Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEMITRAAN DALAM PROMKES

“KONSEP KEMITRAAN MULTIPIHAK”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 13

Dyah Sri Rama Ihsan Ali. A. (P07226119008)

Yuliana (P07226119032)

POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR


JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami

dapat menyelesaikan Makalah Kemitraan dalam Promkes “Konsep Kemitraan

Multipihak”.

Makalah ini telah selesai kami susun secara maksimal dengan bantuan

pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan

makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang sudah ikut berkontribusi di dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh

dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh

karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah

sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata kami meminta semoga Makalah Kemitraan dalam Promkes

“Konsep Kemitraan Multipihak” ini bisa memberi manfaat ataupun inpirasi kepada

pembaca.

Samarinda, 31 Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................1

C. TUJUAN PENULISAN..............................................................................2

D. MANFAAT................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

A. PENGERTIAN KEMITRAAN MULTIPIHAK (MSP)...................................3

B. TIGA MACAM MSP DI INDONESIA........................................................4

C. PRINSIP DASAR MSP.............................................................................5

D. TAHAPAN MSP.......................................................................................6

BAB III PENUTUP.........................................................................................11

A. KESIMPULAN..........................................................................................11

B. SARAN....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.

Dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia maka

pembangunan kesehatan diprioritaskan untuk penanggulangan berbagai

permasalahan kesehatan di Indonesia, antara lain masih tingginya kasus

kematian ibu dan neonatus, rendahnya status gizi balita dan kasus kesakitan

dan kematian akibat penyakit menular maupun penyakit tidak menular.

Masalah ini juga diperberat dengan terjadinya perubahan perilaku

masyarakat yang tidak sehat sehingga mengakibatkan perubahan pola

penyakit yang umumnya menjangkiti masyarakat dari penyakit menular

menjadi penyakit tidak menular.

Sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan yaitu untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

sebagai investasi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara

sosial dan ekonomis.

Keberhasilan pencapaian pembangunan kesehatan bukan hanya

ditentukan oleh upaya sektor kesehatan, namun juga dipengaruhi oleh upaya

dan kontribusi positif berbagai sektor pembangunan lainnya, termasuk sektor

swasta dan masyarakat.

Kemitraan multipihak (MSP) adalah bentuk kerja sama yang

berlandaskan kesepakatan sukarela, saling membutuhkan, kebersamaan dan

partisipasi aktif dari pemangku kepentingan yang berasal dari berbagai

spektrum institusi, baik pemerintah, sektor bisnis, masyarakat sipil dan LSM

(NGO) dan pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan langsung dalam isu

yang dikerjasamakan.

B. RUMUSAN MASALAH

1
2

1. Apa yang dimaksud dengan kemitraan multipihak (MSP)?

2. Apa saja macam MSP di Indonesia?

3. Apa saja prinsip dasar MSP?

4. Bagaimana tahapan MSP?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui arti dari kemitraan multipihak (MSP).

2. Untuk mengetahui macam MSP di Indonesia.

3. Untuk mengetahui prinsip dasar MSP.

4. Untuk mengetahui tahapan MSP.

D. MANFAAT

1. Agar mahasiswa mampu memahami arti dari kemitraan multipihak

(MSP).

2. Agar mahasiswa mampu memahami macam MSP di Indonesia.

3. Agar mahasiswa mampu memahami prinsip dasar MSP.

4. Agar mahasiswa mampu memahami tahapan MSP.


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEMITRAAN MULTIPIHAK (MSP)

Berdasarkan karakteristik kemitraan di Indonesia, panduan ini

mendefinisikan MSP sebagai bentuk kerja sama yang berlandaskan

kesepakatan sukarela, saling membutuhkan, kebersamaan dan

partisipasi aktif dari pemangku kepentingan yang berasal dari berbagai

spektrum institusi, baik pemerintah, sektor bisnis, masyarakat sipil dan

LSM (NGO) dan pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan langsung

dalam isu yang dikerjasamakan. MSP dapat berupa kemitraan yang

formal atau informal tergantung keberadaan, tipe dan isi klausul perjanjian

kerjasama dan tipe kelembagaan yang diputuskan bersama. MSP

merupakan bentuk kerjasama dimana seluruh pemangku kepentingan

menanggung risiko secara bersama-sama dan menggabungkan sumber

daya manusia, finansial, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki

untuk memaksimalkan potensi dalam mencapai tujuan bersama. MSP

dapat beroperasi pada berbagai tingkat di tataran global, regional,

nasional dan lokal.

MSP memiliki beberapa nama lain dalam berbagai laporan dan

kajian. Dalam bahasa Inggris, antara lain: multi-actor platforms, cross-

sector partnership, multistakeholder initiative, multi-stakeholder

processes, global action network.

MSP merujuk kepada “relasi kerja sama sukarela di antara

berbagai pihak di mana semua peserta sepakat untuk bekerja bersama

untuk mecapai tujuan bersama atau untuk menjalankan tugas tertentu

dan membagi risiko, tanggung jawab, sumber daya dan manfaat.”

Di luar metode swastanisasi dan kerja sama pemerintah-swasta

(KPSPPP), MSP kini menjadi cara, pendekatan, dan kelembagaan yang

3
4

semakin meluas digunakan oleh berbagai pihak untuk menciptakan

barang publik (public goods). Selain itu, juga digunakan untuk melakukan

pemecahan masalah publik secara sistemik yang bersifat lintas bidang

dan lintas yurisdiksi, terutama di level internasional–kemiskinan,

perubahan iklim, kesehatan, dan energi.

Sejumlah kajian tentang MSP telah menginformasikan kepada kita

tentang manfaat dan keterbatasan MSP dan juga tentang syarat-syarat

MSP menjadi sangat berguna. Kajian juga menyoroti berbagai aspek,

antara lain 1) seberapa jauh mereka berhasil dan apa yang membuat

mereka berhasil; dan 2) apa saja syarat internal dan eksternal agar MSP

efektif dan efisien atau berhasil.

B. MACAM MSP DI INDONESIA

Terdapat 3 macam MSP di Indonesia, yaitu sebagai berikut:

1. Kemitraan Pengetahuan

Relevan untuk menemukan solusi baru, atau inovasi program dan

pendekatan. Contoh kasus dari kemitraan pengetahuan yaitu sebagai

berikut:

a) Mengatasi stunting yang masih luas di Indonesia

b) Memperkuat akses dan mutu pelatihan vokasi

c) Kesehatan ibu dan anak untuk menurunkan angka kematian ibu

2. Kemitraan Standardisasi

Relevan untuk penetapan standar baru dan kepatuhan para pelaku

kepada standard-standar tersebut. Contoh kasus dari kemitraan

standardisasi yaitu sebagai berikut:

a) Kemitraan untuk mengurangi/mengendalikan plastik dan botol

plastik di Indonesia

b) Kemitraan dalam hal penghapusan pekerja anak di berbagai

industri
5

c) Penerapan standar sanitasi dan air bersih di berbagai sekolah,

lembaga pendidikan termasuk pesantren

3. Kemitraan Pelaksanaan

Relevan untuk memastikan dan mendorong 500 kabupaten/kota di

seluruh Indonesia untuk bergerak melaksanakan SDGs dan target

SDGs menjadi kebijakan prioritas dalam perencanaan dan prioriitas

pembangunan di daerah. Contoh kasus kemitraan pelaksanaan yaitu

sebagai berikut:

a) Kemitraan untuk penurunan angka kematian ibu

b) kemitraan untuk menurunkan masalah stunting di kalangan anak

Indonesia

c) Mencapai cakupan 100 persen sanitasi dan air bersih

d) Kemitraan untuk menyediakan “SDGs Support Facility” guna

mendukung solusi dan inovasi oleh berbagai pemangku

kepentingan

C. PRINSIP DASAR MSP

Prinsip dasar MSP yaitu sebagai berikut:

1. Lokalitas – sesuai dengan prioritas nasional-daerah

a) Kemitraan yang dimiliki dan didorong oleh mitra kerja/pemangku

kepentingan lokal

b) Kemitraan yang mendukung kebijakan dan prioritas pembangunan

Nasional dan daerah

c) Kemitraan yang melibatkan dan didukung oleh seluruh pemangku

kepentingan di berbagai tingkat pemerintahan (multi-level)

2. Inklusif dan Partisipatif

a) Kemitraan yang melibatkan dan mewadahi kepentingan seluruh

pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta,

CSO, academia dan perwakilan masyrakat (apabila kemitraan

menyasar pelaksanaan di tingkat komunitas)


6

b) Proses kemitraan yang mengedepankan partisipasi aktif seluruh

pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan dan

pelaksanaan kemitraan

c) Kemitraan yang mengedepankan trust dan mutualitas untuk

meningkatkan kompetensi masing-masing mitra kerja

3. Integratif dan holistik

a) Kemitraan yang mengintegrasikan sumberdaya yang dimiliki oleh

pemangku kepentingan, termasuk mengkoordinasikan sumber-

sumber finansial publik dan swasta

b) Kemitraan yang fokus pada isu-isu yang berdampak langsung

terhadap kesejahteraan masyarakat dan memanfaatkan

pendekatan integratif untuk menyelesaikan masalah

c) Kemitraan yang mempertimbangkan dengan seksama kerterkaitan

isu ekonomi-lingkungan-sosial dalam pelaksanaannya

4. Beyond ‘Business as Usual’

a) Kemitraan yang dilaksanakan sesuai ‘business models’ yang

berkelanjutan, evidencebased, dan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat (community needs)

b) Kemitraan yang pencapaiannya terukur dengan baik berdasarkan

pencapaian ekonomi, sosial dan lingkungan

c) Kemitraan yang mendorong pencapaian prioritas nasional dan

daerah, serta global goals

5. Akuntabilitas dan transparansi

a) Kemitraan yang dilaksanaan sesuai dengan prinsip-prinsip

akuntabilitas

b) Kemitraan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan

pelaksanaan dan pencapaiannya

D. TAHAPAN MSP
7

Panduan UNU IAS-UNESCAP (2018) merumuskan dan

menganjurkan lima tahapan utama dalam memulai dan mengelola MSP di

berbagai bidang dan level (nasional dan lokal), yaitu 1) inisiasi, 2)

pembentukan, 3) mengelola pelaksanaan, (4) penilaian/review; 5)

pengembangan/reinvent.

1. Fase Pertama/Inisiasi

Merajut kesepakatan antar-pemangku kepentingan tentang masalah

tertentu yang hendak diatasi bersama, karena mengatasi sendiri tidak

mungkin atau berat serta akan makan waktu yang terlalu lama.

Agenda kedua adalah menemukan metode dan cara kerja sebagai

kemitraan. Langkah dan tugas utama tahapan inisiasi yaitu sebagai

berikut:

a) Memulai

Tugas utama dalam langkah ini yaitu merumuskan tantangan

SDGs, memikirkan sumber daya dan bagaimana memperolehnya,

merencanakan untuk bermitra, dan menyusun daftar mitra

kerja/pemangku kepentingan.

b) Pembentukan Agenda

Tugas utama dalam langkah ini yaitu menyusun pemahaman

tentang tantangan yang relevan, merumuskan tujuan dan sasaran

kemitraan, merumuskan cakupan dan batasan MSP, dan

menyambungkan dan mengaitkan dengan agenda 2030.

c) Membangun Relasi

Tugas utama dalam langkah ini yaitu memetakan sumber daya

mitra, menilai risiko dan imbalan, merajut kesepakatan kemitraan,

bersepakat tentang tata kelola lembaga dan tata cara akuntabilitas

MSP.

2. Fase Kedua/Pembentukan
8

Agenda kerja utama para pengambil kebijakan dan pemangku

kepentingan adalah merumuskan dan menyepakati strategi dan tata

kelola kemitraan. Hal ini termasuk di dalamnya bagaimana keputusan

diambil dan bagaimana sumber daya dan sumber dana dikumpulkan

dan dialokasikan. Sumber dana dapat berasal dari lembaga

pemerintah dan dana-dana CSR perusahaan/sektor swasta. Langkah-

langkah dan tugas utama tahapan pembentukan yaitu sebagai

berikut:

a) Perencanaan

Tugas utama dalam langkah ini yaitu Merencanakan komponen-

komponen kemitraan dan merencanakan aktivitas-aktivitas

kemitraan.

b) Menetapkan Susunan Lembaga Kemitraan

Tugas utama dalam langkah ini yaitu menyetujui struktur

kepemimpinan dan organisasi kemitraan, merumuskan peran dan

tanggungjawab masing-masing mitra kerja/pemangku

kepentingan, dan erumuskan tata kelola kelembagaan kemitraan.

c) Pengerahan Sumber Daya

Tugas utama dalam langkah ini yaitu mobilisasi mitra

kerja/pemangku kepentingan dan mobilisasi sumberdaya.

3. Fase Ketiga/Pelaksanaan

Sesudah tata kelola kemitraan dan sumber daya tersedia dan jenis

program dan kegiatan utama telah disepakati, fase ini merupakan

fase delivery atau pelaksanaan. Misalnya saja, mengurangi jumlah

dan penderita penyakit menular dan memperluas akses dan

ketersediaan sanitasi dan air bersih. Langkah-langkah dan tugas

utama tahapan pelaksanaan yaitu sebagai berikut:

a) Melaksanakan Kegiatan Dan Hasil Kegiatan


9

Tugas utama dalam langkah ini yaitu koordinasi antar mitra

kerja/pemangku kepentingan untuk pelaksanaan dan pencapaian

MSP, melaksanakan komponen dan aktivitas kemitraan yang

melibatkan seluruh pemangku kepentingan, mlaksanakan

komponen dan aktivitas kemitraan bagi masing-masing mitra

kerja/pemangku kepentingan, memastikan proses kemitraan

berjalan dengan baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip kemitraan.

b) Mengukur Kemajuan

Tugas utama dalam langkah ini yaitu mengukur kemajuan

komponen-komponen dan pencapaian kemitraan, mengevaluasi

proses kerjasama, dan pelaporan kemajuan.

4. Fase Keempat/Penilaian

MSP bertugas untuk melihat MSP telah memberikan hasil kerja dan

menyumbangkan diri pada capaian dan kinerja bidang tersebut.

Pertanyaan pokok yang dapat diajukan dalam fase ini untuk program

dan kegiatannya adalah (a) seberapa jauh program-kegiatannya

inklusif; (b) bagaimana mekanisme akuntabiitas telah dijalankan; (c)

bagaimana keterbukaan lembaga dan programnya telah dijalankan.

Langkah-langkah dan tugas utama dalam tahapan penilaian yaitu

sebagai berikut:

a) Pemantauan

Tugas utama dalam langkah ini yaitu memantau progress dan

mengukur dampak kemitraan dan memantau proses kemitraan.

b) Perbaikan

Tugas utama dalam langkah ini yaitu perbaikan dan pembelajaran.

5. Fase Kelima/Pengembangan-Pematangan

Tahap MSP untuk memperluas cakupan atau untuk mengatasi

berbagai kendala di dalam kemitraan agar kemitraan dapat berlanjut

dan semakin kuat. Yang utama adalah (a) memastikan ketersediaan


10

hasil monitoring evaluasi untuk menjadi masukan dan umpan balik;

(b) melakukan tindakan perbaikan-penguatan agar kemitraan dapat

lebih efisien dan efektif, dan berdampak lebih luas. Langkah-langkah

dan tugas utama dalam tahapan pengembangan-pematangan yaitu

sebagai berikut:

a) Pengembangan

Tugas utama dalam langkah ini yaitu pengembangan.

b) Perbaikan

Tugas utama dalam langkah ini yaitu perbaikan, perbaruan

kemitraan, transfer kemitraan dengan tata kelola baru, dan

penutupan/penyelesaian kemitraan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Kemitraan multipihak (MSP) adalah bentuk kerja sama yang

berlandaskan kesepakatan sukarela, saling membutuhkan, kebersamaan

dan partisipasi aktif dari pemangku kepentingan yang berasal dari

berbagai spektrum institusi, baik pemerintah, sektor bisnis, masyarakat

sipil dan LSM (NGO) dan pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan

langsung dalam isu yang dikerjasamakan.

2. Terdapat 3 macam MSP di Indonesia yaitu kemitraan pengetahuan,

kemitraan standardisasi, dan kemitraan pelaksanaan.

3. Terdapat prinsip dasar MSP yaitu lokalitas, inklusif dan partisipatif,

integratif dan holistik, beyond ‘business as usual’, dan akuntabilitas dan

transparansi.

4. Panduan UNU IAS-UNESCAP (2018) merumuskan dan menganjurkan

lima tahapan utama dalam memulai dan mengelola MSP di berbagai

bidang dan level (nasional dan lokal), yaitu 1) inisiasi, 2) pembentukan, 3)

mengelola pelaksanaan, (4) penilaian/review, 5) pengembangan/reinvent.

B. SARAN

Demikianlah Makalah Kemitraan dalam Promkes “Konsep Dasar

Kemitraan Multipihak” yang dapat kami paparkan. Besar harapan kami

makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan

referensi, penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kiritik dan saran yang membangun sangat diharapkan agar

makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bappenas, Dll. 2018. Panduan Kemitraan Multipihak untuk Pelaksanaan Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan (TPS/SDGs) di Indonesia. Jakarta:

Bappenas.

12

Anda mungkin juga menyukai