Anda di halaman 1dari 26

MANAJEMEN PROYEK TEKNIK & INVESTASI

MODEL RESIKO MULTIFAKTOR EQUITY


THE THEORY AND PRACTICE OF INVESTMENT
MANAGEMENT

OLEH:

KELOMPOK I

JUSLAN G2T117042
IHWAN NUSUR G2T118001
TRI RAMADHAN G2T118002
SABTA NUR IBNU G2T118003
ZUNARMIN G2T118005
LA ODE MUHAMMAD HARDIN G2T118007
IDA LESTARI G2T118008
HARLINA G2T118009
VIVIN HARDYANTY G2T118010

PROGRAM STUDI MANAJEMEN REKAYASA


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat membuat sebuah makalah tentang “Model Resiko
Multifaktor Equity”. Makalah ini merupakan hasil telaah pustaka dan diskusi
mengenai tugas kelompok mata kuliah Manajemen Proyek dan Investasi.
Makalah ini disusun berdasarkan apa yang diperoleh dari berbagai sumber.
Kami kelompok I selaku tim pemyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih belum sempurna. Untuk itu diharapkan kepada semua pihak untuk memberikan
masukan dan kritik demi kesempurnaan makalah ini. kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu, diharapkan
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan yang kurang berkenan. Akhir
kata diucapkan banyak terima kasih.

Kendari, 02 Maret 2019


Hormat Kami,

Kelompok I
Tim Penyusun
Daftar Isi
Sampul........................................................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................................... ii
Daftar Isi....................................................................................................................... iii
Bab-I Pendahuluan.................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................... 1
Bab-II Pembahasan..................................................................................................... 2
2.1 Manajemen Portofolio Ekuitas……………............................................... 2
2.2 Model Faktor dari Imbal Hasil Sekuritas…………….............................. 7
2.3 Model Fundamental…………………………………................................ 9
2.4 Teori Penentuan Harga Arbitrase………………….................................. 14
2.5 Resiko Dekomposisi……………………………….................................. 18
Bab-III Kesimpulan……………………....................................................................... 23
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Sejauh Ini telah banyak pemembahas model risiko multifaktor untuk manajemen
portofolio ekuitas. Dalam menggambarkan teori asset pricing dalam hal faktor harga
risiko teori arbitrase, menyebutkan berbagai jenis statistik model diantaranya model
multifaktor resiko, model makro, dan model fundamental.
Jenis yang paling populer dari model yang digunakan dalam praktek adalah
model fundamental. Sementara beberapa perusahaan manajemen aset
mengembangkan model mereka sendiri, sebagian besar menggunakan model yang
tersedia secara komersial. Sedangkan pengembangan model risiko multifaktor
mendasar melibatkan sejumlah besar analisis statistik canggih dan pengujian,
pengembangan model bukan fokus dari tulisan ini.
Dalam ilustasi pembahasan makalah ini menggunakan versi lama dari model
yang dikembangkan oleh Barra (sekarang MSCI Barra). Sementara model yang
telah diperbarui, pembahasan dan ilustrasi memberikan poin penting untuk
menghargai nilai menggunakan model multifaktor ekuitas.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan masalah yang dapat di angkat dalam tulisan ini adalah sebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksud dari Portofolio Ekuitas?
2. Apa yang dimaksud dari Model Fundamental?
3. Bagaimnakah Teori Penentuan Harga Arbitrase?
4. Bagaimnakah Risiko Dekomposisi Portofolio?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui Portofolio Ekuitas.
2. Untuk mengetahui Teori Penentuan Harga Arbitrase.
3. Untuk mengetahui Risiko Dekomposisi Portofolio.
4. Untuk mengetahui dari Model Fundamental.

1
Bab II
Pembahasan

2.1 Manajemen Portofolio Ekuitas


Teori portofolio ekuitas (saham) merupakan teori yang ada di bidang keuangan
tentang bagaimana cara membentuk portofolio ekuitas (saham) yang menginginkan
hasil yang maksimal namun risiko yang rendah. Portofolio jika dilihat dari
definisinya adalah sekumpulan sekuritas atau gabungan dari dua atau lebih surat-
surat berharga. Bila terjadi kerugian dari salah satu saham akan ditutupi oleh
keuntungan dari saham lainnya. Tujuan dari terbentuknya portofolio adalah untuk
melakukan rencana investasi yang paling aman dengan keuntungan maksimal dan
risiko yang minim.
Dalam manajemen portofolio dikenal adanya teori portofolio saham, konsep
pengurangan risiko sebagai akibat penambahan sekuritas kedalam portofolio.
Contoh: misal risiko setiap sekuritas sebesar 0,20. Jika kita memasukkan 100 saham
dalam portofolio tersebut maka risiko portofolio akan berkurang dari 0,20 menjadi
0,02.
Perhitungan statistik di atas membuktikan bahwa semakin banyak jenis saham
yang dimasukkan dalam portofolio akan menyebabkan semakin berkurangnya risiko
portofolio. Dalam konteks portofolio, semakin banyak jumlah saham yang
dimasukkan dalam portofolio, semakin besar manfaat pengurangan risiko.
Meskipun demikian, manfaat pengurangan risiko portofolio akan semakin
menurun sampai pada jumlah tertentu, dan setelah itu tambahan sekuritas tidak akan
mengurangi risiko portofolio.
Investasi yang terbaik sangat sulit untuk dipilih karena memang tidak ada yang
mengetahui investasi mana yang memberikan return yang terbaik, oleh karena itu
diperlukan suatu portofolio sehingga dapat mengurangi risiko yang tidak diinginkan
Return dan Risiko dari Investasi
a. Return Investasi
Merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi
yang dilakukan. Return saham terdiri dari:
1) Yield, yaitu cash flow atau arus kas yang dibayarkan secara periodik kepada
pemegang saham, biasanya dalam bentuk deviden.

2
2) Capital gain, atau capital loss, yaitu selisih antara harga saham pada saat
pembelian dengan harga saham pada saat penjualan. Capital gain jika harga
saham pada akhir periode lebih tinggi dari harga awalnya, sedangkan capital
loss, sebaliknya.
3) Total Return =Yield +Price Change
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return menurut
Jogiyanto, dibedakan menjadi:
a) Return Realisasi (realized return)
Merupakan return yang telah terjadi. Return dihitung berdasarkan data
histories, return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu
pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna
sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko
dimasa mendatang. Perhitungan return realisasi disini menggunakan
return total. Return total merupakan keseluruhan dari suatu investasi
dalam suatu periode tertentu.
b) Return Ekspektasi (Expected Return)
Merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan
investasi. Return ini penting dibandingkan dengan return historis karena
return ekspektasian merupakan return yang diharapkan dari investasi
yang dilakukan. Perhitungan return ekspektasi dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
“Return ekspektasi dapat dihitung dengan metode nilai ekspektasi yaitu
mengalikan masing-masing hasil masa depan dengan probabilitas
kejadiannya dan menjumlah semua produk perkalian tersebut.”
b. Risiko Investasi
Adalah kemungkinan adanya sesuatu yang tidak menguntungkan akan terjadi di
masa mendatang. Risiko juga merupakan kemungkinan perbedaan antara return
yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan
perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut.
1) Ada dua tipe resiko yaitu:
a) Systematic Risk

3
Risiko yang tidak dapat didiversifikasikan/dihindari oleh para investor.
Misalnya:
(1) Risiko tingkat bunga
Merupakan perubahan suku bunga yang dapat mempengaruhi return
investasi. Jika suku bunga meningkat, maka bunga saham akan turun.
Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara
terbalik, ceteris paribus.
(2) Risiko politik
Disebut risiko politik karena sangat berkaitan dengan kondisi
perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar
negeri, stabilitas politik dan ekonomi negara bersangkutan sangat
penting diperhatikan untuk menghindari risiko negara yang terlalu
tinggi. Dengan banyaknya investor yang berinvestasi secara
internasional, baik secara langsung ataupun tidak langsung, stabilitas
dan kelangsungan hidup ekonomi suatu negara perlu
dipertimbangkan) serta masih banyak lagi sumber risiko.
(3) Risiko inflasi
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli yang
telah diinvestasikan. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor
biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk
mengkompemsasi penurunan daya beli yang dialaminya.
(4) Risiko nilai tukar
Risiko ini berkaian dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik
(negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang negara lainnya.
(5) Risiko pasar
Dengan adanya fluktuasi pasar, maka perubahan indeks pasar saham
secara keseluruhan dapat terjadi.
b) Unsystematic risk
Adalah risk yang dapat didiversifikasikan/dihindari oleh para investor.
Misalnya:
(1) Risiko bisnis

4
Merupakan risiko yang ada ketika melakukan suatu usaha/bisnis
dalam industri khusus.
(2) Risiko likuiditas
Risiko likuiditas ini berhubungan dengan pasar sekunder dalam
perdagangan sekuritas. Suatu investasi yang dapat dibeli atau dijual
secara cepat dan tanpa harga yang signifikan biasanya bersifat likuid,
semakin tidak menentunya elemen waktu dan konsesi (kelonggaran)
harga, semakin besar liquidity risk-nya. Atau dapat diartikan semakin
cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas
tersebut, demikian pula sebaliknya.
(3) Risiko finansial
Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk
menggunakan utang dalam pembiayaan modal oleh perusahaan.
Besarnya proporsi asset oleh pembiayaan hutang dan besarnya
variabilitas return adalah sama.
Estimasi Return dan Risk
a. Estimasi Return
Expected return adalah return yang digunakan untuk pengambilan keputusan
investasi. Expected return juga merupakan return yang diharapkan dari investasi
yang dilakukan hal ini lebih penting dibandingkan dengan return historis. Pada
umumnya return dapat dilihat dari pendekatan dollar maupun pendekatan
persentase.
Expected return dapat dihitung dengan beberapa cara sebagai berikut ini:
1) Berdasarkan nilai ekspektasi masa depan
2) Berdasarkan nilai-nilai return historis
3) Berdasarkan model return ekspektasian yang ada.
Return yang dipersyaratkan adalah return yang diperoleh secara historis yang
merupakan tingkat return minimal yang dikehendaki oleh investor atas
preferensi subyektif investor terhadap risiko.
1) Berdasarkan nilai expected return masa depan
Dengan adanya ketidakpastian berarti investor akan memperoleh return
dimasa mendatang yang belum diketahui persis nilainya. Untuk itu, return

5
yang akan diterima perlu diestimasi nilainya dengan segala kemungkinan
yang dapat terjadi. Dengan mengantisipasi segala kemungkinan yang dapat
terjadi ini berarti bahwa tidak hanya sebuah hasil masa depan yang akan
diantisipasi, tetapi perlu diantisipasi beberapa hasil masa depan dengan
kemungkinan probabilitas terjadinya.
Berurusan dengan ketidakpastian berarti distribusi probabilitas dari hasil-
hasil masa depan perlu diketahui. Distribusi probabilitas ini dapat diperoleh
dengan cara mengestimasi secara subjektif atau berdasarkan dari kejadian
sejenis dimasa lalu yang pernah terjadi untuk digunakan sebagai estimasi.
Expected return dihitung dengan mengalikan masing-masing hasil masa
depan dengan probabilitas kejadiannya dan menjumlah semua produk
perkalian tersebut.
2) Berdasarkan nilai-nilai return historis
Kenyataan menghitung hasil masa depan dan probabilitasnya merupakan hal
yang tidak mudah dan bersifat subjektif. Akibat dari perkiraan yang subjektif
ini, ketidakakuratan ini, data historis dapat digunakan sebagai dasar
ekspektasi. Tiga metode yang dapat digunakan untuk menghitung expected
return adalah dengan:
a) Metode rata-rata
Metode ini mengasumsikan bahwa expected return dapat dianggap sama
dengan rata-rata return historisnya. Dengan menggunakan metode ini
tidak mempertimbangkan pertumbuhan dari return-returnnya.
b) Metode trend
Metode ini menggunakan dan mempertimbangkan pertumbuhan dari
return-returnnya.
c) Metode jalan acak
Metode ini beranggapan bahwa distribusi data return bersifat acak
sehingga sulit digunakan untuk memprediksi sehingga diperkirakan
return terakhir akan terulang di masa depan. Dengan demikian maka
akan sama dengan return terakhir yang terjadi.
Metode yang terbaik bergantung dari distribusi data returnnya. Jika distribusi
data return mempunyai pola trend maka metode trend yang baik digunakan

6
bila sebaliknya maka metode rata-rata atau random walk yang lebih tepat
untuk digunakan.
3) Berdasarkan model return ekspektasian yang ada
Model-model untuk menghitung expected return sangat dibutuhkan.
Sayangnya tidak banyak model yang tersedia baik yang popular. Metode ini
yang paling banyak digunakan adalah single index model.
Dalam hal teori portofolio terdapat berbagai jenis teori yang dapat dijadikan
pegangan. Pada saat kondisi riil ketika anda memilih berinvestasi saham,
pembentukan portofolio sangatlah penting untuk menjaga tingkat risiko dan return
yang diinginkan

2.2 Model Faktor dari Imbal Hasil Sekuritas


Ketidakpastian imbal hasil aset memiliki dua sumber, yakni faktor umum
maupun makroekonomi, dan kejadian khusus perusahaan. Faktor umum dirancang
untuk memiliki perkiraan nilai nol karena digunakan untuk mengukur informasi
baru mengenai makroekonomi yang menurut pengertiannya memiliki perkiraan nol.
Persamaan model faktor tunggal:
ri = E(ri) + βiF + ei
Penguraian imbal hasil model faktor menjadi komponen sistematis atau makro
dan khusus pada suatu perusahaan itu bersifat memaksa, namun tidak membatasi
risiko sistematis pada faktor tunggal. Ketika menaksir regresi indeks tunggal, secara
tersirat menjatuhkan asumsi bahwa tiap saham memiliki sensitivitas yang relatif
sama terhadap berbagai faktor makro-ekonomi, maka menggumpalkan seluruh
sumber risiko sistematis menjadi satu variabel semisal imbal hasil saham lebih baik.
Wajar jika gambaran yang lebih jelas mengenai risiko sistematis yang
memperkenankan kemungkinan bahwa saham berbeda menunjukkan sensitivitas
terhadap berbagai komponennya, akan membentuk perbaikan yang berguna dari
model faktor tunggal. Mudah untuk mengamati bahwa model yanhg
memperkenankan beberapa faktor-model multifaktor dapat memberikan gambaran
yang lebih baik dari imbal hasil sekuritas dimana mode ini juga berguna di dalam
penerapan manajemen risiko.
Persamaan model dua faktor:

7
ri = E(ri) + βiGDP+ βiTRIR + ei
Model faktor di atas memiliki perkiraan nol, yakni mewakili perubahan pada
variabel tersebut yang belum diduga.
Garis Pasar Sekuritas Multifaktor
Dalam perkembangannya, garis pasar sekuritas dikembangkan dengan model
pennetuan harga aset modal (CAPM). CAPM menyatakan bahwa sekuritas akan
dihargao guna memberikan investor perkiraan imbal hasil yang terdiri dari dua
komponen, yakni tingkat bebas risiko, yang merupakan kompensasi atas nilai waktu
uang, dan premi risiko, yang ditentukan dengan mengalikan premi risiko tolok ukur
(yakni premi risiko yang ditawarkan oleh portofolio pasar) dikali ukuran relatif dari
risiko, beta:
E(r) =rf + β[E(rM) – rf
Jika premi risiko dari portofolio pasar dengan RPM, maka dituliskan kembali
persamaan di atas menjadi:
E(r) =rf + ΒRPM
Model indeks multifaktor menaikkan garis pasar sekuritas multifaktor dimana
premi risiko ditentukan oleh penyingkapan atas tiap faktor risiko sistematis dan oleh
premi risiko yang terkait dengan tiap faktor tersebut. Sebagai contoh, pada
perekonomian dua faktor dimana menyingkapan risiko dapat diukur oleh persamaan
ri = E(ri) + βiGDP+ βiTRIR + ei
Sehingga dapat disumpulkan bahwa perkiraan tingkat imbal hasil sekuritas akan
berupa penjumlahan dari:
1. Tingkat imbal hasil bebas risiko
2. Sensitivitas terhadap risiko PDB dikali premi risiko karena menanggung risiko
PDB
3. Sensitivitas terhadap risiko suku bunga diklaim premi risiko karena menanggung
risiko suku bunga.
Berikut merupakan garis pasar sekuritas dua faktor:
E(r) = rf + βGDPRPGDP + βTRRPIR
Salah satu perbedaan di antara perekonomian faktor tunggal dan berganda
adalah bahwa faktor premi risiko bisa jadi negatif.

8
2.3 Model Fundament
Model Fundamental adalah suatu metode analisis yang menggunakan data
ekonomi, seperti data produksi, konsumsi dan pendapatan rumah tangga untuk
meramalkan pergerakan harga.
Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental
ekonomi suatu perusahaan. Teknik ini menitikberatkan pada rasio finansial dan
kejadian - kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan. Sebagian pakar berpendapat teknik analisis
fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham
perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang.
Dalam analisis fundamental, yang dijadikan dasar perkiraan harga (intrinsic
value) adalah faktor-faktor fundamental seperti laporan keuangan, informasi penting
lain yang sewaktu-waktu harus diumumkan perusahaan publik dan perkembangan
ekonomi makro, mau pun berita dalam bidang-bidang lain seperti politik, sosial,
cuaca, dsb. yang dianggap perlu, semuanya selama paling tidak dua tahun terakhir.
Tidak mungkin bagi siapa saja untuk menyerap semua informasi yang
ditawarkan secara total. Perlu untuk meletakkan perbatasan menurut urutan prioritas
dan keterbatasan waktu maupun sumber daya masing-masing. Pembatasan yang
ditetapkan oleh analis menurut kebutuhan masing-masing adalah berbeda-beda. Di
samping itu akses kepada informasi yang tersedia tidaklah sama bagi semua pihak
yang sedang terlibat, dari segi waktu maupun jumlah. Perbedaan dalam pembatasan
ruang gerak analis akan berpengaruh terhadap proses pembentukan harga, sehingga
akan timbul perbedaan persepsi tentang tingkat harga yang dianggap wajar.
Bila yang ikut ditinjau juga adalah motivasi berbagai pihak untuk terjun ke bursa
saham, maka gerak harga akan dipengaruhi juga oleh pertimbangan yang tidak
fundamental atau rasional. Pihak yang dianggap menggunakan pendekatan
fundamental adalah investor jangka panjang yang adakalanya perlu melaksanakan
penyesuaian portfolio, namun selalu berusaha untuk memilih saham dengan kinerja
terbaik. Golongan yang tidak selalu bersikap demikian, namun masih cukup rasional
adalah penggerak pasar (market maker) karena kewajibannya untuk mencipta
permintaan pada saham tertentu. Dalam golongan "market maker" termasuk
"specialist" yang oleh peraturan bursa dilarang untuk mencipta permintaan yang

9
menyesatkan, karena saham yang ditanganinya sebetulnya tidak memenuhi
persyaratan fundamental sama sekali. Para "specialist" ditugaskan untuk memelihara
perdagangan yang hidup dan liquid bagi saham-saham tertentu berdasarkan imbalan
perlakuan istimewa (privileges) dari pihak bursa di Amerika Serikat.
Perbedaan motivasi antara investor dan para penggerak pasar sudah bisa
menyebabkan saham yang terbaik tidak mendapatkan harga tertinggi. Bisa saja
terjadi bahwa saham yang tidak begitu baik fundamentalnya, dikejar pelaku bursa
karena permintaan yang lebih tinggi.
Pelaku bursa dengan persentase rendah di bursa yang sudah maju, namun justru
lebih tinggi di bursa yang belum berkembang dengan baik, adalah para spekulator
yang tidak rasional. Para spekulator terdiri dari dua kelompok yang termakan isu
bahwa mencari untung di bursa adalah lebih mudah dan cepat daripada terjun ke
dalam bisnis normal.
Kelompok yang satu memang mempunyai uang lebih, sehingga secara
menyeluruh tidak akan kehilangan segala-galanya secara menyakitkan. Kerugian
akan membuat mereka mendapatkan pelajaran pahit yang mudah-mudahan dapat
menjadi pendorong untuk mau berlelah-lelah dalam membuat analisis sebelum
terjun di bursa, daripada mengandalkan rumor atau naluri saja.
Kelompok yang satu lagi adalah mereka yang sebetulnya tidak mempunyai uang
lebih, namun yang tersedia hanya belum dibutuhkan dengan segera. Karena sama
sekali tidak mempunyai pengertian tentang manajemen dana, tidak ada cadangan
untuk menghadapi kerugian yang tiba bersamaan dengan atau lebih cepat dari
kebutuhan penggunaannya. Pengalaman demikian akan membuat mereka jera
masuk ke bursa lagi.
Dari latar belakang materi fundamental dan pelaku bursa saham dapat ditarik
kesimpulan bahwa upaya untuk menetapkan harga di muka, tidak mungkin bisa
berhasil dengan baik. Harga yang telah dihitung dan diperkirakan tidak bisa
diharapkan untuk muncul di bursa. Apa yang dapat diharapkan adalah pedoman
untuk tindakan jual atau beli berdasarkan perbandingan antara analisis dan
kenyataan yang dihadapi pelaku bursa. Juallah saham yang disebut "overvalued"
(harga berada di atas nilai yang telah dihitung/diperkirakan), sebaliknya belilah
saham yang "undervalued" (harga berada di bawah nilai yang telah

10
dihitung/diperkirakan). Sikap yang rasional demikian memang akan menghasilkan
keuntungan bila jangka waktu yang digunakan adalah cukup lama. Namun apakah
suatu strategi "buy-and-hold" untuk saham yang "undervalued" bisa menghasilkan
keuntungan yang maksimal?
a. Faktor Dalam Analisis Fundamental
Berdasarkan kutipan yang diambil dari 2 situs internet tersebut, maka faktor
fundamental dapat dibagi menjadi 2, yakni faktor fundamental ekonomi makro
dan fkctor fundamental ekonomi (kinerja) suatu perusahaan.
b. Faktor Fundamental Ekonomi (Kinerja) Perusahaan
Teknik ini menitikberatkan pada rasio finansial dan kejadian - kejadian yang
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan. Sebagian pakar berpendapat teknik analisis fundamental lebih cocok
untuk membuat keputusan dalam memilih saham perusahaan mana yang dibeli
untuk jangka panjang.
Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dengan mengamati rasio-
rasio keuangannya. Rasio keuangan terdiri dari:
1) Rasio Likuiditas, rasio keuangan yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo.
2) Rasio Aktivitas, rasio keuangan yang menggambarkan efektivitas
penggunaan sumberdaya yang dimiliki perusahaan.
3) Rasio Leverage, rasio keuangan yang menggambarkan seberapa besar
penggunaan dana yang berasal dari hutang dibandingkan dengan aktiva atau
ekuitas perusahaan
4) Rasio Profitabilitas, rasio yang menggambarkan kemampu labaan
perusahaan. Rasio Pasar.
Rasio-rasio keuangan ini telah tersedia pada laporan-laporan keuangan yang
terdaftar di bursa. Khusus untuk emiten yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dapat dilihat pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
c. Analisis Fundamental dan Teknikal
Untuk menghadapi pergerakan harga di bursa saham ada dua macam
pendekatan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Uraian berikut
dikutip dari situs.

11
Pada masing-masing pendekatan ada penganut yang agak fanatik sehingga
menimbulkan antagonisme seolah-olah yang satu lebih unggul daripada yang
lain. Para penganut haluan fundamental (fundamentalist) menganggap bahwa
harga bergerak secara acak (random) sehingga arahnya tidak mungkin bisa
diduga sebelumnya. Upaya untuk berbuat demikian tidak lain adalah spekulasi
belaka, yang tentu tidak bisa diterima oleh para teknisi pasar (market
technician), sehingga suka memplesetkan nama fundamentalist menjadi
funnymentalist dalam ucapan yang dipercepat. Antagonisme demikian tidak
perlu terjadi bila kita mempertimbangkan aspek-aspek berikut.
Pekerjaan dalam Analisis Fundamental dilaksanakan sebelum harga terbentuk di
bursa, sebaliknya dalam Analisis Teknikal bahwa pekerjaan baru dimulai
setelah harga terbentuk di bursa. Ingatlah bahwa Tindakan jual-beli kemudian
didasarkan perbandingan antara hasil analisis dan kenyataan di bursa, yang bisa
ditetapkan sebagai "over" atau "undervalued."
Jelaslah dari urutan peristiwa bahwa analisis fundamental dibutuhkan sebelum
bisa ada upaya untuk melaksanakan analisis teknikal. Adalah kekuatan-kekuatan
pasar secara kolektif yang menyebabkan pembentukan harga. Kekuatan-
kekuatan ini adalah hasil dari analisis fundamental yang dilancarkan oleh para
investor dan penggerak pasar maupun spekulator. Hasil dari kekuatan-kekuatan
ini atau tarik menarik antara permintaan dan penawaran adalah yang dipelajari
dalam analisis-teknikal. Interaksi antara permintaan dan penawaran secara
kolektif dan kumulatif menghasilkan grafik gerak harga, yang bila dibaca
dengan benar, bisa menjadi pedoman tindakan beli atau jual yang
menguntungkan secara total.
Dalam pandangan analisis teknikal, semua faktor fundamental sudah masuk ke
dalam dan dipresentasikan oleh harga yang terbentuk, sehingga tidak lagi perlu
mempertimbangkan segi fundamental suatu saham. Setelah terjadi pembentukan
harga, maka adalah mubazir untuk memperhatikan segi fundamental yang
menyebabkannya. Yang diperlukan adalah justru kemampuan membaca dengan
benar arah yang akan diambil oleh harga.
Sebaliknya meskipun dimulai dengan analisis fundamental, pelaku bursa masih
bisa mengambil manfaat lebih jauh dari analisis teknikal. Dalam keadaan

12
"overvalued" apakah saham langsung dijual atau apakah tindakan itu bisa
ditunda dulu untuk meraih keuntungan lebih banyak lagi? Berapa lama lagi
waktu harus dibiarkan berlalu sebelum tercapai suatu titik balik dalam gerak
harga? Ini bergantung dari pemanfaatan analisis teknikal dengan baik.
Dari ulasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis fundamental dan
analisis teknikal saling membutuhkan: yang pertama untuk pembentukan harga
dan yang kedua untuk kelanjutan gerak harga. Perbedaan mendasar antara kedua
cara analisis ini adalah dominannya segi eksakta dalam analisis fundamental dan
hadirnya intuisi—berdasarkan pengalaman di masa lampau—dalam kadar
tertentu pada analisis teknikal.
Jack D. Schwager sebagai pengaran buku The Market Wizards (1989, New York
Institute of Finance/Simon & Schuster) dan The New Market Wizards:
Conversations with America's Top Traders (1992, Harper Business), setelah
mengadakan wawancara dengan puluhan pakar dalam perdagangan di bursa
saham dan komoditi, ia menulis bahwa analisis fundamental dan teknikal bisa
digunakan terpisah atau tergabung, dengan berhasil.
Dalam bukunya yang terakhir Schwager on Futures (1996, John Wiley & Sons),
ia mengakui di kata pengantarnya bahwa mula-mula ia merupakan "pure
fundamentalist" dan sangat meremehkan analisis teknikal. Namun setelah
mencoba memanfaatkan analisis grafik, ia berubah 180 derajat dari
skeptisismenya yang semula. Perubahan sikap demikian telah dialami banyak
fundamentalist lain melalui pandangan terbuka (open mindedness) yang
memungkinkan mereka mengadakan percobaan. Dengan demikian maka analisis
fundamental dan teknikal tidak perlu dipertentangkan, karena saling
membutuhkan untuk hasil yang maksimal.
d. Spekulasi Bukan Faktor Teknikal
Memang ruang lingkup analisis teknikal, yang hanya memperhatikan sifat dan
pola gerak harga, tidaklah seluas analisis fundamental yang mencakup ilmu
akunting, ekonomi mikro dan makro, bidang sosial politik, cuaca, dsb. Namun
cara analisis ini tidaklah sederhana juga, apa lagi program komputer mutakhir
memanfaatkan lebih dari 150 indikator atau alat analisis untuk seleksi yang
terbaik antara ribuan saham dalam waktu beberapa menit saja.

13
Mereka yang menggunakan analisis teknikal dengan benar pasti bukanlah
spekulator yang tidak menguasai dan mengerti tindakan mereka sendiri. Pada
umumnya spekulator menggunakan analisis teknikal dan karena itu cenderung
diasosiasikan dengan analisis teknikal. Karena sesungguhnya belum
dimanfaatkan secara profesional sehingga tingkat keberhasilannya rendah, maka
pendekatan teknikal dianggap spekulatif. Meskipun demikian analisis teknikal
tidak identik dengan spekulasi, yang tidak konsisten dalam hasilnya. Pelaku
bursa yang fanatik teknikal seperti Richard Dennis (buku New Market Wizards,
pasal Silence of the Turtles) di samping mendapatkan hasil yang konsisten
dengan melipatkgandakan beberapa ribu dolar menjadi $200 juta, juga telah
melatih puluhan orang lain untuk berhasil secara konsisten. Agar tidak merusak
pasar, mereka terikat kontrak untuk bungkam tentang sistem dagang mereka.

2.4 Teori Penentuan Harga Arbitrase


Arbitrase adalah strategi berinvestasi bersih noldengan nol resiko yang masih
mencetak keuntungan. Namun definisi dari teori harga arbitrase adalah teori harga
asset yang berasal dari model factor, menggunakan pendapat diversifikasi dan
arbitrase. Teori ini menggambarkan hubungan antar perkiraan imbal hasil sekuritas,
jika diketahui tidak ada kesempatan untuk mencetak kekayaan melalui investasi
arbitrase bebasrisiko. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendekatan terhadap
pertukaran imbal hasil disebut teori penentuan harga arbitrase (APT). Pada kondisi
normal pasar sekuritas seharusnya memenuhi kondisi tanpa arbitrase.
Pada tahun 1976, Stephen Ross mengembangkan teori penentuan harga
(arbitrage pricing theory-APT). Versi sederhana dari model Ross, berasumsi bahwa
satu factor sistematis mempengaruhi imbal hasil sekuritas. APT Ross bersandar
pada 3 awalan:
1. Imbal hasil digambarkan oleh model factor
2. Sekuritas yang cukup untuk menjauhkan dari risiko idiosyncratic
3. Pasar sekuritas yang berfungsi dengan baik tidak memperkenankan peluang
arbitrase terus menerus

14
Arbitrase, Arbitrase Risiko, dan Keseimbangan
Kesempatan arbitrage muncul ketika investor memperoleh keuntungan dengan
sedikit investasi neto. Sebagai contoh, andaikan saham IMB terjual $95 di NYSE
tetapi hanya $93 di NASDAQ. Maka masyarakat akan serempak menjual di NYSE
dan membeli di NASDAQ.
Portofolio yang Terdiversifikasi dengan Baik
Disimpulkan bahwa untuk portofolio tertimbang, ragam tidak sistematis
mendekati nol sewaktu returnmenjadi makin besar. Ciri ini benar untuk portofolio
selain bobotnya sama dengan satu. Faktanya ciri ini mendorong untuk mengartikan
portofolio yang terdiversifikasi dengan baik, dengan banyaknya jumlah sekuritas,
dengan tiap bobot wI yang cukup kecil untuk tujuan praktir ragam sistematis.
Beta danPerkiraan Imbal Hasil
Risiko non factor tidak dapat terdiversifikasi, risiko factor seharusnya memiliki
premi risiko pada keseimbangan pasar. Risiko tak sistematis antar perusahaaan
menghapuskan portofolio yang terdiversifikasi dengan baik, tak terduga investor
akan diuntungkan dengan tanggungan resiko dapat dihapuskan melalui
terdiversifikasi. Disampingitu, risiko sistematis dari portofolio sekuritas saja
seharusnya terkait dengan perkiraan imbal hasilnya. Sehingga, dapat disimpulkan
bahwa, untuk menghindarkan kesempatan arbitrase perkiraan imbal hasil pada
portofolio teriversifikasi dengan baik harus berada pada garis lurus dan asset besar
risiko.
Garis Pasar Sekuritas Satu Faktor
APT berbedadengan CAPM, dimana APT tidak menghendaki bahwa portofolio
tolak ukur pada hubungan SML yang merupakan portofolio sebenarnya. Sebagai
contoh, seseorang yang akan mengartikan portofolio yang terdiversifikasi baik dan
berkorelasi dengan factor sistematis diduga akan mempengaruhi hasil imbal balik
saham. Oleh karena itu, APT lebih fleksibel dari pada CAPM karena terkait
portofolio pasar yang tidak dapat dijadikan perhatian. APT memberikan pemahaman
lanjutan mengenai model indeks dan penerapan praktis hubungan SML.
Pengembangan model risiko multifaktor mendasar melibatkan sejumlah besar
analisis statistik canggih dan pengujian. Hubungan dasar yang yang harus
diperhitungkan dalam model resiko multifaktor adalah

15
Ri = tingkat pengembalian pada saham i
Rf = tingkat pengembalian bebas resiko
βi,Fj = sensitivitas saham i terhadap faktor resiko j
RFj = tingkat pengembalian pada faktor resiko j
ei = pengembalian nonfaktor (spesifik) pada keamanan i
Fungsi diatas disebut sebagai fungsi pembangkit pengembalian.
Model faktor fundamental menggunakan perusahaan dan industri atribut dan
data pasar sebagai “penjelas.” Contohnya adalah harga / laba rasio, buku / rasio
harga, perkiraan pertumbuhan pendapatan, dan aktivitas perdagangan. Estimasi
model faktor fundamental dimulai dengan analisis return saham sejarah dan
deskriptor tentang perusahaan. Dalam model Barra, misalnya, proses identifikasi
faktor risiko dimulai dengan return bulanan untuk 1.900 perusahaan yang penjelas
harus menjelaskan. Deskripsi bukan “faktor risiko” tapi sebaliknya mereka adalah
kandidat untuk faktor risiko. Deskriptor yang dipilih dalam hal kemampuan mereka
untuk menjelaskan return saham. Artinya, semua penjelas merupakan faktor risiko
potensial tetapi hanya mereka yang muncul untuk menjadi penting dalam
menjelaskan return saham yang digunakan dalam membangun faktor risiko.
Setelah deskriptor yang secara statistik signifikan dalam menjelaskan return
saham yang diidentifikasi, mereka dikelompokkan ke dalam “indeks risiko” untuk
menangkap atribut perusahaan terkait. Misalnya, deskriptor seperti leverage yang
pasar, buku leverage, rasio utang terhadap ekuitas, dan peringkat utang perusahaan
digabungkan untuk mendapatkan indeks risiko disebut sebagai “leverage.” Dengan
demikian, indeks risiko merupakan kombinasi dari deskriptor yang menangkap
atribut tertentu dari sebuah perusahaan.
Barra model risiko multifaktor fundamental, “model E3” menjadi versi terbaru,
memiliki 13 indeks risiko dan 55 kelompok industri. (The deskriptor adalah variabel
yang sama yang telah secara konsisten ditemukan menjadi penting dalam banyak
studi akademis terkenal pada faktor-faktor risiko.) Bukti 13,1 daftar 13 indeks risiko
dalam model Barra. 1 Juga ditampilkan dalam pameran adalah deskriptor yang

16
digunakan untuk membangun masing-masing indeks risiko. 55 Industri
dikelompokkan kation dikelompokkan ke dalam 13 sektor.
Definisi Model resiko Barra E3

17
Mengingat faktor risiko, informasi tentang pemaparan setiap saham untuk setiap
faktor risiko ( i, Fj) Diperkirakan menggunakan analisis statistik. Untuk jangka
waktu tertentu, tingkat pengembalian untuk setiap faktor risiko ( R fj) juga dapat
diperkirakan dengan menggunakan analisis statistik. Prediksi untuk pengembalian
diharapkan dapat diperoleh dari persamaan (1) untuk saham apapun. The nonfaktor
kembali ( e saya) ditemukan dengan mengurangi Hasil aktual untuk periode untuk
saham dari pengembalian seperti yang diperkirakan oleh faktor-faktor risiko.
Berpindah dari saham individu ke portofolio, pengembalian terprediksi untuk
portofolio dapat di hitung. Paparan faktor resiko yang diberikan pada sebuah
portofolio adalah bobot rata-rata pada paparan pada setiap saham pada portofolio
terhadap faktor resiko tersebut. Sebagai contoh, diduga sebuah portofolio
mempunyai 42 saham. Dugaan selanjutnya saham tersebut 1 sampai 40 bobotnya
merata dalam portofolio pada 2.2% saham tersebut, saham 41 adalah 5% dari
portofolio, dan saham 42 adalah 7% dari portofolio. Kemudian paparan terhadap
portofolio faktor resiko j adalah

Istilah kesalahan nonfaktor diukur dengan cara yang sama seperti dalam kasus
saham individual. Namun, dalam portofolio dengan diversifikasi baik, istilah
kesalahan nonfaktor akan lebih sedikit untuk portofolio daripada untuk saham
individu dalam portofolio. Analisis yang sama dapat diterapkan pada indeks pasar
saham karena indeks tidak lebih dari portofolio saham.

2.5 Resiko Dekomposisi


Kegunaan nyata dari model multifaktor linear terletak pada kemudahan yang
risiko portofolio dengan beberapa aset dapat diperkirakan. Pertimbangkan portofolio
dengan 100 aset. Risiko umumnya didefinisikan sebagai varian tingkat
pengembalian portofolio ini. Jadi, dalam hal ini, kita perlu mencari matriks varians-
kovarians dari 100 aset. Yang akan mengharuskan kita untuk memperkirakan 100
varians (satu untuk masing-masing dari 100 aset) dan 4950 kovarian antara 100 aset.
Artinya, dalam semua yang kita butuhkan untuk memperkirakan 5050 nilai, sangat
sulit diperoleh. Misalkan, sebaliknya, yang kita gunakan model tiga faktor untuk
memperkirakan risiko. Kemudian, kita perlu estimasi (1) tiga faktor loadings untuk

18
masing-masing 100 aset (yaitu, 300 nilai), (2) enam nilai dari faktor varians-
kovarians matriks, dan (3) 100 varians residual (satu untuk setiap aset). Artinya, kita
perlu memperkirakan hanya 406 nilai dalam semua. Ini merupakan penurunan
hampir 90% dari keharusan untuk memperkirakan 5050 nilai, perbaikan besar.
Dengan demikian, dengan faktor-faktor yang dipilih, kita dapat secara substansial
mengurangi pekerjaan yang terlibat dalam memperkirakan risiko portofolio.
Barra menunjukkan bahwa ada berbagai cara yang total risiko portofolio dapat
diurai ketika menggunakan model risiko multifaktor. Setiap pendekatan
dekomposisi dapat berguna untuk manajer tergantung pada manajemen portofolio
ekuitas yang mereka mengejar. Keempat pendekatan adalah (1) dekomposisi risiko
total, (2) dekomposisi risiko sistematis-residual, (3) dekomposisi risiko aktif, dan (4)
aktif sistematis aktif dekomposisi risiko residual.
Dalam semua pendekatan ini untuk risiko dekomposisi, total return adalah
pertama dibagi menjadi kembalinya bebas risiko dan total excess return. Itu Total
excess return adalah perbedaan antara sebenarnya kembali diwujudkan dengan
portofolio dan kembalinya bebas risiko. Risiko yang terkait dengan total excess
return, yang disebut Total kelebihan risiko, adalah apa yang selanjutnya dipartisi
dalam empat pendekatan.
Jumlah Penguraian Risiko
Ada manajer yang berusaha untuk meminimalkan risiko total. Sebagai contoh,
seorang manajer mengejar strategi netral panjang-pendek atau pasar , berusaha
untuk membangun sebuah portofolio yang meminimalkan risiko total. Bagi manajer
seperti itu, jumlah dekomposisi risiko yang memecah kelebihan total risiko menjadi
dua komponen- risiko faktor umum ( misalnya, kapitalisasi dan industri eksposur)
dan risiko spesifik adalah berguna. Tidak ada ketentuan untuk risiko pasar, hanya
risiko dikaitkan dengan risiko faktor umum danperusahaan-spesifik memengaruhi
(yaitu, risiko yang unik untuk sebuah perusahaan tertentu dan karena itu tidak
berkorelasi dengan risiko yang spesifik dari perusahaan lain). Dengan demikian,
portofolio pasar bukan merupakan faktor risiko dipertimbangkan dalam dekomposisi
ini.

19
Sumber: Barra, Handbook Model Risiko Ekuitas Amerika Serikat Versi 3
Penguraian Resiko Residual Sistematis
Risiko residual dalam dekomposisi risiko sistematik-sisa didefinisikan dengan
cara yang berbeda dari resiko residual adalah di total dekomposisi risiko. Dalam
dekomposisi risiko sistematis-residual, risiko residual adalah risiko yang berkorelasi
dengan portofolio pasar. Pada gilirannya, risiko residual dipartisi menjadi risiko
spesifik dan risiko faktor umum. Semua faktor risiko yang tidak bisa terdiversifikasi
jauh yang disebut sebagai “risiko sistematis.” Faktor risiko yang tidak dapat
terdiversifikasi pergi diklasifikasikan sebagai risiko pasar dan risiko faktor umum.
Risiko sistematis dapat terdiversifikasi ke tingkat diabaikan.

Sumber: Barra, Handbook Model Risiko Ekuitas Amerika Serikat Versi 3

20
Penguraian Risiko Aktif
Dalam jenis dekomposisi, total excess return dibagi menjadi risiko patokan dan
risiko aktif. Risiko patokan didefinisikan sebagai risiko yang terkait dengan
portofolio patokan. risiko aktif adalah risiko yang dihasilkan dari upaya manajer
untuk menghasilkan return yang akan mengungguli patokan. Nama lain untuk
pelacakan kesalahan risiko aktif. Risiko aktif selanjutnya dipartisi menjadi risiko
faktor umum dan risiko yang spesifik. Dekomposisi ini berguna bagi manajer dana
indeks dan dana aktif dikelola secara tradisional.
Penguraian Resiko Residual Aktif-Sistematis Aktif
Ada manajer yang melapisi strategi pasar-waktu pada pemilihan saham mereka.
Artinya, mereka tidak hanya mencoba untuk memilih saham mereka percaya akan
mengungguli tetapi juga mencoba untuk waktu pembelian akuisisi. Untuk seorang
manajer yang mengejar strategi seperti itu, itu akan menjadi penting dalam evaluasi
kinerja

Sumber: Barra, Handbook Model Risiko Ekuitas Amerika Serikat Versi 3


Untuk memisahkan risiko pasar dari risiko faktor umum. Dalam aktif
pendekatan dekomposisi risiko baru saja dibahas, tidak ada risiko pasar
diidentifikasi sebagai salah satu faktor risiko. Sejak risiko pasar (yaitu, risiko
sistematik) merupakan elemen risiko yang aktif, dimasukkan sebagai sumber risiko
lebih disukai oleh manajer. Ketika risiko pasar disertakan, kita harus menggunakan
pendekatan dekomposisi aktif residual risiko sistematis-aktif. Jumlah kelebihan

21
risiko lagi dibagi menjadi risiko patokan dan risiko aktif. Namun, risiko aktif dibagi
lagi menjadi risiko aktif sistematis (yaitu, risiko pasar aktif) dan risiko residual aktif.
Kemudian risiko residual aktif dibagi menjadi risiko faktor umum dan risiko yang
spesifik.
Ringkasan Penguraian Risiko
Keempat pendekatan risiko dekomposisi yang hanya berbeda cara mengiris
risiko untuk membantu manajer dalam membangun dan mengendalikan risiko
portofolio dan untuk klien untuk memahami bagaimana manajer bekerja. Diagram
berikut memberikan gambaran dari empat pendekatan untuk ukiran risiko ke dalam
spesifik / faktor umum, sistematis / sisa, dan patokan / risiko aktif.

Sumber: Barra, Handbook Model Risiko Ekuitas Amerika Serikat Versi 3

Sumber: Barra, Handbook Model Risiko Ekuitas Amerika Serikat Versi 3

22
Bab III
Penutup

Ada tiga jenis model risiko multifaktor ekuitas yang digunakan dalam praktek:
statistik, ekonomi makro, dan fundamental. Yang paling populer adalah model
fundamental.
Teori portofolio ekuitas (saham) merupakan teori yang ada di bidang keuangan
tentang bagaimana cara membentuk portofolio ekuitas (saham) yang menginginkan
hasil yang maksimal namun risiko yang rendah
Model Fundamental adalah suatu metode analisis yang menggunakan data ekonomi,
seperti data produksi, konsumsi dan pendapatan rumah tangga untuk meramalkan
pergerakan harga.
Arbitrase adalah strategi berinvestasi bersih noldengan nol resiko yang masih
mencetak keuntungan. Namun definisi dari teori harga arbitrase adalah teori harga asset
yang berasal dari model factor, menggunakan pendapat diversifikasi dan arbitrase.
Sebuah model risiko multifaktor ekuitas mengasumsikan bahwa return saham (dan
karenanya pengembalian portofolio) dapat dijelaskan oleh model linier dengan
beberapa faktor, yang terdiri dari “indeks risiko” faktor-faktor seperti ukuran
perusahaan, volatilitas, momentum, dll dan “industri” faktor. Bagian dari return saham
yang tidak dijelaskan oleh model ini adalah saham-spesifik kembali. Faktor indeks
risiko yang diukur dalam satuan deviasi standar, sedangkan faktor industri diukur
dalam persentase.

23

Anda mungkin juga menyukai