Pelayanan Publik / Pelayanan umum sangat terkait dengan upaya
penyediaan barang publik atau jasa publik dapat dipahami dengan menggunakan taksonomi barang dan jasa yang dikemukakan Hawlett dan Ramesh berdasarkan derajat eksklusivitasnya (apakah suatu barang / jasa hanya dapat dinikmati secara eksklusiv oleh satu orang saja) dan derajat keterhabisannya (apakah satuan barang atau jasa habis terkonsumsi atau tidak setelah terjadinya transaksi ekonomi) Howlett dan Ramesh membedakan adanya 4 macam barang / jasa, yaitu: • Barang / jasa privat. Yaitu barang / jasa yang derajat ekslusifitas dan derajat keterhabisannya sangat tinggi. Contoh : makanan atau jasa potong rambut yang dapat dibagi-bagi untuk beberapa pengguna, tetapi kemudian tidak tersedia lagi untuk orang lain jika telah dibeli oleh beberapa pengguna. • Barang / jasa public .Yaitu barang / jasa yang derajat eksklusifitas dan derajat keterhabisannya sangat rendah. Contoh : jalan raya dan keamanan lingkungan yang tidak dapat dibatasi penggunaannya dan tidak habis meski telah dinikmati banyak pengguna. • Peralatan publik atau barang / jasa semi public. Yaitu barang / jasa yang derajat eksklusifitasnya tinggi, tetapi tingkat keterhabisannya rendah. Contoh : jalan tol atau jembatan yang tetap masih dapat dipakai oleh pengguna lain setelah dipakai oleh seorang pengguna, tetapi memungkinkan untuk dilakukan penariakan biaya kepada setiap pengguna. • Barang / jasa milik Bersama. Yaitu barang / jasa yang derajat eksklusifitasnya rendah, tetapi tingkat keterhabisannya tinggi. Contoh : ikan, penyu, karang di laut yang kuantitasnya berkurang setelah terjadinya pemakaian, tetapi tak dimungkinkan untuk dilakukan penarikan biaya secara langsung kepada orang yang menikmatinya. Barang dan Jasa Publik vs Barang dan Jasa Swasta
• Barang publik adalah barang kolektif yang
seharusnya dikuasai oleh Negara atau pemerintah. Sifatnya tidak eksklusif dan diperuntukkan bagi kepentingan seluruh warga dalam skala yang luas, dan dapat dinikmati warga secara gratis • arang swasta adalah barang spesifik yang dimiliki oleh pihak swasta. Sifatnya eksklusif dan hanya bias dinikmati oleh mereka yang mampu membelinya, karena harganya disesuaikan dengan harga pasar menurut penjual Konsep-Konsep Pokok Barang dan Jasa Publik • Secara umum, barang publik memiliki tingkat excludability dan daya saing yang rendah. Ini berarti bahwa jika barang itu diproduksi, barang tersebut dapat dipergunakan oleh banyak orang. Barang publik ini dimanfaatkan oleh banyak orang, sehingga umumnya dibiayai dari dana publik. • Barang swasta adalah barang yang punya excludability dan daya saing tinggi. Orangorang yang memanfaatkanya jelas, sehingga mudah dikenakan biaya. • Barang yang excludable, tetapi daya saingnya rendah disebut toll goods. • Barang yang berdaya saing tinggi, tetapi non-excludable, disebut common pool goods. Penyedia Pelayanan Sektor swasta mempunyai kecendrungan bekerja lebih efisien dan efektif karena : 1. Sektor swasta memiliki fleksibilitas dalam pengolahan sumber daya sehingga permintaan pasar dapat ditanggapi. 2. Persaingan pelayanan mendorong lebih baiknya mutu pelayanan dengan harga yang lebih murah bagi pelanggan. Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik menyelenggarakan fungsi: 1. Penyiapan dan perumusan kebijakan dan sistem pengadaan nasional 2. Penyiapan dan perumusan kebijakan pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia di bidang pengadaan 3. Pelayanan bimbingan teknis, pemberian pendapat dan rekomendasi, serta koordinasi penyelesaian masalah di bidang pengadaan 4. Pengembangan sistem informasi nasional di bidang pengadaan 5. Pengawasan pelaksanaan pelayanan pengadaan barang/jasa dengan teknologi informasi 6. Melaksanakan sosialisasi, pemantauan, dan penilaian pelaksanaan kebijakan dan sistem pengadaan nasional ETIKA PENGELOLAAN KEUANGAN PUBLIK
• Dalam menyikapi pro-kontra terhadap suatu
perbuatan, pengkategorian perilaku etis sebaiknya berpedoman pada etika umum, antara lain : pengetahuan (knowledge), kesadaran akan hidup bermasyarakat, respek terhadap divine law (hukum yang berkaitan dengan Ketuhanan), memahami bahwa suatu pekerjaan membutuhkan pertanggungjawaban, menyadari bahwa norma dari perilaku etis yang diakui masyarakat berlaku untuk semua jenis pekerjaan apapun.