A. Latar Belakang
1
Siti Nurhasanah, 2015
PELATIHAN PENDAMPINGAN SOSIAL DALAM MENINGATKAN KEMAMPUAN
FASILITAS PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DIBBPKS REGIONAL II BANDUNG
Selain itu, target kesejahteraan sosial tidak ditujukan serta disasarkan
tidak hanya pada satu golongan tetapi kepada seluruh lapisan masyarakat yang
beragam tanpa melihat status sosial. Tujuan dan perhatian utama didalam
pengembangan kesejahteraan sosial adalah Membuat kelompok-kelompok yang
membutuhkan agar dapat terbantu , terutama yang berhubungan dalam hal
kemiskinan. Saat ini sendiri masalah sosial yaitu ”kemiskinan” telah menjadi
suatu permasalah sosial yang kerat kaitanya dengan kesejahteraan sosial.
Kemiskinan menjadi salah satu masalah besar yang terus terjadi dan dihadapi
yang selalu menjadi topik pembahasan di masyarakat. Terkait dengan masalah
sosial yaitu kemiskinan juga merupakan salah satu aspek atau unsur yang terdapat
pada MDGs (Millineum Development Gold) yang menjadi salah satu tolak ukur
pembangunan suatu negara.2
Berdasarkan data yang dikemukakan oleh BPS dan Depsos dalam Suharto
(2009) mengatakan bahwasanya kemiskinan adalah suatu keadaan dimana bawah
garis nilai standar kebutuhan minimum, baik itu terkait dengan pangan maupun
non pangan non, yang disebut garis kemiskinan ataupun batasan kemiskinan.
Garis kemiskinan merupakan sejumlah nominal atau nilai yang dibutuhkan bagi
setiap lapisan masyarakat didalam memenuhi serta membiayai kebutuhannya.
Terdapat beberapa tujuan yang tertuang di dalam Millineum Development Gold
(MDGs) salah satunya mengenai penghapuskan kemiskinan ektrim dan kelaparan,
memenuhi kebutuhan pendidikan dasar, mempromosikan kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan, menguarangi HIV/AIDS, dan beragam penyakit
lainya, menjamin keberlanjutan lingkungan hidup dan mengembangkan kemitraan
global untuk pembangunan. Selain itu, pencapaian sasaran MDGs menjadi salah
satu prioritas utama bangsa Indonesia. Pencapaian tujuan dan terget tersebut
bukanlah semata-mata tugas pemerintah tetapi merupakan tugas seluruh
komponen bangsa.
2
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 12, No. 03, 2007 : 1-11
MASALAH
Sebagaimana yang tertuang dalam UUD Tahun 1945 Pasal 33, yang
menyebutkan bahwasanya “perekonomian dirangkai didasarkan pada upaya
bersama dengan berasaskan kekeluargaan”, serta yang tertuang dalam UUD tahun
1945 Pasal 34 yang berbunyi: “tunawisma diawasi atau diperhatikan oleh negara”.
Hal tersebut berarti negara indonesia merupakan negara yang menganut model
negara kesejahteraan. Hal ini didukungan dengan pendapatan yang hal ini sejalan
dengan pendapat yang disampaikan oleh Edi Suharto (2005), yang mengatakan
bahwasanya Indonesia menganut faham “welfare state” dengan model
“participatory welfare state” negara kesejahteraan partisipative.
3
Soetarso, 1980
Kesejahteraan Sosial, Pelayanan sosial dan kebijakan sosial
Kesejahteraan sosial juga merupakan kegiatan yang terstruktur yang juga
telah dirancang atau dirancankan.Berdasakan pendapat yang dikemukakan oleh
Dunham (Soetarso, 1980), bahwa kesejahteraan sosial sebagai tahapan-tahapan
yang tersusun yang juga telah dirancang untuk dapat meningkatkan serta
memperbaiki suatu kondisi sejahtera secara sosial. Perlu diperhatikan bahwasanya
kesejahteraan sosial ialah hak yang dimiliki oleh setiap individu , kesejahteraan
sosial juga ialah cita-cita dan keinginan yang ingin dicapai dari pembangunan
nasional, yang dilakukan oleh negara bersama dengan masyarakat. Kesejahteraan
sosial menjadi bagian atau indikator kinerja didalam pembangunan nasional.
Oleh karenanya , jika kesejahteraan sosial ini tidak dapat terwujud, maka hal ini
menggambarkan kegagalan negara didalam melaksanakan pembangunan nasional.
Dengan kata lain pembangunan kesejahteraan sosial tidak kalah strategisnya
4
dengan pembangunan ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan. Pertumbuhan
ekonomi, stabilitas politik, pertahanan dan keamanan nasional tidak akan bisa
tercapai jika jumlah penduduk miskin, pengangguran dan angka putus sekolah
relatif tinggi, kesenjangan dan konflik sosial meluas dan meningkatnya perilaku
anti sosial tidak dapat dikendalikan. Inilah konfigurasi pembangunan nasional,
dimana pembangunan kesejahteraan sosial menempati posisi sebagai
pembangunan sektoral yang sangat strategis.
4
Soetarso, 1980
Kesejahteraan Sosial, Pelayanan sosial dan kebijakan sosial
Pembangunan yang terpusat dan tidak merata yang dilaksanakan selama
ini ternyata hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi yang tidak di imbangi
kehidupan sosial, politik, ekonomi yang demokratis dan berkeadilan. Fundamental
perekonomian yang lemah, penyelenggaran pemerintah yang sangat birokratis dan
cenderung tidak adil dan jujur serta tidak demokratis 5telah menyebabkan krisis
moneter dan ekonomi yang nyaris terus menerus terjadi pada krisi moral yang
memprihatikan. Hal ini yang menjadi faktor utama penyebab timbulnya krisis
nasional jangka panjang , yang juga akan berdampak buruk dan akan
membahayakan persatuan dan kesatuan, mengancam keberlangsungan kehidupan
bangsa dan negara.
5
Refika Aditama, 2005
Analisis Kebijakan Publik : Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial
Sukirno
Ekonomi Pembangunan
Ketimpangan penguasaan sumber daya yang di ideologikan lewat The
Law of Comparative Advatege kemudian memperoleh dukungan dengan adanya
model pembanguan yang menerapkan “Trickle Down Effect”, efek menetes
kebawah, yang mana dalam perjalananya ternyata sangat sulit untuk diwujudkan.
Ketimpangan atau kesenjangan ekonomi dan sosial lah yang 6kemudian muncul
membarengi peningkatan dalam hal perekonomian yang tinggi.
ANALISIS
7
Awan Setya Dewantara, dkk. 1985
Substansi Permasalahan Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial
Suharto, Edi, 2002
Cooping Strategies dan Keberfungsian Sosial : Mengembangkan Pendekatan Pekerjaan Sosial
dan Memerangi Kemiskinan
Tolak Ukur utama dari kemiskinan atau kesejahteraan masyarakat adalah
pendapatan perkapita. Padahal sebenarnya terdapat ukuran yang lebih baik untuk
menunjukkan kesejahteraan sosial masyarakat. Konsep standar kehidup menjadi
suatu cara yang dilakukan didalam mengukur tingkat kesejahteraan sosial yang
mefokuskan kepada pengeluaran agregat dari seluruh konsumsi barang dan jasa
yang dinilai dalam harga.
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa yang dilihat adalah oportuniti
rumah tangga dalam berkonsumsi, jadi bukan merupakan konsumsi aktual.
Indikator kesejahteraan yang lain yang digunakan adalah tingkat kesesuaian hidup
atau keinginan , tingkat kematian bayi, tingkat melek huruf dan juga pendidikan.
Data yang diperoleh oleh World Bank, menunjukkan pada hampir semua
negara terjadi peningkatan angka harapan hidup yang cukup signifikan setiap
tahunnya.Serupa dengan fenomena yang terjadi di Indonesia di mana angka
harapan hidup yang menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan.
Kondisi ini secara langsung menunjukkan bahwa sudah terjadi pembangunan
yang meningkatkan kesejahteraan sosial seluruh rakyat.8
PENUTUP
8
Dasgupta P & Maller, 1991
The Enviroment and Emerging Development issue Proceedings of The Annual
World BANK Conference on Develpoment Economies
Kemiskinan dan Kesejateraan sosial merupakan dua hal yang
berkesinambungan. Kemiskinan dan kesejahteraan merupakan dua kutub berbeda
yang harus saling meniadakan dalam mencapai masyarakat madani. Dibutuhkan
keterkaitan yang sangat erat antara berbagai macam program yang dilakukan oleh
pemerintah dan kebutuhan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga setiap
kebijakan bisa sesuai dengan sasaran yang diharapkan.
9
Idzaa Marfuah
Kemiskinan dan Kesejahteraan