Anda di halaman 1dari 12

Analisis Penyebab Kemacetan transportasi dan Dampaknya terhadap Kerugian

Ekonomi di Kota Tangerang, Provinsi Banten

Siska Dwi Yanti


Prodi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Negeri Malang
Email : Siskady.siska@gmail.com

Abstrak
Kota Tangerang merupakan salah satu wilayah perkotaan di Provinsi
Banten yang padat lalu lintasnya dimana jumlah kendaraan terus mengalami
peningkatan tiap tahunnya. Penyebab Kemacetan di Kota Tangerang adalah
banyaknya pendatang yang tinggal di wilayah Kota, ruas jalan yang sempit,
perkembangan infrastruktur tidak tertata, banyaknya kawasan industri dan
pembelanjaan, serta banyaknya warga Kota Tangerang kurang menggunakan
transportasi umum. Akibat dari kemacetan ini yaitu waktu tempuh perjalanan
semakin bertambah sehingga menyebabkan pemborosan penggunaan bahan
bakar minyak (BBM).
Permasalahan ini diteliti menggunakan analisis kuantitatif dengan
metode Pendekatan deskriptif hasil yang ditemukan adalah didapatkan
kerugian dalam pemakaian BBM setiap minggunya yang sebesar
Rp.60.000/Mobil dan Rp.15.000/Motor. Dan untuk kerugian dalam segi waktu
didapatkan waktu selama 11,42 menit/mobil dan 7,2 menit/motor dalam
mencapai tujuan para pengguna jalan. Pendapatan yang hilang akibat
kemacetan dari seorang pengguna jalan adalah Rp.3.549,16. Total hilangnya
potensi ekonomi dari segi waktu akibat kemacetan di Kota Tangerang adalah 3
Triliun per hari. Terkait dengan kenyamanan, diperoleh hasil pada kategori
tinggi, yang berarti bahwa tingkat kenyamanan pengguna jalan dikatakan
rendah , mengindikasikan bahwa besar pengguna jalan merasakan stress saat
mereka terjebak dalam kemacetan di Kota Tangerang.

Kata kunci : Kemacetan, BBM, Transportasi, Jalan, Ekonomi, lalu lintas

A. Pendahuluan
Kota Tangerang merupakan sebuah kota yang terletak di Provinsi
Banten dengan jumlah penduduk sebanyak lebih dari 5 juta jiwa. Secara
geografis, Kota Tangerang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tangerang
di sebelah utara dan barat, Provinsi DKI Jakarta di sebelah timur, dan Kota
Tangerang Selatan di sebelah selatan. Luas wilayah Kota Tangerang tercatat
sebesar 164,55 km atau sekitar 1,59 persen dari luas Provinsi Banten dan
merupakan wilayah yang terkecil kedua setelah Kota Tangerang Selatan. Jarak
antara Kota Tangerang dengan Kota Serang sebagai ibukota Provinsi Banten
tercatat sekitar 65 km.
Transportasi di Kota Tangerang tidak lepas dari kepadatan yang
menyebabkan kemacetan pada wilayah pemukiman penduduk. Oleh sebab itu,
kemacetan menjadi suatu keadaan yang menghambat akibat banyaknya
kendaraan melebihi kapasitas infrastruktur jalan yang tersedia. Kemacetan lalu
lintas merupakan salah satu masalah yang dihadapi di wilayah Kota Tangerang
dan situasi ini diperkirakan akan makin memburuk jika tidak ada perbaikan atau
penanganan yang dilakukan pada sistem transportasi yang telah ada. Dan juga
akan sangat merugikan pengguna jalan raya terutama untuk pemborosan
bahan bakar minyak. Kerugian yang disebabkan dari kemacetan meliputi
kerugian financial seperti terbuangnya bahan bakar minyak lalu kerugian dari
aspek waktu yang terbuang sia-sia akibat kemacetan dan kerugian lain seperti
pengaruh buruk bagi kesehatan akibat polusi udara yang ditimbulkan oleh gas
dari pembuangan berbagai kendaraan dijalan raya. Hal ini jelas merugikan bagi
para pengguna jalan dan pengguna transportasi umum.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab kemacetan Kota Tangerang serta bagaimana dampaknya terhadap
kerugian ekonomi dan lingkungan masyarakat di Kota Tangerang. Manfaat dari
artikel ini adalah bisa dijadikan sebagai bahan masukan terhadap instansi
terkait, untuk perencanaan kedepan menjadi lebih baik dan sebagai bahan
pertimbangan bagi para pengambil kebijakan di bidang infrastruktur jalan
khususnya di wilayah Kota Tangerang.

B. Eksplorasi Kasus
Permasalahan Kemacetan Kota Tangerang ini sudah sering kerap
terjadi yaitu pada jalan yang menghubungkan antara Kota Tangerang Selatan
dengan Provinsi D.K.I Jakarta serta jalan yang menghubungkan antara Kota
Tangerang dengan kota bogor dan jalan-jalan rawan kemacetan lainnya.
Berikut ini adalah peta yang menggambarkan posisi Kota DKI Jakarta dengan
kota-kota disekitarnya:
Gambar 1.1
Peta Lokasi Kawasan Jabodetabek

Sumber : Bappeda Provinsi Banten


Gambar 1.1 menjelaskan bahwa kota kota terdekat yang akan menjadi
pilihan bagi kaum para pekerja atau komuter untuk tinggal ialah Kota Depok,
Kota Bekasi serta yang paling mayoritas adalah Kota Tangerang dan Kota
Tangerang Selatan.
Kawasan ini merupakan peri urban kota Jakarta dan menjadi tempat
tinggal asal pekerja. Penggunaan lahan di Kota Tangerang ini sangat variatif,
seperti Lahan perindustrian, perusahaan - perusahaan besar dan juga tempat
pusat perbelanjaan. Berkembangnya kegiatan perkotaan juga menyebabkan
mobilitas penduduk yang tentunya semakin padat dan menyebabkan adanya
kemacetan lalu lintas kendaraan beroda empat maupun berdoa dua. Diketahui
juga banyaknya masyarakat yang tinggal di Kota Tangerang yang bekerja di
DKI Jakarta yang merupakan penyebab kemacetan Kota Tangerang.
Di kota tangerang juga terkenal dengan Kota seribu industri karena
banyaknya jumlah industri yang dibangun disana dan banyaknya kawasan
perbelanjaan.
Tabel.1 Jumlah Perusahan Industri Kota Tangerang
Jumlah Perusahan Industri Besar dan Sedang
di Kota Tangerang Selatan
Kota 2019 2020 2021
Tangerang 941,00 1 022, 00 855,00
Sumber : BPS Provinsi Banten 2019-2021
Dengan adanya kawasan tersebut juga menyebabkan adanya
kemacetan, disebabkan karena keluar masuknya masyarakat kota tangerang
yang bekerja dan berbelanja serta adanya antrean kendaraan umum untuk
menaikan penumpang. Indeks kemacetan Kota Tangerang pada saat ini sudah
melebih 50%, sebagai perbandingan selama pandemi, indeks kemacetan turun
drastis menjadi 36%, selanjutnya pada pasca pandemi meningkat menjadi
48%, naik turunnya indeks kemacetan dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah
berupa PSBB (Inews.ID). Untuk mengetahui formula perhitungan indeks
kemacetan di kota tangerang menggunakan website Tomtom traffic index,
website ini merupakan hasil
pemantauan dan analisis tingkat kemacetan lalu lintas yang dikeluarkan oleh
tomtom international BV, perusahaan teknologi navigasi dari Belanda. Menurut
TomTom Traffic Index menunjukkan, jam paling macet di Kota Tangerang terjadi
setiap hari sekitar pukul 17.00 sampai 18.00 mencapai 40% pada saat para
masyarakat kota tangerang yang bekerja di jakarta pulang ke rumah
masing-masing.
Gambar 1.2
Dokumentasi Kemacetan Kota Tangerang

Penyebab kemacetan utama yaitu masih banyaknya warga Kota Tangerang


dan sekitar kurang menggunakan transportasi umum, hanya ada 20% warga
yang memakai angkutan umum. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Provinsi Banten tahun 2022, Jumlah pengendara sepeda motor berkurang 2%
karena ada sebagian masyarakat menggunakan kereta/angkutan umum
maupun fasilitas yang diberikan oleh pemerintah.
Tabel 2. Data Jumlah Kendaraan Kota Tangerang 2020 - 2022 per Unit

Kendaraan/Unit 2020 2021 2022

Mobil Penumpang 213.264 215.812 221.936


(Pribadi/Angkot)

Bus antar kota 795 2.197 2.174

Truk 43.582 44.417 45.826

Sepeda Motor 976.223 965.854 963.300

Rata-rata kendaraan melintas 300 - 500 Kendaraan/jam


Sumber : Bps Kota Tangerang 2020 - 2022
Akibat dari kemacetan yaitu masa tempuh perjalanan semakin
bertambah, seharusnya ditempuh 1 jam tetapi karena adanya kemacetan bisa
menjadi 2 hingga 3 kali lipat lebih lama dari biasanya, ini juga menyebabkan
penggunaan bahan bakar minyak (BBM) menjadi bertambah serta
mendapatkan kerugian produktivitas waktu dan kerugian distribusi barang.
C. Dampak Sosial dan Ekonomi
Menurut Bergkamp (2011), Kemacetan lalu lintas memberikan dampak
yang sangat besar bagi Masyarakat, seperti pemborosan bahan bakar,
terbuangnya waktu secara percuma, Kecelakan lalu lintas dan kerusakan
lingkungan akibat polusi udara yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor
ataupun kendaraan lainnya
Masyarakat Kota Tangerang menyatakan bahwa mereka sebagai
pengguna jalan merasakan dampak sosial dan dampak ekonomi yang
bersamaan. Waktu yang terbuang dialami oleh pengguna jalan pada saat
mengalami kemacetan tentu akan menjadi masalah bagi warga kota
Tangerang. Selain membuat perjalanan menjadi lama dibandingkan dengan
kondisi normal, kemacetan juga membuat badan lelah dan berdampak pada
emosi pengguna jalan sehingga ada dari mereka menggerutu, kesal, marah
dan akhirnya stress.
D. Perhitungan pengeluaran dalam pembelian BBM
Kendaraan yang melaju pada lalu lintas normal, tidak terjebak
kemacetan biasanya mengkonsumsi BBM sesuai dengan efisiensi mesin
kendaraan dalam mengkonsumsi BBM serta dipengaruhi oleh jenis kendaraan,
kapasitas cc mesin dan merk kendaraan tersebut . Kendaraan bermotor
biasanya ditunjukan dengan perbandingan per satu liter bensin dengan jarak
yang dapat ditempuhnya. Kendaraan roda dua seperti sepeda motor,
penggunaan bahan bakarnya lebih efisien daripada mobil. Konsumsi untuk
sepeda motor dengan kondisi mesin normal minimal dapat menempuh 20 km
untuk penggunaan satu liter bensin.
Tabel. 3 Perhitungan pengeluaran
dalam pembelian BBM (Pertalite Rp.10.000)
Rata-rata pengeluaran per minggu Mobil Sepeda Motor

Kondisi Normal Rp.120.000 Rp.50.000

Kondisi Macet Rp.180.000 Rp.65.000

Rata-rata kerugian per kendaraan Rp.60.000 Rp.15. 000

Sumber : Hasil Analisis Penulis (2023)


Hasil perhitungan pengeluaran pengguna kendaraan bermotor untuk
pembelian BBM dengan rumus perhitungan rata-rata, dalam kondisi lalu lintas
normal didapat sebesar Rp 120.000 per mobil. Namun apabila terjebak
kemacetan maka biaya tersebut meningkat menjadi Rp 180.000 per mobil
karena konsumsi BBM menjadi meningkat. Begitu pula pada kendaraan jenis
sepeda motor dimana pengeluaran responden untuk pembelian BBM dalam
kondisi lalu lintas normal didapat sebesar Rp 50.000 per motor. Namun apabila
mereka terjebak kemacetan maka biaya tersebut meningkat menjadi Rp 65.000
Meningkatnya pengeluaran ini merupakan kerugian yang harus
ditanggung oleh setiap pengguna kendaraan baik mobil maupun motor.
Kerugian yang ditanggung pengguna jalan adalah selisih antara rata-rata
pengeluaran kemacetan per kendaraan dengan rata-rata pengeluaran normal
per kendaraan, yaitu sebesar Rp 60.000 dari pengeluaran rata rata normal
untuk setiap mobil sedangkan motor sebesar Rp 15.000 dari rata rata normal.
E. Perhitungan hilangnya waktu pengguna jalan bila terkena kemacetan
dibandingkan dengan tidak terkena kemacetan.
Selain mengalami kerugian akan hilangnya BBM akibat adanya
kemacetan, pengguna jalan mengalami kerugian lainnya yakni kerugian akan
hilangnya waktu. Kemacetan mengakibatkan waktu tempuh perjalanan menjadi
lebih lama, sehingga banyak waktu yang hilang selama diperjalanan. Jarak
yang sama jika dalam keadaan normal bisa ditempuh dalam 30 menit, karena
kemacetan menjadi 1 jam.

Tabel.4 Rata-rata waktu pengguna jalan


sebelum dan setelah kemacetan
Kendaraan Waktu keadaan Waktu keadaan Rata rata
Normal macet kerugian waktu

Mobil 21, 18 menit 32,60 menit 11,42 menit

Sepeda Motor 12,30 menit 19, 50 menit 7,2 menit

Angkutan Umum 25,5 menit 35, 5 menit 10 menit

Total 19,66 menit 29,2 menit 9,54 menit

Sumber : Hasil Analisis Penulis (2023)


Hasil perhitungan dalam kondisi lalu lintas normal didapatkan rata rata
21,18 menit per mobil, Namun apabila terjebak kemacetan maka waktu yang
ditempuh meningkat menjadi 32,60 menit per mobil. Dan pada kendaraan jenis
sepeda motor dimana rata rata waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
dalam kondisi lalu lintas normal didapat rata rata 12,30 menit per motornya.
Namun apabila mereka terjebak kemacetan maka waktu tersebut meningkat
menjadi 19,50 menit. Begitu pula pada angkutan umum dimana rata rata waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dalam kondisi lalu lintas normal
didapat rata rata 25,5 menit, namun apabila mereka terjebak kemacetan maka
waktu tersebut meningkat menjadi 35,5 menit.
Meningkatnya durasi waktu perjalanan ini merupakan kerugian yang
harus ditanggung oleh setiap pengguna kendaraan baik mobil maupun motor
maupun pengguna angkutan umum. Kerugian yang ditanggung pengguna jalan
adalah selisih antara rata-rata durasi waktu saat kemacetan per kendaraan
dengan rata-rata durasi waktu saat normal per kendaraan, yaitu selama 11,42
menit dari waktu rata rata normal untuk setiap mobil sedangkan motor selama
7,2 menit dari rata rata normal, sehingga total rata rata kerugian waktu
pengguna jalan akibat kemacetan adalah 9,54 menit untuk mencapai tujuannya
dan disini pengguna jalan dirugikan pula produktivitasnya. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Santoso (1997), dalam Manajemen Lalulintas
Perkotaan, mengemukakan bahwa kerugian yang diderita akibat dari masalah
kemacetan membuat waktu perjalanan menjadi lebih panjang dan lama yang
menghilangkan manfaat dari pemakai jalan,dalam hal ini produktifitas pemakai
jalan.
Terkait dengan hilangnya waktu produktivitas, hal ini dapat dihitung
menggunakan nilai waktu atau Value of Time (VoT).
Tabel 5. Perhitungan Value Of Time
Rata – rata durasi kemacetan 9,54 Menit
UMR Kota Tangerang 2022 Rp.4.285.798,9
Jam Kerja 1 bulan ( 24 hari x 8 jam ) 192 jam
Pendapatan (UMR : Jam Kerja ) Rp.4.285.798,9 : 192 jam
= Rp 22.321,86 (Rp 372,03/menit)
Pendapatn yang hilang 9,54 menit x Rp 372,03 =
Rp 3.549,16 / 9,54 menit
Sumber : Hasil Analisis penulis (2023)

Nilai waktu pada perjalanan dengan tujuan ke tempat kerja dapat


diartikan sebagai besarnya produktivitas kerja seseorang. Dengan
menggunakan nilai upah mínimum (UMR) Kota Tangerang tahun 2022 yang
sebesar Rp. 4.285.798,9 per bulan sebagai nilai waktu dapat dianggap sebagai
batas minimum produktivitas, Apabila jam kerja seseorang dalam satu bulan
(24 hari kerja, delapan jam per hari) adalah 192 jam maka nilai waktu per jam
berdasarkan UMR tersebut dapat kita hitung sebesar Rp.22.321,86/Jam.
sehingga pendapatan pengguna jalan yang hilang jika terjebak kemacetan
adalah Rp.3.549,16 . Jika nilai tersebut dikalikan dengan jumlah angkatan kerja
di Kota Tangerang 2022 yang berjumlah sekitar 1 106 436 jiwa, maka kerugian
hilangnya pendapatan akibat kemacetan mencapai 3 Triliun setiap harinya.

F. Kebijakan dan Solusi


Dari permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan beberapa solusi dan
kebijakan menggunakan analisis metode triple helix diantaranya yaitu peranan
dari stakeholder Pemerintah,Swasta dan Masyarakat:
1. Pemerintah
Pemerintah Kota Tangerang terus melakukan inovasi dan terobosan
dalam mengatasi masalah kemacetan, mulai dari menyiapkan moda
transportasi massal dalam kota dan berhubungan langsung dengan daerah
lainnya dan sebagainya. Melalui Dinas Perhubungan (Dishub) sejauh ini
sudah mulai mengatasi permasalahan kemacetan di Kota Tangerang. Hal ini
tidak dilepaskan dari peran inovasi yang telah dicetuskan sejak tahun 2018
yaitu mengoptimalisasi ATCS (Area Traffic Control System) di Kota
Tangerang. ATCS merupakan pusat pengendalian lalu lintas berbasis
teknologi informasi yang didukung dengan pemasangan Closed Circuit
Television (CCTV) di titik traffic light di persimpangan-persimpangan Kota
Tangerang, ATCS membantu memantau kondisi lalu lintas serta mampu
mengendalikan rambu lalu lintas dan menempatkan petugas di lapangan
secara responsif di titik yang dinilai menjadi pusat keramaian mobilitas lalu
lintas di Kota Tangerang.
Selain itu Pemkot Tangerang juga sudah menyediakan fasilitas-fasilitas
umum yang bisa di akses atau dipergunakan untuk masyarakat Kota
Tangerang yang bertujuan untuk mengurangi jumlah penggunaan
kendaraan pribadi contohnya yaitu Bus Tayo, Angkot Si banten dan Bus
Trans Tangerang. Serta Pemkot Tangerang juga sudah mulai membuat
sistem alur lalu lintas menggunakan sistem satu arah (One Way) yang
diterapkan di berbagai titik yaitu di Jalan Da’an Mogot, Jalan Bouraq, Jalan
TMP Taruna, Jalan Ahmad Yani, dan Jalan Sudirman.
2. Swasta
Swasta adalah stakeholders yang terlibat langsung serta mengerti
secara teknis bagaimana kemacetan Kota Tangerang terjadi. Keterkaitan
antara swasta dengan kemacetan erat kaitannya dengan masyarakat dalam
bidang jasa transportasi. Bahwa dapat disimpulkan swasta memiliki peran
partisipatif dan juga aktif dalam kontribusi untuk mengatasi kemacetan di
Kota Tangerang. Seperti contohnya dari perusahaan Argo Perdana Taksi.
Hal ini dikarenakan karena perusahaan ini adalah salah satu bentuk
transportasi publik yang resmi untuk melayani mobilitas masyarakat adat
Kota Tangerang dalam satu waktu dan keterlibatan pelaku swasta dalam
forum lalu lintas Kota Tangerang. Selain itu Dinas Perhubungan (Dishub)
Kota Tangerang sedang menyiapkan sistem dengan memanfaatkan
teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) melalui
kolaborasi dengan perusahaan teknologi swasta guna membantu
mengurangi kemacetan di Kota Tangerang. AI yang digubajab untuk proyek
berupa machine learning and cloud. Proyek tersebut bersama Green light
dan Kota Tangerang menjadi Kota kedua di Asia sesudah DKI Jakarta yang
memanfaatkan AI untuk membantu menganalisis kondisi kemacetan kota.
3. Komunitas
Peran komunitas dalam kaitannya dengan permasalahan kemacetan di
Kota Tangerang terwakilkan dengan kehadiran Organisasi Angkutan Darat
(Organda). Dikategorikan sebagai komunitas karena Organda memiliki
struktur yang terdiri dari seluruh perilaku transportasi yang ada di Kota
Tangerang. Peran Organda dalam rangka mengatasi transportasi yang ada
di Kota Tangerang yaitu sebagai accelerator. Accelerator berfungsi untuk
mempercepat segala persoalan yang berkaitan dengan transportasi untuk
menjembatani seluruh stakeholders yang terlibat di kota Tangerang.
Pada perkembangannya, Organda telah mampu menampilkan diri
sebagai suatu wadah yang dapat menampung dan menyalurkan aspirasi
para anggotanya. Sebagai accelerator, Organda juga memiliki peran untuk
terus menaungi dan mewadahi para pelaku transportasi yang ada untuk
terus bersinergi dalam rangka kelancaran transportasi di Kota Tangerang.
Upaya-upaya yang dilakukan organda sebagai accelerator yaitu
menyampaikan kritik, saran dan masukan dari anggota Organda sebagai
pelaku transportasi kepada pemerintah.

G. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan permasalahan diatas, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penyebab Kemacetan di Kota Tangerang adalah banyaknya pendatang
yang tinggal di wilayah Kota Tangerang, ruas jalan yang sempit,
perkembangan infrastruktur tidak tertata, banyaknya kawasan industri dan
pembelanjaan, serta banyaknya warga Kota Tangerang kurang
menggunakan transportasi umum.
2. Akibat dari kemacetan di Kota Tangerang yaitu waktu tempuh perjalanan
semakin bertambah sehingga menyebabkan pemborosan penggunaan
bahan bakar minyak (BBM), kecelakan lalu lintas dan kerusakan lingkungan
akibat polusi udara yang dikeluarkan oleh kendaraan serta kerugian
produktivitas waktu. Dan dengan adanya kemacetan ini mengakibatkan
pengguna jalan merasakan stress, waktu terbuang, mengurangi jam belajar
atau jam kerja dan juga hilangnya pendapatan.
3. Kebijakan pemerintah Kota Tangerang yaitu akan terus melakukan inovasi
dan terobosan dalam mengatasi masalah kemacetan, mulai dari
menyiapkan moda transportasi, mengoptimalisasi inovasi ATCS (Area
Traffic Control System) serta menyediakan fasilitas-fasilitas umum yang bisa
di akses atau dipergunakan untuk masyarakat Kota Tangerang yang
bertujuan untuk mengurangi jumlah penggunaan kendaraan pribadi.

Daftar Pustaka

Azhararis. (2012). Kemacetan Lalu Lintas . Analisis Dampak Sosial Ekonomi


Pengguna Jalan Kemacetan Kota Malang , 5-10.

Desty, B. (2023). Rekayasa Lingkungan Terbangun Berkelanjutan . Analisis Kemacetan


Lalu Lintas Di Jalan M.H Thamrin Kota Tangerang, 1-7.

Ditya, R. (2019). Penanganan Kemacetan . Analisis Penanganan Kemacetan Pada


Simpang Gaplek, Tangerang Selatan , 1-8.

H, M. A. (2016). Ekonomi Dan Kebijakan Publik. Analisis Dampak Sosial Ekonomi


Pengguna Jalan Akibat Kemacetan Lalu Lintas Di Banda Aceh , 1-8.

Irfan, A. (2022). Perencanaan Dan Pengembangan Kebijakan. Perkembangan Smart


City Tangerang Selatan Tahun 2016 - 2021, 1-14.

M, A. (2011). Kerugian Ekonomi . Kerugian Ekonomi Akibat Kemacetan Lalu Linta Di


Ibukota , 19 - 50.

M, W. (2018). Media Ekonomi Dan Manajemen . Analisis Prioritas Kebijakan


Penanganan Kemacetan Jalan Raya Serpong Kota Tangerang Selatan, 1-12.

Miftahus. (2022). Atasi Kemacetan, Pemkot Tangerang Tambah Rute Trayek Angkutan
Umum. Kota Tangerang: 28 September .

P, A. (2022). Masyarakat Di Kota Tangerang Mengalami Kerugian 600 M Akibat


Kemacetan Dan Jalan Berlubang. Kota Tangerang : 17 Maret .
Sri Nuryati, S. H. (2014). ANALISIS BIAYA OPERASI KENDARAAN . ANALISIS BIAYA
OPERASI KENDARAAN KOTA TANGERANG DENGAN METODE PACIFIC
CONSULTANT INTERNATIONAL, 1-6.

Anda mungkin juga menyukai