Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK

“KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYEBARAN


COVID 19”

OLEH :

KELOMPOK III ( IV/C )

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. SERFINA YUNITA LIN ( 1803010110 )


2. OKTAVIANUS SANJES ( 1803010109 )
3. FELIXANDRO B. LANANG ( 1803010107 )

DOSEN WALI : DR. PETRUS KASE.M,Soc.Sc.

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan segala
kuasa-Nyalah kami akhirnya bisa menulis makalah yang berjudul “Kebijakan pemerintah
dalam upaya pencegahan penyebaran Covid 19” ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.

Rasa terima kasih kami ucapkan kepada Dosen pengasuh Mata Kuliah Implementasi
Kebijakan Publik yang telah memberikan masukan serta saran yang sangat bermanfaat dalam
proses penyelesaian makalah ini. Kami sangat berharap agar karya tulis ilmiah ini memberi
banyak manfaat bagi para pembaca.

Kami juga sangat mengharapkan masukan, kritikan, serta saran dari semua pihak agar
karya tulis ini bisa menjadi lebih sempurna.

Kupang, Mei 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II : PEMBAHASAN

1) Definisi Implementasi Kebijakan

2) Model, pendekatan, dan faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi


kebijakan

3) Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam mencegah penularan


Covid 19

BAB III : PENUTUP

KESIMPULAN

1) Simpulan

2) Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah yang harus diatasi oleh pemerintah adalah masalah publik yaitu nilai,
kebutuhan atau peluang yang tak terwujudkan. Meskipun masalah tersebut dapat diidentifikasi
tapi hanya mungkin dicapai lewat tindakan publik yaitu melalui kebijakan publik.
Karakteristik masalah publik yang harus diatasi selain bersifat interdependensi
(berketergantungan) juga bersifat dinamis, sehingga pemecahan masalahnya memerlukan
pendekatan holistik (holistic approach) yaitu pendekatan yang memandang masalah sebagai
kegiatan dari keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan atau diukur secara terpisah dari yang
faktor lainnya. Untuk itu, diperlukan kebijakan publik sebagai instrumen pencapaian tujuan
pemerintah.
Berkaca pada Situasi negara di sekarang, dapat dilihat bahwa ada berbagai jalan
kebijakan untuk menanggulangi sebuah pandemi. Tiap jalan kebijakan pun memiliki
kelebihan dan kekurangannya sendiri. Jalan yang dipilih pun juga sangat tergantung pada
banyak hal yang perlu diperhatikan. Hal tersebut meliputi kondisi infrastruktur kesehatan,
perekonomian, dan kondisi masyarakat luas. Indonesia sendiri memilih untuk menempuh
jalan kebijakan menjaga jarak. Mengutip dari Kompas, langkah utama untuk menjaga jarak
datang dari pidato Presiden Joko Widodo. Ia menekankan bahwa seluruh kegiatan belajar dan
kerja sebaiknya mulai dilakukan dari rumah. Selain itu, masyarakat juga perlu menghindari
beraktivitas di kerumunan termasuk dalam hal ibadah.
Gerakan serupa juga datang dari jajaran pemerintah daerah dan inisiatif lokal.
Berdasarkan laporan Katadata, Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta telah
memberikan status kondisi darurat Covid-19 beserta lima imbauan untuk membatasi berbagai
macam interaksi sosial. Bentuk pembatasan yang ada meliputi pembatasan kuota penumpang
transportasi publik hingga pelarangan seluruh jenis kegiatan ibadah bersama. Selain itu, ia
juga membuat pemetaan para penderita yang dikelompokkan berdasarkan daerah melalui
situs resmi daring pemerintah.
Dari Jakarta bergerak ke timur, Pemerintah Bogor telah menetapkan adanya Kejadian
Luar Biasa (KLB) di kotanya. Hal ini diberlakukan setelah walikota beserta tiga warganya
terjangkit Covid-19. Pemerintah Tegal juga melakukan isolasi terbatas untuk mengurangi laju
para pendatang dari luar. Elemen masyarakat Indonesia pun juga mulai melakukan lockdown
secara lokal. Beberapa kampung di Kecamatan Pakem, Sleman juga menerapkan penutupan
wilayah mereka dengan menutup jalan masuk.

Walaupun berbagai inisiatif sudah muncul dari berbagai elemen negara dan
masyarakat, masih terdapat pelanggaran kebijakan oleh beberapa pihak. Beberapa kantor
masih menyuruh pekerjanya untuk tetap hadir di kantor meskipun himbauan kebijakan Work
From Home atau kerja dari rumah sudah diberlakukan. Selain itu, pelanggaran juga dilakukan
oleh beberapa orang dalam pengawasan (ODP). Ada beberapa kasus yang mana pasien
suspek Covid-19 kabur dari rumah sakit. Misalnya, salah satu kasus terjadi karena pasien
ingin pulang terlebih dahulu. Pelanggaran-pelanggaran ini menandakan bahwa kebijakan
yang dibuat pemerintah masih belum dianggap serius oleh sejumlah masyarakat.

Menyadari hal tersebut, pemerintah juga memberikan respons kebijakan. Misalnya,


pemerintah menyatakan akan mulai menindak tegas siapapun yang masih berkumpul dengan
kontak langsung. Tindakan ini akan diputuskan dan dilaksanakan oleh Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19, baik di tingkat nasional maupun daerah.

Adapun kebijakan-kebijakan yang di ambil oleh pemerintah akan di bahas dalam


makalah ini,baik dari pemerintah Pusat,ProvinSi maupun Daerah baik di bidang
Ekonomi,Kesehatan maupun Pendidikan yang di nilai dapat mencegah rantai penularan
Covid 19.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Defenisi Implementasi Kebijalan Publik


2. Apa saja model dan Pendekatan Dalam Implementasi Kebijakan Publik? Dan
faktor-faktor yang mempengaruhu implentasi kebijakan publik(pemerintah)
3. Apa Kebijakan- kebijakan yang di ambil pemerintah dalam upaya mencegah
penularan Covid 19.

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk Mengetahui apa itu Implementasi Kebijakan Publik


2. Untuk mengetahui model,pendekatan dan faktor apa saja yang mempengaruhi
Implementasi Kebijakan Publik
3. Untuk Mengetahui Kebijakan-Kebijakan Yang di ambil Oleh pemerintah dalam
mencegah penularan Covid 19.
BAB II

PEMBAHASAN

1) Defenisi Implementasi Kebijakan


 Van Meter dan Van Horn dalam Budi Winarno (2005:102) mendefinisikan implementasi
kebijakan publik sebagai: ”Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh organisasi publik
yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-
keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah
keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu
maupun dalam rangka melanjutkan usah-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan
besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan”.
 implementasi oleh George Edward III. Dalam siklus kebijakan publik, implementasi
kebijakan adalah tahapan yang sangat penting. Implementasi sering dianggap hanya
merupakan pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan oleh legislatif atau para
pengambil keputusan, seolah-olah tahapan ini kurang berpengaruh. Akan tetapi dalam
kenyataannya, tahapan implementasi menjadi begitu penting karena suatu kebijakan tidak
akan berarti apa-apa jika tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan benar.
 Dengan demikian, dalam proses kebijakan publik implementasi kebijakan merupakan
tahapan yang bersifat praktis dan dibedakan dari formulasi kebijakan yang dapat
dipandang sebagai tahapan yang bersifat reoritis. Anderson (dalam Tachan, 2008: 30)
mengemukakan bahwa: ”policy implementation is the application of the policy by the
government’s administrative machinery to the problem”. Kemudian Edward III (dalam
Tachan, 2008: 30) mengemukakakan bahwa:”Policy implementation, …is the stage of
policy making between the establishment of a policy…and the consequences of the policy
for the people whom it affects”. Sedangkan Grindle (dalam Tachan, 2008: 30)
mengemukakan bahwa: “implementation – a general process of administrative action that
can be investigated at specific program level”.

2) Model, Pendekatan, dan Faktor yang mempengaruhi Implemtasi Kebijakan Publik


 Model implementasi kebijakan publik
1. Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn
Model implementasi kebijakan yang dirumuskan oleh Van Metter dan Van
Horn menjelaskan bahwa proses implementasi kebijakan merupakan sebuah abstraksi
atau performansi yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja
implementasi dan dipengaruhi oleh enam variabel, yaitu: ukuran dan tujuan kebijakan,
sumber daya, karakteristik agen pelaksana, sikap dan kecenderungan para pelaksana,
komunikasi antarorganisasi dan lingkungan sosial, ekonomi juga politik.
2. Model Implementasi Kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier
Model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh Mazmanian dan
Sabatier disebut dengan A Framework for Policy Implementation Analysis. Model ini
berpendapat bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah
kemampuannya dalam mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi
tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi.
3. Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III
Model implementasi kebijakan dengan menggunakan pendekatan top down,
dalam menganalisa implementasi kebijakan model ini berfokus pada empat variabel
yang dianggap menentukan proses implementasi kebijakan, yaitu: komunikasi,
sumberdaya, disposisi,dan struktur birokrasi.
4. Model Implementasi Kebijakan Eguene Bardach
Model implementasi kebijakan yang dikemukakan Eguene Bardach dalam
melakukan analisa lebih menekankan pada tawar menawar, persuasi, dan manuver
oleh kelompok-kelompok kepentingan guna memaksimalkan pengaruh mereka dalam
hal pelaksanaan atau implementasi.
5. Model Implementasi Kebijakan Christopher Hood
Model impelementasi kebijakan yang dirumuskan oleh Christopher Hood
dalam bukunya Limit To Administration menjelaskan bahwa sekurangkurangnya
terdapat lima syarat agar implementasi kebijakan dapat berlangsung sempurna, yaitu:
implementasi adalah produk dari organisasi yang padu seperti militer dengan garis
komando yang jelas, norma-norma ditegakkan dan tujuan ditentukan dengan jelas,
orang-orangnya dipastikan dapat melaksanakan apa yang diminta, harus ada
komunikasi yang sempurna di dalam dan antar organisasi, tidak ada tekanan waktu.
6. Model Implementasi Kebijakan Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn
Model implementasi ini sangat menekankan pentingnya pendekatan Top-
Down dalam proses implementasi, bagi mereka pendekatan Bottom-Up cenderung
mendekati permasalahan kasus per kasus dianggap tidak menarik apalagi para
pembuat kebijakan adalah orang-orang yang telah dipilih secara demokratis.
 Pendekatan Dalam Implementasi Kebijakan Publik
Dalam sejarah perkembangan studi implementasi kebijakan dijelaskan tentang
adanya dua pendekatan guna memahami implementasi kebijakan, yaitu:
“pendekatan top down dan bottom up”.
Pendekatan top down misalnya dapat disebut sebagai pendekatan yang
mendominasi awal perkembangan studi implementasi kebijakan, walaupun
dikemudian hari terdapat perbedaanperbedaan sehingga menelurkan pendekatan
bottom up, namun pada dasarnya dua pendekatan ini bertitik-tolak pada asumsi-
asumsi yang sama dalam mengembangkan kerangka analisis tentang studi
implementasi. Inti dari kedua pendekatan ini adalah sejauhmana tindakan para
pelaksana (administrator dan birokrat) sesuai dengan prosedur serta tujuan yang
telah digariskan oleh para pembuat kebijakan.

 Faktor faktor yng mempengaruhi Implementasi Kebijakan


 Menurut Meter dan Horn (dalam Subarsono, 2005) terdapat enam variabel
yang memberikan pengaruh terhadap implementasi kebijakan, yakni:
1. Standar dan sasaran kebijakan.
2. Sumber daya, implementasi kebijakan memerlukan sumber daya baik sumber
daya manusia (human resources) maupun sumber daya non manusia (non-
human resources);
3. Hubungan antar organisasi.
4. Karakteristik agen pelaksana yang mencakup struktur birokrasi, norma-norma
dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan
mempengaruhi implementasi dari suatu kebijakan;
5. Kondisi sosial politik dan ekonomi yang mencakup sumberdaya ekonomi
lingkungan implementasi kebijakan, sejauhmana kelompok-kelompok
kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, bagaimana
sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung
implementasi kebijakan; dan
6. Disposisi implementor yang mencakup tiga hal yang penting yaitu: 1).Respon
implementor terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauan untuk
melaksanakan kebijakan; 2).Kognisi, yaitu pemahamannya terhadap
kebijakan; dan 3).Intensitas disposisi implementor.

 Menurut Grindle (dalam Subarsono, 2005) implementasi kebijakan


dipengaruhi oleh dua variabel besar yaitu isi kebijakan (content of policy) dan
lingkungan implementasi (conteks of policy). Variabel isi kebijakan
mencakup:
1. Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam
isi kebijakan;
2. Jenis manfaat yang diterima oleh target group;
3. Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari suatu kebijakan;
4. Apakah letak dari sebuah program sudah tepat;
5. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan impelmentornya dengan rinci;
6. Apakah sebuah program di dukung oleh sumber daya manusia.
 Variabel lingkungan kebijakan mencakup:
1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, strategi yang dimiliki para aktor yang
terlibat dalam implementasi kebijakan;
2. Karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa; dan
3. Tingkat kepatuhan dan responsivitas sasaran
Dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa pakar kebijakan diatas, secara umum
terlihat bahwa para ahli kebijakan tersebut memiliki variasi pandangan dalam
merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan. Dalam variasi
padangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang
sangat kompleks karena ada banyak faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap
implementasi suatu kebijakan.

3) Peran Pemerintah Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Covid 19


 Pertama, untuk mempercepat pengobatan dan pencegahan penularan yang lebih
luas, pemerintah menerapkan kebijakan at all cost seperti pengadaan alat
kesehatan penunjang pemeriksaan, ruang isolasi, dan Alat Pelindung Diri (APD);
menggratiskan biaya pemeriksaan baik yang terbukti maupun tidak, ataupun hal-
hal yang bersifat pencegahan seperti pembagian masker murah dan sebagainya.
Konsekuensi pembengkakan defisit anggaran, sejalan dengan pendapatan APBN
yang juga turun tajam, memang akan membebani pemerintah.
 Kedua, upaya pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat bawah dengan
memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat yang mengalami
penurunan pendapatan dan mengalami Pemutusan Hubungan Kerja, perlu
didukung oleh kebijakan untuk menjamin kelancaran pasokan dan distribusi
barang khususnya pang
 Ketiga , penyaluran BLT juga perlu diikuti dengan ketepatan data penerima
bantuan dan perbaikan mekanisme dan kelembagaan dalam penyalurannya
sehingga dana BLT tidak salah sasaran dan diterima oleh seluruh masyarakat yang
semestinya mendapatkannya. Ini belajar dari pengalaman penyaluran bantuan
sosial selama ini yang belum terdistribusi secara merata khususnya bagi
masyarakat yang justru membutuhkan.
Adapun rincian kebijakan pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19 sesuai
dengan yang diatur dalam Perppu baru tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tambahan belanja APBN 2020 senilai Rp405,1 triliun
Jokowi menyatakan pemerintah memutuskan untuk menambah anggaran
belanja dan pembiayaan APBN 2020 untuk penanganan Covid-19 sebesar
Rp405,1 triliun. Penambahan anggaran tersebut dialokasikan untuk sejumlah
sektor, yakni: untuk belanja bidang kesehatan dialokasikan Rp75 triliun untuk
anggaran perlindungan sosial dialokasikan Rp110 triliun untuk insentif perpajakan
dan stimulus Kredit Usaha Rakyat (KUR) dialokasikan Rp70,1 triliun untuk
pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional, termasuk restrukturisasi kredit
serta penjaminan dan pembiayaan dunia usaha, khususnya UMKM, dialokasikan
Rp150 triliun.
2. Prioritas anggaran di bidang kesehatan Sesuai dengan keterangan Jokowi
Pembelanjaan anggaran Rp75 triliun di bidang kesehatan akan diprioritaskan
untuk pemenuhan sejumlah keperluan, yakni: perlindungan tenaga kesehatan,
terutama pembelian Alat Pelindung Diri (APD) pembelian alat-alat kesehatan
seperti test kit, reagen, ventilator, hand sanitizer dan lainnya upgrade 132 rumah
sakit rujukan Covid-19, termasuk Wisma Atlet insentif dokter, perawat dan tenaga
rumah sakit (Insentif dokter spesialis Rp15 juta/bulan, dokter umum Rp10
juta/bulan, perawat Rp7,5 juta/bulan, dan tenaga medis lainnya Rp5 juta/bulan).
santunan kematian tenaga medis Rp300 juta penanganan permasalahan kesehatan
lainnya.
3. Prioritas anggaran untuk perlindungan sosial
Menurut Jokowi, pemerintah akan memprioritaskan alokasi angaran untuk
perlindungan sosial saat pandemi corona ke sejumlah program, seperti Program
Keluarga Harapan (PKH), Kartu Sembako, Kartu Prakerja, hingga keringanan
tarif listrik. Rinciannya ialah: jumlah penerima manfaat PKH ditambah dari 9,2
juta menjadi 10 juta keluarga jumlah penerima manfaat Kartu Sembako juga
ditambah dari 15,2 juta menjadi 20 juta orang pembebasan biaya listrik 3 bulan
untuk 24 juta pelanggan listrik 450 VA dan diskon 50 persen untuk 7 juta
pelanggan 900 VA. anggaran Kartu Prakerja dinaikkan dari Rp10 triliun menjadi
Rp20 triliun untuk 5,6 juta orang yang terkena PHK, pekerja informal dan pelaku
usaha mikro dan kecil. Penerima manfaat program ini akan menerima insentif
pascapelatihan Rp 600 ribu, dengan biaya pelatihan 1 juta. dukungan logistik
sembako dan kebutuhan pokok senilai Rp25 triliun. Baca juga: Mekanisme
Pemberian Tarif Listrik Gratis & Diskon Selama Tiga Bulan.
4. Prioritas anggaran untuk insentif dunia usaha Pemerintah
Memberikan sejumlah insentif sebagai stimulus ekonomi untuk para pelaku
UMKM dan dunia usaha, yang berupa: penggratisan PPh 21 untuk pekerja sektor
industri pengolahan dengan penghasilan maksimal Rp200 juta (selama setahun)
pembebasan PPN impor bagi para Wajib Pajak Kemudian Impor Tujuan Ekspor
(KITE), terutama KITE dari kalangan industri kecil dan menengah, pada 19 sektor
tertentu pengurangan tarif PPh sebesar 25 persen bagi para Wajib Pajak Kemudian
Impor Tujuan Ekspor (KITE), terutama industri kecil menengah, pada sektor
tertentu percepatan restitusi PPN bagi 19 sektor tertentu untuk menjaga likuiditas
pelaku usaha penurunan tarif PPh Badan dari 25 persen menjadi 22 persen
penundaan pembayaran pokok dan bunga untuk semua skema KUR yang
terdampak COVID-19 selama 6 bulan.
5. Prioritas di bidang non-fiskal
Pemerintah memberlakukan sejumlah kebijakan di bidang non-fiskal untuk
menjamin menjamin ketersediaan barang yang saat ini dibutuhkan, termasuk
bahan baku industri. Sejumlah kebijakan itu adalah: penyederhanaan larangan
terbatas (lartas) ekspor penyederhanaan larangan terbatas (lartas impor)
percepatan layanan proses ekspor-impor melalui national logistic ecosystem.
6. Revisi batas maksimal defisit APBN
Perrpu yang diteken oleh Jokowi pada hari ini juga mengatur revisi terhadap
batas maksimal defisit APBN menjadi di atas 3 persen. Relaksasi batas maksimal
defisit APBN ini diberlakukan pada tahun 2020, 2021 dan 2022. Menurut Jokowi,
pemerintah berupaya mengantisipasi kemungkinan defisit APBN yang diprediksi
dapat membengkak hingga 5,07 persen. Dia menegaskan kedisiplinan fiskal
maksimal defisit 3 persen akan kembali diterapkan pada tahun 2023.
7. Kebijakan moneter
Jokowi menerangkan pemerintah bersama Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan berupaya untuk mengoptimalkan bauran kebijakan moneter dan sektor
keuangan untuk memberikan daya dukung dan menjaga stabilitas perekonomian
nasional. Menurut dia, BI telah mengeluarkan kebijakan stimulus moneter melalui
kebijakan intensitas triple intervention, dan menurunkan rasio giro wajib
minimum valuta asing bank umum konvensional. "Juga memperluas underlying
transaksi bagi investor asing dan penggunaan bank kustodi global dan domestik
untuk kegiatan investasi," ujar Jokowi. Selain itu, kata Jokowi, OJK juga
menerbitkan beberapa kebijakan, yaitu: pemberian keringanan dan/atau
penundaan pembayaran kredit atau leasing sampai dengan Rp10 miliar, termasuk
untuk UMKM dan pekerja informal, maksimal 1 tahun memberikan keringanan
dan/atau penundaan pembayaran kredit atau leasing tanpa batasan plafon, sesuai
kemampuan bayar debitur dan disepakati dengan bank atau lembaga leasing.
KESIMPULAN

1) Simpulan
 Van Meter dan Van Horn dalam Budi Winarno (2005:102) mendefinisikan
implementasi kebijakan publik sebagai: ”Tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan
ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi
tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam
rangka melanjutkan usah-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar
dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan”.
 Selanjutnya beberapa Model, pendekatan, dan faktor
- Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn
Model implementasi kebijakan yang dirumuskan oleh Van Metter dan
Van Horn menjelaskan bahwa proses implementasi kebijakan merupakan
sebuah abstraksi atau performansi yang pada dasarnya secara sengaja
dilakukan untuk meraih kinerja implementasi dan dipengaruhi oleh enam
variabel, yaitu: ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik
agen pelaksana, sikap dan kecenderungan para pelaksana, komunikasi
antarorganisasi dan lingkungan sosial, ekonomi juga politik.
- Model Implementasi Kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier
Model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh Mazmanian
dan Sabatier disebut dengan A Framework for Policy Implementation
Analysis. Model ini berpendapat bahwa peran penting dari implementasi
kebijakan publik adalah kemampuannya dalam mengidentifikasikan
variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal
pada keseluruhan proses implementasi.
 Dalam sejarah perkembangan studi implementasi kebijakan dijelaskan tentang
adanya dua pendekatan guna memahami implementasi kebijakan, yaitu:
“pendekatan top down dan bottom up”
 Faktro yang mempengaruhi implementasi kebijakan Menurut Grindle (dalam
Subarsono, 2005) implementasi kebijakan dipengaruhi oleh dua variabel besar
yaitu isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (conteks
of policy). Variabel isi kebijakan mencakup:
1. Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat
dalam isi kebijakan;
2. Jenis manfaat yang diterima oleh target group;
3. Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari suatu kebijakan;
4. Apakah letak dari sebuah program sudah tepat;
5. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan impelmentornya dengan
rinci;
6. Apakah sebuah program di dukung oleh sumber daya manusia.
 Peran Pemerintah Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Covid 19
- Pertama, untuk mempercepat pengobatan dan pencegahan penularan yang
lebih luas, pemerintah menerapkan kebijakan at all cost seperti pengadaan
alat kesehatan penunjang pemeriksaan, ruang isolasi, dan Alat Pelindung
Diri (APD); menggratiskan biaya pemeriksaan baik yang terbukti maupun
tidak, ataupun hal-hal yang bersifat pencegahan seperti pembagian masker
murah dan sebagainya. Konsekuensi pembengkakan defisit anggaran,
sejalan dengan pendapatan APBN yang juga turun tajam, memang akan
membebani pemerintah.
- Kedua, upaya pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat bawah
dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat
yang mengalami penurunan pendapatan dan mengalami Pemutusan
Hubungan Kerja, perlu didukung oleh kebijakan untuk menjamin
kelancaran pasokan dan distribusi barang khususnya pang
- Ketiga , penyaluran BLT juga perlu diikuti dengan ketepatan data
penerima bantuan dan perbaikan mekanisme dan kelembagaan dalam
penyalurannya sehingga dana BLT tidak salah sasaran dan diterima oleh
seluruh masyarakat yang semestinya mendapatkannya. Ini belajar dari
pengalaman penyaluran bantuan sosial selama ini yang belum terdistribusi
secara merata khususnya bagi masyarakat yang justru membutuhkan.
2) Saran
Menurut pendapat kelompok, terkait pandemic COVID 19 ini kita sebagai masyarakat
umum harus menaati kebijakan serta arahan dari pemerintah untuk tetap dirumah selama
penanganan COVID dan juga pemerintah harus bisa memenuhi kebutuhan pokok dari
masyarakat dalam bentuk bantuan sosial terutama bagi masyarakat miskin.

Anda mungkin juga menyukai