Anda di halaman 1dari 15

TUGAS 4

BANGKITAN, SEBARAN, PEMILIHAN MODA, DAN


PEMILIHAN RUTE

DOSEN PENGAMPU:
MUHAMMAD SOFWAN, S.T., M.T

OLEH :
ZULKHAIRY
(173410653)

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2019/2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambahan penduduk yang meningkat dapat menaikan kebutuhan akan tempat


tinggal, sarana atau keperluan kota, serta transportasi dan komunikasi. Semua peningkatan
tersebut membutuhkan ruang guna menampung kegiatan-kegiatan penduduk dalam ruang
perkotaan yang terbatas. Keterbatasan lahan perkotaan menyebabkan harga lahan di
perkotaan meninggi, terutama di pusat kota menjadi mahal, akibatnya kegiatan-kegiatan
perkotaan banyak bermunculan di pinggiran kota, lalu terjadi perluasan kota. Namun
demikian, perluasan kota yang tidak diikuti dengan pengembangan infrastruktur, dapat
mengakibatkan timbulnya permasalahan-permasalahan, salah satunya adalah masalah
transportasi.

Sejalan dengan meningkatnya kepadatan penduduk perkotaan, maka jumlah


perjalananpun juga semakin meningkat. Apabila peningkatan tersebut tidak diikuti dengan
penambahan jalan, akan mengakibatkan terjadinya ketimpangan antara penyediaan dan
permintaan di bidang transportasi. Untuk mengantisipasi kebutuhan dan memperhitungkan
beban, diperlukan studi lebih lanjut mengenai bangkitan pergerakan dan sebaran pergerakan.
Banyaknya pergerakan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, pendapatan, pemilihan moda
atau kendaraan, jumlah penduduk, serta pemilihan rute tujuan penduduk.

Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan kota, jalan-jalan utamanya


telah mengubah lahan pertanian di sepanjang jalan menjadi lahan terbangun. Munculnya
lahan terbangun tersebut akan menambah jumlah pergerakan yang dapat mengganggu arus
lalu lintas yang kemudian dapat menurunkan tingkat pelayanan jalan. Penurunan tingkat
layanan tersebut berlangsung pada macetnya lalu lintas jalan, terutama pada saat jam puncak
pagi maupun sore. Adanya pergerakan penghuni perumahan dapat mengganggu arus lalu
lintas yang kemudian dapat berpengaruh pada tingkat pelayanan jalan utama di perkotaan.

Menurunnya tingkat pelayannan jalan menjadikan pergerakan masyarakat terhambat


sehingga dapat berdampak dalam berbagai aspek seperti dalam bidang ekonomi, politik,
sosial, pendidikan, budaya, dan lainnya. Untuk itu, pemerintah harus serius menyikapi
permasalahan di bidang transportasi. Dengan menggambarkan pola pergerakan pada saat ini,
pemerintah bisa memprediksi pertumbuhan di masa yang akan datang dalam memperbaiki
sistem transportasi wilayah tersebut.

Dalam mengatasi masalah transportasi, perlu adanya perencanaan suatu sistem


transportasi yang terencanan, baik dalam jangka waktu panjang (25 tahun), menengah (10
tahun), maupun jangka pendek (5 tahun). Dalam melakukan perencanaan, biasanya para ahli
menggunakan berbagai pendekatan dan metode analisa. Salah satu metode analisa
transportasi yang paling umum digunakan di dunia adalah 4 tahap model transportasi (four
stage transportation model). Metode ini mengaitkan interaksi antara sistem kegiatan (tata
guna tanah) dengan sistem jaringan dan sistem pergerakan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa itu bangkitan pergerakan ?


2. Apa itu sebaran pergerakan ?
3. Apa itu pemilihan moda transportasi ?
4. Apa itu pemilihan rute ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Memahami apa itu bangkitan pergerakan


2. Memahami apa itu sebaran pergerakan
3. Memahami dampak pemilihan moda dalam transportasi
4. Memahami dampak pemilihan moda dalam transportasi
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Bangkitan Pergerakan

Dalam metode analisa mengenai perencanaan transportasi, yang paling umum dikenal
ialah 4 tahap model transportasi. Model ini mengaitkan antara satu sama lain dengan tata
guuna lahan. Adapun isi dari 4 tahap model transportasi ini ialah bangkitan/tarikan
pergerakan, sebaran/distribusi pergerakan, pemilihan moda transportasi, dan pemilihan rute.
Untuk melakukan analisis dengan menggunakan model ini, perlu diprediksi atau mengetahui
pola tata guna lahan untuk masa yang akan datang, yang menggambarkan kegiatan manusia
di daerah tersebut.

Penelaahan bangkitan perjalanan merupakan hal yang penting dalam proses


perencanaan perangkutan, karena dengan mengetahui bangkitan perjalanan, maka
jumlah perjalanan tiap trip zona pada masa yang akan datang dapat diperkirakan. Bangkitan
perjalanan adalah banyaknya perjalanan yang ditimbulkan oleh suatu zona atau daerah
per satuan waktu. Waktu perjalanan bergantung pada kegiatan kota, karena penyebab
perjalanan adalah adanya kebutuhan manusia untuk melakukan kegiatan dan
mengangkut barang kebutuhannya.

Setiap suatu kegiatan pergerakan mempunyai zona asal dan tujuan, dimana asal
merupakan zona yang menghasilkan perilaku pergerakan, sedangkan tujuan adalah zona
yang menarik pelaku kelakukan kegiatan. Jadi terdapat dua pembangkit perjalanan, yaitu :

1. Trip Production : jumlah perjalanan yang dihasilkan suatu zona


2. Trip Attraction : jumlah perjalanan yang ditarik oleh suatu zona

Trip production digunakan untuk menyatakan bangkitan perjalanan zona dan trip
attraction digunakan untuk menyatakan bangkitan perjalanan pada saat sekarang, sehingga
dapat digunakan untuk melakukan prediksi di masa mendatang. Berikut ilustrasi gambar
mengenai trip production dan trip attraction:
Gambar 1 : Trip Attraction Dan Trip Production

Selain itu, menurut Willumsen (1990) bangkitan juga dipengaruhi oleh jenis-jenis
perjalanan, klasifikasi pergerakan, dan factor lain yang mempengaruhi jumlah pergerakan.
1. Berikut beberapa definisi yang dapat membantu dalam menjelaskan jenis-jenis
perjalanan:
 Perjalanan didefinisikan sebagai suatu perjalanan satu arah dari titik asal
ke titik tujuan. Biasanya diprioritaskan pada perjalanan yang menggunakan
moda kendaraan bermotor.
 Perjalanan Home-Based, yaitu perjalanan yang menunjukkan bahwa rumah
dan pembuat perjalanan merupakan sal dan tujuan dari perjalanan.
 Perjalanan Non Home-Based, yaitu suatu perjalanan yang menunjukkan bahwa
salah satu tujuan dari perjalanan bukanlah rumah pelaku perjalanan.
 Produksi perjalanan (Trip Production), merupakan perjalanan yang
didefinisikan sebagai awal dan akhir dari sebuah perjalanan Home-Based
atau sebagai awal dari sebuah perjalanan Non Home-Based.
 Tarikan perjalanan (Trip Attraction), perjalanan ini didefinisikan sebagai
perjalanan yang tidak berakhir di rumah bagi perjalanan yang bersifat Home-
Based atau sebagai tujuan dari suatu perjalanan Non Home-Based.
 Bangkitan perjalanan (Trip Generation), didefinisikan sebagai total jumlah
perjalanan yang ditimbulkan oleh rumah tangga dalam suatu zona, baik Home
Basedmaupun Non Home-Based.

2. Klasifikasi pergerakan terdiri dari:


 Maksud perjalanan, dalam kasus perjalanan Home-Based, terdapat lima
kategori tujuan pergerakan, yatiu pergerakan kerja, pergerakan sekolah,
pergerakan belanja, pergerakan sosial dan rekreasi, serta pergerakan
lainnya.
 Karakteristik Orang, klasifikasi lainnya adalah prilaku perjalanan individu.
Prilaku ini dipengaruhi oleh karakteristik sosial dan ekonomi. Kategori
yang digunakan adalah tingkat pendapatan, pemilikan mobil, ukuran rumah
tangga (jumlah anggota keluarga).

3. Faktor–faktor yang mempengaruhi jumlah pergerakan menurut beberapa literature


adalah :
 Faktor-faktor yang biasanya diusulkan untuk pertimbangan dalam
beberapa studi perjalanan rumah tangga adalah pendapatan, pemilikan
mobil, struktur rumah tangga, ukuran rumah tangga (Willumsen, 1990:116).
 Faktor yang mempengaruhi produksi pergerakan adalah kondisi sosial
ekonomi, seperti banyaknya anggota keluarga yang bekerja dan
penghasilan keluarga, pola guna lahan dan pembangunan, serta daya
hubung (Daniel & Warners, 1980 :187-188).
 Faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan adalah tipe rumah, luas
perumahan, jumlah unit rumah, dan ketersediaan fasilitas sosial di dalam
perumahan.

2.2 Sebaran Pergerakan

Bagian ini merupakan tahapan permodelan yang memperkirakan sebaran pergerakan


yang meninggalkan suatu zona atau yang menuju suatu zona. Meskipun demikian, trip
distribution sering disebut dengan production-attraction pairs dibandingkan origin-
destination pairs. Model distribusi ini merupakan suatu pilihan jalan menuju destinasi yang
diinginkan, biasanya direpresentasikan dalam bentuk garis keinginan (desire line) atau dalam
bentuk matriks asal tujuan (MAT). Pola distribusi lalu lintas antara zona asal dan tujuan
adalah hasil dari dua hal yang terjadi secara bersamaan yakni lokasi dan intensitas tata guna
lahan dan interaksi antara 2 buah tata guna lahan. Tahap 2 ini juga menentukan apakah tipe
penghubung tersebut terpusat satu jalur atau tersebar. Biasanya faktor paling menentukan dari
trip distribution adalah spatial separation dan biaya. Tata guna tanah cenderung menarik lalu
lintas dari tempat yang lebih dekat dibandingkan dengan tempat yang jauh.
Dalam Matriks Asal-Tujuan, digunakan 2 metode yakni metode konvensional dan
metode analogi. Metode analogi ialah metode dengan data yang bersumber dari Informasi
Arus Lalu Lintas. Sedangkan metode konvensional ialah metode dengan data yang bersumber
dari lapangan.

1. Metode Konvensional, dibagi menjadi metode langsung dan tidak langsung.


 Metode Langsung, Pada pendekatan ini, tergantung pada hasil dari
pengumpulan data disaat survei lapangan. Misalnya saat proses wawancara
yang kadang dapat mengganggu pengguna jalan dan menimbulkan tundaan
lalulintas, serta kendala waktu dan biaya yang juga dapat membatasi jumlah
wawancara sehingga terjadinya kekurangan data yang diperoleh, serta tibulnya
ketidaksesuaian antara kejadian asli dengan sampel tidak bisa mencapai 100%.
Adapun beberapa teknik dalam mengumpulkan data ialah:
 Wawancara di Tepi Jalan. Pada survey ini, biasanya dilakukan pada
lokasi inlet dan outlet dari daerah kajian yang memiliki batas wilayah
tertentu. Untuk kasus transportasi barang antarkota, survei ini sangat
berguna. Data dikumpulkan dengan mewawancarai pengendara di
jalan. Wawancara meliputi pertanyaan mengenai zona asal dan tujuan
pergerakan, jenis barang yang diangkut, beban muatan, dan lain-lain.
Survei lainnya kadang-kadang menanyakan hal yang bersangkutan
dengan jenis kendaraan, misalnya jenis kendaraan dan kapasitas
angkutnya. Jumlah wawancara pada setiap lokasi harus ditentukan
berdasarkan jumlah sampel yang diambil.
 Wawancara di Rumah. Untuk wawancara ini, sangat efektif jika
digunakan untuk mendapatkan informasi terkait arus lalulintas
menerus, tetapi tidak efektif untuk mendapatkan informasi lalu lintas
yang terjadi dan bergerak hanya di dalam daerah kajian (internal).
Karena pergerakan internal susah dideteksi, dimana semakin besar
suatu kota, maka semakin besar pula persentase lalu lintas interalnya.
Wawancara di rumah adalah jenis survey asal-tujuan yang terbaik
untuk daerah perkotaan dan merupakan bagian terpenting dalam
kebanyakan kajian transportasi. Tidak seperti wawancara di tepi jalan,
tujuan wawancara di rumah tidak hanya untuk mendapatkan informasi
MAT, tetapi juga untuk mendapatkan beberapa data statistik lainnya.
 Metode Menggunakan Bendera. Metode ini membutuhkan beberapa
pengamat yang mengambil posisi pada beberapa pengamat yang
mengambl posisi pada beberapa lokasi inlet dan outlet daerah kajian.
Beberapa jenis tanda pengenal digunakan untuk mengidentifikasi
kendaraan, misalnya stiker. Biasanya stiker tersebut bernomor dan
berwarna yang ditempelkan pada kendaraan di setiap lokasi masuk dan
kemudian kendaraan tersebut dicatat pada beberapa lokasi tertentu dan
pada lokasi keluar. Nomor pelat mobil sering juga digunakan untuk
menggantikan stiker dan mempunyai keuntungan, yaitu tidak
mengganggu perjalanan. Untuk daerah kajian yang kecil, hal lain yang
dapat dilakukan adalah meminta pengendara, pada saat masuk,
menyalakan lampunya dalam selang waktu tertentu. Pengamat pada
beberapa lokasi mencatat jumlah kendaraan yang lampunya menyala
dalam selang waktu itu. Proses ini dilakukan secara berulang pada
beberapa lokasi masuk dalam beberapa hari. Metode ini hanya dapat
dilakukan pada siang hari dan hanya baik untuk daerah kajian yang
kecil saja.
 Metode Foto Udara. Metode ini menggunakan beberapa foto udara di
daerah kajian yang diambil dari helikopter yang terbang pada
koordinat dan ketinggian tertentu. Proses pengumpulan data cukup
cepat dan tidak mahal jika dibandingkan dengan metode alternatif
lainnya, tetapi proses selanjutnya membutuhkan dana cukup besar.
Metode ini membutuhkan informasi mengenai setiap foto yang
berurutan pengambilannya untuk menentukan pergerakan setiap
kendaraan dengan bantuan alat digitasi. Keuntungan metode ini adalah
terjaminnya kontrol kualitas foto udara dan foto dapat digunakan untuk
kebutuhan lain. Akan tetapi, tentu ada batasan mengenai ukuran daerah
kajian yang bisa diambil. Metode ini semakin baik jika proses
identifikasi kendaraan dapat dilakukan secara otomatis. Secara teori,
100% sampel bisa didapat dengan menggunakan metode ini, tetapi
secara praktis, persentase sampel yang didapat hampir sama dengan
jika kita menggunakan survei wawancara di jalan.
 Metode Mengikuti-Mobil. Dalam metode ini, membutuhkan adanya
pengamat yang bertugas mengikuti pergerakan endaraan (biasanya
dengan menggunakan kendaraan lain) di dalam daerah kajian dengan
cara mencatat pergerakan kendaraan pada beberapa lokasi tertentu
dalam suatu jaringan jalan. Metode ini lebih murah dibandingkan
dengan metode lainnya, tetapi membutuhkan manajemen yang baik
dalam proses pengumpulan dan analisis data
 Metode tidak langsung, Permodelan adalah penyederhanaan realita, dimana
penyederhanaan tersebut dilakukan dengan menggunakan suatu sistem dalam
bentuk unsur atau faktor yang dapat dipertimbangkan memiliki kaitan dengan
situasi yang hendak digambarkan. Proses perencanaan transportasi karena
kebutuhan akan pergerakan baik pada masa sekarang maupun pada masa
mendatang berpengaruh besar pada kebijakan transportasi dan kebutuhan akan
sistem jaringan. Model yang baik harus bisa menggambarkan semua faktor
yang mewakili perilaku manusia. Akan tetapi, kemampuan pemodelan yang
dibatasi waktu dan biaya menyebabkan tidak bisa dihasilkannya model yang
lengkap. Beberapa prosedur matamatis yang telah dikembangkan dalam model
tidak langung ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian utama (Davinroy
et al, 1963 dan Bruton, 1981) tergantung dari jenis data yang digunakan dan
cara kita menggunakannya, yaitu:
 Metode analogi : dalam hal ini suatu nilai tingkat pertumbuhan
digunakan pada pergerakan pada saat sekarang untuk mendapatkan
pergerakan pada masa mendatang
 Metode sintetis : dalam hal ini harus dilakukan usaha untuk memodel
hubungan atau kaitan yang terjadi antarpola pergerakan. Setelah
pemodelan hubungan atau kaitan tersebut didapat, kemudian
diproyeksikan untuk mendapatkan pola pergerakan pada masa
mendatang.
2. Beberapa metode telah dikembangkan oleh para peneiti, dan setiap metode berasumsi
bahwa pola pergerakan pada saat sekarang dapat diproyeksikan ke masa mendatang
dengan menggunakan tingkat pertumbuhan zona yang berbeda-beda. Semua metode
mempunyai persamaan umum seperti berikut:

𝑇𝑖𝑑 = 𝑡𝑖𝑑 . 𝐸

 Tid = pergerakan pada masa mendatang dari zona asal i ke zona tujuan d
 tid = pergerakan pada masa sekarang dari zona asal i ke zona tujuan d
 E = tingkat pertumbuhan

Metode analogi dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu metode tanpa-
batasan, metode dengan-satu-batasan, dan metode dengan-dua-batasan.

 Metode Tanpa-Batasan, merupakan metode tertua dan paling sederhana.


Dimana dalam metode ini, diasumsikan bahwa untuk keseluruhan daerah
kajian hanya ada satu nilai tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk
mengalihkan semua pergerakan pada saat sekarang untuk mendapat
pergerakan pada masa mendatang. Metode ini tidak menjamin bahwa total
pergerakan yang dibangkitkan dari setiap zona asal dan total pergerakan
yang tertarik ke setiap zona tujuan akan sama dengan total bangkitan dan
tarikan yang diharapkan pada masa mendatang. Secara matematis dapat
dijelaskan sebagai berikut:

Tid = tid .E
𝑇
𝐸=
𝑡
T = total pergerakan pada masa mendatang di dalam daerah kajian
t = total pergerakan pada masa sekarang di dalam daerah kajian
 Metode Dengan-Satu-Batasan. Terdapat dua jenis metode, yaitu metode
dengan-batasan-bangkitan dan metode dengan-batasan-tarikan.
 Metode dengan-batasan-bangkitan
Metode ini digunakan jika informasi yang tersedia adalah perkiraaan
bangkitan pergerakan pada masa mendatang, sedangkan perkiraan tarikan
pergerakan tidak tersedia atau dapat juga tersedia tetapi dengan tingkat
akurasi yang rendah.
 Metode dengan-batasan-tarikan
Metode ini digunakan jika informasi yang tersedia adalah perkiraan
bangkitan pergerakan tidak tersedia atau dapat juga tersedia tetapi
akurasinya rendah.
 Metode Dengan-Dua-Batasan. Terdapat empat buah metode yang telah
dikembangkan sampai saat ini yang pada umumnya mencoba mengatasi
kekurangan yang ada pada metode sebelumnya, yaitu permasalahan
batasan bangkitan dan tarikan pergerakan. Keempat metode tersebut
adalah:
 Metode rata-rata. Merupakan suatu metode atau usaha pertama
untuk mengatasi adanya tingkat mertumbuhan daerah yang
berbeda-beda. Metode ini menggunakan tingkat pertumbuhan yang
berbeda untuk setiap zona yang dapat dhasilkan dari peramalan tata
guna lahan dan bangkitan lalulintas.
 Metode Fratar (Fratar 1954), mengembangkan metode yang
mencoba mengatasi kekurangan metode seragam dan metode rata-
rata. Asumsi dasar metode ini adalah sebaran pergerakan dari zona
asal pada masa mendatang sebanding dengan sebaran pergerakan
pada masa sekarang dan sebaran pergerakan pada masa mendatang
dimodifikasi dengan nilai tingkat pertumbuhan zona tujuan
pergerakan tersebut.
 Metode Detroit. Metode ini dikembangkan bersamaan dengan
pelaksanaan pekerjaan Detroit Metropolitan Area Traffic Study
dalam usaha mengatasi kekurangan metode sebelumnya dan
sekaligus mengurangi waktu operasi komputer.
 Metode Furness (Furness 1965). Metodenya sangat sederhana dan
mudah digunakan. Dimana pada metode ini, sebaran pergerakan
pada masa mendatang didapatkan dengan mengalikan sebaran
pergerakan pada saat sekarang dengan tingkat pertumbuhan zona
asal atau zona tujuan yang dilakukan secara bergantian.

2.3 Pemilihan Moda

Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang akan
menggunakan setiap moda. Proses ini dilakukan untuk mengetahui atribut dan variabel-
variabel yang mempengaruhi pelaku perjalanan untuk pemilihan moda.Pemilihan moda juga
sangat dipengaruhi oleh variabel demand adalah yang berkaitan dengan kondisi sosio-
ekonomi pelaku perjalanan dan variabel supply berkaitan dengan tingkat pelayanan yang
diberikan oleh moda transportasi tersebut.

Setelah adanya bangkitan dan pemilihan tipe distribusi, tahapan model transportasi
selanjutnya adalah memilih bagaimana interaksi dari production dan attraction itu dilakukan.
Pemilihan moda transportasi bergantung dari tingkat ekonomi dari pemilik tata guna lahan
dan biaya transportasi dari moda angkutan. Orang dengan ekonomi tinggi cenderung memilih
mode angkutan pribadi dibandingkan mode angkutan umum. Jika terdapat lebih dari satu
moda, moda yang dipilih biasanya yang memiliki rute terpendek, tercepat atau termurah, atau
kombinasi ketiganya.

Aspek yang menjadi pertimbangan umum pelaku perjalanan dalam menentukan


pilihan moda angkutan adalah sebagai berikut:

1. Aspek sosial ekonomi pelaku perjalanan.


2. Aspek tingkat pelayanan yang diberikan oleh moda angkutan yang ada

2.4 Pemilihan Rute

Pemodelan pemilihan rute dibuat untuk tujuan menentukan jumlah pergerakan yang
berasal dari zona asal i ke zona tujuan d dengan menggunakan rute r (Tidr) dari jumlah total
pergerakan yang terjadi antara setiap zona asal i ke zona tujuan d (Tid). Konsep pemodelan
pemilihan rute pada sudut pandang analisis jaringan adalah analisis kebutuhan-sediaan sistem
transportasi (pembebanan).

Faktor yang dapat mempengaruhi pengguna jalan dalam melakukan pemilihan rute,
antara lain: waktu tempuh, jarak, biaya (bahan bakar dan lainnya), kemacetan dan antrian,
jenis manuver yang dibutuhkan, jenis jalan raya (jalan tol, arteri), pemandangan, kelengkapan
rambu dan marka jalan, serta kebiasaan. Model pemilihan rute dapat dikatakan ideal jika
mengakomodasi semua faktor yang mempengaruhi prilaku pengguna jalan dalam melakukan
pemilihan rute. Tetapi jika mempertimbangkan semua faktor pengaruh yang ada maka model
akan menjadi rumit dan tidak praktis dalam penggunaannya. Dengan alasan pertimbangan
kepraktisan dalam pemodelan pemilihan rute maka faktor yang sering dipertimbangkan
sebagai biaya adalah waktu tempuh. Pendekatan lainnya adalah dengan menggunakan dua
faktor utama, yaitu biaya pergerakan dan nilai waktu. Biaya pergerakan dianggap
proporsional dengan jarak tempuh.

Faktor penentu utama dalam pemilihan rute terdiri dari: waktu tempuh, nilai waktu
dan biaya perjalanan.

1. Waktu Tempuh. Adalah waktu total perjalanan yang diperlukan, termasuk


berhenti dan tundaan, dari suatu tempat ke tempat lain melalui rute tertentu.
2. Nilai Waktu. Adalah nilai waktu perjalanan. Salah satu hasil usaha
pendefinisiannya adalah sejumlah uang yang disediakan seseorang untuk
dikeluarkan (atau dihemat) untuk menghemat satu unit waktu perjalanan.
3. Biaya perjalanan dapat dinyatakan dalam bentuk uang, waktu tempuh, jarak,
atau kombinasi ketiganya yang biasa disebut biaya gabungan. Semua biaya
dari setiap ruas jalan, dapat ditentukan rute terbaik yang dapat dilalui pada
jaringan jalan tersebut. Tetapi, sebenarnya persepsi setiap pengendara terhadap
biaya perjalanan berbeda-beda sehingga sukar menjabarkan perbedaan ini ke
dalam bentuk pemilihan rute yang sederhana.
BAB 3

KESIMPULAN

Dalam menciptakan sistem transportasi yang baik, pemerintah harus menyiapkan


berbagai aspek-aspek guna menunjang perencanaan sistem transportasi yang lebih baik di
masa yang akan datang. Perencanaan transportasi dapat dilakukan dengann beberapa model.
Namun, umumnya menggunakan empat tahap model transportasi. Dalam 4 tahapan ini,
pemerintah pada mulanya harus mengetahui pola guna lahan di daerah tersebut. Karena
pergerakan selalu dimulai dari zona tata guna lahan yang satu ke zona tata guna lahan yang
lainnya.

Tahap pertama adalah peramalan pola tata guna lahan untuk masa mendatang,
yang menggambarkan kegiatan manusia melalui jumlah setiap kegiatan pada daerah
yang lebih kecil yang disebut zona.

Tahap kedua ialah dengan dasar tersebut perjalanan yang berasal dan menuju ke
setiap zona akan diperkirakan, dimana cara ini disebut analisis pembangkit perjalanan (Trip
Generation).

Kemudian tahap ketiga ialah tempat asal perjalanan dikaitkan dengan dengan
beberapa tempat tujuan yang berbeda-beda, yang biasa disebut distribusi perjalanan (Trip
Distribution).

Apabila tempat asal dan tujuan diketahui, maka berbagai moda alternatif
dapat diperbandingkan untuk menentukan kemungkinan moda perjalanan (Modal Split)
serta memilih rute tertentu yang akan digunakan, yang disebut penentuan lalu lintas
(Trip Assigment)
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.maranatha.edu/index.php/jts/article/view/1274/959

https://makeyousmarter.blogspot.com/2015/09/analisis-model-4-tahap-
perencanaan_15.html

https://zainurrahman29.blogspot.com/2016/10/model-pemilihan-moda-
transportasi_97.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Distribusi_perjalanan

http://alficivilenginering.blogspot.com/2017/05/pemilihan-rute-studi-kasus-di.html

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/53302

Anda mungkin juga menyukai