OLEH :
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan segala
kuasa-Nyalah kami akhirnya bisa menulis makalah yang berjudul “Kebijakan pemerintah
dalam upaya pencegahan penyebaran Covid 19” ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Rasa terima kasih kami ucapkan kepada Dosen pengasuh Mata Kuliah Implementasi
Kebijakan Publik yang telah memberikan masukan serta saran yang sangat bermanfaat dalam
proses penyelesaian makalah ini. Kami sangat berharap agar karya tulis ilmiah ini memberi
banyak manfaat bagi para pembaca.
Kami juga sangat mengharapkan masukan, kritikan, serta saran dari semua pihak agar
karya tulis ini bisa menjadi lebih sempurna.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN
KESIMPULAN
1) Simpulan
2) Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah yang harus diatasi oleh pemerintah adalah masalah publik yaitu nilai,
kebutuhan atau peluang yang tak terwujudkan. Meskipun masalah tersebut dapat diidentifikasi
tapi hanya mungkin dicapai lewat tindakan publik yaitu melalui kebijakan publik.
Karakteristik masalah publik yang harus diatasi selain bersifat interdependensi
(berketergantungan) juga bersifat dinamis, sehingga pemecahan masalahnya memerlukan
pendekatan holistik (holistic approach) yaitu pendekatan yang memandang masalah sebagai
kegiatan dari keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan atau diukur secara terpisah dari yang
faktor lainnya. Untuk itu, diperlukan kebijakan publik sebagai instrumen pencapaian tujuan
pemerintah.
Berkaca pada Situasi negara di sekarang, dapat dilihat bahwa ada berbagai jalan
kebijakan untuk menanggulangi sebuah pandemi. Tiap jalan kebijakan pun memiliki
kelebihan dan kekurangannya sendiri. Jalan yang dipilih pun juga sangat tergantung pada
banyak hal yang perlu diperhatikan. Hal tersebut meliputi kondisi infrastruktur kesehatan,
perekonomian, dan kondisi masyarakat luas. Indonesia sendiri memilih untuk menempuh
jalan kebijakan menjaga jarak. Mengutip dari Kompas, langkah utama untuk menjaga jarak
datang dari pidato Presiden Joko Widodo. Ia menekankan bahwa seluruh kegiatan belajar dan
kerja sebaiknya mulai dilakukan dari rumah. Selain itu, masyarakat juga perlu menghindari
beraktivitas di kerumunan termasuk dalam hal ibadah.
Gerakan serupa juga datang dari jajaran pemerintah daerah dan inisiatif lokal.
Berdasarkan laporan Katadata, Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta telah
memberikan status kondisi darurat Covid-19 beserta lima imbauan untuk membatasi berbagai
macam interaksi sosial. Bentuk pembatasan yang ada meliputi pembatasan kuota penumpang
transportasi publik hingga pelarangan seluruh jenis kegiatan ibadah bersama. Selain itu, ia
juga membuat pemetaan para penderita yang dikelompokkan berdasarkan daerah melalui
situs resmi daring pemerintah.
Dari Jakarta bergerak ke timur, Pemerintah Bogor telah menetapkan adanya Kejadian
Luar Biasa (KLB) di kotanya. Hal ini diberlakukan setelah walikota beserta tiga warganya
terjangkit Covid-19. Pemerintah Tegal juga melakukan isolasi terbatas untuk mengurangi laju
para pendatang dari luar. Elemen masyarakat Indonesia pun juga mulai melakukan lockdown
secara lokal. Beberapa kampung di Kecamatan Pakem, Sleman juga menerapkan penutupan
wilayah mereka dengan menutup jalan masuk.
Walaupun berbagai inisiatif sudah muncul dari berbagai elemen negara dan
masyarakat, masih terdapat pelanggaran kebijakan oleh beberapa pihak. Beberapa kantor
masih menyuruh pekerjanya untuk tetap hadir di kantor meskipun himbauan kebijakan Work
From Home atau kerja dari rumah sudah diberlakukan. Selain itu, pelanggaran juga dilakukan
oleh beberapa orang dalam pengawasan (ODP). Ada beberapa kasus yang mana pasien
suspek Covid-19 kabur dari rumah sakit. Misalnya, salah satu kasus terjadi karena pasien
ingin pulang terlebih dahulu. Pelanggaran-pelanggaran ini menandakan bahwa kebijakan
yang dibuat pemerintah masih belum dianggap serius oleh sejumlah masyarakat.
C. TUJUAN PENULISAN
PEMBAHASAN
1) Simpulan
Van Meter dan Van Horn dalam Budi Winarno (2005:102) mendefinisikan
implementasi kebijakan publik sebagai: ”Tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan
ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi
tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam
rangka melanjutkan usah-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar
dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan”.
Selanjutnya beberapa Model, pendekatan, dan faktor
- Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn
Model implementasi kebijakan yang dirumuskan oleh Van Metter dan
Van Horn menjelaskan bahwa proses implementasi kebijakan merupakan
sebuah abstraksi atau performansi yang pada dasarnya secara sengaja
dilakukan untuk meraih kinerja implementasi dan dipengaruhi oleh enam
variabel, yaitu: ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik
agen pelaksana, sikap dan kecenderungan para pelaksana, komunikasi
antarorganisasi dan lingkungan sosial, ekonomi juga politik.
- Model Implementasi Kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier
Model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh Mazmanian
dan Sabatier disebut dengan A Framework for Policy Implementation
Analysis. Model ini berpendapat bahwa peran penting dari implementasi
kebijakan publik adalah kemampuannya dalam mengidentifikasikan
variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal
pada keseluruhan proses implementasi.
Dalam sejarah perkembangan studi implementasi kebijakan dijelaskan tentang
adanya dua pendekatan guna memahami implementasi kebijakan, yaitu:
“pendekatan top down dan bottom up”
Faktro yang mempengaruhi implementasi kebijakan Menurut Grindle (dalam
Subarsono, 2005) implementasi kebijakan dipengaruhi oleh dua variabel besar
yaitu isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (conteks
of policy). Variabel isi kebijakan mencakup:
1. Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat
dalam isi kebijakan;
2. Jenis manfaat yang diterima oleh target group;
3. Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari suatu kebijakan;
4. Apakah letak dari sebuah program sudah tepat;
5. Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan impelmentornya dengan
rinci;
6. Apakah sebuah program di dukung oleh sumber daya manusia.
Peran Pemerintah Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Covid 19
- Pertama, untuk mempercepat pengobatan dan pencegahan penularan yang
lebih luas, pemerintah menerapkan kebijakan at all cost seperti pengadaan
alat kesehatan penunjang pemeriksaan, ruang isolasi, dan Alat Pelindung
Diri (APD); menggratiskan biaya pemeriksaan baik yang terbukti maupun
tidak, ataupun hal-hal yang bersifat pencegahan seperti pembagian masker
murah dan sebagainya. Konsekuensi pembengkakan defisit anggaran,
sejalan dengan pendapatan APBN yang juga turun tajam, memang akan
membebani pemerintah.
- Kedua, upaya pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat bawah
dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat
yang mengalami penurunan pendapatan dan mengalami Pemutusan
Hubungan Kerja, perlu didukung oleh kebijakan untuk menjamin
kelancaran pasokan dan distribusi barang khususnya pang
- Ketiga , penyaluran BLT juga perlu diikuti dengan ketepatan data
penerima bantuan dan perbaikan mekanisme dan kelembagaan dalam
penyalurannya sehingga dana BLT tidak salah sasaran dan diterima oleh
seluruh masyarakat yang semestinya mendapatkannya. Ini belajar dari
pengalaman penyaluran bantuan sosial selama ini yang belum terdistribusi
secara merata khususnya bagi masyarakat yang justru membutuhkan.
2) Saran
Menurut pendapat kelompok, terkait pandemic COVID 19 ini kita sebagai masyarakat
umum harus menaati kebijakan serta arahan dari pemerintah untuk tetap dirumah selama
penanganan COVID dan juga pemerintah harus bisa memenuhi kebutuhan pokok dari
masyarakat dalam bentuk bantuan sosial terutama bagi masyarakat miskin.