Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH

BANK LEMBAGA DAN KEUANGAN LAINNYA


Dosen Pengampu : Dra. Baiq Ismiwati, M.Si

Makalah Mengenai :
PERANAN PERUSAHAAN PEMINJAMAN DALAM MEMBERIKAN KREDIT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. Muhammad Rizqy Al Furqon (A1A021125)
2. Na’Ilah (A1A021126)
3. Nadia Meylani (A1A021127)
4. Nadiyah Zulfa Islamy (A1A021128)
5. Ni Made Cahya Chinta Kusmaputri (A1A021129)
6. Nia Oktaviana (A1A021130)
7. Novia Romdani (A1A021131)
8. Nurwaidah (A1A021132)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Prodi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (C)

i
Tahun Ajaran 2022/2023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi yaitu anggota kelompok 6 dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 19 Februari 2022

Kelompok 6

iii
DAFTAR ISI

Cover...................................................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
Bab 2 Hasil Diskusi Kelompok.........................................................................................2
2.1 Hasil Diskusi Pertanyaan Pertama.................................................................................3
2.2 Hasil Diskusi Pertanyaan Kedua...................................................................................3
2.3 Hasil Diskusi Pertanyaan Ketiga...................................................................................4
Bab 3 Penutup....................................................................................................................5
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................5
Daftar Pustaka...................................................................................................................5

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penjaminan Kredit adalah badan hukum yang bergerak di bidang keuangan dengan
kegiatan usaha pokoknya melakukan penjaminan kredit. Pembentukan Lembaga atau Perusahaan
Penjaminan Kredit dimaksudkan untuk membantu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
dalam rangka mengakses pendanaan dari perbankan dan lembaga keuangan lainnya.
Bagi pelaku UMKM, kredit untuk modal kerja dan investasi dinilai cukup penting dalam
mengembangkan usaha dan meningkatkan produktifitas dari usaha yang Dijalani. Karena faktor
eksternal menyebabkan UMKM terkendala untuk memenuhi Kelengkapan persyaratan untuk
memperoleh pinjaman. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka (11) Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
(selanjutnya disingkat UU Perbankan), “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan Dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk meluasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Seiring berjalannya waktu, tingginya pertumbuhan UMKM semakin meningkat di setiap
daerah di Indonesia. Permasalahan bagi UMKM yang tidak memiliki agunan menyebabkan
lembaga keuangan enggan untuk memberikan kredit atau pinjaman. Dalam beberapa tahun
terakhir ini, pemerintah juga telah menerapkan pemberian kredit yang dikhususkan kepada
pelaku UMKM yang masih produktif. Dalam dunia perbankan penyediaan agunan sangat penting
dalam konteks pengendalian resiko kredit.
Untuk mengatasi permasalahan pemenuhan jaminan dalam mengakses pendanaan bagi
UMKM, lahirlah industri penjaminan diawali oleh kepentingan pemerintah untuk
memperdayakan UMKM, termasuk koperasi. Kehadiran industri penjaminan di Indonesia
diinisiasi oleh pemerintah dengan mendirikan Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK) pada
tahun 1970an yang dalam perkembangannya diubah menjadi Perusahaan Umum Pengembangan
Keuangan Koperasi (Perum PKK) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 51 tanggal 23 Desember
1981, yang kemudian disempurnakan dengan PP. No. 27 tanggal 31 Mei 1985. Keberadaan
industri penjaminan mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah dan banyak lembaga
penjamin yang didirikan oleh pemerintah.
Untuk konsisten mendukung kegiatan penjaminan, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Presiden Nomor 2 Tahun 2008 tentang Lembaga Penjaminan (selanjutnya disingkat Perpres
Lembaga Penjaminan), “Perusahaan Penjaminan adalah badan hukum yang bergerak di bidang
keuangan dengan kegiatan usaha pokok melakukan penjaminan”. Setelah menunggu lebih dari 1
tahun setelah dikeluarkannya Perpres tentang Lembaga Penjaminan, akhirnya Indonesia

1
membentuk dan mengesahkan peraturan perundang-undangan tentang penjaminan sebagai
payung hukum yang lebih kuat dalam kegiatan penjaminan. Undang-Undang No. 1 Tahun 2016
tentang Penjaminan (selanjutnya disingkat UU Penjaminan), Pasal 1 angka (1) menyatakan
“Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan oleh Penjamin atas pemenuhan kewajiban
finansial Terjamin kepada Penerima Jaminan”.9 Di dalam Kitab UndangUndang Hukum Perdata
(selanjutnya disingkat KUHPerdata) istilah penjaminan disamakan dengan istilah penanggungan.
Secara makro, industri penjaminan memiliki peran penting untuk menggerakkan ekonomi
nasional. Penjaminan merupakan usaha pemberian jaminan oleh lembaga penjamin atas
pemenuhan kewajiban finansial pihak terjamin kepada penerima jaminan. Dengan kata lain,
penjaminan kredit merupakan jembatan bagi pelaku UMKM yang usahanya feasible, tetapi
belum layak memperoleh pendanaan menjadi bankable atau layak mendapat pinjaman dari
lembaga perbankan dan lembaga keuangan lainnya.

BAB 2
HASIL DISKUSI KELOMPOK

Berikut ini adalah hasil diskusi dari kelompok 6 mengenai tiga pertanyaan yang sudah
diberikan :

2
2.1 Hasil Diskusi Pertanyaan Pertama
Lembaga Penjamin merupakan lembaga keuangan khusus yang berperan mendorong
kemandirian usaha dan pemberdayaan dunia usaha serta meningkatkan akses bagi dunia usaha,
khususnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan koperasi dan usaha prospektif
lainnya kepada sumber pembiayaan. Dalam perkembangannya, per 30 Juni 2020 terdapat 21
Lembaga Penjamin di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Perusahaan Penjaminan Kredit ini berfungsi menjamin pemenuhan kewajiban finansial
UMKM sebagai penerima kredit dari bank/lembaga keuangan. Kegiatan penjaminan merupakan
kegiatan perlindungan atau proteksi atas risiko kerugian yang mungkin terjadi, dimana risiko
kerugian tersebut harus dapat diukur secara finansial.
Melalui sistem penjaminan kredit, lembaga penjamin menjembatani akses UMKM ke
bank/lembaga keuangan, khususnya UMKM yang feasible namun belum bankable artinya
keterbatasan modal yang dimiliki UMKM disebabkan kesulitan mengakses sumber pembiayaan
karena tidak mampu menyediakan agunan. Perusahaan Penjaminan Kredit ini berfungsi
menjamin pemenuhan kewajiban finansial UMKM sebagai penerima kredit dari bank/lembaga
keuangan.
Menurut Kelompok kami adalah keuntungan yang di dapat dari lembaga ini untuk negara
atau provinsi adalah UMKM memiliki modal untuk membangun usaha, dengan begitu
penyerapan tenaga kerja menjadi lebih meluas, tingkat pengangguran mulai menurun dan
pendapatan masyarakat mengalami peningkatan. Selain itu lembaga penjaminan kredit sangat
diperlukan di setiap negara dan provinsi karena untuk menjamin kepastian dalam pengembalian
dana kredit dan mengurangi adanya resiko nasabah yang kabur dari tanggung jawab dan tidak
membayar kredit.
Contoh lembaga penjamin kredit yang sudah ada adalah Perusahaan Umum Jaminan
Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo) merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang memiliki fokus kegiatan usaha pada bidang penjaminan kredit, baik konvensional
maupun syariah. PT Jamkrindo memberikan penjaminan kredit bagi pelaku UMKM yang
usahanya feasible, tetapi belum layak memperoleh pendanaan menjadi bankable atau layak
mendapat pinjaman dari lembaga perbankan dan lembaga keuangan lainnya.
2.2 Hasil Diskusi Pertanyaan Kedua
Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan penjaminan kredit berdasarkan ketentuan Pasal 38 ayat
(1) UU Penjaminan menyatakan: “Kegiatan Penjaminan dan Penjaminan Syariah melibatkan 3
(tiga) pihak, yaitu Penerima Jaminan, Terjamin, dan Penjamin. Adapun penjelasan mengenai
pihak-pihak tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Pihak Penerima Jaminan

3
Penerima Jaminan adalah pihak yang berhak menerima pembayaran dari Penjamin
apabila Terjamin tidak dapat memenuhi kewajiban kreditnya pada waktu yang telah
disepakati, melalui kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Kerjasama. Penerima
Jaminan dapat digolongkan menjadi Bank dan non Bank. Penerima Jaminan Bank dapat
beruppa Bank Umum yaitu Bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah (termasuk Bank BUMN, Bank
Pembangunan Daerah, Bank Umum Swasta Nasional, Bank Asing dan Bank Campuran)
dan Bank Perkreditan Rakyat. Sedangkan pihak non Bank terdiri dari lembaga-lembaga
pembiayaan, Perusahaan Mpdal Ventura, Pegadaian dan lembaga-lembaga lainnya yang
meberikan kredit/pembiayaan kepada UMKMK.
2. Pihak Terjamin
Pihak Terjamin adalah pihak yang memperoleh penjaminan kredit dari Perusahaan, yaitu
Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) termasuk didalamnya
perorangan, kelompok, anggota maupun non anggota koperasi, pengusaha mikro atau
unit usaha suatu yayasan.
3. Pihak Penjamin
Penjamin adalah Perusahaan/Badan Hukum yang bergerak di bidang keuangan dengan
kegiatan usaha melakukan Penjaminan.

Dalam praktik kegiatan penjaminan secara sederhana, terdapat dua metode/sistem dalam
kegiatan penjaminan, yaitu: penjaminan secara otomatis bersyarat (Conditional Automatic Cover
atau CAC) dan penjaminan kasus per kasus (Case by Case atau CBC). CAC adalah sistem
penjaminan yang dilakukan secara otomatis bersyarat yang diberikan oleh Penjamin kepada
Penerima Jaminan tanpa terlebih dahulu dilakukan analisa kelayakan oleh Penjamin, sepanjang
memenuhi persyaratan sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Kerjasama (PKS). Metode CAC
tersebut tidak berarti bahwa Penjamin serta merta memberikan penjaminan dan tidak melakukan
analisa terhadap usaha Terjamin. Dengan metode CAC, Penjamin dan Penerima Jaminan terlebih
dahulu telah menyepakati ketentuan dan persyaratan kredit penjaminannya, dimana hal ini
merupakan kegiatan analisa kelayakan penjaminan. Sedangkan metode CBC adalah penjaminan
kredit dijamin secara kasus per kasus dengan plafond kredit yang telah ditentukan dalam
perjanjian kerjasama
2.3 Hasil Diskusi Pertanyaan Ketiga
Menurut kelompok kami dengan adanya lembaga penjamin kredit maka resiko kredit
dalam gagal bayar (risk default) akan lebih terkendali karena melalui sistem yang telah di
terapkan dalam lembaga penjaminan kredit sebelum memberikan pinjaman kepada suatu pihak
maka mereka terlebih dahulu akan melakukan survei untuk memastikan kesanggupan penerima
pinjaman untuk mengembalikan pinjaman. Selain itu, dengan adanya pihak penjamin maka akan
memperkecil resiko di terjadinya gagal bayar. Keberadaan perusahaan penjaminan kredit
memiliki peran yang sangat penting dalam pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah.
Keuntungan lainnya adalah jika terjadi kredit macet, maka bank akan mendapatkan pelunasan

4
lebih cepat, dibandingkan jika harus menunggu melikuidasi agunan dari terjamin/debitur. Tetapi
tidak bisa dipungkiri juga bahwa ada orang yang tetap enggan membayar dengan berbagai
alasan, setidaknya dengan adanya lembaga penjamin kredit dapat memperkecil resiko yang akan
timbul.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi yang kelompok kami telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Peranan perusahaan penjaminan kredit sangat penting dalam mengatassi permasalahan
UMKM mengakses kredit di sektor perbankan, dengan berlakunya Undang-Undang No.
1 Tahun 2016 tentang Penjaminan, pemerintah mendukung dan mendorong
pengoptimalan fungsi dari lembaga penjaminan di Indonesia, karena merupakan jembatan
bagi pelaku UMKM yang usahanya feasible, tetapi terkendala dalam penyediaan agunan
dalam mengakses kredit. Kehadiran perusahaan penjaminan kredit membantu perbankan
dalam menyalurkan kredit kepada pelaku usaha dengan adanya kerjasama penjaminan
kredit oleh lembaga penjaminan. Sehingga keberadaan perusahaan penjaminan kredit
memiliki peran yang sangat penting dalam pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan
menengah. Keuntungan lainnya adalah jika terjadi kredit macet, maka bank akan
mendapatkan pelunasan lebih cepat, dibandingkan jika harus menunggu melikuidasi
agunan dari terjamin/debitur.
2. Dalam kegiatan penjaminan kredit mekanisme yang digunakan ada dua, yaitu mekanisme
penjaminan tidak langsung dan mekanisme penjaminan langsung, dengan menggunakan
metode penjaminan secara otomatis bersyarat (Conditional Automatic Cover) dan metode
penjaminan kasus per kasus (Case by Case).

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir Dr, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012
https://idaqu.ac.id/2020/08/24/mengenal-lembaga-penjaminan-kredit-dan-infrastruktur/
https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/Pages/lembaga-keuangan-Micro.aspx

Anda mungkin juga menyukai