Anda di halaman 1dari 5

“ Resume Pembangunan Sosial Budaya sebagai Orientasi

Pengorganisasian Komunitas “
Mata Kuliah Pengorganisasian Komunitas PLS

Dosen Pengampu :
Drs. Ahmad Tijari, M.Pd

Disusun oleh :
Jihan Aulia Muzakar 1104618071 Penmas B 2018

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MASYARAKAT
Pembangunan Sosial Budaya sebagai Orientasi Pengorganisasian
Komunitas

A. Makna Pembangunan Sosial

Makna pembangunan sosial seringkali masih kabur. Istilah sosial kerap dimaknai secara
berbeda-beda. Bila ditarik dari akar katanya, maka terdapat beberapa pengertian (Wirutomo 2006).
Makna sosial berarti bukan individual. Karenanya, perencanaan sosial berfokus bukan pada perubahan
individu (perseorangan) maupun kelompok tertentu (eksklusif), tetapi perubahan masyarakat sebagai
sistem. Pembangunan sosial adalah peningkatan kualitas norma dan nilai dalam pranata sosial yang
menghasilkan pola interaksi atau, lebih dalam lagi, pola relasi sosial (terutama menyangkut hubungan
kekuasaan), baik antar individu maupun kelompok. Jadi, pembangunan sosial adalah perbaikan manusia
dalam dimensi sosialnya. Dalam perspektif pembangunan sosial, partisipasi masyarakat bukan sekedar
alat atau cara, tetapi tujuan karena, dalam keikutsertaan yang aktif dan kreatif dalam pembangunan,
hakikat manusia sebagai makhluk yang memiliki aspirasi, harga diri dan kebebasan diwujudkan dan
sekaligus ditingkatkan mutunya. Dengan kata lain, penekanan pembangunan sosial adalah pemerataan
sarana dan hak-hak manusia yang paling dasar (inklusi sosial) (Conyers 1982; Midgley 1995; Haralombos
2008:212-277).

Pemisahan konsep pembangunan sosial dari konsep pembangunan ekonomi tentu saja bukan
dimaksudkan untuk mempertentangkan keduanya, memisahkan pelaksanaannya atau bahkan melihat
keduanya sebagai suatu pilihan yang mutually exclusive. Penulis berpendapat bahwa kehidupan
ekonomi pada hakekatnya adalah kehidupan sosial. Pembangunan sosial merupakan landasan dari
pembangunan ekonomi sehingga semua sektor pembangunan harus berakar pada kehidupan sosial-
budaya yang dicita-citakan oleh masyarakat yang bersangkutan, bukan sebaliknya, pembangunan sosial-
budaya hanya dijadikan sector.

Semua bidang kehidupan manusia, termasuk perdagangan, industri dan sebagainya, berakar
pada kehidupan sosial. Jadi, pembangunan sosial adalah pembangunan elemen dasar dari kehidupan
social, yaitu struktur, kultur dan proses sosial. Struktur sosial adalah pola hubungan, terutama hubungan
kekuasaan, antara kelompok sosial dalam bentuk stratifikasi, komposisi, diferensiasi sosial. Sebagai
implikasi dari perbedaan kekuasaan itu, struktur bisa menghasilkan kekuatan yang bersifat memaksa
(coercive), memerintah (imperative), menghambat atau memberi kendala (constraining) pada tindakan
manusia (actor). Kekuatan struktur sosial bisa terlembaga (institutionalized) secara legal-formal, seperti
undang-undang, kebijakan pemerintah, maupun yang tidak, misalnya kekuatan “memaksa” dari dunia
usaha yang, walaupun tidak memiliki kekuatan hukum resmi, tetapi efektif mengatur kehidupan
masyarakat luas melalui iklan, fasilitas fisik yang diciptakan dan sebagainya.8 Kekuatan struktural inilah
yang sering digunakan oleh penguasa (negara yang sering kali berkolusi dengan pengusaha besar) untuk
membangun pola dominasi yang menindas dalam masyarakat. Jadi pembangunan struktural artinya
suatu usaha menyeimbangkan hubungan kekuasaan antar pemerintah dan rakyat atau golongan kaya
dan miskin melalui kebijakan pembangunan serta undang-undang yang menguntungkan rakyat. Dengan
kata lain, pembangunan struktur adalah memperbaiki struktur yang eksklusif (tidak adil, diskriminatif)
menjadi inklusif (adil, memberikan kesamaan hak).
B. Dua Sisi Pembangunan Sosial

Sisi pertama adalah proses komunikasi, dan sisi kedua adalah proses mobilisasi. Komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator melalui saluran atau media tertentu kepada
sasaran dalam suasana atau konteks tertentu, dengan tujuan agar menimbulkan akibat atau efek
tertentu. Proses komunikasi itu bertujuan untuk terjadi perubahan pada aspek kognisi, afeksi, dan
psikomotorik. Sedangkan proses mobilisasi merupakan proses penggerakan dan mengerahkan segala
daya dan dana yang ada pada masyarakat untuk kepentingan pengembangan sosial di masyarakat.

C. Dua Pendekatan Pengembangan Sosial

Pertama pendekatan dari atas ke bawah (top down approach) dan ke dua pendekatan dari
bawah ke atas (bottom up approach atau grass root level approach). Pendekatan mana yang terbaik
dalam aplikasinya sangat bergantung kepada kondisi masyarakat, namun gabungan diantara dua
pendekatan itu paling fisibel untuk dilakukan.

D. Sepuluh Langkah Strategi Untuk Pembangkitan Pengembangan Sosial di Masyarakat

a. Melalui Sumber- sumber:

 Pengembangan bisa dilakukan dengan pembangkitan kesadaran pada masyarakat akan sumber-
sumber yang tersedia yang sebelumnya tidak diketahui
 Pengembangan bisa dilakukan penambahan/ pemberian sumbersumber kepada masyarakat
 Pengembangan bisa dilakukan dengan mengefektifkan sumber- sumber yang telah ada terutama
sumber daya manusia dan energi

b. Melalui Teknologi:

 Pengembangan bisa dilakukan dengan melalui perbaikan teknologi yang ada di masyarakat
 Pengembangan bisa dilakukan melalui peningkatan kemampuan memecahan masalah oleh
warga masyarakat

c. Melalui Pengetahuan dan Pemahaman:

 Pengembangan bisa dilakukan melalui peningkatan pengetahuan dan pemahaman warga


masyarakat 2) Pengembangan bisa dilakukan mulai dengan suatu kegiatan yang sesuai dengan
keyakinan warga masyarakat
 Pengembangan bisa dilakukan melalui perubahan sejumlah keyakinan yang ada pada
masyarakat

d. Melalui Nilai- nilai dan Sentimen:

 Pengembangan bisa dilakukan melalui nilai- nilai dan sentimen yang ada pada masyarakat
 Pengembangan bisa dilakukan melalui sentimen tertentu yang ada pada masyarakat

e. Melalui Tujuan dan Kebutuhan Yang Terasa (Felt Needs):

 Pengembangan bisa dilakukan dengan berdasarkan pada sejumlah tujuan dan kebutuhan warga
masyarakat
 Pengembangan bisa dilakukan dengan memperkenalkan tujuan dan kebutuhan baru pada warga
masyarakat

f. Melalui Norma- norma :

 Pengembangan bisa dilakukan dengan kegiatan yang berdasarkan norma- norma masyarakat
 Pengembangan bisa dilakukan melalui penanaman norma- norma baru

g. Melalui Posisi dan Peran :

 Pengembangan bisa dilakukan Melalui kegiatan bekerja dengan sejumlah warga yang memiliki
posisi dalam mssyarakat
 Pengembangan bisa dilakukan membagi posisi dan peran dalam masyarakat
 Pengembangan bisa dilakukan menambahkan beberapa posisi dan peran baru dalam
masyarakat
 Pengembangan bisa dilakukan dengan membuang posisi dan peran tertentu dalam masyarakat

h. Melalui Kekuasaan, kepemimpinan dan Pengaruhnya :

 Pengembangan bisa dilakukan dengan bekerja bersama figur kekuasaan dan pimpinan yang
berpengaruh
 Pengembangan bisa dilakukan dengan melalui konsentrasi kekuasaan, kepemimpinan, pengaruh
dalam masyarakat
 Pengembangan bisa dilakukan melalui difusi kekuasaan, kepemimpinan dan pengaruh dalam
masyarakat

i. Melalui Strata Sosial :

 Pengembangan bisa dilakukan melalui kegiatan bekerja dengan kelas sosial atas masyarakat
 Pengembangan bisa dilakukan melalui kegiatan bekerja dengan kelas sosial menengah di
masyarakat 3) Pengembangan bisa dilakukan dengan kelas sosial bawah di masyarakat
 Pengembangan bisa dilakukan melalui pembentukan pola strata baru dalam masyarakat

j. Melalui Historis Hubungan Spatsial :

 Pengembangan bisa dilakukan dengan kegiatan yang sedang ”ngetrend” di masyarakat


 Pengembangan bisa dilakukan dengan menekankan interpretasi masa lalu
 Pengembangan bisa dilakukan dengan peningkatan kegiatan komunikasi di dalam masyarakat
 Pengembangan bisa dilakukan dengan peningkatan kegiatan komunikasi diantara warga
masyarakat dengan warga masyarakat di luar wilayahnya. (Sutaryat).

E. Latar Belakang- Sejarah Singkat Pengembangan dan Pembangunan Masyarakat di Indonesia

a. Sejarah pembangunan Indonesia sebelum kemerdekaaan.


b. Sejarah pendidikan dan pembangunan masyarakat sesudah kemerdekaan.
c. Usaha Pemerintah setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
d. Rencana pembangunan Nasional setelah Supersemar (sidang MPR 1968/ masa orde baru).
e. Rencana pembangunan pada era reformasi.
F. Makna Kultural dan Proses Sosial

Kultur adalah segala sistem nilai, norma, kepercayaan dan semua kebiasaan serta adat istiadat
yang telah mendarah daging (internalized) pada individu atau masyarakat sehingga memiliki kekuatan
untuk membentuk pola perilaku dan sikap anggota masyarakat (dari dalam).9 Kebudayaan yang telah
tertanam dalam suatu masyarakat tidak selalu merupakan cara hidup terbaik bagi kesejahteraan dan
martabat manusia maupun masyarakat itu. Namun, banyak kekuatan yang selalu berusaha
mempertahankan kebudayaan yang ada untuk melindungi kepentingannya dan menindas golongan
lainnya melalui legitimasi budaya (cultural hegemony). Jadi, perlu pembangunan kultural untuk
meningkatkan kualitas sistem nilai, adat istiadat yang menghambat kesejahteraan rakyat baik secara
langsung, misalnya melalui sosialisasi, edukasi, maupun tidak langsung, seperti melalui pembangunan
struktural dan proses sosial.

Proses sosial adalah segala dinamika interaksi sehari-hari antar anggota masyarakat yang belum
terstruktur (structured) maupun mengkultur (cultured). Melalui proses sosial yang dinamis dan kreatif,
individu maupun kelompok dapat mengekspresikan aspirasi secara relatif bebas; melakukan negosiasi
antar anggota masyarakat, mulai dari debat kusir di warung kopi, seminar, dialog di TV, bahkan chatting
antar warga di dunia maya dan demonstrasi.

Arena ini bisa menjadi tempat orang menegosiasikan keteraturan sehingga dapat menjadi
sumber perubahan struktur maupun kultur yang ada (social order is a negotiated order). Dalam praktek
pembangunan saat ini, proses sosial seringkali justru dihambat (dibatasi/dipenjara) oleh struktur dan
kultur yang diciptakan demi kepentingan kelompok tertentu. Konsekuensinya, pembangunan menjadi
eksklusifhegemonik. Padahal, membangun proses sosial artinya membangun kondisi kultural maupun
struktural di dalam masyarakat yang memberi ruang lebih luas bagi pengembangan kuantitas maupun
kualitas proses sosial itu sendiri.

Di dalam kehidupan nyata, struktur, kultur dan proses tidak berdiri secara terpisah, tetapi pada
derajat tertentu saling beririsan atau saling berpotongan (saling menopang, mempengaruhi dan bahkan
mungkin “menyebadan/melekat“ sehingga membentuk suatu sistem yang kompleks. Usaha sistematis
dan terencana untuk membangun kualitas ketiga elemen dasar societal itulah yang kita sebut sebagai
pembangunan sosial. Bila hal ini terjadi maka akan dihasilkan kehidupan sosial yang lebih emansipatoris
(setara) dan inklusif (memberikan hak dasar dan kesejahteraan bagi semua warga negara). Oleh karena
itu, pembangunan di bidang apapun (ekonomi, fisik, hukum, agama) harus berlandaskan pada
pembangunan elemen dasar itu

Sumber :
file:///C:/Users/User/Downloads/3735-7073-2-PB.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/197106141998031-
JONI_RAHMAT_PRAMUDIA/Pembangunan_Masyarakat-HO.pdf

Anda mungkin juga menyukai