Anda di halaman 1dari 9

Teori Pembangunan Sosial

Definisi pembangunan sosial menurut Midgley (2005:37), adalah suatu proses perubahan sosial yang terencana yang didesain untuk mengangkat kesejahteraan penduduk secara menyeluruh, dengan menggabungkannya dengan proses pembangunan ekonomi yang dinamis. Mengapa direncanakan? Hal ini karena diinginkan adanya perubahan manusia dan kesejahteraan. Lebih lanjut Midgley (2005:38-41) mengajukan ada delapan aspek yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu: 1. Proses pembangunan sosial sangat terkait dengan pembangunan ekonomi. Aspek ini yang membuat pembangunan sosial berbeda ketika dibandingkan dengan pendekatan lain dalam mengangkat kesejahteraan orang banyak. Pembangunan sosial mencoba untuk mengaplikasikan kebijakan-kebijakan dan program-program sosial untuk mengangkat kesejahteraan sosial, pembangunan sosial melakukannya dengan konteks proses pembangunan. 2. Pembangunan sosial mempunyai fokus berbagai macam disiplin ilmu (interdisipliner) berdasarkan berbagai ilmu sosial yang berbeda. Pembangunan sosial secara khusus terinspirasi dari politik dan ekonomi. Pembangunan sosial juga menyentuh nilai, kepercayaan dan ideologi secara eksplisit. Dengan isu-isu ideologis, pembagunan sosial diharapkan dapat lebih baik menciptakan intervensi dalam menganalisa dan mengahadapi masalah sosial dalam mengangkat kesejahteraan masyarakat. 3. Konsep pembangunan sosial lebih menekankan pada proses. Pembangunan sosial sebagai konsep dinamis memiliki ide-ide tentang pertumbuhan dan perubahan yang bersifat eksplisit dimana istilah pembangunan itu sendiri lebih berkonotasi pada semangat akan perubahan yang positif. Secara literal, pembangunan adalah satu proses pertumbuhan, perubahan, evolusi dan pergerakan. Pembangunan sosial memiliki tiga aspek, pertama, kondisi sosial awal yang akan diubah dengan pembangunan sosial, kedua, proses perubahan itu sendiri, ketiga, keadaan akhir ketika tujuan-tujuan pembangunan sosial telah tercapai. 4. Proses perubahan yang progresif. Perubahan yang dilakukan berusaha untuk perbaikan bagi seluruh manusia. Ide-ide akan perbaikan dan peningkatan sosial sangat dibutuhkan dalam pembangunan sosial. 5. Proses pembangunan sosial bersifat intervensi . Peningkatan perubahan dalam kesejahteraan sosial terjadi karena adanya usaha-usaha yang terencana yang dilakukan oleh para pelaku perubahan, bukan terjadi secara natural karena

bekerjanya sistem ekonomi pasar atau dengan dorongan historis. Proses pembangunan sosial lebih tertuju pada manusia yang dapat mengimplementasikan rencana dan strategi yang spesifik untuk mencapai tujuan pembangunan sosial. 6. Tujuan pembangunan sosial didukung dengan beberapa macam strategi, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan menghubungkan intervensi sosial dengan usaha pembangunan ekonomi. Keduanya didasari oleh keyakinan dan ideologi yang berbeda tetapi hal ini dapat diharmonisasikan meskipun masih ditemui kesulitan untuk merangkum semuanya dalam sebuah sintesa. 7. Pembangunan sosial lebih terkait dengan rakyat secara menyeluruh serta ruang lingkupnya lebih bersifat inklusif atau universal. Pembangunan sosial fokus makronya menargetkan perhatian pada komunitas, daerah dan masyarakat. Pembangunan sosial lebih tertuju pada mereka yang terlantar karena pertumbuhan ekonomi atau tidak diikutsertakan dalam pembangunan (orang miskin dalam kota, penduduk desa yang miskin, etnis minoritas dan wanita). Pembangunan sosial fokusnya bersifat pembagian daerah (spasial) seperti dalam kota, masyarakat pedesaan, perkotaan, daerah-daerah atau negara. 8. Tujuan pembangunan sosial adalah mengangkat kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial menurut Midgley disini berkonotasi pada suatu kondisi sosial di mana masalahmasalah sosial diatur, kebutuhan sosial dipenuhi dan terciptanya kesempatan sosial (2005:21). Bukan sekedar kegiatan amal ataupun bantuan publik yang diberikan oleh pemerintah (2005:19). Dari penjelasan tersebut di atas, terlihat bahwa pembangunan sosial menurut Midgley (2005:34) adalah pendekatan pembangunan yang secara eksplisit berusaha mengintegrasikan proses ekonomi dan sosial sebagai kesatuan dari proses pembangunan yang dinamis, membentuk dua sisi dari satu mata uang yang sama. Pembangunan sosial tidak akan terjadi tanpa adanya pembangunan ekonomi, begitu pula sebaliknya pembangunan ekonomi tidaklah berarti tanpa diiringi dengan peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat secara menyeluruh. Orientasi pembangunan ekonomi perlu diikuti oleh pembangunan sosial, yang diartikan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan secara menyeluruh. Paling tidak hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan sosial tersebut adalah (a)

social services, (b) social welfare services, dan (c) community development. Meminjam asumsi Todaro (M. P. Todaro, 1989: 92), ada tiga sasaran yang seyogyanya dicapai dalam pembangunan sosial, yaitu : Pertama, meningkatkan ketersediaan dan memperluas distribusi barang-barang kebutuhan pokok. Kedua, meningkatkan taraf hidup, yaitu selain meningkatkan pendapatan, memperluas kesempatan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan juga perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan kemanusiaan, yang keseluruhannya akan memperbaiki bukan hanya kesejahteraan material tetapi juga menghasilkan rasa percaya diri sebagai individu ataupun sebagai suatu bangsa. Ketiga, memperluas pilihan ekonomi dan sosial yang tersedia bagi setiap orang dan setiap bangsa dengan membebaskan mereka dari perbudakan dan ketergantungan bukan hanya dalam hubungan dengan orang dan negara lain tetapi juga terhadap kebodohan dan kesengsaraan manusia. Pembangunan, dengan demikian, harus dipahami sebagai suatu proses berdimensi jamak yang melibatkan perubahanperubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan kelembagaan nasional. (Prayitno, 2009). Lebih lanjut Moeljarto dalam Prayitno (2009) berpendapat, bahwa sekurangkurangnya pembangunan sosial itu memiliki tiga kategori makna (Moeljarto T., 37-40), yaitu (1) pembangunan sosial sebagai pengadaan pelayanan masyarakat, (2) pembangunan masyarakat sebagai upaya terencana untuk mencapai tujuan sosial yang kompleks dan bervariasi, dan (3) pembangunan sosial sebagai upaya yang terencana untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk berbuat. Beragamnya tujuan dan makna pembangunan sosial, maka dalam pertemuan ahli dari UNCRD di Nagoya menerima definisi lengkap sebagai : "Pembangunan Sosial tidak hanya diukur melalui peningkatan akses pelayanan seperti kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan, melainkan melalui kemajuan dalam pencapaian tujuan sosial yang lebih kompleks dan kadang-kadang beragam seperti persamaan, 'keadilan sosial', promosi budaya, dan ketentraman batin, juga peningkatan kemampuan manusia untuk bertindak, sehingga potensi kreatif mereka dapat dikeluarkan dan membentuk perkembangan sosial" (Moeljarto T., 40).

Kemudian dalam kaitannya dengan strategi pembangunan sosial yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, Midgley (2005:149201) mengemukakan ada tiga strategi besar, yaitu: 1. Pembangunan kesejahteraan Sosial oleh Individu, di mana kesejahteraan masyarakat secara mereka masing-masing. Pendekatannya lebih mengarah pada keseluruhan dapat diangkat ketika para individu berusaha untuk mengangkat pendekatan individualis dan pendekatan enterprise (usaha). 2. Pembangunan Sosial oleh Masyarakat, di mana masyarakat saling bekerja sama secara harmonis serta memiliki tujuan yang sama untuk memenuhi kebutuhan mereka, memecahkan permasalahan mereka dan berusaha menciptakan kesempatan guna memperbaiki hidup. Pendekatannya lebih dikenal dengan nama pendekatan kemasyarakatan. 3. pembangunan Sosial oleh Pemerintah, di mana pembangunan sosial dilakukan oleh pemerintah, dengan agen-agennya yang khusus, pembuatan kebijakan, para perencana dan administraturnya. Negara mewakili kepentingan masyarakat secara keseluruhan dan memiliki tanggung jawab mengangkat kesejahteraan seluruh warganegaranya. Pendekatannya lebih dikenal dengan nama pendekatan statist / negara. Berkaitan dengan kondisi Indonesia yang kompleks, ternyata tidak dapat dipilih satu dari tiga strategi tersebut, tetapi ketiga strategi tersebut perlu terus dilaksanakan. Artinya, ketika pemerintah melakukan pembangunan sosial, maka peran-peran dari swasta dan sektor ketiga (masyarakat madani) terus ditumbuhkan. Sehingga, tidak terjadi dominasi pemerintah dalam penanganan pembangunan sosial. Masing-masing pihak terus menunjukkan kiprahnya. Bahkan, bisa melakukan sinergi untuk mempercepat proses pembangunan sosial. Jika swasta dan sektor lain mampu memberikan kontribusi pada Negara, maka diharapkan akan dapat mengurangi beban pemerintah. Sehingga, pemerintah bisa mengalokasikannya untuk program strategis lainnya (Prayitno, 2009).

Selengkapnya akan kami muat di blog ini, tulisan dari Bapak Nandang Mulyana sebagai berikut ; Pembangunan biasanya diidentikkan dengan ekonomi. Keberhasilan pembangunan selalu diukur dengan pencapaian dan pertumbuhan ekonomi seperti pendapatan perkapita yang hanya didasarkan pada pendapatan rata-rata yang diterima oleh anggota masyarakat. Contoh lain keberhasilan pembangunan dilihat dari pertumbuhan ekonomi dalam jangka waktu tertentu. Pembangunan yang hanya mendasarkan pada pertumbuhan ekonomi menyebabkan semakin terjadinya kesenjangan dalam masyarakat. Di banyak negara, khususnya negara berkembang, pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama. Akibatnya muncul berbagai ketimpangan khususnya kemiskinan yang merupakan dampak dari pembangunan ekonomi. Untuk mengatasi permasalahan ketimpangan yang disebabkan karena lebih memprioritas pembangunan ekonomi perlu adanya pembangunan tandingan yang berupa pembangunan sosial. Pembangunan sosial menurut Midgley (1995; 250) adalah a process of planner social change designed to promote the well-being of thw population as a whole in conjunction with a dynamic process of development. Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Midgley tersebut terlihat bahwa pembangunan sosial ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup seluruh masyarakat. Peningkatan taraf hidup masyarakat tersebut tidak dapat dilakukan tanpa adanya keterkaitan dengan pembangunan ekonomi. Jadi pokok pikiran dari Midgley bahwa pembangunan sosial tidak akan dapat dijalankan tanpa adanya keterpaduan dengan pembangunan ekonomi. Perencanaan dalam pembangunan sosial harus juga membuat perencanaan pembangunan ekonomi. Selanjutnya Edi Suharto mengartikan pembangunan sosial sebagai suatu pendekatan pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara paripurna, yakni memenuhi kebutuhan manusia yang terentang mulai dari kebutuhan fisik sampai sosial. Berdasarkan definisi dari Edi Suharto tersebut terlihat bahwa pembangunan sosial lebih kepada meningkatkan keadilan terhadap semua anggota masyarakat. Jadi pembangunan sosial adalah proses pembangunan yang direncanakan dan diselaraskan dengan pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan keadilan.Untuk melihat suatu pembangunan mempunyai dimensi pembangunan sosial dapat dilihat dari karateristik pembangunan sosial itu sendiri.

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan di segala bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu. Pembangunan nasional di Indonesia, misalnya merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan berdasarkan rencana tertentu, dengan sengaja dan memang dikehendaki baik oleh pemerintah yang menjadi pelopor pembangunan maupun oleh masyarakat.[1]

Tahap-tahap pembangunan Apabila pembangunan dikaitkan dengan tahap-tahapanya, maka dikenal dengan adanya tahap perencanaan, penerapan atau pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahap perencanaan perlu adanya identifikasi terhadap berbagai kebutuhan masyarakat, pusat perhatianya, stratifikasi sosial, pusat kekuasaan, maupun saluran komunikasi. Pada tahap penerapan atau pelaksanaan perlu diadakan penyorotan terhadap kekuatan sosial dalam masyarakat. Disamping itu juga harus diadakan pengamatan terhadap perubahan sosial yang terjadi. Dalam tahap evaluasi diadakan analisis terhadapa efek pembangunan sosial. Kiranya sulit untuk membayangkan keberhasilan pembangunan apabila tidak diadakan evaluasi terhadapa apa yang sudah dicapai. Sebab, mengadakan pembangunan tidaklah cukup apabila dilandasi dengan itikad baik dan semangat saja. Usaha lainya sangat diperlukan untuk mengidentifikasikan apa yang kurang, perlu adanya evaluasi UNESCO (Poostchi, 1986:1) mengatakan bahwa tujuan pembangunan bukan membangun barang melainkan membangun orang dan masyarakat. Pernyataan tersebut memang tidak harus diartikan bahwa dalam pembangunan masyarakat upaya untuk membangun hal-hal yang bersifat fisik ata benda-benda diabaikan. Pembangunan fisik tetap diperlukan tetapi dalam rangka mendukung pembangunan yang terpenting adalah aspek manusia dan masyarakatnya.

Pembangunan sosial menurut Raanan Weitz (1986) adalah strategi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara paripurna. Pembangunan sosial lebih berorientasi pada prinsip keadilan sosial ketimbang pertumbuhan ekonomi. beberapa sector yang menjadi pusat perhatian pendekatan ini mencakup pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, jaminan sosial dan pengentasan kemiskinan. Secara sempit, pembangunan sosial dapat didefinisikan sebagai pembangunan kesejahteraan sosial. Karena berorientasi pada peningkatan keberfungsian sosial kelompok-kelompok yang tidak beruntung yang meliputi fakir Miskin, anak terlantar, anak jalanan, pekerja anak, keluarga rentan, wanita rawan sosial ekonomi dan komunitas adat local[2]. Terdapat beberapa pengamatan mengenai pelaksanaan pembangunan Negara-negara berkembang pada decade 1960-an yang lebih berorientasi pada pembangunan ekonomi saja dinilai memiliki beberapa kelemahan. Di tengah laju pertumbuhan ekonomi yang cukup mengesankan, masih banyak penduduk miskin dan tuna karya yang bukan saja tidak meningkat taraf hidupnya, bahkan tidak sedikit yang mengalami kemerosotan. Factor-faktor yang diduga penyebab kondisi tersebut adalah kecilnya akses terhadap pasar dan sumber daya, lemahnya kemampuan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia, structural sosial yang tidak seimbang serta urban bias dalam proses pengambilan keputusan dan alokasi dana. Berdasarkan pertimbangan tersebut, pelaksanaan pembangunan pada decade 1970-an diusahakan untuk lebih banyak menaruh perhatian pada aspek manusianya. Hal itu tercermin dari tajuk yang digunakan untuk pelaksanaan pembangunan pada priode tersebut, yaitu socio-ekonomi development. Sebagai implelmentasinya disamping diorientasikan untuk peningkatan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi, program-program pembangunan juga diarahkan untuk memberikan prioritas pelayanan kepada lapisan masyarakat yang hidup dibawah standar yang layak. Impilkasi yang diharapkan melalui pendekatan tersebut adalah, adanya hasil-hasil yang nyata dibidang ekonomi dan sosial sekaligus berupa: pertumbuhan ekonomi yang pesat dan berkesinambungan berkurangnya pengangguran, berkurangnya dampak negative dibidang kesehatan sebagai akibat kemiskinan, meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menikmati hasil pembangunan[3] Dalam KTT telah disepakati beberapa dimensi yang harus ada dalam program-program pembangunan seperti: dimensi sosial ekonomi, konservasi dan pengelolaan sumber daya alam, pengambangan jaringan kerjasama dan pemenuhan sarana pelaksanaan. Sementara pembangunan telah diartikan sebagai pertumbuhan plus perubahan (growth plus change), yang merupakan kombinasi berbagai proses ekonomi, sosial dan politik untuk mencapai kehidupan yang lebih baik (PBB, 1972). Secara umum aspek ekonimi merujuk kepada pendapatan perkapita yang semakin meningkat. Aspek sosial merujoses perubahan sosial yang di uk kepada sesuatu yang menyangkut kualitas kehidupan bersama. Aspek politik merujuk kepada kesejahteraan pemerintah yang ditujukan untuk mendukung perubahan ekonomi dan sosial. Pembangunan sosial merupakan suatu proses perubahan yang didisain dan direncanakan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat secara keseluruhan dan harus melengkapi dengan di ikuti proses dinamika pembangunan ekonomi.

[1] Soejono Soekanto, sosiologi suatu pengantar. Jakarta: C.V. Rajawali, 1990. h. 454 [2] Edi Suharto. Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strtategi. Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 2004.h. 46. [3] Soetomo. Strategi-strategi pembangunan masyarakat. Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2006. h.6

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2284404-pembangunan-sosialpengertian-pembangunan-sosial/#ixzz2taVPrWiW 1. Pembangunan Sosial Pengantar 2. Pembangunan Pembangunan merupakan proses perubahan yang terencana dari suatu situasi nasional yang satu ke situasi nasional yang lain yang lebih tinggi (Katz dalam Tjokrowinoto, 1995: 1) Intinya adalah proses perubahan terencana 3. Dapat dikatakan bahwa pembangunan merupakan suatu upaya perubahan menuju keadaan dan situasi yang lebih baik Tertinggal menjadi Maju Tradisional menjadi Modern Bodoh menjadi Pintar Miskin menjadi Kaya Sakit menjadi Sehat 4. Menurut Korten (2001: 110) Pembangunan adalah: Proses di mana anggota-anggota suatu masyarakat meningkatkan kapasitas perorangan dan institusional mereka untuk memobilisasi dan mengelola sumberdaya untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan dan merata dalam kualitas hidup sesuai dengan aspirasi mereka sendiri. 5. Dengan demikian, tujuan dilaksanakan pembangunan bukan hanya sekedar untuk mencapai hasil ekonomi. Pembangunan tidak sama dengan industrialisasi. Proses pembangunan hendaknya menekankan pentingnya peningkatan kapasitas perorangan dan institusional masyarakat yang menjadi sasaran. 6. Pembangunan yang selama ini mengutamakan pertumbuhan ekonomi ternyata menimbulkan masalah-masalah seperti kemiskinan, kerusakan lingkungan hidup dan lain-lain (Korten, 2001: 1). Pembangunan ekonomi belum terakomodasi dengan meningkatkan derajat kemajuan sosial. 7. Distorted Development yang pembangunan ekonominya tidak disertai dengan suatu tingkat yang memadai dari pembangunan bidang sosial.kegagalan untuk mengharmonikan tujuan-tujuan pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial, dan juga menjamin bahwa keuntungan dari kemajuan ekonomi dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Midgley (1995: 4). 8. Kegagalan yang terjadi adalah kegagalan dalam menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan obyektifitas pembangunan bidang sosial. Misalnya: pendapatan perkapita tinggi tetapi masih banyak yang pengangguran, pembangunan perumahan yang masif tapi perkampungan kumuh masih banyak, dan lainnya 9. Midgley (1995: 7-10) menegaskan bahwa untuk dapat mengatasi permasalahan pembangunan yang terdistorsi ini (distorted development) memang dibutuhkan perspektif baru dalam upaya pembangunan. Perspektif baru tersebut adalah perspektif pembangunan sosial. 10. Midgley (1995: 25) Pembangunan sosial merupakan sebuah proses perubahan sosial yang terencana dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh, yang berhubungan dengan proses dinamis dalam pembangunan ekonomi. 11. Pembangunan sosial berupaya menggantikan pendekatan yang bersifat residual dan institusional yang mendominasi pemikiran di masa lalu. Mengaitkan kesejahteraan sosial secara langsung dengan kebijakan-kebijakan dan program pembangunan ekonomi.

12. Pendekatan pembangunan sosial menekankan pada pembangunan yang berpusat pada manusia (people-centered development). Pembangunan yang bertujuan untuk mewujudkan self-sustaining capacity dari masyarakat itu sendiri. 13. Sehingga dapat membangun kesadaran dan kemampuan masyarakat yang terlibat dalam seluruh proses pembangunan tersebut untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan (sustained development). Tujuan tersebut merupakan isu sentral dalam pembangunan sosial. 14. TUGAS INDIVIDU: Kasus tentang Berikan analisa mengenai salah satu masalah sosial yang ada di Jatinangor. Seperti biasa, diserahkan hari senin dan cukup satu halaman. 15. Masalah Sosial di Jatinangor Free sex 12 Kemiskinan 3 Pengemis 12 PKL 3 Kriminalitas 8 Kenakalan remaja 2 Sampah-banjir 7 Pekerja anak 1 Lingkungan 5 Pengangguran 1 Anak jalanan 5 Perumahan 1 Pendidikan rendah 4 Belum fokus 2 16. Paradigma Pembangunan 17. Teori Teori Ilmu Filsafat Sosial Teori Ilmu Sosial Teori Pembangunan < Abad 16 Abad 17 18 Abad 19 Abad 20 SUPRA HUMAN & HUMAN ACTION HUMAN IDEA (IDEALIST THEORIST) THE ROLE OF ECONOMICS AND SOCIAL FORCES (MATERIALIST THEORIES) God is the prime-mover Planetary forces Human conflict (Chaldun) The role of human idea in social change Theory of surplus value (Marx) Theory of social order and stability (Durkheim) Theory of rationalisation (Weber) 1950s teori modernisasi 1960s teori dependensi 1970s teori sistem dunia 18. Teori Pembangunan 1950s 1970s Akhir 1970an sekarang Teori Modernisasi Teori Dependensi Teori Sistem Dunia Pendekatan Kebutuhan Pokok Pendekatan Egaliter Pembangunan Berkelanjutan People Centered Ethno Development Participatory Development Good Governance 19. Paradigma Pembangunan Moderenisasi Pertumbuhan Keb. Dasar Dependensia Structural Change Paradigma Fungsionalis Paradigma Konflik 20. Paradigma Fungsionalis Dimotori oleh teori modernisasi Asumsi teori modernisasi: sosiologis: pembangunan menyebabkan diferensiasi struktural - ekonomi: ditandai dengan adanya investasi produktif - politik: penguatan kapasitas sistem politik (misalnya parpol) 21. Landasan utama yaitu teori evolusi: - searah(linear): tradisional-moderen - perlahanlahan - progresif: primitif-maju (serupa) Ciri-ciri teori moderen: - bertahap (Rostow) homogenisasi - eropanisasi/amerikanisasi - tidak bergerak mundur - tidak peduli dengan tradisi negara ketiga 22. Paradigma Konflik Dimotori oleh teori dependensia - pembangunan adalah memperebutkan sumber - penutupan sumber-sumber di dunia ketiga dilakukan dengan cara invansi - budaya diciptakan oleh struktur, struktur tercipta oleh penjajahan - pembangunan bukan dimulai dengan kerjasama dengan negara maju, tapi dengan konflik 23. Paradigma Fungsionalis Paradigma Konflik Paradigma People- Centered Development 24. Sustainable Development Social Development Environmental Development PEOPLE CENTERED DEVELOPMENT

Anda mungkin juga menyukai