Anda di halaman 1dari 7

KARAKTERISTIK ANGKUTAN BARANG

Nama : Kadek Ayu Darmayani


NoTar : 2002015
Prodi : D-III Manajemen Logistik
Dosen Pengampu : Bambang Istiyanto, S.SiT, MT

POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT BALI


TAHUN AJARAN 2021/2022
Kinerja Logistik dan Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat
Oleh : Kadek Ayu Darmayani

”Logistik”, kata ini terdengar tidak asing lagi di masyarakat. Ditengah pandemi
seperti sekarang ini, selain dunia kesehatan, industri logistik juga menjadi hal yang
masih bertahan. Fenomena logistik merupakan pengalaman sehari-hari yang dialami
oleh setiap orang dalam pemenuhan kebutuhan baik itu pangan, papan, dan sandang.
Sebagai contoh, setiap rumah tangga pasti perlu mengatur kapan dan berapa banyak
membeli bahan makanan, menyimpan, mengolah, dan mengkonsumsi makanan
tersebut agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kebutuhan akan kebutuhan sehari-hari membuat peredaran logistik sangat
diperhitungkan. Dengan tersedianya logistik maka kehidupan masyarakat akan lebih
sejahtera. Kegiatan logistik telah menjadi kegiatan rutin yang sering diremehkan.
Seakan-akan kegiatan logistik dapat dilakukan tanpa keahlian tertentu yang penting
permintaan ada dan perintah pengadaan diberikan maka urusan logistik akan beres
dengan sendirinya.
Urusan penciptaan permintaan dan pemenuhan permintaan adalah dua hal yang
berbeda. Memang keduanya memerlukan koordinasi tetapi masing-masing
memerlukan keahlian tersendiri. Keahlian logistik terdiri dari kompetensi dan
pengetahuan tentang kebutuhan barang, pengadaan barang, negosiasi kontrak,
pengangkutan, penyimpanan, penggunaan, hingga sampai ketangan konsumen dan
kemudian digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan. Seluruh aktivitas logistik
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, seperti untuk tersedianya suatu
produk barang yang tepat waktu dan hingga di lokasi yang tepat. Peran sistem logistik
adalah menjamin kelancaran arus barang.
Menciptakan sistem logistik yang efektif dan efisien tidak terlepas dari bagaimana
menciptakan sistem ataupun mekanisme pergerakan dan perpindahan barang dari satu
moda ke moda lainnya dengan lancar, cepat, akurat, dan dengan biaya yang wajar.
Moda yang akan terlibat meliputi angkutan darat (truk, trailer dan truk mini),
angkutan kereta api (gerbong dan apron/emplasemen), angkutan sungai dan danau
(kapal, dermaga, scaner dan alat bongkar/muat), angkutan laut (dermaga, alat
bongkar/muat, area penumpukan sementara, alat perpindahan antar moda) dan
angkutan udara (pesawat, apron, alat bongkar/muat, area penumpukan sementara dan
alat perpindahan antar moda).
Angkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan
pembangunan suatu negara, terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian
masyarakat dalam hal pendistribusian barang. Di era globalisasi saat ini, salah satu
kebutuhan hidup yang tidak kalah penting adalah kebutuhan akan pengiriman barang
ke berbagai tempat, sehingga jasa angkutan barang menjadi sangat penting. Pasal 1
angka 3 UU No. 22 Tahun 2009 Angkutan adalah perpindahan orang dan/ barang dari
satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.
Dimana jaringan gudang harus tersebar di banyak daerah untuk dapat mempermudah
jangkauan pasar dan mempercepat proses pengangkutan.
Gudang mempunyai peran yang vital dalam suatu sistem logistik. Mengingat
kondisi geografis Indonesia yang luas dan berupa kepulauan, perlu dibangun jaringan
pergudangan yang terhubung secara elektronik sehingga informasi mengenai barang
yang ada di dalam gudang dapat terpantau. Informasi ini sangat penting dalam supply
chain management, dalam pengambilan keputusan terutama untuk pencegahan
kekosongan barang atau terjadinya lonjakan harga akibat ketidakseimbangan pasokan
dan permintaan.
Pergerakan pengangkutan kargo antar pulau sebagian besar dilakukan melalui
jalur laut, baik sebagai perpanjangan dari pergerakan kargo perdagangan
internasional maupun murni perdagangan dalam negeri. Angkutan barang memiliki
karakteristik yang lebih jelas polanya dibandingkan dengan pergerakan penumpang.
Tantangan yang dihadapi bukan saja dalam hal penanganan fisik barang, namun
juga dalam penyiapan infrastruktur untuk pengiriman informasi. Sehingga, ada
beberapa kegiatan logistik yang harus dilakukan perusahaan, yaitu pengadaan barang,
kegiatan produksi, dan distribusi. Perusahaan sebagai produsen tentu sangat
mengharapkan berjalannya rangkaian proses logistik. Namun, faktanya tidak
semudah itu, banyak faktor yang memperlambat peredaran logistik dibebrapa titik
lokasi. Seperti halnya faktor wilayah yaitu konektvitas maritim indonesia, faktor
biaya pengiriman, minimnya pengetahuan teknologi ataupun infrastruktur yang
kurang memadai.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019, total Rp 4.796 triliun diperlukan untuk memenuhi target pembangunan
infrastruktur (yang ditetapkan pemerintah) pada tahun 2019. Namun, pemerintah
pusat dan daerah hanya bisa memberikan kontribusi 41 persen untuk pembiayaan,
sementara perusahaan-perusahaan milik negara (BUMN) hanya dapat memberikan
kontribusi hingga 22 persen. Ini berarti bahwa 37 persen dari dana yang dibutuhkan
(sekitar Rp 1.752 triliun) harus berasal dari sektor swasta.
Tingginya biaya logistik Indonesia menjadi beban bagi perusahaan penyedia
jasa logistik, yang tentunya berimbas pula pada perusahaan manufaktur. Beban biaya
transportasi muncul sejak proses memasok bahan baku sampai dengan proses paling
hilir dari rantai pasok, yakni pengiriman barang jadi ke konsumen. keterbatasan
sarana dalam aktivitas pelabuhan menyebabkan banyak biaya tambahan yang harus
dikeluarkan.
Tarif pengiriman barang juga menjadi salah satu dilema, dikarenakan
Indonesia luas dan terbagi-bagi antar pulau. Karenanya truk maupun kapal yang
mengangkut barang juga memberikan harga-harga yang relative tinggi. Sebab
mengirim barang dari satu tempat ke tempat lain tidaklah semudah yang dipikirkan.
Misalnya barang yang berkeinginan dikirim dari Jakarta ke Makassar semestinya di
kirim ke Surabaya terlebih dahulu barulah dari pelabuhan yang ada di Surabaya, di
kirim ke Sulawesi, dari model hal yang demikian bisa kita lihat bahwa ada tarif
pengiriman darat, lalu ada tarif loading barang ke kapal laut, lalu pengiriman lewat
trek laut, dan nantinya seharusnya di un-loading lagi ke truck di Sulawesi, dan
dikarenakan banyaknya service yang semestinya diterapkan, karenanya tarif
pengiriman barang menjadi mahal.
Dengan tarif pengiriman barang yang mahal membuat beberapa truk
pengangkut barang memilih mengangkut barangnya dengan kapasitas yang melebihi
batas (overload). Truk pengangkut barang yang dimensi dan muatannya berlebih
sangat menganggu aktivitas lalu lintas di jalan raya. Bentuk, ukuran, dan muatannya
yang melebihi ketentuan sering menjadi masalah di jalan raya. Truk jenis ini sering
patah, terbalik/terguling, muatan tumpah, hingga berjalan terlalu lambat yang kerap
menimbulkan kemacetan parah.
Disisi lain, Faktanya biaya logistik yang tinggi di Indonesia juga bisa
menyebabkan perbedaan harga yang substansial di antara provinsi-provinsi di
nusantara. Misalnya, beras atau semen jauh lebih mahal di Indonesia bagian timur
daripada di pulau Jawa atau Sumatra karena biaya tambahan yang timbul dari titik
produksi ke end user. Dengan kata lain, jaringan perdagangan yang lemah di
Indonesia, baik antar-pulau dan intra-pulau, menyebabkan tekanan inflasi berat pada
produk yang diproduksi dalam negeri.
Indonesia adalah negara kepulauan yang cukup besar. Sebagian wilayahnya
dikelilingi oleh lautan. Hal ini menjadi persoalan cukup besar untuk logistik
Indonesia. Sebab perpindahan barang-barang besar antar pulau memakan waktu yang
cukup lama dan tarif yang besar, di tambah minimnya infrastruktur membikin
konektivitas menjadi keadaan yang sulit. Kondisi geografis kepulauan Indonesia yang
sangat luas dan menurut data yang dikutip dari https://kkp.go.id/djprl/artikel/21045-
konservasi-perairan-sebagai-upaya-menjaga-potensi-kelautan-dan-perikanan-
indonesia, total luas wilayah tersebut, 3,25 juta km2 adalah lautan dan 2,55 juta km2
adalah Zona Ekonomi Eksklusif. Hanya sekitar 2,01 juta km2 yang berupa daratan.
Tentu hal ini, menjadi tantangan yang sangat besar di bidang logistik. Infratrustur
yang disediakan juga harusnya lebih diperhatikan.
Kondisi infrastruktur yang ada sekarang ini baik pelabuhan, bandar udara, jalan,
dan jalur kereta api dinilai masih kurang memadai untuk mendukung kelancaran lalu
lintas logistik. Demikian juga halnya dengan sistem transportasi intermoda ataupun
multimoda yang belum dapat berjalan dengan baik, karena akses transportasi dari
sentra-sentra produksi ke pelabuhan dan bandara atau sebaliknya belum dapat
berjalan lancar karena belum optimalnya infrastruktur pelabuhan dan bandara. Hal ini
menyebabkan kualitas pelayanan menjadi rendah dan tarif jasa menjadi mahal.
Konektivitas maritime Indonesia adalah hal yang sangat mempengaruhi
kinerja logistik melihat letak indonesia yang di hubungkan degan pulau-pulau. Hal ini
menjadi persoalan cukup besar untuk logistik Indonesia. Sebab, perpindahan barang-
barang besar antar pulau memakan waktu yang cukup lama dan tarif yang besar, di
tambah minimnya infrastruktur membikin konektivitas maritim menjadi keadaan sulit
nomor satu.
Jika melihat komponen biaya dalam operasi suatu industri, biaya logistik
merupakan komponen biaya terbesar kedua setelah pembelian bahan, barang dan jasa.
Tingginya biaya logistik menunjukkan belum optimalnya pengelolaan fungsi
distribusi fisik. Menurut Gattoma dan Walters (1996), Dimana pengelolaan distribusi
fisik ini direpresentasikan oleh koordinasi terhadap lima kegiatan, yaitu; inventori,
transportasi, pergudangan komunikasi order, dan utilisasi.
Beberapa kendala operasional yang dihadapi sektor pergudangan terkait
dengan logistik dan jaringan rantai pasok diantaranya adalah belum semua gudang
dilengkapi dengan teknologi informasi Warehouse Management System (WMS),
yang memungkinkan perolehan data inventori (barang persediaan) dalam gudang.
WMS akan sangat membantu dalam meningkatkan efisieni pengelolaan, karena
pemanfaatan ruang lebih maksimal. Proses penerimaan maupun proses pengiriman
juga dapat dilakukan dengan cepat, dan dengan sumber daya manusia yang
dibutuhkan menjadi relatif lebih kecil dan masih terdapatnya keluhan dari industri
(terutama importir yang sekaligus sebagai produsen barang ekspor) terhadap proses
impor bahan baku yang sering mengalami keterlambatan serta biaya penanganan jasa
clearance dan jasa pergudangan yang sangat mahal.
Seiring dengan volume perdagangan antar negara yang semakin meningkat dan
pertumbuhan produksi yang sangat besar, jasa logistik dituntut untuk memberikan
pelayanan yang lebih baik, dengan standar keamanan yang tinggi serta kecepatan dan
ketepatan waktu pengiriman. Oleh karena itu penyedia jasa dituntut untuk
menyesuaikan status. Walaupun sementara ini infrastruktur komunikasi seluler sudah
dapat menjembatani ketiadaan infrastruktur yang lain, namun dalam jangka panjang
hal ini akan mengakibatkan sistem logistik Indonesia menjadi kurang bersaing.
Secara spesifik Teknologi Informasi dan Komunikasi dihadapkan pada tiga
permasalahan pokok yaitu: a) belum tersedianya infrastuktur dan jaringan Teknologi
Informasi dan Komunikasi yang handal; b) terbatasnya Jangkauan jaringan pelayanan
non seluler; c) sebagian besar masih menggunakan sistem manual paper based
system.
Membahas sistem manual paper based system, hal ini berbanding terbalik dengan
teknologi informasi dan komunikasi yang sudah semakin berkembang di era
globalisasi. Tidak bisa dipungkiri, penggunaan sistem manual dalam pelayanan
logistik membuat diperlambatnya kinerja perusahaan. Meskipun TIK memiliki
peranan yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, namun dalam
aplikasinya di Indonesia masih banyak permasalahan, di antaranya adalah: sebagian
besar masyarakat masih belum peduli terhadap perkembangan TIK, tidak adanya
dorongan pemerintah yang secara serius memanfaatkan TIK untuk kesejahteraan
masyarakatnya, teknologi masih dianggap barang mewah dan sebaiknya dihindari,
ketakutan sebagian besar rakyat Indonesia akan tergeser dominansinya oleh
supremasi komputer dan teknologinya dan terjadinya cyber crime yang disebabkan
oleh ketimpangan digital yang ada di masyarakat.

Tidak hanya itu, salah satu persoalan di dunia jasa ekspedisi Indonesia juga
dikarenakan banyak infrastruktur-infrastruktur Indonesia yang belum memadai dari
jalan yang rusak hingga minimnya pelabuhan untuk docking kapal logistik, hal hal
yang demikian membikin resiko pengiriman barang ke daerah yang jauh seperti jawa-
sumatra maupun jawa-kalimantan menjadi tinggi.
Pengiriman barang memiliki resiko kecelakaan, karenanya harga pengiriman
barang tersebut pun menjadi tinggi dan membuat masalah tersendiri dalam dunia Jasa
Ekpedisi. Banyak perusahaan-perusahaan logistik maupun perusahaan yang berharap
mengirim barang, di hambat oleh belum adanya ketersediaan infrastruktur dan
jaringan yang handal, masih terbatasnya jangkauan jaringan pelayanan non seluler,
dan masih terbiasanya menerapkan metode manual (paper based system) dalam
transaksi logistik.
Tidak dapat dipungkiri, dengan keberagaman sumber daya alamnya, para
investor harus mempertimbangkan kondisi Indonesia secara geografis. Lokasi
Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa menyebabkan wilayahnya berada di area
curah hujan tropis berat. Dipadukan dengan lokasinya yang terletak di Cincin Api
Pasifik, membuat Indonesia rentan dengan bencana alam (misalnya gempa bumi dan
tsunami). Hal ini dapat menjadi gangguan besar untuk arus barang dan jasa.
Beberapa langkah yang bisa diambil dan menjadi perhatian bagi stakeholder
yang terkait untuk perbakan sistem sehingga SCM ini dapat berjalan dan berkembang
dengan baik di Indonesia. Antara lain; pertama, penekanan pada upaya pembangunan
dan pemeliharaan rantai, yaitu membentuk hubungan antar rantai secara lebih
spesifik, misalnya pada volume, mutu, ataupun distribusi tergantung kekurangan pada
bidang usaha sehingga terbentuk pola yang terpadu dan saling terkait.
Kedua, pengontrolan terhadap persediaan pasokan harus diarahkan pada
efisiensi biaya. Misalnya jumlah pasokan disesuaikan dengan jumlah produk yang
dapat dijual sehingga dihasilkan kestabilan persediian bahan baku dan tidak terjadi
penumpukan stok yang berakibat pada peningkatan biaya penyimpanan. Dan jika
terjadi overload dalam pengiriman barang karena takut dengan biaya yang berlebih
maka, pemerintah harus lebih memperhatikan hal tersebut agar usia jalan bisa
bertahan sesuai umurnya. Untuk menstabilkan hal itu pemerintah bisa menggunakan
jembatan timbang dalam mengukur berat barang yang diangkut.
Ketiga, dalam penentuan lokasi dan transportasi dalam rantai jaringan dibuat
dengan perhitungan dan memperhatikan dampak terhadap biaya persediaan, dalam
hal ini akan berpengaruh pada tingkat kepekaan konsumen, oleh karema itu evaluasi
terhadap hal ini sangat perlu dilakukan. Selanjutnya keempat, pembentukan sistem
informasi antara pihak yang bertugas melakukan pengumpulan, pengolahan,
penyimpanan, dan penyebarluasan informasi kepada setiap stakeholder yang
dilandasi dengan kepercayaan di antaranya. Dengan ini akan mendukung kinerja dan
produktivitas dari masing-masing anggota rantai. Sistem teknologi informasi yang
terintegrasi adalah ketika semua masyarakat Indoneisa bisa menggunakan dengan
mudah teknologi tersebut tetapi tidak mudah untuk dimanipulasi. Hal tersebut bisa
diperhitungkan pemerintah untuk lebih memperhatikan masyarakat yang kurang
pengetahuannya mengenai kemajuan teknologi.
Efisiensi pengiriman logistik ini tentunya dapat terwujud dengan adanya
infrastruktur yang baik, biaya yang efisien, teknologi yang terintegrasi dan tentunya
adanya penghubung-penghubung perbatasan wilayah yang dalam pengangkutan bisa
menghubungan wilayah maritim Indoneisa yang ujungnya masyarakat Indonesia
tidak terlalu terbebani dalam persoalan biaya, apalagi ditenganh pandemi seperti
sekarang ini.
Pada sektor transportasi dan integrasi dari semua simpul transportasi.
Indonesia dipastikan bisa menjadi negara yang mampu di bidang menangani sistem
aliran logistik. Melihat banyaknya sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan Jadi,
buatlah Indonesia berada dalam kawasan yang menarik dunia industri agar kedepan
tatanan pemerintah bisa berjalan sesuai dengan apa yang di titikkan dan berpengaruh
positif bagi keberlangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Jadilah
masyarakat yang cerdas untuk memberantas ketidakpantasan logistik sampai batas
Internasional.(*)

Anda mungkin juga menyukai