Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MEKANIKA FLUIDA ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA

Oleh :

Nama No BP Kelas Judul Kelompok Anggota

: Fatwa Sidicky : 1101012013 : II B Reguler : Aliran Fluida dalam Pipa : : Rezky Ramon Rahmat. L

POLITEKNIK NEGERI PADANG 2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan tugas makalah Mekanika Fluida ini. Penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari semua pihak yang terkait. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. selaku dosen mata kuliah Mekanika Fluida pada Jurusan Teknik Mesin prodi Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang 2. Teman-teman seangkatan yang telah saling membantu dan saling bekerja sama dalam penyelesaian laporan akhir ini. Semoga laporan ini dapat diterima oleh semua pihak dan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pihak yang memerlukannya.

Padang, Oktober 2012

Penulis

DAFTAR ISI COVER KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Kata Pengantar 1.2 Tujuan 1.3 Batasan BAB II TEORI DASAR 2.1 Definisi/Pengertian 2.2 Macam-macam Aliran Fluida 2.3 Konsep Dasar 2.4 Formula/Hukum BAB III KASUS 3.1 Permasalahan yang Sering Terjadi 3.2 Penyebab Masalah 3.3 Analisa 3.4 Cara atau Solusi Mengatasi Masalah BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan jaman, maka sektor industri dan teknik berkembang dengan pesat. Dan fluida berbentuk cairan (liquid) banyak digunakan pada bidang industri dan teknik. Misalnya dalam bidang industri fluida digunakan sebagai bahan pembuatan plastik, cairan pelumas pada sistem pelumasan, pembuatan lilin, dan lain sebagainya. Fluida sendiri pada dasarnya terdiri atas dua macam, yaitu cair dan gas. Dan fluida fase cair dibagi lagi menjadi dua karakteristik yaitu fluida Newtonian dan fluida non-Newtonian. Fluida Newtonian merupakan fluida yang perilakunya sesuai dengan hukum Newton, dalam hal ini contohnya adalah air, sedangkan fluida yang banyak digunakan pada bidang industri adalah fluida non-Newtonian. Dan salah satu fluida non-Newtonian yang digunakan adalah fluida sisko. Fluida adalah sub-himpunan dari fase benda, termasuk cairan, gas, plasma, dan padat plastik. Fluida memiliki sifat tidak menolak terhadap perubahan bentuk dan kemampuan untuk mengalir (atau umumnya kemampuannya untuk mengambil bentuk dari wadah mereka). Sifat ini biasanya dikarenakan sebuah fungsi dari ketidakmampuan mereka mengadakan tegangan dari sifat ini geser (shear stress) dalam ekuilibrium statik. menekankan

Konsekuensi

adalah hukum

Pascal yang

pentingnya tekanan dalam mengarakterisasi bentuk fluid. Dapat disimpulkan bahwa fluida adalah zat atau entitas yang terdeformasi secara berkesinambungan apabila diberi tegangan geser walau sekecil apapun tegangan geser itu. Fluid dapat dikarakterisasikan sebagai:

Fluida Newtonian Fluida Non-Newtonian

- bergantung dari cara "stress" bergantung ke "strain" dan turunannya.

2.2 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah mekanika fluida ini adalah : 1. Dapat mengetahui dan memahami pengertian dari Fluida.

2.

Dapat menganalisis masalah-masalah yang timbul dalam aliran fluida.

3.

Dapat mengetahui teknik-teknik dan prumusan-perumusan, serta perhitungan yang berhubungan dengan mekanika fluida.

3.1. Batasan Masalah Dalam pembuatan makalah mekanika fluida ini yang menjadi batasan masalahnya adalah : 1. 2. Masalah yang di bahas adalah aliran fluida pada pipa. Parameter yang bekerja pada sistem kesetimbangan pada aliran fluida adalah: Energi Dalam Fluida ( internal energy, U ) tersebut

a. Energi Kinetic (

m v2 ) 2 gc
mgz ) gc

b. Energi Potensial (

c. Energi Ekspansi ( pV ) d. Perpindahan Panas ( q ) e. Kerja ( work, W )

3. Permasalahan, pemecahan masalah, analisis, dll. Di aplikasikan terhadap mesin pompa. 4. Hukum/formula yang dibahas, hukum pascal, newton, archimedes.

BAB II TEORI DASAR 2.1. Definisi Fluida secara khusus didefinisikan sebagai zat yang berdeformasi terus menerus selama dipengaruhi suatu tegangan geser. Sebuah tegangan geser terbentuk apabila sebuah gaya tangensial bekerja pada sebuah permukaan. Apabila benda-benda padat biasanya seperti baja atau logam-logam lainnya dikenai oleh suatu tegangan geser, mula-mula benda itu akan berdeformasi (biasanya sangat kecil), tetapi tidak akan terus menerus berdeformasi (mengalir). Berbagai macam pengertian dari fluida diantaranya yaitu

Fluida adalah zat yang dapat mengalami perubahan bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser walaupun relatif kecil. Gaya geser adalah komponen gaya yang menyinggung permukaan dan jika dibagi dengan luas permukaan tersebut menjadi tegangan geser rata-rata pada permukaan itu. Fluida adalah benda yang dapat mengalami perubahan bentuk secara terus menerus karena gaya gesek yang bekerja terhadapnya.

Fluida merupakan zat yang dapat mengalir yang mempunyai partikel yang mudah bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Ketahanan fluida terhadap perubahan bentuk sangat kecil sehingga fluida dapat dengan mudah mengikuti bentuk ruang. Aliran fluida dalam pipa adalah Faktor yang berpengaruh terhadap aliran fluida dalam pipa adalah perkiraan besarnya kehilangan tekanan yang terjadi selama fluida mengalir 2.2 Macam macam Aliran Fluida Mekanika fluida adalah ilmu yang mempelajari tentang tipe-tipe aliran fluida dalam medium yang berbeda-beda. Aliran fluida terbagi atas beberapa kategori, dibagi berdasarkan sifat-sifat yang paling dominan dari aliran tersebut, atau berdasarkan jenis dari fluida yang terkait. Berdasarkan pergerakannya aliran fluida terdiri dari :

Steady Flow Steady flow merupakan suatu aliran fluida dimana kecepatannya tidak terpengaruh oleh perubahan waktu, sehingga kecepatan konstan pada setiap titik pada aliran tersebut. Non Steady Flow Non steady flow terjadi apabila ada suatu perubahan kecepatan pada aliran tersebut terhadap perubahan waktu. Uniform Flow Uniform flow merupakam aliran fluida yang terjadi besar dan arah dari vector-vektor kecepatan tidak berubah dari suatu titik ke titik berikutnya dalam aliran fluida tersebut. Non Uniform Flow Aliran ini terjadi jika besar dan arah vector-vektor kecepatan fluida selalu berubah terhadap lintasannya. Ini terjadi apabila luas penampang medium fluida juga berubah.

2.3. Konsep Dasar Faktor yang berpengaruh terhadap aliran fluida dalam pipa adalah perkiraan besarnya kehilangan tekanan yang terjadi selama fluida mengalir. Berikut ini merupakan upaya pemecahan terhadap hal tersebut, mulai dari pengembangan persamaan kesetimbangan energi sampai pada perkiraan kehilangan fluida baik pada aliran fluida satu fasa maupun multi-fasa. Persamaan dasar kehilangan tekanan pada sistem aliran fluida dalam pipa dikembangkan dari persamaan kesetimbangan energi, yang merupakan kesetimbangan energi dua titik di dalam satu sistem aliran, sebagaimana terlihat pada Gambar 3.4.

UA m v A2 2 gc m g zA gc p A VA Datum

T itik A + q

T itik B UB m vB2 2 gc m g zB gc p BVB

penambahan panas pada fluida

pompa -W Z1
kerja dari pompa pada fluida

Z2

Gambar 3.4. Sistem Aliran Fluida dalam Pipa 4) Gambar 3.4. menyatakan bahwa besarnya energi yang masuk ke dalam pipa pada titik A, ditambah dengan kerja yang dilakukan fluida sepanjang pipa antara titik A dan titik B, dikurangi dengan energi yang hilang selama fluida mengalir antara kedua titik tersebut sama dengan besarnya energi yang keluar dari pipa pada titik B. Pernyataan tersebut disebut juga hukum konversi energi 4), yang secara matematis dapat ditulis dengan persamaan berikut :

UA

m vA2 m g zA m vB2 m g z B p A VA q W U B p B VB 2 gc gc 2 gc gc
.................................... (3-22)

dimana : m = massa, lbm v = kecepatan, ft/sec p = tekanan, atm V = volume, cu ft q = laju alir, cu ft / sec g = percepatan gravitasi, ft/sec2 gc = konstanta konversi ( = 32,174 lbm ft / lbf sec2)

Parameter-parameter yang bekerja pada sistem kesetimbangan tersebut antara lain adalah : a. Energi Dalam Fluida ( internal energy, U ) Merupakan energi yang terbawa bersama dengan aliran fluida. Energi ini dapat berupa akumulasi energi-energi yang timbul akibat adanya pergerakan molekul fluida, baik itu energi putaran (rotational), perpindahan (translational), maupun energi getaran (vibrational).

m v2 b. Energi Kinetic ( ) 2 gc
Merupakan energi yang timbul berkaitan dengan kecepatan aliran fluida. c. Energi Potensial (
mgz ) gc

Merupakan energi yang berhubungan dengan perubahan ketinggian aliran fluida, dimana z merupakan besarnya ketinggian yang dihitung terhadap titik tertentu. d. Energi Ekspansi ( pV ) Sering juga disebut dengan energi kompresi atau energi tekanan, yaitu energi yang menunjukkan besarnya kerja selama fluida mengalir, atau besarnya energi potensial jika dihubungkan dengan perubahan tekanan. e. Perpindahan Panas ( q ) Merupakan parameter yang menyatakan besarnya energi panas yang masuk maupun yang meninggalkan sistem. f. Kerja ( work, W ) Menyatakan besarnya kerja yang dilakukan terhadap ataupun oleh sistem. Parameter W dapat berharga positif ataupun negatif, tergantung dari kedudukan kerja itu sendiri. Apabila kerja yang ada mengakibatkan aliran fluida, seperti halnya pada pompa, maka W berharga negatif. Sedangkan W akan berharga positif apabila kerja timbul karena adanya aliran fluida, seperti pada sistem turbin.

2.4 Hukum / Formula 2.4.1 Tekanan Fluida Gaya merupakan unsur utama dalam kajian mekanika benda titik. Dalam mekanika fluida, unsur yang paling utama tersebut adalah tekanan. Tekanan adalah gaya yang dialami oleh suatu titik pada suatu permukaan fluida persatuan luas dalam arah tegak lurus permukaan tersebut. Secara sistematis, tekanan p didefinisikan melalui hubungan. P =dF dA dimana dF adalah gaya yang dialami oleh elemen luas dA dari permukaan fluida. Satuan tekanan adalah N/m2 atau Pascal (Pa).

2.4.2 Hubungan Tekanan dan Kedalaman Dengan menggunakan Hukum Newton, p = po + gh, po adalah tekanan di permukaan. Dengan memahami bahwa tekanan pada kedalaman h disebabkan oleh tekanan udara luar dan juga oleh gaya (berat) cairan yang berada di atasnya, buktikan bahwa persamaan (3) di atas benar-benar diturunkan dari hukum newton! kita dapat menurunkan

persamaan yang menghubungkan tekanan dengan kedalaman fluida:

Gamabr 1. Tekanan pada kedalaman h.

Persamaan (3) menyatakan hubungan antara tekanan p dan kedalaman h. Hubungan ini juga menyatakan bahwa tempat-tempat yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama.

2.4.3 Kerapatan dan Berat Jenis Kerapatan (densitas) sutau benda, , didefinisikan sebagai massa per satuan volume: =m V (1)

dengan m adalah massa benda dan V adalah volume benda. Dengan demikian, Satuan Internasional untuk kerapatan adalah kg/m3, dan dalam cgs adalah g/cm3. Selain kerapatan, besaran lain yang sering digunakan dalam menangani persoalan fluida adalah berat jenis. Berat jenis suatu benda didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan benda tersebut terhadap kerapatan air pada suhu 40oC. Dengan demikian berat jenis merupakan besaran murni tanpa dimensi maupun satuan. 2.4.4 Hukum Archimedes Berat benda yang tenggelam di dalam fluida terasa lebih ringan daripada saat benda tersebut berada di luar fluida. Hal ini terjadi karena ada gaya apung ke atas yang dikerjakan oleh fluida. Gaya apung terjadi karena tekanan dalam sebuah fluida naik sebanding dengan kedalaman. Dengan demikian, tekanan ke atas pada permukaan bawah benda yang tenggelam lebih besar daripada tekanan ke bawah pada permukaan atas benda. Sehingga ada tekanan netto ke arah atas; tekanan inilah yang menjadi indikator keberadaan gaya apung. Sebuah balok melayang pada suatu tabung yang berisi fluida tertentu, seperti ditunjukan pada Gambar 3. Gaya apung didefinisikan sebagai selisih antara gaya ke atas yang dilakukan oleh fluida di bagian bawah benda dengan gaya ke bawah yang dilakukan oleh fluida di bagian atas benda. Berdasarkan perumusan buktikan bahwa besarnya gaya apung adalah gV FA = (5) tersebut,

Gambar 3. Gaya apung pada Fluida Berdasarkan Persamaan (5), gaya apung yang dialami kubus sama dengan

banyaknya fluida yang dipindahkan. Pernyataan ini dikenal sebagai hukum archimedes. Selengkapnya hukum archimedes mengatakan bahwa, "Setiap benda yang berada dalam suatu fluida, maka benda itu akan mengalami gaya keatas, yang disebut gaya apung, sebesar berat air yang dipindahkannya".

Bila gaya archimedes, FA sama dengan gaya berat W, FA = W, maka resultan gaya = 0 dan benda melayang . Bila gaya archimedes, FA>W maka benda akan terdorong keatas hingga mengapung di permukaan. Bila gaya archimedes, FA<W maka benda akan terdorong kebawah dan tenggelam sampai ke dasar fluida.

2.4.5 Hukum Pascal Hukum Pascal mengatakan bahwa, "tekanan pada suatu titik akan diteruskan kesemua titik lain secara sama". Artinya, bila tekanan pada suatu titik dalam zat cair ditambah dengan suatu harga, maka tekanan semua titik di tempat lain pada zat cair yang sama akan bertambah dengan harga yang sama pula.

Gambar 2. Hukum Pascal Dengan hukum ini, sebuah gaya yang kecil dapat digunakan untuk menghasilkan gaya yang besar dengan membuat luas penampang keluaran lebih besar daripada luas penampang masukan. Hal ini terjadi karena tekanan pada masukan dan keluaran akan sama pada ketinggian yang sama. Dengan demikian, akan diperoleh:

2.4.6 Persamaan Bernoulli Salah satu persamaan fundamental dalam persoalan dinamika fluida adalah persamaan Bernoulli. Persamaan ini memberi hubungan antara tekanan, kecepatan dan ketinggian pada titik-titik sepanjang garis alir. Penurunan persamaan Bernoulli dapat dilakukan dengan menggunakan hukum kekekalan energi, dalam hal ini kerja total (network) sama dengan perubahan energi mekanik total yaitu perubahan energi kinetik ditambah perubahan energi potensial. Fluida dinamika yang memenuhi hukum Bernoulli adalah fluida ideal yang karakteristiknya; mengalir dengan garis-garis arus atau aliran tunak, tak kompresibel dan tak kental.

Dengan menggunakan hukum kekekalan energi, dalam hal ini kerja total (net-work) sama dengan perubahan energi mekanik total, yaitu perubahan energi kinetik ditambah perubahan energi potensial,

Persamaan (10) biasa disebut sebagai Persamaan Bernouli.

BAB III KASUS

3.1 Permasalahan yang sering Terjadi

Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah aliran fluida pada pompa. Pompa adalah mesin konversi energi yang dipakai untuk memindahkan fluida inkrompresibel dari suatu tempat ke tempat lain dengan jalan memberikan energi fluida tersebut untuk mengatasi tahanan-tahanan yang ada. Pompa yang dipergunakan sebelumnya harus diketahui karakteristik pada kondisi kerja yang berbeda, dengan demikian dapat ditentukan batas-batas kondisi kerja dimana pompa tersebut bisa mencapai efisiensi maksimum. Hal ini perlu dilakukan karena pada kenyataannya sangat sulit memastikan performansi pompa pada kondisi kerja yang sebenarnya. Permasalahan yang sering terjadi pada suatu instalasi pompa adalah timbulnya kavitasi, yaitu timbulnya gelembung-gelembung dalam aliran fluida akibat penurunan tekanan sehingga tekanan tersebut dibawah tekanan uapnya.

3.2 Penyebab Masalah

Hal ini dapat terjadi karena tekanan statik fluida setempat menjadi lebih rendah dari tekanan uap cairan (pada suhu sebenarnya). Kemungkinan penyebabnya adalah jika fluida semakin cepat dalam kran pengendali atau disekitar impeler pompa. Bila pompa beroperasi pada tingkat yang berlebihan, tekanan hisap yang rendah akan dihasilkan pada sisi masuk pompa. Hal ini akan menyebabkan tekanan berkurang hingga kevakuman terjadi dan cairan berubah menjadi uap bila tekanan pada pipa lebih rendah daripada tekanan uap cairan. Aliran cairan kedalam pompa akan berhenti. Ini dikenal sebagai titik putus (breaking point) karena batas kapasitas pada tekanan sisi masuk ini telah dicapai. Pompa sedang mendekati kondisi operasi yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan.

Bila tekanan pada sisi masuk telah hampir mencapai titik penguapan, kantong uap akan membentuk gelembung pada sisi bawah baling impeler, dekat dengan dasarnya. Apabila gelembung begerak dari daerah bertekanan rendah pada sisi masuk kedaerah tinggi-tekan yang dekat ujung baling gelembung ini akan hilang sedemikian cepatnya sehingga cairan menumbuk baling-baling dengan gaya yang sangat besar, sering cukup besar untuk mencukil sebagian kecil impeler. Kerusakan ini umumnya disebut dengan bopeng (pitting) dan suara yang kedengaran diluar pompa selama kavitasi disebabkan oleh pecahnya gelembumg uap tersebut. Kavitasi itu sendiri tidak menyebabkan kerusakan. Walau demikian, bila kecepatan berkurang dan tekanan bertambah, uap akan menguap dan jatuh. Hal ini memiliki tiga pengaruh yang tidak dikehendaki: 1. Erosi permukaan baling-baling, terutama jika memompa cairan berbasis air. 2. Meningkatnya kebisingan dan getaran, mengakibatkan umur sil dan bearing menjadi lebih pendek. 3. Menyumbat sebagian lintasan impeler, yang menurunkan kinerja pompa dan dalam kasus yang ekstrim dapat menyebabkan kehilangan head total.

3.3 Analisa Masalah

Kami mengambil judul ini dengan harapan dapat mengetahui perbedaan alat uji kavitasi yang sudah dimodifikasi dengan alat uji sebelumnya. Tentunya membandingkan antara pemakaian venturi berbentuk tabung dengan pemakaian venture sebelumnya yang berbentuk persegi panjang. Hal yang dibandingkan khususnya adalah mengenai sisi tekanan, suhu dan debit air pada sistem alat penguji tersebut, dimana pada tekanan, suhu dan debit akan terjadi atau timbul kavitasi. Perbandingan ini tentunya dengan menggunakan bahan yang sama dengan percobaan sebelumnya, yaitu menggunakan air dan kerosin. Alat pengujian ini menggunakan sistem tertutup. Untuk pengujiannya dilakukan dengan kondisi tabung reservoir divakumkan dan fluida cair dipanaskan. Untuk dapat menghasilkan karakteristik pompa, instalasi pengujian harus dapat memberikan variasi kondisi kerja pada pompa yang diuji. Variasi

kondisi kerja dapat dilakukan dengan mengatur head dan debit yang dibangkitkan pompa. Dengan cara ini akan diketahui karakteristik pompa untuk setiap kondisi kerja. Data-data yang diperlukan untuk menentukan karakteristik pompa dapat diperoleh dengan beberapa pengukuran, sehingga diperoleh parameter-parameter sebagai berikut : 1. Head. 2. Debit. 3. Putaran pompa. 4. Suhu. 5. Tekanan. Dengan mengetahui jumlah putaran, daya, debit, dan head tertentu dari tiap-tiap pengukuran pada kondisi kerja yang berbeda, maka akan diketahui terjadinya Kavitasi.

3.4. Cara atau Solusi Mengatasi Masalah

Untuk dapat menghasilkan alat pengujian kavitasi yang diinginkan, maka instalasi pengujian harus dapat memberikan variasi kondisi kerja. Oleh karena itu, dalam pembuatan alat pengujian berpegang pada pembatasan masalah berikut : 1. Pompa yang dipilih adalah pompa sentrifugal jenis turbin. 2. Variasi kondisi kerja pada pengujian ini menggunakan variasi debit dan suhu air. 3. Pengamatan dilakukan sebelum masuk dan di dalam venture untuk mengetahui besarnya tekanan yang ditimbulkan. 4. Analisa perhitungan dilakukan pada venture, bagian pompa, dan sistem pemipaan.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari data alat uji kavitasi pompa dari fluida air sistem terbuka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Kondisi kavitasi terjadi ditandai dengan munculnya gelembung gelembung dalam aliran fluida dapat dilihat didalam venture dikarenakan warnanya yang transparan.

b. Kavitasi terjadi bila penurunan tekanan sampai dibawah tekanan uap jenuhnya dalam suatu aliran fluida yang mengalami penyempitan karena sebagian head tekanan diubah menjadi head kecepatan.

c. Semakin tinggi temperature dari suatu fluida maka akan mudah terjadi kavitasi ini dikarenakan tekanan uap cairan lebih rendah sehingga kerapatan dari fluida akan mengalami penurunan yang mempermudah fluida untuk menguap.

4.2 Saran

Dari perhitungan dan analisa data dari alat uji kavitasi dari fluida kerosin sistem tertutup dapat diberikan saran - saran sebagai berikut : a. Untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih baik maka hrus diperhatikan hal hal sebagai berikut : Pengujian yang dilakukan meggunakan alat uji kavitasi ini harus sesuai prosedur langkah langkah pengujian yang benar. Pengambilan data dari pengujian alat uji kavitasi ini harus dengan pengamatan yang seteliti mungkin. b. Data dan analisa alat uji kavitasi ini semoga dapat menjadi acuan dalam perencanaan instalasi pompa untuk menghindari terjadinya kavitasi dengan memperhatikan hal hal sebagai berikut :

Diusahakan agar tidak ada suatu bagian instalasi pompa dari aliran fluida yang mempunyai tekanan yang lebih rendah dari tekanan uap jenuh fluida pada temperature yang tinggi. Ketinggian letak pompa terhadap permukaan fluida yang dihisap harus dibuat serendah mungkin agar head isap statis lebih rendah. Pajang pipa instalasi harus dibuat sependek mungkin dan pemilihan kekasaran pipa untuk mengefisienkan kerugian gesek. Tidak dibenarkan untuk memperkecil kapasitas aliran dengan menghambat aliran fluida dalam instalasi karena akan menjadi drag dan

mempengaruhi kapasitas pompa. d. Dalam pembutan venturi harus secermat mungkin karena bias mempengaruhi tekanan dan faktor gesekan yang terjadi dalam percobaan.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Fluida http://nationalinks.blogspot.com/2009/03/definisi-fluida.html Munson, Bruce R. et. al. 2004. Mekanika Fluida. Edisi Keempat Harinaldi dan Budiarso, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Fundamental of Fluid Mechanics. Fisika Dasar, Mekanika Fluida, Sabar Nurohman, UNY Analisa Aliran Fluida Pada Pipa Spiral Dengan Variasi Diameter Menggunakan Metode Computational Fluid Dinamics (CFD) Dr., Ir. Ahmad Indra. S *), Ridwan. ST.,MT *), Irwan Setiawan **) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Depok, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai