Lukman Nurfauzi
2016010029
Lukman Nurfauzi
2016010029
Oleh:
KURNIA HIDAYAT
NIM 2016010497
Telah diperiksa dan disetujui serta dianggap layak untuk diuji secara lisan melalui
Sidang Proposal oleh:
Menyetujui, Mengetahui,
Dosen Pembimbing Akademik, Ketua Program Studi Teknik Elektro,
Ojak Abdul Rozak, S.T., M.T. Jamal A. Rachman Saprin, B.Sc., M.Sc.
NIDN. 0427068102 NIDK. 8831620016
Universitas Pamulang
KATA PENGANTAR
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah..............................................................................2
1.3. Batasan Masalah....................................................................................3
1.4. Tujuan...................................................................................................4
1.5. Manfaat Penelitian................................................................................4
1.6. Metodologi Penelitian...........................................................................4
1.7. Sistematika Penulisan............................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................6
2.1. Potensi Energi Surya di Indonesia........................................................6
2.2. Solar Cell..............................................................................................7
2.2.1. Prinsip Dasar Teknologi Solar Cell (Photovoltaic)..................7
2.2.2. Semikonduktor Tipe-P dan Tipe-N...........................................7
2.2.3. Sambungan P-N.........................................................................8
2.3. Prinsip Dasar Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).....................9
2.4. Jenis-jenis PLTS....................................................................................9
2.5. Komponen Utama Sistem PLTS Terpusat..........................................10
2.6. Komponen Pendukung Lainnya..........................................................15
2.7. Perancangan Sistem PLTS Terpusat...................................................16
2.8. Perhitungan Daya Total Produksi PLTS.............................................19
2.9. Konsep Feed-in Tariff.........................................................................20
2.10. Analisis Keekonomian........................................................................24
2.10.1. Capital of Investment (CAPEX)..............................................25
2.10.2. Biaya Operasi atau Produksi...................................................25
2.10.3. Pendapatan (Revenue).............................................................26
2.10.4. LCOE (Levelized Cost of Electricity)......................................26
2.11. Skema Pendanaan................................................................................27
2.11.1. Sistem Pendanaan Public-Private Partnership (PPP).............28
2.11.2. Skema Pendanaan Availability Payment.................................30
2.11.3. Konsep Pembayaran Availability Payment.............................31
2.11.4. Struktur Pembayaran dan Mekanisme Pengembalian Investasi
.................................................................................................31
2.11.5. Jenis-jenis Insfrastruktur yang Dapat Dibangun dengan
Mekanisme AP........................................................................32
2.12. Analisis Profitabilitas..........................................................................33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................35
iv Universitas Pamulang
3.1. Tahapan Penelitian..............................................................................35
3.2. Review Jurnal......................................................................................36
3.3. Penentuan PLTS..................................................................................37
3.4. Pengumpulan Data Pendukung...........................................................37
3.5. Perhitungan Total Daya Produksi.......................................................37
3.6. Analisis Keekonomian........................................................................37
3.7. Perbandingan Tarif Dasar Listrik dengan Feed-in Tariff....................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39
v Universitas Pamulang
DAFTAR GAMBAR
vi Universitas Pamulang
DAFTAR TABEL
AC : Alternating Current
Ah : Ampere hour
AP : Availability Payment
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BBM : Bahan Bakar Minyak
BLT : Buy Lease Transfer
BOO : Buy Operate Own
BOT : Buy Own Transfer
BPP : Biaya Pokok Produksi
BT : Buy Transfer
BTO : Buy Transfer Own
BUMD : Badan Usaha Milik daerah
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
CAPEX : Capital Expenditure
COS : Change Over Switch
DC : Direct Current
DOD : Depth of Discharge
EBT : Energi Baru Terbarukan
ESDM : Energi dan Sumber Daya Mineral
FiT : Feed-in Tariff
GW : Giga Watt
GWp : Giga Watt peak
IEC : International Electrotechnical Commission
IRR : Internal Rate of Return
KPBU : Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
kWh : kilo Watt hour
kWp : kilo Watt peak
LCOE : Levelized Cost of Electricity
ix Universitas Pamulang
BAB I
PENDAHULUAN
1 Universitas Pamulang
2
Terlebih dengan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh bahan bakar fosil
seperti emisi gas rumah kaca dan sebagainya secara perlahan merusak lingkungan.
Hal tersebut mendorong pemerintah untuk meningkatkan peran energi baru
terbarukan (EBT) secara terus menerus. Hal tersebut sesuai dengan PP No. 79
Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, dimana target bauran energi baru
terbarukan pada tahun 2025 paling sedikit 23% dan 31% pada tahun 2050. Selain
itu Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan yang cukup besar untuk
mencapai target tersebut, salah satunya adalah potensi enegri surya di Indonesia
mencapai 207,8 GWp [4].
Pemanfaatan energi baru terbarukan untuk ketenagalistrikan masih minim,
hal tersebut terlihat pada tahun 2018 pemanfaatan energi baru terbarukan sekitar
8,8 GW atau 14% dari total kapasitas pembangkit listrik. Minimnya pemanfaatan
energi baru terbarukan untuk ketenagalistrikan disebabkan tingginya harga
produksi sehingga sulit bersaing dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil
terutama batubara terlebih jika membandingkan biaya produksi dan harga feed-in
tariff yang telah ditentukan. Selain itu, kurangnya dukungan industri dalam negeri
terkait komponen pembangkit energi listrik berbasis energi baru terbarukan serta
masih sulitnya mendapatkan pendanaan berbungan rendah menjadi penyebab
terhambatnya pengembangan energi baru terbarukan [4].
Dengan potensi energi surya yang cukup besar di Indonesia, Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi salah satu alternatif dalam mencapai target
bauran energy baru terbarukan 23% pada tahun 2025. Sinergi antara pemerintah,
pihak industri, dan investor sangatlah penting untuk mencapai target tersebut.
Dengan skema pendanaan (project financing) yang tepat maka akan didapatkan
harga listrik per kWh yang dihasilkan oleh PLTS sesuai dengan regulasi feed-in
tariff di Indonesia.
Universitas Pamulang
3
Universitas Pamulang
4
1.4. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan tugas akhir meliputi beberapa tujuan
yaitu sebagai berikut:
1. Dapat menghitung nilai investasi dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS) dengan kapasitas 1MWp.
2. Dapat menganalisis jenis skema pendanaan dasar dan skema pendanaan
Availability Payment (AP).
3. Membandingkan hasil biaya produksi listrik dengan feed-in tariff di
Indonesia saat ini.
Universitas Pamulang
5
3. Studi Lapangan
Dengan mengumpulkan dan mengamati data yang diperoleh dari lapangan.
4. Pengumpulan Data dari Wawancara
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara wawancara kepada pihak
lain yang relevan terhadap permasalahan.
5. Analisis Hasil
Data yang diperoleh kemudian dianalisis melalui perhitungan dengan
bantuan Microsoft Excel.
Universitas Pamulang
BAB II
LANDASAN TEORI
6 Universitas Pamulang
7
Universitas Pamulang
8
Universitas Pamulang
9
Universitas Pamulang
10
1. PLTS Off-grid
PLTS off-grid adalah sistem PLTS yang output daya listriknya secara
mandiri menyuplai listrik ke jaringan distribusi pelanggan atau tidak
terhubung dengan jaringan listrik PLN. Pada sistem PLTS ini digunakan
baterai agar dapat memberikan suplai listrik sesuai dengan kebutuhan
beban. Manfaat dari sistem PLTS ini adalah untuk menjangkau daerah yang
belum ada jaringan listrik PLN.
2. PLTS On-grid
PLTS on-grid merupakan sistem PLTS yang dapat beroperasi tanpa
baterai karena output listrik yang dihasilkan disalurkan ke jaringan distribusi
yang telah disuplai pembangkit lainnya. Manfaat dari sistem PLTS ini
adalah untuk membagi beban atau mengurangi beban pembangkit lain yang
terhubung pada jaringan yang sama.
3. PLTS Hybrid
PLTS hybrid merupakan sistem PLTS yang digabungkan dengan
pembangkit lainnya. Pada sistem PLTS ini dapat menggunakan baterai
maupun tidak dan manfaat dari sistem ini adalah untuk memaksimalkan
penyediaan energi dari berbagai potensi sumber daya daerah.
Universitas Pamulang
11
tipis). Untuk jenis crystalline, terbagi atas tipe mono-crystalline dan tipe
poly-christalline, dengan efisiensi konversi sekitar 12 – 20%.
Ketika iradiasi matahari meningkat hingga 1000 W/m2, maka modul
surya akan membangkitkan listrik DC hingga kapasitas yang tertera pada
“nameplate” nya (misal: 250 Wp). Namun demikian, output listrik
sesungguhnya dari susunan panel bergantung pada kapasitas sistem, iradiasi
matahari, orientasi arah (azimuth) dan sudut panel, dan berbagai faktor
lainnya.
Modul surya, yang merupakan komponen penting dalam suatu sistem
PLTS, memiliki output listrik DC. Namun karena banyak beban listrik yang
membutuhkan suplai listrik AC, maka listrik DC yang dihasilkan oleh
modul surya harus dikonversi oleh inverter menjadi listrik AC. Terkait hal
ini, sistem charging baterai pada sistem PLTS off-grid bisa berupa DC-
Coupling atau AC-Coupling.
Universitas Pamulang
12
2. Inverter
Terdapat beberapa jenis inverter berdasarkan konfigurasi sistem PLTS
off-grid yang akan didesain, yaitu:
a. DC-AC Inverter untuk Sistem Off-grid DC-Coupling
Inverter daya DC-AC merupakan alat elektronik yang berfungsi
mengubah sistem tegangan DC dari keluaran modul PV atau baterai
menjadi sistem tegangan AC. Pengubah sistem tegangan ini penting,
karena peralatan listrik secara umum memerlukan suplai tegangan
AC.
b. String Inverter untuk Sistem Off-grid AC-Coupling
PV String inverter adalah unit alat yang berfungsi untuk
merubah input tegangan DC langsung dari modul PV, menjadi output
tegangan AC. Unit ini beroperasinya harus paralel dengan sumber
tegangan AC lainnya, yaitu output dari string inverter
diinterkoneksikan dengan sistem tegangan AC yang berasal dari
pembangkit lainnya, seperti listrik diesel genset, atau (Bi-directional)
Battery Inverter. Karena kemampuannya untuk beroperasi paralel
pada tegangan AC, maka sistem PLTS ini memiliki keuntungan, yaitu
bila kedepannya hendak diubah menjadi sistem on-grid tidak
memerlukan perubahan yang berarti, karena tegangan dari grid PLN
bisa langsung diinterkoneksikan pada jaringan AC-Coupling yang
sudah ada.
Dengan adanya tambahan daya listrik dari output string inverter
akan mengurangi beban bagi pembangkit lainnya, sehingga bila
pembangkit tersebut berupa diesel genset, maka konsumsi BBM diesel
akan lebih hemat.
String Inverter biasanya juga dilengkapi fitur MPPT, agar output
daya sistem PLTS selalu pada posisi maksimal mengikuti iradiasi
matahari. Akan tetapi untuk mencegah terjadinya kondisi reverse
power pada diesel genset, yaitu saat konsumsi daya beban < daya
output sistem PLTS, maka string inverter dikontrol outputnya sesuai
kebutuhan beban. Akan tetapi bila dalam sistem PLTS ini juga
Universitas Pamulang
13
Universitas Pamulang
14
4. Baterai
Baterai merupakan salah satu cara penyimpanan daya yang paling
umum digunakan. Bateri menjadi komponen penting yang mempengaruhi
sistem PLTS terpusat secara keseluruhan. Perawatan baterai, masa pakai,
daya dan efisiensi merupakan parameter baterai yang mempengaruhi kinerja
PLTS terpusat.
Baterai yang paling tepat untuk sistem PLTS adalah yang memiliki
jenis karakter Deep Discharge. Baterai jenis ini bisa di-discharge energi
listriknya hingga tersisa sekitar 20% dari kapasitas simpan baterai. (Baterai
untuk starting kendaraan bermotor umumnya hanya boleh di-discharge
hingga tersisa 80% dari kapasitas simpan baterai. Jika di-discharge melebihi
kapasitas tersebut, maka umur baterai akan lebih singkat).
5. Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi merupakan penghubung antara PLTS terpusat dan
konsumen. Listrik yang masuk ke jaringan distribusi merupakan tegangan
lisrik AC yang keluar dari inverter dan transformator. Pada umumnya,
jaringan distribusi menggunakan saluran udara. Namun, apabila
menghendaki distribusi melewati bawah tanah, maka kabel dapat ditanam
langsung atau dilewatkan ke dalam suatu saluran. Contohnya, apabila kabel
melewati bawah jalan raya, saluran beton digunakan untuk melindungi
kabel. Pemilihan penggunaan saluran udara atau saluran bawah tanah
ditentukan berdasarkan peraturan yang berlaku serta perhitungan ekonomi.
Selain itu, meter pengukur produksi listrik dan sirkuit peralatan
proteksi biasanya dipasang antara penyulang keluar dari transformator dan
titik interkoneksi (Point of Interconnection - POI). Titik ini merupakan titik
dimana penjualan listrik diukur, biasanya berlaku untuk sistem PLTS On-
Grid.
Dalam perencanaan PLTS terpusat, harus dipertimbangkan pula
kemungkinan penyambungan fasilitas PLTS terpusat ke jaringan listrik
PLN. Persyaratan penyambungan ke jaringan PLN akan mengacu kepada
persyaratan interkoneksi yang dimiliki oleh PLN.
6. Panel Distribusi
Universitas Pamulang
15
Universitas Pamulang
16
Universitas Pamulang
17
Universitas Pamulang
18
d. Memilih Modul Surya dan menghitung Luas Area Efektif yang Dibutuhkan
Yang dimaksud dengan luas area efektif disini adalah area khusus
untuk penempatan modul surya, belum termasuk area untuk memudahkan
instalasi dan perawatan, serta belum juga termasuk lahan untuk rumah daya,
jarak dengan pagar, dan lain-lain. Data yang diperlukan adalah nilai efisiensi
Modul Surya, yang ditentukan berdasarkan spesifikasi Modul Surya yang
diinginkan. Perhitungan luas area efektif menggunakan rumus:
kWp
Area ( m2 )= ………………………………………(2.2)
ɳ modul surya
Jika lokasi yang direncanakan untuk pembangunan PLTS terpusat
tidak memenuhi luasan yang dibutuhkan, perlu dipilih Modul Surya dengan
efisiensi yang lebih tinggi. Lakukan terus langkah ini (iterasi) sampai
diperoleh kesesuaian antara efisiensi Modul Surya yang ada dengan luasan
lahan PLTS. Perlu dicatat bahwa area ini merupakan luas area modul surya
(area efektif), tanpa memperhitungkan jarak antar rangkaian modul surya
untuk instalasi dan perawatan, jarak antar pagar, dan lain-lain. Untuk
mengakomodasi semua komponen tersebut, maka hasil perhitungan di atas
perlu dikalikan dua (2).
e. Menghitung Jumlah Modul
Jumlah modul dihitung dengan rumus:
Daya Puncak Modul Surya (total ℘)
Jumlah Modul= ……..(2.3)
℘ /Modul
Catatan: terkait dengan cuaca yang tidak dapat diprediksi, perhitungan
jumlah modul dapat mengakomodasi cadangan energi, yang dimaksudkan
untuk menambahkan keandalan PLTS. Cadangan energi bisa dilakukan
melalui:
1) Memperbesar kapasitas daya PV (menambah 20% - 30% dari jumlah
Modul Surya hasil perhitungan).
2) Menyediakan pembangkit cadangan, seperti mesin Genset.
f. Menghitung Kebutuhan Energi dari Baterai
Keluaran dari perhitungan ini adalah besaran energi yang akan
diambil dari baterai. Data yang diperlukan adalah jumlah hari otonomi, yang
ditentukan berdasarkan kondisi awan di daerah setempat. Jika daerah
Universitas Pamulang
19
Universitas Pamulang
20
PG =A G x S x t x ɳ ………………………………………………….…....(2.8)
Keterangan:
PG = Daya output modul surya per tahun
AG = Luas panel surya
S = Banyaknya panel surya
t = Lama penyinaran matahari
ɳ = Efisiensi panel surya
Universitas Pamulang
21
Penelitian ini menggunakan based tariff FIT yang mengacu pada. Besaran
Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan (BPP) berdasrkan Kepmen ESDM Nomor
1772 K/20/MEM/2018 yang telah ditentukan sesuai dengan tabel di bawah ini [9]:
Tabel 2.1 Besaran Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan PT Perusahaan Listrik
Negara (Persero) Tahun 2017
WILAYAH / DISTRIBUSI / SISTEM / SUB BPP Pembangkitan
NO
SISTEM (Rp/kWh) (cent US$/kWh)*
A SUMATERA
1 SUMATERA BAGIAN UTARA
a ACEH 1.491 11,14
a.1 Pulau Weh 1.818 13,58
a.2 Pulau Simeuleu 1.602 11,97
b SUMATERA UTARA 1.308 9,77
b.1 Nias 2.677 20,00
2 SUMATERA BAGIAN TENGAH DAN
SELATAN
a SUMATERA BARAT 971 7,25
a.1 Kepulauan Mentawai 2.583 19,30
b RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
b.1 Riau 1.470 10,98
b.2 Kepualauan Riau
b.2.1 Bintan 2.052 15,43
b.2.2 Tanjung Balai Karimun 1.682 12,57
b.2.3 Natuna 2.060 15,39
b.2.4 Anambas 2.677 20,00
c SUMATERA SELATAN, JAMBI, 961 7,18
BENGKULU (S2JB)
c.1 Pulau Enggano 2.677 20,00
d LAMPUNG 936 6,99
3 BANGKA 2.247 16,79
4 BELITUNG 1.887 14,10
5 SUB SISTEM KEPULAUAN KECIL 2.677 20,00
LAINNYA
Universitas Pamulang
22
B JAWA BALI
1 DKI JAKARTA 911 6,81
a Kepulauan Seribu (Non Koneksi 2.677 20,00
Kabel Laut Jawa Bali
2 BANTEN 911 6,81
a Pulau Panjang 2.677 20,00
3 JAWA BARAT 911 6,81
4 JAWA TENGAH 911 6,81
a Karimun Jawa 2.677 20,00
5 JAWA TIMUR 914 6,83
a Madura Isolated 2.677 20,00
b Bawean 1.699 12,69
c Gili Ketapang 2.677 20,00
6 BALI 911 6,81
a Tiga Nusa (Nusa Penida, Nusa 2.425 18,12
Lembongan, Nusa Cemingan)
7 SUB SISTEM KECIL LAINNYA 2.677 20,00
C KALIMANTAN
1 KALIMANTAN BARAT 1.692 12,64
2 KALIMANTAN SELATAN DAN 1.149 8,58
TENGAH
3 KALIMANTAN TIMUR DAN UTARA 1.481 11,07
4 SUB SISTEM KECIL LAINNYA 2.677 20,00
D SULAWESI
1 SULAWESI UTARA, TENGAH, DAN
GORONTALO
a Sulawesi Bagian Utara (Manado, 1.739 13,00
Gorontalo, Kotamobagu)
b Toti-toti 2.225 16,62
c Tahuna 2.564 19,15
d Palu (Grid Sulbangsel) 1.130 8,44
Universitas Pamulang
23
E NUSA TENGGARA
1 NUSA TENGGARA BARAT
a Tambora (Bima dan Sumbawa) 2.239 16,73
b Lombok 1.861 13,90
2 NUSA TENGGARA TIMUR
a Sumba 2.275 17,00
b Timor 2.421 18,09
c Flores Bagian Barat 2.372 17,72
d Flore Bagian Timur 2.207 16,49
3 SUB SISTEM KECIL LAINNYA 2.677 20,00
Universitas Pamulang
24
Universitas Pamulang
25
Universitas Pamulang
26
variable cost yang terkait dengan operasi pembangkit tenaga berbahan bakar
biomassa. Fixed cost O&M dapat dinyatakan sebagai persentase dari modal biaya.
Dengan adanya penurunan biaya dengan cepat untuk biaya modul dan
pemasangan modul PV dalam lima tahun kebelakang ini, biaya O&M dalam
LCOE solar PV di beberapa pasaran telah naik secara signifikan. Biaya O&M
untuk pembangkit skala utilitas di Amerika Serikat telah dilaporkan antara USD
10 dan USD 18/kW per tahun [11]. Sedangkan total biaya operasi dari PLTS
adalah sebesar 0,8% dari total CAPEX per tahun [12].
Universitas Pamulang
27
Universitas Pamulang
28
Universitas Pamulang
29
Universitas Pamulang
30
Universitas Pamulang
31
berkualitas. Sumber pendanaan proyek KPBU skema AP, dapat berasal dari
pendanaan non APBN/ APBD yaitu antara lain pendanaan BUMN/ BUMD.
Usaha pemerintah dalam menyediakan dana untuk membiayai pembangunan di
wilayahnya dengan menggunakan sumber-sumber dari pendapatan (revenue),
utang (debt), dan kekayaan (equity) yang bersifat konvensional atau non-
konvensional. Pengertian ini memiliki implikasi bahwa pemerintah menyadari
pembiayaan pembangunan tidak cukup hanya dari APBN/D saja, juga harus
melibatkan aktor lain di luar pemerintah bahkan asing [15].
Universitas Pamulang
32
2. Output Fungsi
Pembayaran untuk beroperasinya fasilitas/layanan secara efektif terkait
dengan operasional manajemen (SDM pengelola, daya jasa, dan
sebagainya).
3. Output Layanan
Pembayaran untuk operasional layanan dan pemeliharaan sesuai dengan
standar yang disepakati (dengan kemungkinan penyesuaian/ pengurangan
pembayaran/ penalty secara terbatas).
Universitas Pamulang
33
2. Infrastruktur jalan
3. Infrastruktur sumber daya air dan irigasi
4. Infrastruktur air minum
5. Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat
6. Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah setempat
7. Infrastruktur sistem pengelolaan persampahan
8. Infrastruktur telekomunikasi dan informatika
9. Infrastruktur ketenagalistrikan
10. Infrastruktur minyak dan gas bumi dan energy terbarukan
11. Infrastruktur konservasi energi
12. Infrastruktur fasilitas perkotaan
13. Infrastruktur fasilitas pendidikan
14. Infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga, serta kesenian
15. Infrastruktur kawasan
16. Infrastruktur pariwisata
17. Infrastruktur kesehatan
18. Infrastruktur lembaga pemasyarakatan
19. Infrastruktur perumahan rakyat.
Universitas Pamulang
34
Keterangan:
NPV = Net Present Value
Co = Investasi awal
Ct = Arus kas pada tahun tertentu
r = Tingkat diskonto
t = tahun ke-t
2. Payback Periode
Payback periode menggambarkan pada tahun keberapa investor bisa
mendapatkan kembali dana yang diinvestasikan dalam proyek tersebut.
Hasil dari perhitungan tersebut akan menunjukkan tahun di mana proyek
sudah menghasilkan keuntungan. Semakin singkat payback periode,
semakin menguntungkan proyek tersebut. Berikut adalah rumus untuk
mendapatkan nilai payback periode:
Biaya proyek
Payback Period= ………………………………(2.11)
CF∈(annual)
3. Internal Rate of Return
IRR adalah perbandingan nilai suku bunga dengan keuntungan
ekonomi yang diharapkan dari suatu proyek (MARR). IRR merupakan
indikasi efisiensi, kualitas, atau hasil dari suatu investasi. IRR adalah tingkat
bunga di mana NPV dari arus kas yang diharapkan bernilai nol. Jika IRR
lebih besar daripada MARR, maka proyek dinyatakan layak secara
ekonomi. Berikut adalah rumus untuk mendapatkan nilai IRR:
Arus kas
IRR= ………………………………(2.12)
Nilai saat ini( present value)
Universitas Pamulang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
35 Universitas Pamulang
36
Universitas Pamulang
37
Universitas Pamulang
38
tanpa adanya intervensi dari manapun, dan MARR yang mengacu pada formulasi
Weighted Average Cost of Capital (WACC). Untuk mencari nilai NPV digunakan
rumus 2.10, lalu untuk mencari PBP digunakan rumus 2.11 dan untuk mencari
nilai IRR digunakan rumus 2.12.
Setelah diketahui nilai dari parameter di atas maka tahap selanjutnya adalah
membandingkan nilai IRR terhdap MARR, jika IRR lebih besar daripada MARR,
maka proyek dinyatakan layak secara ekonomi. Jika sebaliknya maka akan
digunakan skema pendanaan Availability Payment untuk mengetahui apakah hasil
IRR lebih kecil atau sama dengan MRR atau tidak.
Universitas Pamulang
DAFTAR PUSTAKA
39 Universitas Pamulang
40
Universitas Pamulang