Anda di halaman 1dari 8

TUGAS EKONOMI PERENCANAAN

PEMBANGUNAN NASIONAL DAN TUJUAN PEMBANGUNAN NASIONAL


Dosen Pengampu : Drs. Wahidin, M.Si

DISUSUN OLEH :
NI MADE CAHYA CHINTA KUSMAPUTRI
A1A021129
IESP C / SEMESTER 3

PRGOGRAM STUDI ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN AJARAN 2022/2023
RESUME PEMBANGUNAN NASIONAL

 Pengertian Pembangunan Nasional

Pembangunan adalah suatu proses perubahan yang dilakukan secara terus-menerus dalam
memperbaiki segala bidang kehidupan masyarakat yang berdasarkan adanya nilai-nilai yang
dianut di masyarakat. Makna pembangunan dalam frasa pembangunan nasional ini lebih mengarah
pada pembangunan potensi, inisiatif, daya kreasi, dan kepribadian dari setiap masyarakatnya,
supaya menuju perubahan sosial yang lebih baik.

Pembangunan nasional merupakan suatu rangkaian usaha yang dilakukan secara berkelanjutan di
segala aspek bidang kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara menuju suatu keadaan yang lebih
baik. Proses pembangunan nasional adalah salah satu upaya merealisasikan tujuan nasional yang
telah tertera dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yakni “Melindungi segenap bangsa
dan segenap tumpah darah Indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.

Pembangunan nasional ini dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat dan juga pemerintah.
Masyarakat berperan sebagai pelaku utama pembangunan dan pemerintah memiliki kewajiban
untuk memberikan bimbingan dan menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan tersebut harus
saling melengkapi supaya dapat mencapai tujuan pembangunan nasional. Pembangunan nasional
menjadi suatu usaha yang dilakukan dari, oleh, dan untuk rakyat dalam semua aspek kehidupan
masyarakat, baik itu aspek politik, ekonomi, sosial budaya, hingga aspek pertahanan keamanan.

 Tujuan Pembangunan Nasional

Tujuan Jangka Panjang

1. Mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur secara merata, baik dalam materiil
hingga spiritual; yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

2. Menciptakan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan


rakyat dalam suasana kehidupan bangsa yang aman, tenteram, dan dinamis.

Tujuan Jangka Pendek

1. Meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan masyarakat untuk tahap


pembangunan berikutnya. Selain itu, tujuan dari upaya pembangunan nasional
dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan negara yang telah dimuat dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV, yaitu “…Melindungi segenap bangsa dan segenap
tumpah darah Indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.

 Asas Pembangunan Nasional

1. Asas Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa


2. Asas Manfaat
3. Asas Demokrasi Pancasila
4. Asas Adil dan Merata
5. Asas Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan dalam Perikehidupan
6. Asas Hukum
7. Asas Kemandirian
8. Asas Kejuangan
9. Asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

 Makna Pembangunan Nasional


Pembangunan nasioanal adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat,
bangsa, dan negara yang sekaligus merupakan proses pembangunan keseluruhan sistem
penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional. Dalam pengertian lain, pembangunan
mewujudkan nasional dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan nasional dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pembangunan yang untuk
melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional.
Pelasanaan pembangunan mewujudkan aspek kehidupan bangsa, yaitu aspek politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan secara berencana, menyeluruh, nasional dalam rangka
mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju. Oleh
karena itu, sesungguhnya pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus
menerus meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang
maju dan demokrasi berdasarkan Pancasila.

 Hakikat Pembangunan Nasional


Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Ini berarti dalam pelaksanaan pembangunan
nasional diperlukan hal-hal sebagai berikut:
1. Ada keselarasan, keserasian, kesimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh
kegiatan pembangunan. Pembangunan adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya
manusia untuk pembangunan. Dalam pembangunan dewasa ini, unsur manusia, unsur
sosial-budaya, dan unsur lainnya harus mendapatkan perhatian yang seimbang.
2. Pembangunan harus merata untuk seluruh masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air.
3. Subjek dan objek pembangunan adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga
pembangunan harus berkepribadian Indonesia pula.
4. Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah
pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan,
membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan
kegiatan pemerintah mesti saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi
dalam satu kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan nasional.

 Pembangunan Ekonomi Sebagai Prioritas Pembangunan Nasional

Ketika berbagai negara baru memperoleh kembali kemerdekaannya, apakah melalui perang
kemerdekaan atau melalui jalan damai di meja perundingan, kemerdekaan tersebut bukan hanya
menyangkut bidang politik, akan tetapi juga dalam bidang-bidang kehidupan dan penghidupan
yang lain. Salah satu implikasi dari persepsi demikian ialah bahwa suatu negara, bangsa bebas
untuk menentukan dan memilih sendiri cara-cara yang ingin ditempuhnya dalam upaya mencapai
tujuan negara, bangsa yang bersangkutan.

Terlepas dari cara dan pendekatan yang dilakukan, berbagai tindakan yang diambil, termasuk
kebijaksanaan dan prioritas pembangunannya dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan
seluruh warga masyarakat. Itulah sebabnya berkembang pandangan yang mengatakan bahwa suatu
negara modern merupakan suatu negara kesejahteraan (welfare state). Meskipun di banyak negara
industri maju konsep “negara kesejahteraan tidak lagi menonjol seperti halnya di masa-masa lalu
karena biaya yang sangat besar yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk menjamin tingkat
kesejahteraan yang tinggi bagi para warganya, kiranya masih relevan menekankan bahwa bagi
negara-negara yang tergolong miskin dan sedang membangun konsep tersebut masih wajar untuk
diwujudkan dan mekanisme untuk mencapai tujuan itu ialah dengan melakukan berbagai kegiatan
pembangunan.

Siapapun akan mengakui bahwa pembangunan merupakan kegiatan yang rumit karena sifatnya
multifaset dan multidimensional. Karakteristik demikian merupakan tuntutan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Itulah sebabnya bidang-bidang yang menjadi “objek” pembangunan
termasuk bidang politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, pendidikan, ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, dan administrasi pemerintahan negara.

Akan tetapi karena berbagai faktor keterbatasan yang dihadapi oleh suatu negara bangsa seperti
keterbatasan dana, keterbatasan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pembangunan, keterbatasan daya, dan keterbatasan
waktu pada umumnya suatu negara dihadapkan pada keharusan untuk menentukan skala prioritas
pembangunannya. Kemampuan yang dimiliki tidak memungkinkan penyelenggaraan
pembangunan dilakukan secara simultan dengan intensitas yang sama.

Tuntutan dalam penentuan prioritas dalam pembangunan bagi negara-negara yang sedang
membangun pada umumnya menunjuk pada pembangunan di bidang ekonomi. Tuntutan demikian
mudah dipahami dan diterima karena memang kenyataan menunjukan bahwa keterbelakangan
negara-negara tersebut paling terlihat dalam bidang ekonomi. Seperti dimaklumi, berbagai ciri
negara terbelakang atau sedang berkembang dalam bidang ekonomi antara lain ialah :

1. Banyaknya rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan absolut. Memang benar bahwa
berbagai negara menggunakan kriteria yang berbeda-beda tentang batas garis kemiskinan
tersebut. Ada yang menggunakan pendapatan perkapita penduduk. Ada yang
menggunakan konsumsi kalori 2000 unit dan protein 50 gram perhari sebagai tolak ukur
yang kemudian diterjemahkan ke uang. Dewasa ini makin banyak negara yang
menggunakan kriteria Bank Dunia sebagai patokan, yaitu apabila seseorang
berpenghasilan sampai dengan $300 Amerika Serikat setiap tahunnya, yang bersangkutan
dikategorikan sebagai orang yang hidup dibawah garis kemiskinan.
2. Di pihak lain, terdapat sejumlah kecil warga negara yang dengan standar internasional
sekalipun tergolong sebagai orang yang kaya raya, terutama mereka yang menjadi
usahawan pada tingkat konglomerat bahkan ada diantaranya yang menguasai perusahaan
yang bersifat oligopoly. Kesenjangan antara orang-orang berada seperti itu dengan warga
masyarakat yang tergolong miskin sangat besar. Kesenjangan tersebut mengundang “bibit”
kecemburuan sosial yang tidak mustahil menjurus kepada keresahan bahkan terganggunya
ketertiban dan keamanan umum.
3. Produk Domestik Kotor (Gross Domestic Product) yang rendah antara lain disebabkan oleh
produktivitas nasional yang rendah sebagai salah satu konsekuensi dari sumber daya
manusia yang tidak terampil.
4. Tingkat pendidikan rakyat yang belum tinggi dan bahkan banyak diantara penduduk yang
masih buta aksara. Seperti dimaklumi, jika pendidikan rata-rata warga masyarakat dalam
suatu negara adalah lulusan Sekolah Dasar, negara tersebut digolongkan sebagai negara
terbelakang. Jika pendidikan warga sudah mencapai lulusan sekolah menengah pertama,
negara dikategorikan sebagai negara berkembang. Suatu negara disebut negara maju
apabila pendidikan rata-rata para warganya sudah mencapai lulusan sekolah menengah
atas. Meskipun pendidikan merupakan bidang diluar ekonomi, hal ini perlu diperhatikan,
berkaitan langsung dengan tersedia tidaknya tenaga kerja yang terampil
5. Perekonomian yang masih bersifat tradisional, dalam arti berkisar pada kegiatan pertanian.
Tingkat produktivitas pertanianpun pada umumnya rendah antara lain karena :
a) Teknik bertani yang sudah using
b) Penggunaan pupuk, insektisida, dan pestisida yang rendah, baik karena para petani
yang tidak mengetahui cara-cara menggunakannya dengan tepat maupun karena
ketidakmampuan para petani untuk membelinya.
c) Rendahnya pengetahuan para petani tentang pertanian modern sehingga mereka
sering “terpukau” hanya pada satu jenis komoditi tertentu seperti padi dan belum
memahami pentingnya tekhnik yang lebih mutakhir seperti diversifikasi dan
intensifikasi.
6. Kegiatan perekonomian lainnya, seperti perikanan, peternakan, holtikultura, sering hanya
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri dan tidak ditujukan pada kebutuhan pasar.

Dengan perkataan lain, penduduk miskin di negara-negara terbelakang dihadapkan kepada


“lingkaran setan” yang mengandung komponen sebagai berikut :

1. Pendapatan perkapita yang rendah berakibat pada ketidakmampuan menabung


2. Tidak terjadinya pemupukan modal berarti tidak adanya investasi
3. Tidak adanya investasi, berarti tidak terjadinya perluasan usaha
4. Tidak adanya perluasan usaha berarti makin sempitnya kesempatan kerja
5. Sempitnya kesempatan kerja, berarti tingginya tingkat pengangguran
6. Pengangguran berarti tidak adanya penghasilan
7. Tidak adanya penghasilan berakibat pada tidak bergesernya posisi seseorang dibawah garis
kemiskinan

 Masalah Dalam Pembangunan Nasional


1. Produktivitas penduduk rendah
Tertinggalnya Indoensia di bidang produktivitas yang masih rendah dan tingkat
pertumbuhan penduduk masih cukup tinggi, membuat sumber daya manusia Indoensia
cenderung menjadi beban yang menghambar laju pertumbuhan Indoensia.
2. Kesenjangan sosial
Kesenjangan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja, pelayanan kesehatan,
kesenjangan pembngaunan antardaerah menyebabkan kecemburuan sosial.
3. Persaingan dan proteksi negara lain
Persaingan dan proteksi negara lain dalam bidang perdagangan, persaingan semakin ketat
dalam komoditas ekspor, seta tindakan proteksi negara lain merupakan hambatan
pengembangan ekspor Indonesia. Kekurangan modal dan teknologi juga menjadi pemicu
terhambatnya persaingan perdagangan secara internasional.
4. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan bangsa Indonesia pada umumnya masih rendah dan masih banyak
ditemui penduduk yang belum bisa membaca dan menulis.

 Cara Mengatasi Masalah Pembangunan Nasional

Sejumlah upaya untuk mengatasi pembangunan nasional diatas adalah sebagai berikut:

1. Memperbaiki kualitas pendidikan.


2. Meningkatkan kualitas kesehatan, dari sisi tenaga medis, alat dan tempat, hingga
aksesibilitas kesehatan masyarakat.
3. Melakukan pemberdayaan sumber daya manusia (SDM). Hal ini berguna agar seluruh
penduduk dapat mengembangkan potensinya dalam bersaing dengan kelompok atau
individu lain.
4. Mendorong mobilitas sosial. Hal ini bisa berupa suatu perpindahan penduduk dari satu
daerah ke daerah lain yang bertujuan memeratakan kepadatan warga. Namun, langkah ini
perlu disertai pula dengan pemerataan pembangunan.
5. Menciptakan peluang kerja secara merata. Pengangguran adalah masalah penting yang
perlu diatasi untuk menekan ketimpangan sosial. Jika tidak, masalah itu bisa memicu
persoalan sosial lainnya.

Sebagai upaya untuk terus mengurangi kesenjangan yang terjadi setiap tahunnya yaitu :

1. Menciptakan lapangan pekerjaan yang luas dan banyak untuk warga


2. Adanya upaya memberikan bantuan/subsidi kepada warga kurang mampu terhadap
kebutuhan pokoknya
3. Upaya meningkatkan berbagai fasilitas warga/masyarakat, seperti jalan, listrik, dan
lainnya.
4. Adanya pembatasan pajak dan retribusi daerah yang dapat merugikan usaha lokal maupun
orang miskin.
5. Upaya dalam merancang perlindungan sosial yang lebih tepat sasaran
6. Terus melakukan dan menyediakan pinjaman modal atau dana kepada warga di daerah
7. Mengupayakan mengurangi angka kematian ibu yang melahirkan
8. Mendirikan lembaga yang bergerak dalam bidang mikro, sehingga dapat memberikan
manfaat kepada warga setempat.
9. Memberikan warga atas hak penggunaan tanahnya demi kesejahteraan warga miskin
10. Terus melakukan perbaiki pendidikan ke semua daerah yang ada, tanpa pilih kasih
11. Terus melakukan upaya dalam meningkatkan fasilitas kesehatan masyarakat dimana pun
berada.

 Kesimpulan
Perencanaan pembangunan nasional akan terlaksana dengan baik, sinergis dan terarah apabila
diawali dengan perencanaan yang matang dan memperhatikan aspek kontinuitasnya. Dalam
mencapai suatu masyarakat yang adil, sejahtera dan makmur. Seiring dengan makin mantapnya
pelaksanaan pembangunan nasional dan daerah, maka sebagai konsekuensi logisnya adalah bahwa
Pemerintah Pusat maupun Daerah dituntut untuk lebih siap dan mandiri dalam menyusun strategi
pembangunan dalam rangka mengembangkan daerahnya sehingga mampu menghadapi era
globalisasi dan persaingan yang semakin kompetitif. Perencanaan Pembangunan yang baik akan
mampu menjamin terlaksananya pembangunan yang menyeluruh terarah dan terpadu.
Perencanaan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai agar apa yang hendak
dilaksanakan benar-benar dapat terwujud dengan baik. Dan peranan pemerintah daerah sebagai
entrepreneur yaitu, pemerintah daerah dapat mendorong tumbuhnya entrepreneur melalui
kebijakan kecil atau industri kecil. Kebijakan bagi usaha kecil yaitu melalui pemberian bantuan
dan pelatihan kepada usaha perorangan untuk meningkatkan usahanya. Jika ada pengusaha yang
kekurangan modal maka pemerintah bisa membantu dengan memberi kredit dan subsidi kepada
pengusaha di daerah. Diharapkan dengan subsidi dan kredit tersebut pengusaha kecil akan
mempunyai tingkat yang cukup besar untuk pengembangan usaha lebih lanjut
 Saran
Dalam suatu perencanaan pembangunan baik perencanaan pembangunan nasional maupun
memperhatikan aspek kontinuitas dan mampu menghadapi era globalisasi dan persaingan yang
semakin kompetitif serta dapat mencapai tujuan dari apa yang ingin dicapai. Pemerintah dan
masyarakat harus bekerjasama untuk melaksanakan pembangunan nasional, dengan pemerintah
sebagai agen perubahan dan masyarakat sebagai penggerak pembangunan nasional.

Anda mungkin juga menyukai