PELAYANAN PUBLIK
KONSEPSI MANAJEMEN PELAYANAN
Tingkat Eksklusivitas
Tingkat
Keterhabisan
Rendah Tinggi
Tinggi Barang Barang /
milik bersama Jasa Privat
rendah Peralatan
Barang / public atau
jasa Publik Barang / jasa
Semi publik
Penyelenggaraan Pelayanan Publik /
Pelayanan Umum
Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakan,
pelayanan publik / pelayanan umum dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu :
1 Pelayanan Publik / Pelayanan Umum yang
diselenggarakan oleh organisasi privat.
2 Pelayanan Publik / Pelayanan Umum yang
diselenggarakan oleh organisasi yang dapat
dibedakan lagi menjadi 2;
a. Yang bersifat primer, dan
b. Yang bersifat sekunder
Perbedaan ketiga jenis pelayanan publik /
pelayanan umum
1. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh privat :
Adalah semua penyediaan barang / jasa publik yang diselenggarakan oleh swasta.
Contoh : Bioskop, rumah makan, perusahaan angkutan swasta.
Karakteristik Publik
Privat Sekunder Primer
Transparansi; bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang
memerlukan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
Akuntabilitas; dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Kondisional; sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima
pelayanan dengan tetap berprinsip pada efesiensi dan efektifitas.
Partisipatif; mendorong peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan
pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi , kebutuhan dan harapan
masyarakat.
Kesamaan hak ; tidak deskriminatif, dalam arti tidak membedakan suku, ras,
agama, golongan, gender dan status ekonomi.
Keseimbangan hak dan kewajiban; pemberi dan penerima pelayanan publik harus
memenuhi hak dan kewajiban masing-masing.
Kelompok Pelayanan Publik
Diatur dalam Kep. MENPAN No. 06/1995 tentang Pedoman Penganugrahan Penghargaan Abdisatya bhakti bagi Unit kerja / Kantor
Pelayanan Percontohan. Penghargaan ini dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Piala Abdisatya Bhakti; diberikan kepada unit pelayanan yang telah menunjukkan tingkat kinerja pelayanan yang
optimal sehingga layak menjadi contoh / panutan.
2. Piagam Andisatya Bhakti; diberikan kepada unit pelayanan yang telah berupaya melakukan perbaikkan mutu pelayanan
secara berarti walaupun belum optimal.
Mengacu pada Kep. MENPAN No.81/1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum, kriteria pemberian Penghargaan
Abdisatya Bhakti meliputi :
1. Meningkatkan posisi tawar klien/konsumen, atau dengan kata lain memberdayakan klien.
2. Mengontrol kewenangan/kekuasaan lembaga penyelenggara pelayanan public
.
Keseimbangan posisi tawar tersebut dapat dicapai dengan menerapkan beberapa konsep berikut, sesuai dengan karakteristik
pelayanan publik yang diselenggarakan ;
7. Ombudsmen
Yaitu Lembaga pengawas independent yang tugas, kewenangan dan tanggungjawabnya adalah untuk melakukan
pengawasan dan penilaian terhadap pelaksana pelayanan publik dan melakukan pengawasan dan penilaian terhadap
tindakan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan publik.
13. Privatization
Yaitu merupakan salah satu wujud dari mekanisme exit, karena sebagian dari proses penyelenggaraan pelayanan publik
diserahkan kepada pihak swasta, sehingga customers memiliki beberapa pilihan.
Sethia dan Glinow dalam Collins dan Mc. Laughlin (1996 : 760-762) membedakan 4 macam budaya organisasi
berdasarkan perhatiannya terhadap orang dan kinerja, yaitu :
1. Apathetic Culture
Di dalam tipe ini perhatian anggota organisasi terhadap hubungan antar manusia maupun terhadap kinerja
pelaksanaan tugas, dua-duanya rendah. Penghargaan diberikan terutama berdasarkan permainan politik dan
pemanipulasian orang-orang lain.
2. Caring Culture
Dicirikan dengan rendahnya perhatian terhadap kinerja dan tingginya perhatian ter hadap hubungan antar
manusia. Penghargaan lebih didasarkan pada kepaduan tim dan harmoni dan bukan didasarkan pada kinerja
pelaksanaan tugas.
3. Exacting Culture
Ciri utamanya adalah perhatian terhadap orang sangat rendah, tetapi perhatian terhadap kinerja sangat tinggi.
Secara ekonomis penghargaan sangat memuaskan, tetapi hukuman atas kegagalan yang dilakukan juga sangat
berat. Sehingga tingkat keamanan pekerja sangat rendah.
4. Integrative Culture
Baik perhatian terhadap orang maupun kinerja, keduanya sangat tinggi.
Budaya kinerja Dalam Organisasi
Pelayanan
Sebagian besar organisasi publik di Indonesia memiliki budaya organisasi yang
bertipe caring, memiliki perhatian yang sangat rendah terhadap kinerja pelaksanaan
tugas, tetapi memiliki perhatian yang sangat tinggi terhadap hubungan antar manusia.
Hal ini tampak pada ciri-ciri birokrat sebagai berikut :
Budaya caring tersebut tidak cocok dalam pemberian pelayanan yang berkualitas
kepada masyarakat, sehingga harus diadopsi budaya organisasi baru yang lebih sesuai
dan kondusif dengan manajemen pelayanan publik, yang disebut kultur kinerja.
Budaya Kinerja Dalam Organisasi
Pelayanan
10 semangat kewirausahaan yang dikembangkan oleh Osborne dan
Gaebler, yaitu :
1. Mengarahkan ketimbang mengayuh.
2. Memberi wewenang kepada masyarakat
3. Menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan.
4. Menciptakan organisasi yang digerakkan oleh misi ketimbang oleh
peraturan.
5. Lebih berorientasi pada hasil, bukan input.
6. Berorietasi pada pelanggan bukan birokrasi.
7. Berorientasi wirausaha.
8. Bersifat antisipatif.
9. Menciptakan desentralisasi.
10. Berorietasi pada pasar
Terima kasih
Aku ingat kamu.
Kudoakan kamu sukses
Aku menyertai kamu
Terima kasih