Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ridzky ichlasul Amal

NPM : 1706027

Kelas :A

1. Perbedaan Technopreneurship dan Entrepreneurship.


a. Technopreneur adalah entrepreneur era baru yang memanfaatkan teknologi untuk
menghasilkan sesuatu yang baru untuk membuat beberapa inovasi. Setelah orang
tersebut berhasil, ia mengeksploitasi prestasinya di pasar untuk menghasilkan
uang. Seorang technopreneur mengoperasikan bisnis secara berbeda dari
pengusaha lainnya. Bisnis seorang technopreneur memiliki potensi pertumbuhan
yang tinggi dan leverage pengetahuan dan kekayaan intelektual yang tinggi pula.
b. Entrepreneur adalah orang yang mengidentifikasi peluang, mengubahnya menjadi
produk atau layanan, memperkirakan pendapatan dan laba, dan membangun bisnis
yang sukses dengannya. 

2. Tahapan Financial Seseorang :


a. Financial Dependence
b. Financial Mess
c. Financial Stability
d. Financial Security
e. Financial Freedom

Karakteristik Technopreneurship :
Jika dilihat dari pengertiannya maka kita akan berpikir bahwa technopreneur
merupakan pengelolaan usaha menggunakan basis teknologi seperti perusahaan
Apple, Twitter, Facebook, Google, dll. Hal tersebut memang benar namun tidak
semua usaha technopreneur seperti perusahaan diatas, melainkan seperti semua jenis
usaha yang sebelumnya hanya dikembangkan secara tradisional beralih ke usaha yang
menggabungkan teknologi perusahaan meubel yang pembuatannya secara tradisional
beralih menggunakan mesin yang lebih canggih, atau dari segi pemasarannya yang
sebelumnya secara tradisional seperti door to door atau mouth to mouth beralih
menggunakan online marketing seperti melalui sosial media.
3. 4 hal yang harus perhatikan sebelum memulai usaha :
a. Bisnis harus dengan niat dan tujuan yang baik
Menurut Hikmat, berbisnis tidak boleh diiringi dengan tujuan-tujuan yang
buruk. Dengan demikian, bisnis akan bisa berkembang. Kemudian setelah
mengetahui apa yang menjadi tujuannya, calon pebisnis juga harus
mengaktualkan dengan konsep yang baik pula.
"Misalnya bagaimana mapping persaingan, mapping industri. Orang ingin
usaha tetapi tidak tahu caranya usaha, tidak tahu tingkat persaingannya, siapa
pemain besarnya. Bagaimana orang bisa survive seperti itu, bagaimana kita
bisa menemukan formula-formula bersaing atas produk atau jasa yang kita
miliki. Kemudian orang juga suka lupa membaca kekuatan produk kita
sehingga unsur produknya tidak diperhatikan," tutur Hikmat kepada  Warta
Ekonomi?di Jakarta, beberapa waktu lalu.
b. Menentukan skala usaha
Seorang calon pebisnis harus bisa menentukan skala usahanya. Misalnya,
skala besar ataukah kecil yang menjadi tujuan si pebisnis? Dengan demikian,
ia bisa menghitung modal yang dibutuhkan.
c. Mempersiapkan SDM
"Orang juga suka lupa mempersiapkan SDM makanya banyak UKM-UKM
yang bisa masuk, bertahun tahun hanya begitu saja. Dia tidak mempersiapkan
SDM karena para entrepreneur merasa dirinya bisa melakukan semua. Dia
tidak mempersiapkan misalnya kolaborasi, kerja sama, bersinergi dengan
teman lain. Saya mendirikan usaha berdua, mengajak orang yang bisa berbagi
tugas. Satu mengurusi marketing dan finansial, satu mengurus produksi dan
keuangan sehingga bisnis bisa berkembang. Pada akhirnya kolaborasi bisa
memungkinkan usaha berkembang. Maka UKM gagal itu bisa jadi karena
hanya menguasai bisnis sendiri saja. Padahal kan kita bukan superman,"
jelasnya.
d. Jangan terlalu banyak berteori
"Kebanyakan entrepreneur itu tidak bisa berkembang karena terlalu banyak
berwacana," ucap Hikmat.
Menurutnya, ide yang baik harus segera dieksekusi. "Banyak orang yang
paham entrepreneur, tetapi belum tentu punya usaha atau orang yang baru
berusaha saja sedikit, sudah menjadi pembicara. Padahal belum tentu sukses.
Kemudian yang dibagi adalah pengalaman orang, mengutip kata-kata orang.
Biasanya tidak berumur panjang usahanya. Termasuk juga usaha, misalnya
usaha hanya menduplikasi yang sudah ada, kemudian kita buat usaha, ya sulit
berkembang. Karena filosofi usahanya tidak dapat, keunggulan barang dan
jasanya tidak dapat. Mungkin berhasil di tingkat-tingkat awal, tetapi untuk
jangka panjang sangat tergantung pada kemampuan si pengusaha itu
beradaptasi pada perubahan yang ada," tandasnya.
4. Business Model Canvas (BMC) adalah kerangka kerja yang dikenal banyak untuk
mendefinisikan model bisnis startup. Business Model Kanvas disusun dengan tujuan
untuk menjelaskan, menilai, memvisualisasikan, serta mengubah model bisnis
sehingga kinerja yang dihasilkan oleh startup lebih maksimal. Model bisnis ini bisa
diterapkan oleh semua jenis startup tanpa terbatas sektor usaha.
Bisnis model kanvas adalah sebuah strategi dalam manajemen yang berupa visual
chart yang terdiri dari 9 elemen. Model bisnis ini pertama kali diperkenalkan oleh
Alexander Osterwalder dalam bukunya yang berjudul Business Model Generation.
Dalam buku tersebut, Alexander mencoba menjelaskan sebuah framework sederhana
untuk mempresentasikan elemen-elemen penting yang terdapat dalam sebuah model
bisnis. Jika dilihat sepintas, sebenarnya alur model bisnis kanvas nampak cukup
sederhana. Secara garis besar, alurnya mengalir dari satu elemen bisnis menuju
elemen penting berikutnya. Berikut adalah sembilan elemen yang terdapat dalam
bisnis model kanvas.
9 elemen yang harus ada dalam bisnis model canvas :
1. Key Patners
2. Key Activities
3. Key Resources
4. Value Propositions
5. Customer Relationship
6. Channels
7. Customer Segments
8. Cost Structure
9. Revenue Streams

5. Business Model Canvas :

 Alasan memilih usaha tersebut karena setelah melakukan diskusi dengan kelompok,
usaha ini memilliki peluang yang bagus, dimana telur merupakan salah satu bahan
makanan yang sangat dibutuhkan, terutama bagi usaha-usaha yang banyak
menggunakan telur sebagai salah satu bahan utama seperti pedagang martabak,
pedagang donat, warung makan, warung dan lain lain.
 Kaitannya dengan technopreneursip walaupun bisnis yang kita buat tidak menjual
produk digital tetapi kami melakukan pencarian denga cara igital melalaui media
sosial, eccomers, media cetak seperti sepanduk, dll.

Anda mungkin juga menyukai