efisien ? Marilah kita tinjau apa sebenarnya makna organisasi dan berorganisasi.
1. Pengertian Organisasi

Organisasi adalah suatu sistem interaksi antar orang yang ditujukan untuk
mencapai tujuan organisasi, dimana sistem tersebut memberikan arahan perilaku bagi
anggota organisasi. Definisi menekan pada keharusannya sebuah organisasi
didasarkan pada interaksi sosial diantara anggotanya dan anggota dengan
lingkungannya supaya tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2. Aspek-aspek Organisasi

Aspek-aspek dalam organisasi adalah komponen-komponen yang harus ada


dalam suatu organisasi. Keberad an komponen ini sebagai pilar dari suatu organisasi.
Artinya jika salah satu komponen organisasi tidak berfungsi, maka organisasi akan
berjalan pincang atau sama sekali tidak berjalan. Dalam pandangan sistem organisasi
mengalami entrophy, yaitu kondisi dimana organisasi dikategorikan hancur (dalam
tanaman digambarkan sebagai kondisi layu).
Mission adalah alasan utama keberadaan suatu organisasi. Goals adalah
tujuan-tujuan umum atau tujuan divisi-divisi fungsional organisasi yang dihubungkan
dengan stakeholder organisasi. Objectives adalah hasil/sasaran yang spesifik, terukur
dan terkait dengan tujuan. Behavior mengacu pada produktivitas dari tugas-tugas rutin
pegawai. Pertanggungjawaban perilaku dalam pencapaian tujuan merupakan fungsi
personalia. Dalam kebanyakan desain organisasi formal, komunikasi berada diantara
perilaku dan tujuan.
3. Jenis-jenis Organisasi

21
a. Organisasi Formal
Struktur dalam organisasi formal memperlihatkan unsur-unsur
administratif berikut.
1. Kedudukan
2. Hierarki kekuasaan
3. Kedudukan garis dan staf
b. Organisasi Informal
Kepemimpinan informal dalam organisasi informal menjadi salah satu
komponen yang kuat mempengaruhi orang-orang di dalam organisasi, bahkan
memungkinkan melebihi pengaruh pemimpin organisasi organisasi formal.
Pemimpin informal muncul dari kelompok dan membimbing serta
mengarahkan melalui persuasi dan pengaruh. Kepemimpinan dalam organisasi
informal sangat kuat mempengaruhi perilaku orang-orang karena inilah
kepemimpinan yang sesungguhnya, dimana seseorang dipatuhi bukan karena
memiliki jabatan, tetapi ada kelebihan yang secara alamiah dan mampu
mempengaruhi orang lain tanpa paksaan.
4. Dimensi Struktur Organisasi
a. Kompleksitas
1. Diferensiasi horizontal
2. Diferensiasi vertikal
3. Diferensiasi spasial
b. Formalisasi
c. Sentralisasi
5. Desain Organisasi

Desain didasarkan pada elemen-elemen umum dalam organisasi.


Mintzberg (Robbins, 1994:304) menyebutkan lima elemen umum dalam suatu
organisasi, yaitu:
a. The operating core
b. The strategic apex
c. The middle line
d. The techno structure
e. The support staff
6. Sekolah sebagai Organisasi Sosial

22
a. Element Kunci Sekolah sebagai Organisasi Sosial
Hoy dan Miskel (2001:31) menggambarkan elemen-elemen kunci
dalam organisasi sekolah sebagai berikut.
1. Struktur
2. Individu
3. Culture (budaya)
4. Politics
5. Environtment
6. Outcomes
7. Internal feedback loops
8. External feedback loops
b. Sekolah sebagai Organisasi Pembelajar (learning organization)

BAB IV
MANAJEMEN SEKOLAH
A. Pengertian Manajemen dan Manajemen Pendidikan
1. Pengertian Manajemen

Manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus yang


dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan
ataupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan
organisasi secara produktif, efektif dan efisien.
2. Pengertian Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan pendidikan


yang dilakukan melakukan aktivitas perencanaan, pengorganisasian, penyusunan
staf, pembinaan, pengkoordinasian, pengkomunikasian, pemotivasian,
penganggaran, pengendalian, pengawasan, penilaian dan pelaporan secara
sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan secara berkualitas.
B. Tujuan Manajemen Pendidikan
Dilakukan manajemen agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara
sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lenkap. Sehingga dapat
mencapai tujuan manajemen pendidikan yaitu :
1. Produktivitas
2. Kualitas

23
3. Efektivitas
4. Efisiensi
C. Pendekatan-Pendekatan Manajemen
Koontz (1980:177-183) menemukan sebelas macam pendekatan terhadap teori
dan praktik manajemen, sebagai berikut.
1. Empirikal atau Kasus
2. Perilaku antar Pribadi (interpersonal behavior)
3. Perilaku Kelompok
4. Sistem-sistem Sosial Kooperatif
5. Sistem-sistem Sosio-teknikal
6. Teori Keputusan
7. Sistem (System Approach)
8. Matematikal atau “management science”
9. Kontingensi atau Situasional
10. Peranan-peranan Manajerial
11. Operasional
D. Prinsip Manajemen
1. Prinsip Manajemen Berdasarkan Sasaran
2. Prinsip Manajemen Berdasarkan Orang
3. Prinsip Manajemen Berdasarkan Informasi
E. Fungsi Manajemen

Mengadaptasi fungsi manajemen dari para ahli, fungsi manajemen yang sesuai
dengan profil kinerja pendidikan secara umum adalah melaksanakan fungsi:
1. Planning
2. Organizing
3. Staffing
4. Coordinating
5. Leading (facilitating, motivating, innovating)
6. Reporting
7. Controlling
F. Proses Manajemen
1. Merencanakan
2. Mengorganisasikan

24
3. Memimpim
4. Mengendalikan
G. Perkembangan Pemikiran Manajemen
1. Teori Manajemen Ilmiah (Scientific Management Theory)
2. Manajemen Organisasi Klasik (Classical Organization Theory) atau Manajemen
Operasional Modern
3. Aliran Perilaku (Behavioral Sciences)
4. Pendekatan Sistem (System Approach)
5. Pendekatan Kontingensi atau Pendekatan Situasional

BAB V
MANAJEMEN KELAS
A. Konsep Dasar
1. Manajemen Pembelajaran
2. Konsep Manajemen Kelas
3. Kegiatan Manajemen Kelas
a. Pengaturan orang (siswa )
b. Pengaturan fasilitas
4. Tujuan Manajemen Kelas
5. Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Kelas
a. Kondisi fisik
1. Ruangan tempat berlansungnya proses belajar mengajar
2. Pengaturan tempat duduk
3. Ventilasi dan pengaturan cahaya
4. Pengaturan penyimpanan barang-barang
b. Kondisi Sosio-Emosional
1. Tipe kepemimpinan
2. Sikap guru
3. Suara guru
4. Pembinaan hubungan baik (raport)
c. Kondisi Organisasional
B. Aspek, Fungsi dan Masalah Dalam Manajemen Kelas
1. Aspek dalam Manajemen Kelas
a. Mengecek kehadiran

25
b. Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan
c. Pendistribusian alat dan bahan
d. Mengumpulkan informasi dari siswa
e. Mencatat data
f. Pemeliharaan arsip
g. Menyampaikan materi pelajaran
h. Memberikan tugas.
2. Fungsi Manajemen Kelas
a. Merencanakan
b. Mengorganisasikan
c. Memimpin
d. Mengendalikan
3. Masalah Dalam Manajemen Kelas
a. Sifat Masalah
 Perenial
 nurturant effect
 substansif
 kontekstual
b. Jenis masalah yang Muncul di Kelas
 masalah individu
 masalah kelompok
c. Sumber Masalah
 dari lingkungan rumah
 dari lingkungan masyarakat
 dari lingkungan sekolah
d. Pendekatan dalam Melihat Permasalahan di Kelas
 Culture
 Commitment
 communication
4. Usaha Pencegahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas
a. Usaha Yang Bersifat Pencegahan
 peningkatan kesadaran diri sebagai guru
 peningkatan kesadaran peserta didik

26
 sikap polos dan tulus dari guru
 mengenal alternatif pengelolaan
 menciptakan kontrak sosial
b. Usaha Yang Bersifat Penyembuhan (Kuratif)
 mengidentifikasi masalah
 menganalisis masalah
 menilai alternatif-alternatif pemecahan
 mendapatkan balikan

BAB VI
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
A. Konsep Dasar
1. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan
a. Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan
penuh kebebasan.
b. Pemimpim membantu kelompok untuk mengorganisir diri
c. Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja
d. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan
kelompok.
2. Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan
a. Tipe Otoriter
b. Tipe “Laissez-faire”
c. Tipe Demokrasi
d. Tipe Pseudo-demokrasi
3. Syarat-syarat Pemimpin Pendidikan
a. Rendah hati dan sederhana
b. Bersifat suka menolong
c. Sabar dan memiliki kestabilan emosi
d. Percaya pada diri sendiri
e. Jujur, adil dan dapat dipercaya
f. Keahlian dalam jabatan
4. Keterampilan yang Harus Dimiliki Pemimpin
a. Keterampilan dalam memimpin
b. Keterampilan dalam hubungan insani

27
c. Keterampilan dalam proses kelompok
d. Keterampilan dalam administrasi personil
e. Keterampilan dalam menilai
5. Pendekatan tentang Teori Munculnya Pemimpin
a. Teori Genetis
b. Teori Sosial
c. Teori Ekologis
d. Teori Situasi
6. Pendekatan dalam Mempelajari Kepemimpinan Pendidikan
a. Pendekatan sifat
b. Pendekatan keperilakuan
c. Pendekatan situasi

BAB VII
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
a. Menurut Gordon B. Davis (1974) bahwa sistem informasi manajemen
merupakan sebuah sistem mesin/manusia yang terpadu untuk menyajikan
informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi.
b. Menurut Suhardiman Yuwono dalam Ensiklopedi Administrasi (1989:264)
adalah keseluruhan jaringan informasi yang ditujukan kepada pimpinan untuk
keperluan pelaksanaan fungsi manajemen bagi pemimpin terutama dalam
menentukan keputusan yang tepat.
c. Menurut The Liang Gie (1976) bahwa keseluruhan jalinan hubungan dan
jaringan lalu lintas keterangan-keterangan dalam organisasi mulai dari sumber
yang melahirkan bahan keterangan melaluiproses pengumpulan, pengelolahan,
penahanan, sampai penyebarannya kepada para pejabat yang berkepentingan
dapat melaksanakan tugas-tugas dengan sebaik-baiknya dan terakhir tiba pada
pimpinan untuk keperluan pembuatan keputusan-keputusan yang tepat.
2. Komponen-komponen Sistem Informasi Manajemen
a. Sistem
b. Informasi

28
3. Manajemen
Komponen yang ketiga adalah manajemen, yang merupakan proses
pengelolaan dari mulai pengumpulan data, hingga menjadi informasi, termasuk
proses pertransferan informasi kepada yang memerlukan.
a. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Langkah-langkah dasar yang dapat ditempuh dalam mengembangkan
sistem informasi meliputi:
1. Studi fisibilitas
2. Menentukan persyaratan sistem
3. Merancang dan menerapkan sistem yang perangkatnya terdiri atas
basis data, persiapan fisik, langkah-langkah kerja dan solusi
program.
4. Perubahan keorganisasian
5. Pengetesan solusi
6. Konservasi
7. Manajemen proyek
b. Proses Pengelolaan Data Dalam Sistem Informasi Manajemen
1. Pengumpulan data
2. Pengolahan data
3. Penyimpanan data
4. Pengeluaran data

BAB VIII
MANAJEMEN IMPLEMENTASI KURIKULUM
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum
yang kooperatif, komprehenship, sistematik, dan sistematik dalam rangka
mewujudkan ketercapaiaan tujuan kurikulum.
2. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Penilaian Kegiatan Kurikulum
3. Prinsip Manajemen Kurikulum

29
a. Produktivitas
b. Demokratisasi
c. Kooperatif
d. Efektivitas dan efesien
e. Mengarahkan visi, misi dan tujuan.
4. Fungsi Manajemen Kurikulum
a. Meningkatkan efesiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum
b. Meningkatkan keadilan (equaty) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai
hasil yang maksimal
c. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik
d. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran
e. Meningkatkan efesiensi dan efektivitas proses belajar mengajar
f. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan
kurikulum.
5. Komponen-komponen Kurikulum
a. Komponen Tujuan
b. Komponen Isi/Materi Pembelajaran
c. Komponen Metode
d. Komponen Evaluasi
B. Kasus
Manajemen kurikulum dan pembelajaran diarahkan agar proses pembelajaran
sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Guru diberikan kewenangan untuk
mengembangkan kurikulum agar proses belajar mengajar memiliki makna yang
mendalam pada diri siswa dn guru. Kepala sekolah juga bertanggung jawab dalam
membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan pembelajaran serta
melakukan supervisi dalam pelaksanaannya. Kepala sekolah bekerja keras dan
bertanggung jawab dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap
perbaikan dan pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Untuk ketercapaian
program kurikulum dan pembelajaran yang efektif, kepala sekolah bersama guru
harus menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan operasional ke dalam program
tahunan, catur wulan dan bulanan. Sedangkan program mingguan atau satuan
pelajaran (satpel), wajib dipahami dan didalam guru sebelum melakukan kegiatan

30
belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar berjalan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan, maka langkah-langkah dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah
perlu diperhatikan. Tahapan pelaksanaan kurikulum disekolah melalui empat tahap
yaitu:
1. Tahap Perencanaan
2. Tahap Pengorganisasian Dan Koordinasi
a. Kalender akademik
b. Penyusunan jadwal pelajaran
c. Pengaturan tugas dan kewajiban guru
d. Program kegiatan sekolah
3. Tahap Pelaksanaan
4. Tahap Evaluasi dan Pengendalian

BAB IX
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Manajemen Peserta Didik
Peserta didik adalah orang/individu yang mendapatkan pelayanan pendidikan
sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang
dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan
oleh pendidiknya.
Peserta didik mempunyai sebutan yang berbeda-beda. Pada Taman Kanak-
Kanak disebut dengan anak didik. Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
disebut dengan siswa. Sedangkan pada jenjang pendidikan tinggi disebut
mahasiswa. Disamping sebutan tersebut masih ada sebutan lain bagi peserta didik,
yaitu: murid, pembelajar, santri, trainee dan sebagainya.
Manajemen peserta didik Pupil Personil Administration adalah layanan yang
memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan, dan layanan siswa di kelas
dan di luar kelas sepert : pengenalan, pendaftaran, layanan individuan seperti
pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di
Sekolah.
Adanya manajemen peserta didik merupakan upaya untuk memberikan
layanan yang sebaik mungkin kepada peserta didik semenjak dari proses
penerimaan sampai saat peserta didik meninggalkan lembaga pendidikan

31
(sekolah) karena sudah tamat/lulus mengikuti pendidikan pada lembaga
pendidikan (sekolah) itu.
2. Tujuan, Fungsi dan Prinsip Manajemen Peserta Didik

Tujuan Manajemen Peserta Didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan


peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di
lembaga pendidikan (sekolah); lebih lanjut, proses pembelajaran di lembaga
tersebut (sekolah) dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat
memberikan konstribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan
secara keseluruhan. Fungsi Manajemen Peserta Didik adalah sebagai wahana bagi
peserta didik untuk mengembangkan diri se-optimal mungkin, baik yang
berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi, kebutuhan dan
segi-segi potensi peserta didik lainnya. Agar tujuan dan fungsi manajemen peserta
didik dapat tercapai, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaannya. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Dalam mengembangkan program Manajemen Kepeserta didikan,
penyelenggaraan harus mengacu pada peraturanyang berlaku pada saat
program dilaksanakan.
b. Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian keseluruhan
manajemen sekolah.
c. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban
misi pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik.
d. Kegiatan-kegiatan peserta didik haruslah diupayakan untuk
mempersatukan peserta yang mempunyai keragaman latar belakang
dan punya banyak perbedaan.
e. Kegiatan peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan
terhadap pembimbingan peserta didik.
f. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu
kemandirian peserta didik.
g. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan
peserta didik, baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.
3. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik
a. Analisis kebutuhan peserta didik
1. Merencanakan jumlah peserta didik yang akan diterima

32
2. Menyusun program kegiatan kesiswaan
b. Rekruitmen peserta didik
1. Pembentukan panita penerimaan siswa baru
2. Pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik baru
yang dilakukan secara terbuka
c. Seleksi peserta didik
1. Melalui tes atau ujian
2. Melalui penelusuran bakat kemampuan
3. Berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN
d. Orientasi
e. Penempatan peserta didik (pembagian kelas)
1. Fungsi integrasi
2. Fungsi perbedaan
f. Pembinaan dan pengembangan peserta didik
g. Pencatatan dan pelaporan
1. Buku induk siswa
2. Buku klapper
3. Daftar presensi
4. Daftar mutasi peserta didik
5. Buku catatan pribadi peserta didik
6. Daftar nilai
7. Buku legger
8. Buku raport
h. Kelulusan dan alumni
4. Layanan Khusus yang Menunjang Manajemen Peserta Didik
a. Layanan bimbingan dan konseling
b. Layanan perpustakaan
c. Layanan kantin/kafetaria
d. Layanan kesehatan
e. Layanan transportasi sekolah
f. Layanan asrama

BAB X
MANAJEMEN TENAGA KERJA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN

33
A. Konsep Dasar
1. Definisi Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan
a. Definisi Manajemen
Manajemen yaitu bekerja dengan orang-orang untuk mencapai tujuan
organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia (staffing), pengarahan
dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).
b. Definisi Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 5 dan 6 yang dimaksud dengan tenaga
kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.
c. Definisi Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan adalah aktivitas yang


harus dilakukan mulai dari tenaga pendidik dan kependidikan itu masuk ke
dalam organisasi pendidikan sampai akhirnya berhenti melalui proses
perencanaan SDM, perekrutan, seleksi, penempatan, pemberian kompensasi,
penghargaan, pendidikan dan latihan/pengembangan dan pemberhentian
2. Tujuan Manajemen Tenaga Pendidikan dan Kependidikan
a. Memungkinkan organisasi mendapatkan dan mempertahankan tenaga kerja
yang cakap, dapat dipercaya dan memiliki motivasi tinggi.
b. Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang dimiliki oleh karyawan.
c. Mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi.
d. Mengembangkan praktik manajemen dengan komitmen tinggi
e. Menciptakan iklim kerja yang harmonis.
3. Tugas dan Fungsi Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Berdasarkan Undang Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 39 : (1)
Tenagakependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses

34
pendidikan pada suatu pendidikan. (2) Pendidik merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
Secara khusus tugas dan fungsi tenaga pendidik (guru dan dosen) didasarkan
pada Undang Undang No 14 Tahun 2007, yaitu sebagai agen pembelajaran untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional, pengembang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat. Dalam Pasal 6 disebutkan
bahwa : Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu berkembangnya potensipeserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
B. Aktivitas Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan
1. Perencanaan
a. Metode Tradisional
b. Metode Perencanaan Terintegrasi
c. Seleksi
 Proses seleksi
 Pra seleksi
 Seleksi
 Pascaseleksi
d. Manajemen Kinerja
 Kriteria manajemen kerja yang baik
 Langkah-langkah manajemen kerja
e. Pemberian Kompensasi
 Tujuan kompensasi
f. Pengembangan Karier
 Pentingnya karier
 Hakikat dan tujuan pengembangan karier
 Perencanaan karier

35
 Pengembangan karier
 Peranan departemen SDM dalam pengembangan karier
 Pemberhentian
- alasan-alasan pemberhentian
- proses pemberhentian
g. Contoh Program Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan

BAB XI
MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN
A. Manajemen Keuangan Pendidikan
1. Konsep Manajemen Keuangan
2. Organisasi Pendidikan sebagai Organisasi Sektor Publik
3. Penganggaran (Budgeting)
a. Karakteristik Anggaran
b. Fungsi Anggaran
c. Prinsip-Prinsip dan Prosedur Anggaran
d. Bentuk-Bentuk Anggaran
1. Anggaran butir-per butir (line item budget)
 Kelebihan
 Kelemahan
2. Anggaran program (program budget system)
3. Anggaran Berdasarkan Kinerja (Performance - Based)
4. PPBS/SP4 (Planning Programing Budgeting System/ Sistem Perencanaan
Penyusunan program dan penganggaran)
 Ciri dari PPBS/SP4
 Tiga unsur PPBS/SP4 yang saling menunjang
 Kelebihan bentuk PPBS/SP4
 Kelemahan bentuk PPBS/SP4
5. Anggaran Berbasis Nol (Zero Based Budget/ZBB)
4. Akuntansi (Accounting)
a. Bagan Perkiraan/Akun
1. Aktiva
2. Utang

36
3. Aktiva bersih
4. Pendapatan
5. Belanja
b. Buku Besar
c. Jurnal
1. Jurnal untuk mencatat transaksi pengeluaran kas
2. Jurnal untuk mencatat transaksi penerimaan kas
3. Jurnal untuk mencatat transaksi gaji
4. Jurnal untuk mencatat transaksi pengeluaran kas dan piutang
d. Buku Cek
1. Tahap pencatatan
2. Tahap pengikhtisaran
3. Tahap pelaporan
5. Auditing
a. Jenis-Jenis Audit
1. Audit laporan keuangan
2. Audit operasional
3. Audit ketaatan
B. Implementasi di Lapangan
1. Penganggaran
a. Penerimaan uang
b. Pembukuan uang
c. Pengambilan uang, dan
d. Pembelanjaan uang
2. Akuntansi (pembukuan)
3. Buku Pos (Vate Book)
4. Faktur
a. Faktur ditulis dan ditanda tangani sebelum uang dibayarkan
b. Harus ada nomor untuk diagendakan
c. Kuitansi pembelian harus dilampirkan
d. Faktur untuk mempertanggungjawabkan penggunaan uang umum
5. Buku Kas
6. Lembar Cek
7. Jurnal

37
8. Buku Besar
9. Buku Kas Pembayaran Uang Sekolah
10. Buku Kas Piutang
11. Neraca Percobaan

BAB XII
KERJASAMA SEKOLAH DAN MASYARAKAT
Makin majunya perkembangan masyarakat diisyaratkan dengan makin besarnya
tuntutan masyarakat terhadap perkembangan lembaga pendidikan, sehingga tidak
menutup kemungkinan bagi lembaga yang tidak dapat mengakomodasi tuntutan
masyarakat tersebut maka tidak mustahil akan berdampak pada pengucilan lembaga
atau dengan kata lain lembaga tersebut akan mati bersamaan dengan memudarnya
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut.
Tumbuh kembangnya kepercayaan masyarakat mengisyaratkan pula atas desakan
kebutuhan lembaga untuk semakin berkembang guna menjawab tantangan serta
kebutuhan masyarakat sehingga pada gilirannya masyarakat akan menentukan pilihan
lembaga mana yang layak untuk diberikan kepercayaan mendidik masyarakat peserta
didik.
Desakan kebutuhan masing-masing baik lembaga ataupun masyarakat tentu berbeda
walaupun pada prinsip dasarnya memiliki kesamaan yakni mencerdaskan kehidupan
anak bangsa yakni mendidik manusia Indonesia seutuhnya, dan cita-cita ini akan
tampak hanya sebagai sebuah angan-angan jika antara masyarakat dan lembaga
pendidikan tidak terjalin komunikasi dengan baik, sehingga lazim dikatakan bahwa
keduanya merupakan simbiosis mutualisme, yakni sebagai suatu keharusan yang
menyatukan visi dan misi diantara keduanya sehingga satu dengan lainnya tidak dapat
melepaskan diri.
A. Konsep Dasar

Secara lebih umum dikatakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat


diartikan sebagai suatu proses komunikasi dengan tujuan meningkatkan pengertian
warga masyarakat tentang kebutuhan dan praktik pendidikan serta berupaya dalam
memperbaiki sekolah (Soetopo dan Soemanto; 1992: 236).
Saluran komunikasi dianggap penting sebab berkaitan dengan jalan yang
ditempuh baik oleh lembaga terhadap masyarakat atau sebaliknya masyarakat

38
melakukan komunikasi dengan lembaga sebab hal ini sekaligus berhubungan dengan
tujuan, peran dan fungsi antara keduannya.
Secara umum hubungan sekolah dan masyarakat memiliki tujuan yang hendak
dicapai yakni berupa peningkatan mutu pendidikan, sehingga pada gilirannya
masyarakat akan merasakan dampak langsung dari kemajuan tersebut. Adapun tujuan
yang lebih kongkrit hubungan antara sekolah dan masyarakat antara lain:
1. Guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik
2. Berperan dalam memahami kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang sekaligus
menjadi desakan yang dirasakan saat kini
3. Berguna dalam mengembangkan program-program sekolah kearah yang lebih
maju dan lebih membumi agar dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai
pengguna jasa pendidikan.

Untuk membantu pemahaman tentang makna dari hubungan sekolah dan


masyarakat, maka Oteng (Administrasi dan Supervisi Pendidikan) mengungkapkan
bahwa hubungan sekolah dan masyarakatmemiliki tujuan dalam,
1. Mengembangkan pemahaman tentang maksud dan saran-saran dari sekolah
2. Menilai program sekolah dengan kata-kata, kebutuhan-kebutuhan terpenuhi
3. Mempersatukan orang tua, murid, serta guru-guru dalam memenuhi kebutuhan
perkembangan peserta didik
4. Mengembangkan kesadaran akan pentingnya pendidikan sekolah dalam era
pembangunan
5. Membangun dan memelihara kepercayaan terhadap sekolah
6. Memberitahu masyarakat tentang pekerjaan sekolah
7. Mengerahkan bantuan dan dukungan bagi pemeliharaan dan peningkatan program
sekolah

Adapun peran serta fungsi sekolah dalam mengembangkan hubungannya


dengan masyarakat antara lain bertujuan dalam merumuskan saluran-saluran
komunikasi yang dapat dipergunakan baik oleh sekolah maupun oleh masyarakat
yang notabene selama ini diabaikan dan bahkan dapat menyebabkan komunikasi
sekolah dan masyarakat selama ini kurang harmonis.
Jika prinsip-prinsip diatas dapat dilaksanakan maka pemeliharaan serta
penerusan sifat-sifat budaya bangsa Indonesia sebagai bangsa yang luhur akan
terpelihara dan dapat diteruskan.

39
B. Implementasi di Lapangan
Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa hubungan sekolah dan
masyarakat mengalami kendala yang cukup berarti diantaranya:
1. Tujuan komunikasi yang kurang jelas
2. Saluran komunikasi yang transparan dan profesional
3. Keterampilan komunikasi yang kurang mendukung
4. Tindak lanjut yang kurang mendukung dan pengawasan kurang terstruktur dan
berkesinambungan.

Padahal hubungan sekolah dan masyarakat diharapkan mampu menumbuhkan


kreativitas serta dinamika kedua belah pihak sehingga hubungan tersebut bersifat aktif
dan dinamis, sehingga pada gilirannya prinsip transparansi yang dilakukan oleh
keduanya akan mengarah pada profesionalisasi pengelolaan kelembagaan yang
senantiasa membawa kearah perubahan yang inovatif sehingga akan berdampak pada
peningkatan mutu kelembagaan secara total (total quality management).
BAB XIII
MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
A. Konsep Dasar Manajemen Mutu
1. Sejarah Mutu

Konsep manajemen mutu pendidikan merupakan sebuah konsep yang berasal


dari Total Quality Management (TQM). TQM pertama kali diperkenalkan pada tahun
1920an oleh Edward Deming di Jepang. Deming adalah seorang warga Amerika yang
menjadi salah satu konsultan perusahaan di Jepang. Konsep TQM pada awalnya
berkembang dari pemikiran untuk mewujudkan produk yang bermutu sampai pada
akhirnya meliputi semua aspek dalam organisasi.
Konsep dasar manajemen mutu dapat ditelusuri pada pendiri pengembangan
mutu, yaitu W. Edwards Deming, Walter A. Shewhart, Kaoru Ishikawa, Armand Val
Feigenbaum, Josep Juran, dan Philip Crosby.
2. Definisi Mutu
Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa
yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
diharapkan oleh pelanggan. Lebih luas dari itu, konsep mutu juga ditetapkan oleh
produsen sebagai pembuat atau pemberi jasa yang didasarkan pada spesifikasi
yang telah ditentukan oleh produsen.

40
Manajemen kontemporer saat ini mengorentasikan proses manajemen pada
upaya untuk mencapai mutu baik pada input, proses, maupun output organisasi,
sehingga diharapkan organisasi akan selalu memiliki hubungan yang berarti
dengan pelanggannya. Keberartian inilah yang akan membuat organisasi
dikatakan sebagai organisasi yang bermutu.
3. Definisi Manajemen Mutu Terpadu

Manajemen mutu terpadu (total quality management) adalah konsep yang


mengaplikasikan berbagai prinsip mutu untuk menjamin suatu produk barang/jasa
memiliki spesifikasi mutu sebagaimana ditetapkan secara menyeluruh dan
berkelanjutan.
4. Prinsip Mutu

Prinsip mutu adalah sejumlah asumsi yang dinilai dan diyakini memiliki
kekuatan untuk mewujudkan mutu. Akan hal ini, berbagai ahli dan organisasi
mencoba merumuskan prinsip-prinsip yang paling tepat untuk dapat mewujudkan
mutu dalam organisasi. Ada delapan prinsip mutu berdasarkan versi ISO, yaitu:
a. Customer Focused Organisation
b. Leadership
c. Involvement of People
d. Process Aproach
e. System Aproach to Management
f. Continual Improvement
g. Factual Aproach to Decision Making
h. Mutually Beneficial Supplier-Relationship
5. Komponen Mutu
a. Kepemimpinan yang Berorientasi pada Mutu
b. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
c. Struktur Pendukung
d. Komunikasi
e. Ganjaran dan Pengakuanpengukuran
6. Implementasi Manajemen Mutu melalui Konsep MPMBS

MPMBS adalah sebuah singkatan dari “Manajemen Peningkatan Mutu


Berbasis Sekolah”, yaitu sebagai model desentralisasi dalam bidang pendidikan,

41
khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah diyakini sebagai model yang
akan mempermudah pencapaian tujuan pendidikan. Dalam konteks
penyelenggaraan persekolahan saat ini konsep MPMBS dijadikan sebagai suatu
kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Kerangka kerja MPMBS sebagaimana dikemukakan Umaedi (1999:7-8)
meliputi:
a. Sumber daya
b. Pertanggung-jawaban (accountability)
c. Kurikulum
d. Personil sekolah

BAB XIV
SUPERVISI PENDIDIKAN
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Pengertian supervisi pendidikan pada umumnya mengacu kepada usaha
perbaikkan situasi belajar mengajar. Pada hakikatnya supervisi pendidikan dapat
diartikan sebagai bimbingan profesional bagi guru-guru. Bimbingan profesional yang
dimaksudkan adalah segala usaha yang memberikan kesempatan bagi guru-guru
untuk berkembang secara profesional, sehingga mereka lebih maju lagi dalam
melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar
murid-murid.
2. Fungsi-Fungsi dan Tujuan Supervisi Pendidikan
a. Fungsi Supervisi Pendidikan
1. Menyelenggarakan inspeksi
2. Penelitian hasil insfeksi berupa data
3. Penilaian
4. Latihan
5. Pembinaan
b. Tujuan Supervisi Pendidikan
1. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan
pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah mencapai tujuan itu.

42
2. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk
mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang
efektif.
3. Membantu kepala sekolah dan guru-guru mengadakan mengajar belajar,
serta menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.
4. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga
sekolah lainnya terhadap tata kerja yang demokratis dan kooperatif, serta
memperbesar kesediaan untuk tolong menolong. Memperbesar ambisi
guru-guru untuk meningkatkan mutu layanannya secara maksimal dalam
bidang profesinya (keahlian) meningkatkan ‘achievement motiv’.
5. Membantu pimpinan sekolah untuk mempopulerkan sekolah kepada
masyarakat dalam mengembangkan program-program pendidikan.
6. Membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi
aktivitasnya dalam konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan peserta
didik, dan
7. Mengembangkan ‘esprit de corps’, guru-guru, yaitu adanya rasa kesatuan
dan persatuan (kolegialitas) antar guru-guru.
3. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan

Beberapa teknik supervisi yang dapat digunakan supervisor pendidikan


antara lain:
a. Kunjungan kelas secara berencana untuk dapat memperoleh gambaran
tentang kegiatan belajar mengajar di kelas.
b. Pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru untuk membicarakan
masalah-masalah khusus yang dihadapi guru.
c. Rapat antara supervisor dengan para guru di sekolah, biasanya untuk
membicarakan masalah-masalah umum yang menyangkut perbaikan
dan atau peningkatan mutu pendidikan.
d. Kunjungan antar kelas atau antar sekolah merupakan suatu kegiatan
yang terutama untuk saling menukarkan pengalaman sesama guru atau
kepala sekolah tentang usaha-usaha perbaikan dalam proses belajar
mengajar.
e. Pertemuan-pertemuan di kelompok kerja penilik, kelompok kerja
kepala sekolah, serta pertemuan kelompok kerja guru, pusat kegiatan

43
guru dan sebagainya. Pertemuan-pertemuan tersebut, dapat dilakukan
oleh masing-masing kelompok kerja, atau gabungan yang terutama
dimaksudkan untuk menemukan masalah, mencari alternatif
penyelesaian, serta menerapkan alternatif masalah yang tepat.
B. Prosedur Kegiatan Supervisi Pengajaran/Pelayanan Profesional Guru
1. Perilaku-Perilaku Etik yang Perlu Dimiliki Supervisor Pendidikan
a. Sifat yang berhubungan dengan kepribadian
b. Sifat yang berhubungan dengan profesi
c. Sifat-sifat supervisor yang dikehendaki ‘survisee’
d. Supervisor yang demokratis
e. Supervisi kelompok
f. Supervisi klinis

BAB XV
PEMASARAN PENDIDIKAN
A. Pendidikan di Era Persaingan Global

Globalisasi merupakan driver forces pada semua aspek kehidupan. Konsep


kesejagatan ini menciptakan paradigma borderies world, yaitu dunia yang tidak
mengenal batas-batas territorial kedaulatan sebuah negara/bangsa. Dampaknya turut
menciptakan persaingan yang semakin tinggi pada semua aspek kehidupan
masyarakat. Begitu juga dengan pendidikan, dimana pengelolaannya tidak dapat
dilakukan secaratradisional tetapi membutuhkan kemampuan khusus sehingga output
pendidikan sesui dengan kebutuhan pasar baik nasional maupun internasional.
Namun apalah artinya tingginya adaptabilitas dan apreasi terhadap
pembaharuan pendidikan, jika tidak disertai dengan peningkatan kemampuan dalam
mengelola perubahan yang didukung oleh perangkat manajemen pemasaran yang
memadai. Tantangan berat yang berkaitan dengan sistem manajemen yang kompetitif,
pada pelaksanaannya akan ditentukan oleh kehandalan dalam system manajemen
pemasaran pendidikan yang bersangkutan.
B. Konsep Dasar Pemasaran Pendidikan
1. Pasar, Pendidikan dan Sekolah

Ada komponen yang dapat dijadikan bahan analisis untuk memahami


konsep pemasaran pendidikan, yaitu konsep pasar. Pasar merupakan tempat

44
bertransaksi berbagai komoditas yang dihasilkan produsen dengan yang
dibutuhkan, diinginkan dan diharapkan konsumen. Pemasaran ialah proses
transaksional untuk meningkatkan harapan, keinginan dan kebutuhan calon
konsumen sehingga calon konsumen menjadi terangsang untuk memiliki produk
yang ditawarkan dengan mengeluarkan imbalan sesuai yang disepakati.
Pendidikan adalah proses perubahan pola pikir, apreasiasidan pembiasaan
manusia agar menjadi manusia. Sekolah merupakan salah satu kelembagaan
satuan pendidikan.
2. Pengertian dan Karakteristik Jasa Pendidikan
Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pendidikan sebagai prodak jasa merupakan sesuatu yang tidak
berwujud tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang diproses dengan
menggunakan atau tidak menggunakan bantuan produk fisik dimana proses yang
terjadi merupakan interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa yang
mempunyai sifat tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan.
Banyak para ahli yang mengemukakan karakteristik jasa, diantaranya
adalah Kotler (2000:429) mengemukakan bahwa jasa mempunyai empat ciri
utama yaitu:
a. Tidak berwujud
b. Tidak terpisahkan
c. Bervariasi
d. Mudah musnah

Dengan melihat karakteristik tersebut, jasa pendidikan diterima setelah


melakukan interaksi dengan penghubung yang sangat dipengaruhi oleh siapa,
kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi.
3. Pengertian Pemasaran Pendidikan

Pemasaran pendidikan adalah menawarkan mutu layanan intelektual dan


pembentukan watak secara menyeluruh. Hal itu karena pendidikan sifatnya lebih
kompleks, yang dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab, hasil pendidikannya
mengacu jauh ke depan, membina kehidupan warga Negara, generasi penerus
ilmuan di kemudian hari.
Pada dasarnya ada tiga element dalam menerapkan pemasaran (marketing)
yaitu:

45
a. Integrated marketing
b. Create customer satisfaction
c. A profit

Dimana kita harus me-manage


a. Customer-impinging resources
b. Policies
c. Activities
d. Market segmentation

Karena keempat faktor tersebut akan memberikan reference terhadap


pilihan dari customer. Akan tetapi lebih spesifik lagi marketing memiliki
empat aktivitas yaitu:
a. Analysis
b. Organization
c. Planning
d. control
4. Kepuasan Pelanggan Pendidikan

Dalam melakukan pengukuran kepuasan pelanggan, Kotler (200:38)


mengemukakan beberapa cara diantaranya adalah:
a. Sistem keluhan dan saran
b. Survey kepuasan pelanggan
c. Pembeli bayangan
d. Analisis pelanggan yang beralih

Secara umum dapat dikatakan bahwa timbulnya ketidakpuasan dari


konsumen dikarenakan:
a. Tidak sesuai harapan dengan kenyataan yang dialaminya
b. Ketidakpuasan dalam pelayanan selama proses menikmati jasa
c. Perilaku personil kurang memuaskan
d. Suasana dan kondisi fisik lingkungan tidak menunjang
e. Cost terlalu tinggi, karena jarak, waktu dan harga terlalu tinggi
f. Promosi tidak sesuai dengan kenyataan.
C. Penerapan Pemasaran Pendidikan
1. Kompetensi Pedagogik

46
2. Bidang Kepribadian
3. Bidang Profesional
4. Bidang Sosial

BAB XVI
KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN
A. Konsep Dasar
1. Tantangan dan Permasalahan

Tantangan baru (era Otda) sesungguhnya merupakan peluang yang besar


untuk menunjukkan kinerjanya yang lebih bermutu. Demikian halnya melalui
implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sekolah diarahkan visinya
menjadi lebih berbobot, dinamis, maju, berkembang, efesien, demokratis, profesional
dan sejahtera. Kepala Sekolah harus mampu melihat tantangan-tantangan itu sebagai
peluang dan cambuk untuk maju.
2. Konsep Dasar Kewirausahaan

Istilah kewirausahaan sesungguhnya bermuara pada istilah asing yakni


entrepreneurship yang merupakan proses penciptaan sesuatu yang baru atau inovasi
guna memperoleh kesejahteraan atau kekayaan individu dan mendapatkan nilai
tambah bagi masyarakat. Kesejahteraan atau nilai tambah bagi masyarakat sebagai
tujuan dari kewirausahaan itu, dilakukan melalui pengungkapan gagasan baru,
penggalian sumber daya, dan merealisasikan gagasan itu menjadi suatu keyakinan
yang menguntungkan.
3. Karakteristik Seorang Wirausaha
a. Berani menanggung resiko
b. Gigih dan mampu bekerja
c. Selalu bersemangat dan aktif
d. Menginginkan dan memanfaatkan umpan balik
e. Bertanggung jawab atas segala keputusan
f. Percaya diri dan mandiri
g. Berpengetahuan
h. Berkemampuan meyakinkan orang lain
i. Berkemampuan manajerial

47
j. Inovatif
k. Berorientasi pada pencapaian (hasil)
4. Mewirausahakan Pola Manajemen di Sekolah

Hal penting yang patut dipahami para Kepala Sekolah dalam praktik
manajemen di Sekolahnya adalah tuntutan untuk mengubah pola manajemen
konvensional menjadi pola manajemen entrepreneurial.
Kepala Sekolah hendaknya dapat mengidentifikasi pola-pola manajemen
yang biasanya dilakukan. Jika memang dalam beberapa hal Kepala Sekolah itu
masih menunjukkan pola-pola manajemen konvensional, hendaknya ia dapat
mengubahnya (melatih diri) menjadi pola-pola manajemen yang bersifat
entrepreneurial.
5. Strategi Kewirausahaan Bagi Sekolah Dasar
a. Pengembangan Visi/Misi
b. Dorongan Inovasi
1. Unsur-unsur internal
2. Unsur-unsur eksternal
c. Penstrukturan Iklim Intrapreneurial
6. Jenis Aktivitas Dasar Bisnis Bagi Sekolah

Jenis aktivitas dasar untuk bisnis sekolah adalah cakupan pokok suatu
kegiatan bisnis yang dapat dipertimbangkan,dipilih dan dikembangkan sekolah
dalam memperoleh keuntungan finansial. Hubungan antara kewirausahaan dengan
aktivitas bisnis yang dilakukan laksana suatu strategi selalu memerlukan taktik.
Tiada suatu kewirausahaan tanpa bisnis yang dikembangkan.
Jenis aktivitas dasar suatu bisnis yang meliputi:
a. Produksi, sekolah membuat atau menyediakan jenis dan jumlah barang
atau memberi pelayanan jasa yang tepat sesuai dengan
permintaan/kebutuhan.
b. Distribusi, sekolah melibatkan diri dalam jaringan distribusi membawa
barang atau jasa untuk pengguna atau konsumen.
c. Konsumsi, sekolah merefleksikan tingkat permintaan akan barang atau
jasa; dan daya beli atau permintaan/kebutuhan.
7. Keterampilan Membangun Usaha-Usaha Institusi Sekolah Yang Bersifat
Wiraswasta

48
a. Menaksir Peluang Bisnis
b. Mengembangkan Gagasan dan Peluang Pasar
c. Menaksir Kemampuan Diri dan Mencari Modal
d. Memulai dan Mengelola Suatu Usaha

49
BAB III

PEMBAHASAN

Kelebihan dan Kekurangan Buku

A. BUKU UTAMA
Kelebihan Buku

Dalam buku yang berjudul “Manajemen Berbasis Sekolah” karangan Dr. E. Mulyasa,
M.Pd memaparkan pentingnya proses pembangunan nasional yang turut menentukan
pertumbuhan ekonomi suatu negara, diman pendidikan merupakan investasi dalam
pengembangan sumberdaya manusia.

Buku ini memberikan paradigma pendidikan baru pada tahun sekitar 2000, yang 
memaparkan konsep-konsep dalam pengimplementasianya, memaparkan contoh
implementasi dari negara lain yang telah sukses menerapkan MBS. Dengan adanya
paradigma baru ini, penulis mengharapkan setiap lembaga mampu mengelola manajemen
sekolah secara efektif dan efisien serta produktif dalam meningkatkan kinerja pendidik
dan tenaga pendidik di sekolah.

Dalam buku ini telah dipaparkan tori menerapkan Manajemen berbasis sekolah
berdasarkan konsep, strategi, dan contoh implementasinya baik di negara indonesia
maupun luar negeri, tidak hanya itu di buku ini menjelaskan secara mendetail bagaimana
strategi pemimpin dalam menerapkan manajemen sekolah yang baik, didukung dengan
pendanaan sekolah dalam konteks manajemen berbasis sekolah.

Kekurangan Buku

Dari  berbagai kelebihan  konsep yang telah di sampaikan di atas pasti memiliki kekurangan
yaitu:

1. Penulisan dalam buku ini menggunakan bahasa yang jelas, akan tetapi kurang
menarik dalam mengemukakan konsepnya, sehingga pembaca cenderung langsung pada
teori, ibarat tidak terdapat angin segar pada pembuka konsep.

50
2. Cover dalam buku ini terbilang kurang menarik khusunya bagi pembaca yang
inovatif.
3. Adanya beberapa sub bab yang sulit dipahami, karena tidak menyebutkan penjelasan
serta contoh secara realistis yang terjadi dilingkungan sekitar.
4. Buku cetakan ke empatbelas ini rupanya masih sama dengan edisi sebelumnya, tidak
terdapat revisi.

B. BUKU PEMBANDING

Kelebihan Buku :
Buku ini memberikan wawasan baru tentang manajemen pendidikan yang
dilengkapi dengan materi-materi yang menarik. Selain itu, buku ini dapat memberikan
pemahaman mengenai masalah-masalah krusial yang dihadapi dalam sistem
pendidikan, sehingga pembaca (mahasiswa) dapat memahami posisi dan perannya
secara benar sebagai calon tenaga pendidikan.
Selain menguraikan konsep-konsep umum pendidikan, buku ini diperkaya
juga oleh konsep-konsep baru yang diadopsi dari konsep bisnis, yaitu pemasaran
pendidikan dan kewirausahaan dalam pendidikan yang merupakan tuntutan
pengelolaan sebuah organisasi masa kini.
Buku ini bisa membantu mendukung mutu pembelajaran bagi mahasiswa,
membantu praktisi para pendidik sebagai acuan dengan kata-kata yang digunakan
cukup mudah untuk dipahami.

C. Kelemahan Buku
Kelemahan dari buku ini adalah hanya saja isi dari buku ini terlalu luas cakupannya,
sehingga terlalu sulit untuk diambil kesimpulan apa yang terdapat pada buku ini. Jika saja
buku ini langsung mengacu pada sasaran isi materi buku, maka akan mudah untuk
dipahami.

51
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen berbasis sekolah adalah suatu bentuk manajemen dimana pemerintah


memberikan otonomi atau tanggung jawab yang lebih besar kepada pihak sekolah untuk
dapat merencanakan hingga mengelola kegiatan pendidikannya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dengan melibatkan seluruh tenaga di sekolah sekaligus masyarakat
sekitar secara mandiri dan terbuka.

B. Saran

Buku-Buku ini sesuai untuk dijadikani pegangan utama (buku teks) bagi mahasiswa
kependidikan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman secara
mendalam mengenai konsep dasar, fungsi, dan peranan, proses dan prosedur, serta bidang-
bidang garapan pengelolaan pendidikan di tingkat mikto (sekolahan), messo
(kabupaten/kotass), maupun makro (nasional).

52

Anda mungkin juga menyukai