Anda di halaman 1dari 17

1

ANALISA KELAYAKAN PROYEK JALAN


(Studi Kasus : Pengaspalan Jalan Ruas Mowila – Baito Kab. Konawe Selatan)

Ihwan Nusur1, Sabta Nur Ibnu1


1
Pascasarjana Manajemen Rekayasa, Universitas Halu Oleo

Koresponden Author: ihwannusur4@gmail.com & sabta95@gmail.com

Abstrak
Studi kelayakan proyek adalah kegiatan menganalisa, mengkaji dan menelilti berbagai aspek tertentu suatu
gagasan usaha / proyek yang akan dilaksanakan atau telah dilaksanakan, sehingga memberi gambaran layak
(feasible-go) atau tidak layak (no feasible-no go) suatu gagasan usaha / proyek apabila ditinjau dari manfaat
yang dihasilkan dari proyek / gagasan, dimana Peningkatan jalan merupakan penanganan guna memperbaiki
pelayanan mobilitas barang / jasa maupun hasil bumi, dimana pada proyek pengaspalan jalan ruas mowila –
baito ini berupa peningkatan struktural jalan dan geometriknya agar mencapai tingkat pelayanan yang
direncanakan atau dengan kata lain, peningkatan dilakukan untuk memperbaiki kondisi dengan kemampuan
tidak mantap atau kritis menjadi kondisi mantap. Paket Peningkatan Jalan Ruas Mowila – Baito adalah
merupakan ruas jalan kabupaten dengan fungsi sekunder yang merupakan rute penghubung langsung antara
Konsel – Kendari dan Konsel – Konawe, adapun menjadi tolak ukur untuk dilaksanakannya analisa kelayakan
proyek pada pekerjaan Pengaspalan Jalan Ruas Mowila - Baito yang terletak di Kabupaten Konawe Selatan yang
menjadi salah satu pusat lalu lintas bertujuan untuk meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi masyarakat di
tinjau dari segi Kelayakan Teknis.

Kata Kunci: Studi Kelayakan, Proyek Jalan, Teknis Jalan

Abstract

Project feasibility study is the activity of analyzing, studying and studying various aspects of a particular
business idea / project to be implemented or has been carried out, so as to give a feasible (no-feasible-go) or not
feasible (no-go) idea of a business / project if in terms of the benefits generated from the project / idea, where
road improvement is a treatment to improve the mobility services of goods / services and crops, where in the
pavement project the mowila-baito road is in the form of structural and road structural improvements in order to
reach the planned service level or with In other words, improvements are made to improve conditions with an
unstable or critical ability to become steady conditions. The Mowila - Baito Road Improvement Package is a
district road segment with a secondary function which is a direct connecting route between Konsel - Kendari and
Konsel - Konawe, to serve as benchmarks for conducting a project feasibility analysis on the asphalting work of
the Mowila - Baito Road Section in Konawe District South which is one of the traffic centers aims to improve
the level of economic growth of the community in terms of Technical Feasibility.

Keywords : Feasibility Study, Road Projects, Road Techniques

PENDAHULUAN peningkatan kapasitas maupun kualitas jalan.


Latar Belakang (Nurjaman et al. 2016)

Jalan merupakan prasarana utama dalam Peningkatan jalan merupakan penanganan


pengembangan perekonomian suatu wilayah, guna memperbaiki pelayanan mobilitas barang /
baik di perkotaan maupun dipedesaan. Selain jasa maupun hasil bumi, dimana pada proyek
itu, lancarnya akses suatu daerah kedaerah lain jalan mowila – baito ini berupa peningkatan
yang akan mempermudah transportasi struktural jalan dan geometriknya agar
masayarakat di sekitarnya untuk meningkatkan mencapai tingkat pelayanan yang
kualitas sumber daya yang mereka miliki. direncanakan atau dengan kata lain,
Pengembangan jalan bukan hanya terbatas pada peningkatan dilakukan untuk memperbaiki
pembuatan jalan baru, namun juga pada kondisi dengan kemampuan tidak mantap atau
2

kritis menjadi kondisi mantap. Paket Manfaat Penelitian


Peningkatan Jalan Ruas Mowila – Baito adalah Manfaat yang dapat kita petik dari makalah
merupakan ruas jalan kabupaten dengan fungsi ini adalah kita dapat mengetahui tentang analisa
sekunder yang merupakan rute penghubung kelayakan proyek dari segi teknis yang ada di
langsung antara Konsel – Kendari dan Konsel - ruas jalan mowila - baito sehingga dengan
Konawe. adanya teori tentang kelayakan proyek ini,
mahasiswa dapat lebih memahami hal-hal apa
Kondisi topografi lokasi pelaksanaan yang perlu di perhatikan dalam menentukan
pekerjaan jalan ini merupakan medan berbukit kelayakan suatu proyek tersebut.
dengan alinyemen horizontal berkelok-kelok
dan alinyemen vertikal didomnasi tanjakan dan TINJAUAN PUSTAKA
penurunan yang cukup terjal. Arus lalu lintas Proyek
pada area pekerjaan adalah jarang dan sedang
pada jam-jam tertentu. Jalan ini merupakan Pengertian proyek secara umum adalah
jalan penghubung dimana kondisi jalan adalah merupakan sebuah kegiatan pekerjaan yang
perkerasan tanpa penutup aspal (jalan dilaksanakan atas dasar permintaan dari seorang
perkerasan) yang kondisi rusak dan berlubang pebisnis atau pemilik pekerjaan yang ingin
diakibatkan oleh gerusan aliran air hujan mencapai suatu tujuan tertentu dan
kiriman dari tebing, dimana yang melewati dilaksanakan oleh pelaksana pekerjaan sesuai
jalan ini adalah kendaraan pribadi seperti motor, dengan keinginan dari pada pebisnis atau
mobil, dan kendaraan pengangkut hasil bumi pemilik proyek dan spesifikasi yang ada. Dalam
(kelapa sawit, kayu, dan tanaman hasil pelaksanaan proyek pemilik proyek dan
budidaya masyarakat). pelaksana proyek memiliki hak yang diterima
dan kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai
Berdasarkan penjelasan umum diatas, dengan batasan waktu yang telah disetujui
menjadi tolak ukur untuk dilaksanakannya bersama antar pemilik proyek dan pelaksana
analisa kelayakan proyek pada pekerjaan proyek.
Pengaspalan Jalan yaitu Ruas Mowila - Baito
yang menjadi salah satu pusat lalu lintas Kegiatan proyek adalah suatu kegiatan
bertujuan untuk meningkatkan taraf sementara yang berlangsung dalam jangka
pertumbuhan ekonomi masyarakat ditinjau dari waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya
segi kelayakan teknis jalan. tertentu dan dimaksudkan (Soeharto,1995).

Rumusan Masalah Dari pengertian diatas terlihat bahwa ciri


proyek adalah sebagai berikut :
Adapun rumusan masalah pada penelitian 1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir
ini adalah : atau hasil kerja akhir
1. Apa-apa saja masalah yang timbul akibat 2. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria
penanganan jalan pada ruas mowila – baito mutu dalam proses mencapai tujuan yang
terhadap tidak terpenuhinya kelayakan telah ditentukan.
teknis ? 3. Bersifat sementara, dalam arti umurnya
2. Apakah Penanganan Jalan pada ruas mowila dibatasi oleh selesainya tugas.
- baito telah Memenuhi Kriteria Teknis yang 4. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.
telah dipersyaratkan berdasarkan Standar 5. Nonrutin, tidak berulang - ulang. Jenis
Perencanaan Jalan ? dan intensitas kegiatan berubah sepanjang
proyek berlangsung.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah : Studi Kelayakan
1. Mengetahui masalah yang timbul akibat Menurut Sutrisno (1982;75) Studi Keyakan
penanganan jalan pada ruas mowila - baito (Feasibility study) adalah suatu studi atau
2. Mengetahui Apakah Penanganan Jalan pada pengkajian apakah suatu usulan proyek/gagasan
ruas mowila - baito telah memenuhi kriteria usaha apabila dilaksanakan dapat berjalan dan
Teknis yang telah dipersyaratkan berkembang sesuai dengan tujuannya atau
berdasarkan standar Perencanaan Jalan ? tidak. Objek atau subjeck maters studi
kelayakan adalah usulan proyek/gagasan usaha.
3

Usulan proyek/gagasan usaha tersebut dikaji, Ini menunjukkan bahwa dalam melakukan studi
diteliti, dan diselidiki dari berbagai aspek kelayakan akan melibatkan tim gabungan dari
tertentu apakah memenuhi persyaratan untuk berbagai ahli sesuai dengan bidangnya masing-
dapat berkembang atau tidak. Dalam studi masing seperti ekonom, hukum, psikolog,
kelayakan yang distudi (diteliti) misalnya aspek akuntan, perekayasa teknologi, dan sebagainya.
pemasaran, aspek tehnik, aspek proses termasuk
input, out put dan pemasaran, aspek komersial, Jika proyek yang dilakukan merupakan
aspek yuridis, aspek social budaya, aspek proyek investasi yang berorientasi laba, maka
paedagogis dan aspek ekonomi. studi kelayakan proyek adalah dalam rangka
menilai layak tidaknya proyek investasi yang
Sementara itu, Yacob Ibrahim (1998;1) dilakukan dapat memberikan keuntungan secara
mengemukakan bahwa Studi Kelayakan ekonomis. Tetapi jika proyek tersebut
(feasibility study) adalah kegiatan untuk merupakan proyek investasi yang tidak
menilai sejauh mana manfaat yang dapat berorientasi laba seperti proyek investasi untuk
diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan lembaga-lembaga sosial maka studi kelayakan
usaha /proyek dan merupakan bahan proyek yang dilakukan adalah untuk menilai
pertimbangan dalam mengambil suatu layak atau tidaknya proyek tersebut dikerjakan
keputusan, apakah menerima atau menolak dari tanpa mempertimbangkan keuntungan secara
suatu gagasan usaha /proyek yang ekonomis.
direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian
ini adalah kemungkinan dari gagasan Cakupan Studi Kelayakan
usaha/proyek yang akan dilaksanakan Pada umumnya studi kelayakan harus
memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti mencakup :
financial benefit maupun dalam arti social 1. Analisis Kebutuhan
benefit. Layaknya suatu gagasan usaha/proyek 2. Analisis Teknis
dalam arti social benefit tidak selalu 3. Analisis Ekonomi
menggambarkan dalam arti financial benefit, 4. Analisis Finansial
hal ini tergantung dari segi penilaian yang 5. Kajian Lingkungan dan Sosial
dilakukan.
Analisis Kebutuhan bertujuan untuk
Dari kedua pendapat tentang pengertian memperkirakan kebutuhan atas pembangunan
Studi Kelayakan diatas dapatlah disimpulkan proyek tersebut yang biasanya diawali dengan
bahwa studi kelayakan adalah kegiatan kondisi eksisting dan permasalahan yang ada
menganalisa, mengkaji dan menelilti berbagai sehingga dapat disimpulkan bahwa proyek
aspek tertentu suatu gagasan usaha/proyek yang tersebut memang perlu dibangun.
akan dilaksanakan atau telah dilaksanakan,
sehingga memberi gambaran layak (feasible- Kelayakan Teknis
go) atau tidak layak (no feasible-no go) suatu Analisis Teknis dalam studi kelayakan
gagasan usaha/proyek apabila ditinjau dari dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
manfaat yang dihasilkan (benefit) dari kelayakan proyek dari aspek teknis. Aspek
proyek/gagasan usaha tersebut baik dari susut teknis adalah tinjauan investasi dari sudut
financial benefit maupun social benefit (Iwan pandang teknis. Tujuan analisis aspek teknis
Mardi; 2003). adalah agar proyek yang akan dibangun oleh
pemerintah diharapkan memenuhi aspek teknis
Studi kelayakan proyek merupakan suatu sehingga akan memudahkan baik dari segi
studi untuk menilai proyek yang akan perencanaan maupun operasional dan
dikerjakan di masa mendatang. Penilaian disini pemeliharaannya nanti. Parameter/kriteria yang
tidak lain adalah untuk memberikan digunakan dalam analisis meliputi kapasitas
rekomendasi apakah sebaiknya proyek yang proyek, analisis permintaan, durasi pelaksnaan
bersangkutan layak dikerjakan atau sebaiknya konstruksi, metode umum konstruksi, lokasi
ditunda dulu. Mengingat di masa mendatang proyek termasuk ketersediaan lahan serta data-
penuh dengan ketidakpastian, maka studi yang data penunjang, desain teknis dan teknologi
dilakukan tentunya akan melibatkan berbagai yang digunakan.
aspek dan membutuhkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu untuk memutuskannya.
4

Untuk proyek infrastruktur yang diperkirakan memuat justi kasi bahwa teknologi tersebut
membutuhkan biaya yang besar selalu aman dan telah terbukti efisien.
dilakukan analisis kelayakan teknis baik itu
proyek melalui pendanaan APBN/APBD ALINYEMEN HORIZONTAL
maupun proyek kerjasama pemerintah badan Umum
usaha (KPBU). Adapun Aliyemen Horizontal terdiri dari
bagian:
Dengan adanya kajian studi kelayakan 1. Alinemen horisontal terdiri atas bagian lurus
secara teknis maka pemerintah akan dan bagian lengkung (disebut juga
mengetahui apakah proyek infrastruktur yang tikungan).
akan dibangun sudah sesuai dengan kebutuhan 2. Perencanaan geometri pada bagian lengkung
serta kondisi yang ada di lapangan. dimaksudkan untuk mengimbangi gaya
sentrifugal yang diterima oleh kendaraan
Variabel - Variabel yang menentukan yang berjalan pada kecepatanVR.
Kelayakan Teknis 3. Untuk keselamatan pemakai jalan, jarak
pandang dan daerah bebas samping jalan
1. Data Umum terdiri dari : Kapasitas (size) harus diperhitungkan.
proyek, Analisis permintaan (demand
analysis) terhadap fasilitas yang akan Panjang Bagian Lurus
dibangun, Durasi pelaksanaan konstruksi, 1. Dengan mempertimbangkan faktor
Metode umum konstruksi. keselarnatan pemakai jalan, ditinjau dari
segi kelelahan pengernudi, maka panjang
2. Data Teknis, terdiri dari : Komponen dan maksimum bagian jalan yang lurus harus
kebutuhan opera- sional proyek, Desain ditempuh dalam waktu tidak lebih dari 2,5
teknis awal dari aset/fasilitas yang menit (sesuai VR).
diusulkan, Biaya investasi dan biaya 2. Panjang bagian lurus dapat ditetapkan dari
operasional proyek. Tabel 11.15.
Panjang Bagian Lurus Maximum
3. Lokasi Proyek, terdiri dari : Uraian tentang Fungsi (m)
lokasi proyek, Data geografi , hidrologi, Datar Perbukitan Pegunungan
kondisi eksisting dan drainase,
Pertimbangan dalam pemilihan lokasi Arteri 3.000 2.500 2.000
proyek, Komponen pendukung yang Kolektor 2.000 1.750 1.500
tersedia di sekitar lokasi proyek; dan Luas
lahan yang diperlukan serta status Tikungan
kepemilikan lahan proyek saat ini.
1. Bentuk bagian lengkung dapat berupa :
a. Spiral-Circle-Spiral (SCS);
4. Desain Teknis Awal (Basic Enginer- ing
b. full Circle (fC); dan
Design), terdiri dari : Layout Awal: berisi c. Spiral-Spiral (SS).
uraian ten- tang disain teknis atau layout dari
2. Superelvasi
proyek (yang disesuaikan dengan kebutuhan
a. Superelevasi adalah suatu kerniringan
dan karakteristik dari masing-masing
melintang di tikungan yang berfungsi
sektor), mencakup survei teknis untuk
mengimbangi gaya sentrifugal yang
melihat kondisi lapangan, mempertimbang
diterima kendaraan pada saat bedalan
-kan opsi-opsi desain alternatif, termasuk
melalui tikungan pada kecepatan VR.
ketidakpastian dalam proyeksi permintaan
serta berbagai ketidakpastian lain yang b. Nilai superelevasi maksimum ditetap
terkait dengan keadaan di sekitar lokasi - kan 10%.
proyek. 3. Jari-Jari Tikungan
4. Lengkung peralihan
5. Teknologi, berisi uraian tentang teknologi
yang dipilih, termasuk metode konstruksi, Pelebaran Jalur Lalu Lintas di Tikungan
logika penggunaannya serta analisis risiko Pelebaran pada tikungan dimaksudkan untuk
terhadap hambatan yang mungkin akan mempertahankan konsistensi geometrik jalan
dihadapi. Prastudi Kelayakan juga harus agar kondisi operasional Ialu lintas di tikungan
5

sama dengan di bagian lurus. Pelebaran jalan di ALINYEMEN VERTIKAL


tikungan mempertimbangkan : Umum
(1) Kesulitan pengemudi untuk menempatkan Adapun Aliyemen Horizontal terdiri dari
kendarann tetap pada lajumya. bagian:
(2) Penambahan lebar (ruang) lajur yang 1. Alinemen vertikal terdiri atas bagian landai
dipakai saat kendaraan melakukan gerakan vertikal dan bagian lengkung vertikal.
melingkar. Dalam segala hal pelebaran di 2. Ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian
tikungan harus memenuhi gerak perputaran landai vertikal dapat berupa landai positif
kendaraan rencana sedemikian sehingga (tanjakan), atau landai negatif (turunan),
proyeksi kendaraan tetap pada lajumva. atau landai nol (datar)
(3) Pelebaran di tikungan ditentukan oleh 3. Bagian lengkung vertikal dapat berupa
radius belok kendaraan rencana lengkung cekung atau lengkung cembung.
(4) Pelebaran yang lebih kecil dari 0.6 meter
dapat diabaikan. Landai Maksimum
1. Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk
Tikungan Gabungan memungkinkan kendaman bergerak- terus
Ada dua macam tikungan gabungan, sebagai tanpa kehilangan kecepatan yang berarti.
berikut:
(1) Tikungan gabungan searah, yaitu gabungan 2. Kelandaian maksimum didasarkan pada
dua atau lebih tikungan dengan arah kecepatan truk yang bermuatan penuh yang
putaran yang sarna tetapi dengan jari-jari mampu bergerak dengan penurunan
yang berbeda (lihat Gambar ll.23); kecepatan tidak lebih dari separuh kecepatan
(2) tikungan gabungan balik arah, yaitu semula tanpa harus menggunakan gigi
gabungan dua tikungan dengan arah rendah.
putaran yang berbeda (lihat Gambar
11.25). 3. Kelandalan maksimum untuk berbagai VR
(3) Setiap tikungan gabungan balik arah ditetapkan dapat dilihat dalam Tabel II.21.
harus dilengkapi dengan bagian lurus
Tabel II.21. Kelandaian maksimum yang
di antara kedua tikungan tersebut
diizinkan
sepanjang paling tidak 30 m (lihat
Gambar 11.26). VR (km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40,
Kelandaian
3 3 4 5 8 9 10 10
Maksimal

4. Panjang kritis yaitu panjang landai


maksimum yang harus disedlakan agar
kendaraan dapat mempertahankan
kecepatannya sedemikian sehingga
penurunan kecepatan tidak lebih dari
separuh VR. Lama perjalanan tersebut
ditetapkan tidak lebih dari satu menit.

5. Panjang kritis dapat ditetapkan dari Tabel


II.22

Tabel II.22. Panjang Kritis (m)


Kecepatan pada Kelandaian (%)
awal tanjakan
(km/jam) 4 5 6 7 8 9 10
80 630 460 360 270 230 230 200
60 320 210 160 120 110 90 80

Lengkung Vertikal
6

1. Lengkung vertikal harus disediakan pada


setiap lokasi yang mengalami perubahan Tabel II.24. Panjang Minimum Lengkung
kelandaian dengan tujuan : Vertikal
a. mengurangi goncangan akibat perubahan Perbedaan
kelandaian; dan Kecepatan Panjang
Kelandaian
b. menvediakan jarak pandang henti. Rencana Lengkung
Memanjang
2. Lengkung vertikal dalarn tata cara ini (km/jam) (m)
(%)
ditetapkan berbentuk parabola sederhana,
a. jika jarak pandang henti lebih kecil dari < 40 1 20-30.
panjang lengkung vertikal cembung, 40-60 0,6 40-80
panjangnya ditetapkan dengan rumus :
> 60 OA 80-150

b. jika jarak pandang henti lebih kecil dari


panjang lengkung vertikal cembung,
panjangnya ditetapkan dengan rumus :

3. Panjang minimum lengkung vertikal


ditentukan dengan rumus :

di mana :
L = Panjang lengkung vertikal (m),
A = Perbedaan grade (m),
Jh = Jarak pandangan henti (m),
Y = Faktor penampilan kenyamanan,
didasarkan pada tinggi obyek 10 cm
dan tinggi mata 120 cm.
Landai Pendakian Maksimum
4. Y dipengaruhi oleh jarak pandang di malam 1. Lajur pendakian dimaksudkan untuk
hari, kenyamanan, dan penampilan. Y menampung truk-truk yang bermuatan berat
ditentukan sesuai Tabel 11.23. atau. kendaraan lain yang berjalan lebih
lambat dari kendaraan kendaraan lain pada
Tabel II. 23. Penentuan Faktor Penampilan umumnya, agar kendaraan kendaraan lain
Kenyamanan, Y dapat mendahului kendaraan lambat tersebut
tanpa harus berpindah lajur atau
Kecepatan Rencana Faktor Penampilan menggunakan lajur arah berlawanan.
(km/jam) Kenyamanan, Y 2. Lajur pendakian harus disediakan pada ruas
jalan yang mempunyai kelandaian yang
< 40 1,5 besar, menerus, dan volume lalu lintasnya
40-60 3 relatif padat.
> 60 8 3. Penempatan lajur pendakian harus dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Disediakan pada jalan arteri atau kolektor
5. Panjang lengkung vertikal bisa ditentukan
b. apabila panjang kritis terlampaui, jalan
langsung sesuai Tabel H.24 vang didasarkan
memiliki VLHR > 15.000 SMP/hari, dan
pada penampilan. kenyamanan, dan jarak
persentase truk > 15 %
pandang. Untuk Jelasnva llhat Gambar II.27
4. Lebar lajur pendakian sama dengan lebar
dan Gambar II.28
lajur rencana.
7

5. Lajur pendakian dimulai 30 meter dari awal melingkupi alinemen vertikal;


perubahan kelandaian dengan serongan (b) tikungan yang tajam pada bagian bawah
sepanjang 45 meter dan berakhir 50 meter lengkung vertikal cekung atau pada bagian atas
sesudah puncak kelandaian dengan serongan lengkung vertikal cembung harus dihindarkan;
sepanjang 45 meter (lihat Gambar II.29). (c) lengkung vertikal cekung pada kelandaian
6. Jarak minimum antara 2 lajur pendakian jalan yang lurus dan panjang harus dihindarkan;
adalah 1,5 Km (Lihat Gambar II.30). (d) dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu
lengkung horizontal harus dihindarkan; dan
(e) tikungan yang tajam di antara 2 bagian jalan
yang lurus dan panjang harus dihindarkan.

Klasifikasi Jalan
Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan
1. Jalan Arteri
Jalan yang melayani angkutan utarna dengan
ciri-ciri pedalanan jarak jauh kecepatan rata-
rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara efisien,
2. Jalan Kolektor
Jalan yang melayani angkutan
pengurnpul/pernbagi dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang. kecepatan rata-rata
sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi,
3. Jalan Lokal
Jalan yang melayani angkutan setempat
dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat,
kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.

Klasifikasi Menurut Kelas Jalan


Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan
dengan kemampuan jalan untuk menerima
beban Ialu lintas, dinyatakan dalam muatan
sumbu terberat (MST) dalam satuan ton.
Koordinasi Alinyemen Klasifikasi menurut kelas jalan dan
Alinemen vertikal, alinemen horizontal, dan ketentuannya serta kaitannya dengan klasifikasi
potongan melintang jalan adalah elemen elemen menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel
jalan sebagai keluaran perencanaan harus Il. 1 (Pasal 11, PP. No.43/1993).
dikoordinasikan sedemikian sehingga
menghasilkan suatu bentuk jalan yang baik Tabel II.1: Klasifikasi menurut kelas jalan
dalam arti memudah.kan pengemudi Muatan Sumbu Terberat,
mengemudikan kendaraannya dengan aman dan Fungsi Kelas
nyaman. Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan MST (ton)
tersebut diharapkan dapat memberikan kesan Arteri I >10
atau petunjuk kepada pengemudi akan bentuk
jalan yang akan dilalui di depannya sehingga II 10
pengemudi dapat melakukan antisipasi lebih
awal. Ill A 8

Koordinasi alinemen vertikal dan alinemen Kolektor Ill A 8


horizontal harus memenuffi ketentuan sebagai
berikut: Ill B 8
(a) Alinemen horizontal sebaiknya berimpit Klasifikasi Menurut Kelas Jalan
dengan alinemen vertikal, dan secara. ideal Tabel II.2: Klasifikasi menurut medan jalan
alinemen horizontal lebih panjang sedikit
8

Kemiringan SMP untuk jenis jenis kendaraan dan kondisi


No. Jenis Medan Notasi
Medan medan lainnya dapat dilihat dalam TabellIA.
Detail nilai SNIP dapat dilihat pada buku
D Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
1 Datar <3
No.036/TIBM/ 1997.
2. Perbukitan B 3 - 25
Tabel II.4. Ekivalen Mobil Penumpang
3. Pegunungan > 25
G (EMP)
Datar /
Keseragaman kondisi medan yang diproyeksi No. Jenis Kendaraan Pegunungan
Perbukitan
-kan harus mempertimbangkan keseragaman Sedan, Jeep,
kondisi medan menurut rencana trase jalan 1. 1,0 1,0
Station Wagon.
dengan mengabaikan perubahan-perubahan Pick-Up, Bus
pada bagian kecil dari segmen rencana jalan 2. 1,2-2,4 1,9-3,5
Kecil, Truck Kecil.
tersebut. Bus dan Truck
3. 1,23,0 2,2-6.0
Besar
Klasifikasi Menurut Wewenang Pembinaan
Jalan 3. Volume Lalulintas Harian Rencana
Klasifikasi jalan menurut wewenang Volume Lalu Lintas Harian Rencana
pembinaannya sesuai PP.NO.26\1985 adalah (VLHR) adalah prakiraan volume Ialu lintas
jalan Nasional, Jalan Propinsi, Jalan harian pada akhir tahun rencana Ialu lintas
Kabupaten / Kotamadya, Jalan Desa, dan Jalan dinyatakan dalam SMP/hari. Volume Jam
Khusus. Rencana (VJR) adalah prakiraan volume
Ialu lintas pada jam sibuk tahu rencana Ialu
KRITERIA PERENCANAAN lintas, dinyatakan dalam. SMP/jam, dihitung
Kriteria Perencanaan ditinjau dari berbagai dengan rumus:
Aspek :
1. Kendaraan Rencana K
WR  VLHR 
Kendaraan Rencana adalah kendaraan yang
F
dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai
Dimana :
acuan dalarn perencanaan geometrik.
K (disebut faktor K) adalah faktor volume
Dimensi dasar untuk masing-masing
Ialu lintas jam sibuk, dan
kategori Kendaraan Rencana ditunjukkan
F (disebut faktor F), adalah faktor variasi
dalam Tabel II.1 dimensi kendaraan rencana
tingkat Ialu lintas per seperempat jam dalam
tersebut.
satu jam.
Tabel II.3. Dimensi Kendaraan Rencana
Katago Dimensi Radius
Tonjolan Tabel II.5. Penentuan faktor-K dan faktor-F
ri kendaran putar
(cm) Radius berdasarkan Volume Lalu Lintas Harian
Kenda (cm) (cm)
tonjolan
raan
Tingg Depa Belak (cm)' Rata-rata.
Renca Lbr Panj. Min. Maks
i n ang
na FAKTOR – K FAKTOR-F
VLHR
Kendar % %
aan 130 210 580 90 150 420 730 780
Kecil > 50.000 4-6 0,9-1
Kendar
aan 410 260 1210 210 240 740 1280 1410 30.000 - 50.000 6-8 0,8-1
Sedang
10.000 - 30.000 6-8 0,8-1
Kendar
aan 410 260 2100 1.20 90 290 1400 1370 5.000 - 10.000 8-10 0,6-0,8
Besar
1.000 - 5.000 10-12 0,6-0,8
2. Volume Lalulintas Rencana
< 1.000 12-16 < 0,6
SMP adalah angka satuan kendaraan dalam hal
kapasitas jalan, di mana mobil penumpang
ditetapkan memiliki satu SMP. 4. Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana, VR, pada suatu ruas jalan
adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar
9

perencanaan geometrik jalan yang tinggi 5 meter dan kedalaman 1,5 meter
memungkinkan kendaraan-kendaraan (Gambar 11.7).
bergerak dengan aman dan nyaman dalam
kondisi cuaca yang cerah, Ialu lintas yang
lengang, dan pengaruh samping jalan yang Ruang Manfaat Jalan (RAWASJA)
tidak berarti.sVR untuk masing masing Ruang Daerah Pengawasan Jalan (Ruwasja)
fungsi jalan dapat ditetapkan dari Tabel 11.6. adalah ruang sepanjang jalan di luar Rumaja
Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu,
segmen jalan dapat diturunkan dengan syarat diukur dari sumbu jalan sebagai berikut
bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari (Gambar 11.7) :
20 km/jam. 1. Jalan Arteri minimum 20 meter,
2. Jalan Kolektor minimum 15 meter,
Tabel II.6. Kecepatan Rencana, VR, 3. Jalan Lokal minimum 10 meter.
sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi
medan jalan. Untuk keselamatan pemakai jalan, Dawasja di
Kecepatan Rencana, VR, km/jam daerah tikungan ditentukan oleh jarak pandang
Fungsi bebas.
Datar Bukit Pegunungan
Arteri 70- 120 60-80 40-70 Penampang Melintang
Kolektor 60-90 50-60 30-50
Komposisi Penampang Melintang
Penampang melintang jalan terdiri atas bagian-
Lokal 40-70 30-50 20-30 bagian sebagai berikut (lihat Gambar II. 8 s/d
Gambar II. 10) :
BAGIAN-BAGIAN JALAN 1. Jalur Ialu lintas
2. Median dan jalur tepian (kalau ada)
Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA)
3. Bahu
Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA) dibatasi oleh
4. Jalur pejalan kaki;
(lihat Gambar II.7) :
5. Selokan
1. lebar antara batas ambang pengaman 6. Lereng.
konstruksi jalan di kedua sisi jalan, b)
tinggi 5 meter di atas permukaan
perkerasan pada sumbu jalan, dan c)
kedalaman ruang bebas 1,5 meter di
bawah muka jalan.
2. Tinggi 5 meter di atas permukaan
perkerasan pada sumbu jalan. Dan
3. Kedalaman ruang bebas 1,5 meter di
bawah muka jalan

Gambar II.8. Penampang Melintang Jalan


Tipikal

Ruang Milik Jalan (RUMIJA)


Ruang Daerah Milik Jalan (Rumija) dibatasi
Gambar II.9. Penampang Melintang Jalan
oleh lebar yang sama dengan Rumaja ditambah
Tipikal yang dilengkapi Trotoar
ambang pengaman konstruksi jalan dengan
10

terjadl sewaktu-waktu dapat menggunakan


bahu jalan.

Jalur Lalu Lintas


1. Lajur adalah bagian jalur Ialu lintas yang
memanjang, dibatasi oleh marka lajur jalan,
memiliki lebar yang cukup untuk dilewati
suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan
rencana.
2. Lebar lajur tergantung pada kecepatan clan
kendaraart rencana, vang dalam hal ini
dinyatakan dengan fungsi dan kelas jalan
seperti ditetapkan dalam Tabel II.8.
Gambar II.10. Penampang Melintang Jalan 3. Jumlah lajur ditetapkan dengan mengacu
Tipikal Yang dilengkapi median kepada MLKJI berdasarkan tingkat kinerja
yang direncanakan, di mana untuk suatu ruas
Jalur Lalu Lintas jalan dinyatakan oleh nilai rasio antara
Jalur Ialu lintas adalah baglan jalan yang volume terhadap kapasitas yang nilainya
dipergunakan untuk Ialu lintas kendaraan yang tidak lebih dari 0.80.
secara fisik berupa perkerasan jalan. 4. Untuk kelancaran drainase perrnukaan, lajur
Ialu lintas pada alinemen lurus memerlukan
Batas jalur Ialu lintas dapat berupa: kemiringan melintang normal sebagai
1. Median berikut (lihat Gambar II. 14) :
2. Bahu (1) 2-3% untuk perkerasan aspal dan
3. Trotoar perkerasan beton;
4. Pulau jalan (2) 4-5% untuk perkerasan kerikil
5. Separator.
Tabel II.8 Lebar Lajur Jalan Ideal.
Jalur Ialu lintas dapat terdiri atas beberapa
lajur LEBAR LAJUR
FUNGSI KELAS
Jalur Ialu lintas dapat terdiri atas beberapa IDEAL (m)
tipe (Lihat Gambar II. 11 s.d. Gambar II.13)
1. 1 lajur - 2 lajur - 2 arah ( 2 / 2 TB) 3,75
Arteri II, III A
2. 1 lajur - 2 lajur - 1 arah ( 2 / 1 TB) 3,50
3. 1 lajur - 4 lajur - 2 arah ( 4 / 2 B)
Kolektor III A, III B 3,00
4. 2 jalur - lajur - 2 arah ( n / 2 B), di mana n =
Jumlah Jalur Lokal Ill c 3,00

Gambar II.14. Kemiringan Melintang Jalan


Normal

Bahu Jalan
Keterangan : 1. Bahu Jalan adalah bagian jalan yang terletak
TB = Tidak Terbagi di tepi jalur Ialu lintas dan harus diperkeras
B = Terbagi (lihat Gambar Il.15).
2. Fungsi bahu jalan adalah sebagai berikut:
Lebar Jalur
Lebar jalur sangat ditentukan oleh jumlah dan a. Lajur lalulintas darurat, tempat berhenti
lebar laJur peruntukannya. Tabel II.6 sementara, dan atau tempat parkir
menunjukkan lebarialur dan bahuialan sesuai darurat;
VLHR-nya.Lebar jalur minimum adalah 4.5 b. ruang bebas samping bagi lalu lintas,
meter, memungkinkan 2 kendaraan kecil saling dan
berpapasan. Papasan dua kendaraan besar yang
Tabel II.7. Penentuan Lebar Jalur dan Bahu Jalan.

ARTERI KOLEKTOR LOKAL


VLHR Ideal Minimum Ideal Minimum Ideal minimum
Lebar Lebar, Lebar Lebar Lebar
Lebar Bahu Lebat Bahu Lebar Bahu Lebar BahuLebar Jalur Lebar BahuLebar Jalur
(smp/hari) Jalur Jalur Jalur Jalur Bahu
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
(m) (m) (m) (m) (m)
<3.000 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,0 4,5 1,0

3.000-
7,0 2,0 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,0
10.000

10.001-
7,0 2,0 7,0 2,0 7,0 2,0 **) **) - - - -
25.000

>25.000 2nx3,5*) 2,5 20,0*) 2,0 2nx3,5*) 2,0 **) **)


Keterangan :

**) = Mengacu pada persyaratan ideal,


*) = 2 jalur terbagi, masing-masing n x 3,5 dimana n = jumlah lajur perjalur,
- = Tidak ditentukan
c. penyangga sampai untuk kestabilan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Direktorat
perkerasan jalur lalu lintas Jenderal Bina Marga, Maret 1992.
3. Kemiringan bahujalan normal antara 3 -
5%. Tabel II.9 lebar minimum median.
4. Lebar bahu jalan dapat dilihat dalam Bentuk median Lebar minimum (m)
Tabel ll.7.
Median ditinggikan 2,0
Median direndalikan 7,0

Median
1. Median adalah bagian bangunan jalan yang
secara fisik memisahkan dua jalur lalu lintas
yang berlawanan arah.
2. Fungsi median adalah untuk: Gambar II.16. Median direndahkan dan
a. Memisahkan dua aliran Ialu lintas yang ditinggikan
berlawanan arah;
b. ruang lapak tunggu penyeberang jalan; Lingkup Penerjaan Perencanaan Geometrik
c. penempatan fasilitas jalan; Pekerjaan perencanaan geometrik jalan antar
d. tempat prasarana kerja sementara; kota meliputi 5 tahapan yang berurutan sebagai
e. penghijauan; berikut:
f. tempat berhenti darurat (jika cukup luas); 1. Melengkapan data dasar
g. cadangan lajur (jika cukup luas); dan 2. Identifikasi lokasi jalan
h. mengurangi silau dari sinar lampu 3. Penetapan kriteria perencanaan
kendaraan dari arah yang berlawanan. 4. Penetapan alinemen jalan yang optimal
3. Jalan 2 arah dengan 4 laJur atau lebih perlu 5. Pengambaran detail perencanaan geometrik
dilengkapi median. jalan dan pekerjaan tanah.
4. Median dapat dibedakan atas (libat Gambar
II.16):
a. Median direndahkan, terdiri atas jalur
tepian dan bangunan pemisah jalur yang
direndahkan.
b. Median ditinggikan, terdiri atas jalur
tepian dan bangunan permisah jalur yang
ditinggikan.
5. Lebar mirnimum median terdiri atas jalur
tepian selebar 0,25-0,50 meter dan bangunan
pemisah jalur, ditetapkan dapat dilihat
dalamTabel II.9.
6. Perencanaan median vang lebili rinci
mengacu pada Standar Perencanaan
PEMBAHASAN/HASIL berlubang dan mengalami ketidakrataan
Metodologi permukaan jalan (perkerasan tanpa penutup
aspal) di karenakan banyaknya kendaraan
Metodologi penulisan ini dilakukan dengan berjenis truk yang melintasi yang bermuatan
pendekatan kualitatif berdasarkan data yang lebih.
diperoleh. Pengumpulan data diperoleh dari
pihak-pihak terkait yang dianggap memiliki Data Umum
kompetensi dibidang pekerjaan jalan tersebut. Data Umum terdiri dari :
Data Sekunder diperoleh dari data literatur, baik Kapasitas Proyek : Meningkatkan
dari laporan teknis maupun penelusuran website Perekonomian Masyarakat
online. Pemilik Kegiatan : Dinas PU Kab. Konsel
Nama Kegiatan : Pengaspalan Jalan Ruas
Variabel Penelitian Mowila – Baito
Adapun variabel dalam penulisan ini Nilai Kontrak : Rp. 13.000.000.000,-
meliputi dari Segi Kelayakan Teknis pada Sumber Dana : APBD-P
Pekerjaan Pengaspalan Jalan Ruas Mowila- Waktu Pelaks. : 180 Hari Kalender
Baito Kab. Konawe Selatan untuk menentukan Penyedia Jasa : PT. Setia Kawan
Kelayakan mengacu pada Ktiteria Persyaratan Tahun Anggaran : 2019
Teknis Jalan berdasarkan Pedoman Standar
Perencanaan Geometrik Jalan Data Teknis
No.038/TBM/1997 dan Permen PUPR No. 19 Data Teknis, terdiri dari :
Tentang Kriteria Perencanaan Teknis Jalan. Panjang Penanganan : 4.38 Km
Jenis Perkerasan : Lentur
Gambaran Umum Lebar Badan Jalan : 6.00 meter
Penanganan jalan Mowila – Baito Struktur Pembentuk Jalan : Laston Lapis
merupakan salah satu ruas jalan yang Pondasi AC - BC,
membantu kegiatan perekonomian masyarakat LPA Kelas A, LPA
di Kabupaten Konsel yang lebih tepatnya yaitu Kelas B
pada Jalan Poros Mowila – Baito, ruas jalan ini Lebar Bahu Jalan : 1.00 meter dan
oleh masyarakat setempat berfungsi sebagai sebahagian Variasi
prasarana mobilisasi untuk menuju ke tempat Struktur Bahu Jalan : Timbunan Pilihan,
mereka bekerja, memenuhi kebutuhan Rabat Beton Fc’10
keseharian, serta mendistribusikan hasil Mpa (setara
perkebunan dan pertanian ke daerah sekitar. K-125).
Bangunan Pelengkap : Pasangan Batu
Mortar (Saluran)

Gambar III.1. Site Plan Penanganan Ruas


Jalan Mowila - Baito

Secara fisik, ruas jalan mowila – baito


sebelum dilakukan pengaspalan dengan lebar Gambar III.2. Typikal Potongan Jalan
jalur lalulintas efektif 6.00 meter , tidak ada
pengembangan samping jalan. Bahu jalan tidak Lokasi Proyek
dapat dilewati dikarenakan kondisi tanah yang Lokasi Proyek terletak berada di Jalan Poros
tidak rata (curam) dan berpotensi menyebabkan Mowila-Baito Kelurahan Pudahoa, Kecamatan
kendaraan dapat terperosok akibat tiadanya Mowila, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi
pagar pengaman (Guard Drail), kualitas jalan Sulawesi Tenggara
tergolong buruk, banyak bagian jalan yang
Adapun kondisi eksisting pada paket
penanganan Pengaspalan Jalan Mowila – Baito
berupa medan berbukit dengan alinyemen
horizontal berkelok-kelok dan alinyemen
vertikal didomnasi tanjakan dan penurunan
yang cukup terjal. Arus lalu lintas pada area
pekerjaan adalah jarang dan sedang pada jam-
jam tertentu. kondisi struktur jalan adalah
perkerasan tanpa penutup aspal (jalan
perkerasan) yang kondisi rusak dan berlubang
diakibatkan oleh gerusan aliran air hujan
kiriman dari tebing.
Gambar III.3. Peta Wilayah Kecamatan
Mowila Kondisi existing badan jalan untuk
pekerjaan penanganan jalan sudah mengalami
kerusakan pada lapisan perkerasan disepanjang
Geografis/Topografi ruas jalan, perkerasan tanpa penutup aspal lama
Berdasarkan geografis Kabupaten/Kota, rusak berat terdapat lubang-lubang yang telah
Konawe Selatan memiliki batas-batas : Arah ditimbun / dileveling dengan timbunan pilihan,
utara berbatasan Konawe dan Kendari; Arah kondisi topograpi terlalu terjal dan sebahagian
Timur berbatasan laut banda dan laut Maluku; tidak ada drainase di sepanjang ruas jalan lokasi
Arah Selatan berbatasan Bombana dan Muna; pekerjaan, lebar rata-rata perkerasan 3,5 – 4,0
Arah Barat berbatasan Kab. Kolaka. Sedangkan m, dan pada sisi kiri kanan untuk bahu jalan
berdasarkan geografis Kecamatan Mowila yaitu adalah berbatu dengan lebar bervariasi antara
bebatasan Kec. Pondidaha, Kec. Baito, 1,00 m – 0,50 m.
Kecamatan Landono, dan Kec. Angata. dan
Drainase
Hidrologi Kondisi Drainase eksisting yang sebagian
Hidrologi yang dimaksud yaitu ilmu yang mengalami kerusakan akibat tertimpah
mempelajari tentang terjadinya air, pergerakan bebatuan pada saat longsoran terjadi dan
air dan distribusi air di bumi, baik diatas penurunan akibat tanah labil.
maupun dibawah permukaan bumi, tentang sifat
fisik, kimia air, serta reaksinya terhadap Pertimbangan dalam pemilihan lokasi
lingkungan dan hubungannya dengan proyek
kehidupan Berdasarkan hidrologi. Merupakan salah satu dari empat proritas
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor visi misi dari Pemerintah Kabupaten Konawe
82 Tahun 2001 tentang Pengolahan Kualitas Air Selatan 2017-2021 yaitu membangun
dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi infrastuktur wilayah yang menjadi proritas
mutu air ditetapkan menjadi empat kelas, yaitu : untuk meningkatkan pengembangan ekonomi
Kelas I, Kelas II, Kelas III, dan Kelas IV. lokal.

Desain Teknis Awal


Desain Teknis Awal (Basic Enginer- ing
Design), terdiri dari : Layout Awal: berisi uraian
tentang disain teknis atau layout dari proyek
(yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
karakteristik dari masing-masing sektor)
Berikut ini, penjelasan atau gambaran
kondisi lapangan sebelum dimulainya kegiatan
dengan rencana penanganan dan usulan
perubahan dalam bentuk perhitungan dan
Gambar III.4. Intensitas Curah Hujan typical jalan.

Kondisi Eksisting Kondisi Rencana Desain


Pelaksanaan pekerjaan pengaspalan mowila- 6. Lahan proyek yang diperlukan untuk
baito sesuai desain panjang 4,38 Km dengan pembangunan dan operasional proyek dapat
penangan perkerasan berpenutup aspal diperoleh.
sepanjang 3 Km dan perkerasan berpenutup 7. Geometrik Jalan memiliki kelandaian hingga
aspal (sirtu) sepanjang 1,38 Km , dengan lebar 16 % akan tetapi masih memungkinkan
perkerasan jalan 6,00 m dan bahu jalan kiri dan untuk dilewati kendaraan.
kanan masing-masing 2,00 – 0.50 m (Variasi), 8. Pada beberapa tikungan memiliki radius
jadi total lebar badan jalan ±8,00 meter, yang kecil serta jarak pandang yang terbatas
konstruksi pada perkerasan jalan adalah Lapis diakibatkan oleh adanya obstacles berupa
Agregat Kelas A tebal 15 cm, Lapis Agregat lereng, namun dikarenakan keterbatasan
Kelas B tebal 20 cm, Laston AC-BC tebal 10 anggaran mengakibatkan pekerjaan galian
Cm, dimana pada beberapa titik akan disertai ditiadakan.
dengan pekerjaan timbunan (fill) untuk
meratakan badan jalan sesuai dengan elevasi
SARAN
yang direncanakan.
Desain geometrik jalan pekerjaan jalan ini 1) Memasang rambu dilarang membunyikan
merupakan medan berbukit dengan alinyemen klakson.
horizontal berkelok-kelok dan alinyemen 2) Memasang rambu pembatasan kecepatan
vertikal didomnasi tanjakan dan penurunan kendaraan.
yang cukup terjal dengan kelandaian mencapai 3) Merenovasi pagar sekolah dengan
16%. ketinggian minimal 2m menggunakan
material baja dengan tambahan panel fiber
Teknologi untuk menutupi celah teralis.
4) Menggunakan sekurang-kurangnya 2 buah
Berisi uraian tentang teknologi yang dipilih
Sound Level Meter untuk daerah kasus dan
merupakan perkerasan lentur karena dilihat dari
daerah kontrol guna mendapatkan prediksi
medan dan kondisi kebutuhan suplay material
tingkat ketergangguan yang lebih akurat.
serta kesanggupan dana pekerjaan dimana
5) Menggunakan peralatan yang lebih modern
metode teknologi konstruksi menggunakan
seperti Integrating Sound Level Meter yang
perkerasan yang paling tepat dan terjangkau,
secara otomatis telah menghitung nilai Leq
termasuk metode konstruksi, logika
sehingga tidak perlu dilakukan penghitungan
penggunaannya serta analisis risiko terhadap
Leq secara manual.
hambatan yang mungkin akan dihadapi.
6) Untuk penelitian selanjutnya, data
Prastudi Kelayakan juga harus memuat justikasi
ketergangguan responden perlu
bahwa teknologi tersebut aman dan telah
transformasikan dari data ordinal menjadi
terbukti efisien menacu pada Buku Manual
data interval menggunakan metode suksesi
Desain Perkerasa tahun 2017.
interval.
KESIMPULAN
Evaluasi Kelayakan Teknis
Dari semua komponen yang telah diuraikan
sebelumnya, secara teknis proyek harus dapat
menyajikan bukti yang wajar, yang
menunjukkan bahwa proyek secara teknis
layak, karena :
1. Teknologi yang diusulkan untuk
pembangunan sudah layak,
2. Teknologi sudah terbuktikan, sudah
digunakan pada proyek- proyek lain yang
serupa,
3. Volume dan kualitas dari sumber-sumber
sudah mencukupi untuk operasional proyek,
4. Desain yang digunakan adalah opsi yang
sudah optimal serta efektif dari segi Teknis,
5. Jadwal pelaksanaan proyek layak,
DAFTAR PUSTAKA

1. BPS Kecamatan Mowila dalam Angka


2018
2. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat
Jenderal Bina Marga, Manual Kapasitas
Jalan Indonesia (MKJI), Jakarta, Februari
1997
3. Ervianto W,”Manajemen Proyek
Konstruksi”, 2006
4. Grimsey, D, dan Lewis, M.K. “Public
Private Partnerships: The Worldwide
Revolution in Infrastructure Provision and
Project Finance”, Edward Elgar,
Cheltman, UK. 2004
5. Li, B, Akintoye, A, Edwards, P.J dan
Hardcastle, C ,” The Allocation of Risk in
PPP/PFI Construction Projects in the UK,
International Journal of Project
Management,2005
6. Nurjaman, Hari Nugraha, Fitri Suryani,
Proyek Konstruksi, Universitas Persada
Indonesia-yai, Staf Pengajar, Manajemen
Proyek Konstruksi, Universitas Persada
Indonesia-yai, Kelayakan Pembangunan,
and Evaluasi Manfaat Ekonomi. 2016.
“Analisis Teknis Dan Evaluasi Kelatakan
Pembangunan Jalan Penghubung
Kabupaten Kaur -Provinsi Bengkulu” 8
7. .PT PII,” Kemitraan Pemerintah Swasta,
Panduan Revisi Versi 2”, 2014
8. Soeharto, “Manajemen Proyek”, Penerbit
Erlangga, 2013

Anda mungkin juga menyukai