Anda di halaman 1dari 10

1.

Dalam satu tahun terakhir ini walaupun kondisi dunia mengalami dampak yang
sangat besar terhadap perkembangan perekonomian, ekspor dan impor tetap
berjalan. Jelaskan peran Perusahaan Jasa Pengiriman Barang / Freight
Forwarding terhadap ekpor dan impor tersebut !

JAWAB

Freight forwarding memiliki aktivitas utama yaitu sebagai transporter. Akan tetapi freight
forwarding memiliki peran yang berbeda, tergantung pada lingkup pekerjaan (scope of
work) yang tercantum dalam kontrak kerja yang telah disetujui anatara kedua belah pihak
yaitu antara freight forwading dan pemberi order kerja.

Peran Freight Forwarding terhadap Ekspor – Impor adalah, Memilih rute perjalanan
barang, moda transportasi dan pengangkutan yang sesuai, kemudian memesan ruang
kapal, Melaksanakan penerimaan barang, menyortir, mengepak, menimbang berat,
mengukur dimensi kemudian menyimpan barang kedalam gudang, Mempelajari Letter of
Credit barang, peraturan negara tujuan ekspor, negara transit, negara impor kemudian
mempersiapkan dokumen-dokumen lain yang diperlukan, Melaksanakan transportasi
barang ke pelabuhan laut/udara, mengurus izin Bea dan Cukai, kemudian menyerahkan
barang kepada pihak pengangkut, Membayar biaya-biaya handling serta membayar
freight, Mendapat B/L atau AWB dari pengangkutan, Mengurus asuransi transportasi dan
barang serta membantu mengajukan klaim kepada pihak asuransi bila terjadi kehilangan
atau kerusakan atas barang, Memonitor perjalanan barang sampai ke pihak penerima,
berdasarkan info dari pihak pengangkut dan agen forwarder dinegara transit/ tujuan,
Mengurus izin masuk Bea dan Cukai serta menyelesaikan bea masuk dan biayabiaya
yang timbul di pelabuhan transit/tujuan dan Melakukan transportasi barang dari
pelabuhan ke tempat penyimpanan barang gudang

2. Trend jual beli online yang terus menguat turut meningkatkan persaingan disektor
logistik, bagaimana tantangan yang dihadapi dunia transportasi agar transaksi jual
beli online diluar pulau Jawa dapat terlayani oleh penyedia jasa pengiriman barang
secara menyeluruh baik waktu pengiriman dan kualitas barang yang dikirim
terjamin keamanannya.

JAWAB

Situs e-commerce yang saat ini banyak tersedia semakin memudahkan masyarakat untuk


mendapatkan barang atau jasa yang dibutuhkan tanpa perlu mengunjungi tempat
penjualan barang atau jasa tersebut. Salah satu tantangan dalam bisnis e-
commerce adalah bagaimana mengirimkan produk ke konsumen dengan tepat waktu,
tanpa cacat secara efektif dan efisien. Seringkali logistik menjadi pain point dalam dunia
bisnis e-commerce. Terutama di saat-saat khusus seperti annual campaign ataupun
promotion, dimana volume belanja online berada di titik tertinggi, pemenuhan pesanan
konsumen secara efektif dan efisien merupakan tantangan yang harus dipenuhi pelaku e-
commerce sebagai keseluruhan dari pengalaman belanja konsumen.
Logistik lebih dari sekedar pengiriman barang kepada konsumen. Istilah logistik
mencakup aspek yang jauh lebih luas seperti pergudangan, manajemen inventori,
penagihan, pengemasan, label, pengiriman, cash on delivery, pembayaran, dan masih
banyak lagi. Tantangan dalam sisi logistik bervariasi mulai dari bagaimana memastikan
produk sesuai dengan keinginan konsumen dengan tepat waktu, meminimalisir hingga
menghilangkan kemungkinan cacat produk, hingga penyediaan reverse logistic.
Reverse logistic dibutuhkan ketika konsumen meminta pengembalian produk karena
rusak ataupun apabila mereka ingin melakukan penukaran tipe, ukuran, warna produk,
dan hal-hal lainnya. ogistik yang baik sangat diperlukan dalam bisnis baik offline maupun
online. Manajemen logistik dalam e–Commerce juga sangat diperlukan. Pelaku e–
commerce di sini selaku penjual harus paham tentang jumlah dan jenis barang apa yang
tersisa di gudang, sehingga bisa memberikan yang terbaik untuk pelanggan. Jangan
sampai info yang disajikan pada situs ternyata tidak sesuai dengan kondisi barang yang
ada di gudang. Pastinya ini bisa menurunkan reputasi pagi penjual.

3. Buatlah sebuah tulisan dalam bentuk karya ilmiah yang berhubungan dengan
Transportasi Multimoda. Judul artikel bebas. Artikel/ Karya ilmiah ini
pendekatannya lebih ke penelitian kualitatif dengan penelusuran literature review.
Untuk artikel ini diketik dengan Font Calibri atau Time New Roman 12, dengan 1
spasi minimal 5 halaman, sesuaikan dengan penulisan karya ilmiah. ( Abstrak,
Pendahuluan, Pembahasan dan kesimpulan serta Daftar Pustaka.)
PERAN SISTEM TRANSPORTASI MULTIMODA DALAM PEMBANGUNAN
INDUSTRI UKM
ABSTRAK
Transportasi antarmoda lebih menekankan pada upaya pemaduan jaringan pelayanan dan
prasarana sedangkan transportasi multimoda lebih menekankan aspek pelayanan pengangkutan
barang dan penumpang. Biaya logistik adalah faktor penting yang mempengaruhi harga produk.
Biaya logistik sebesar 17 persen dari biaya produksi merupakan kendala terbesar bagi dunia
industri pengguna jasa logistik. Manajemen logistik yang baik dapat mengurangi biaya logistik,
baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Buruknya infrastruktur transportasi sebagai
salah satu faktor biaya logistik menyebabkan peningkatan biaya logistik. Pembangunan
infrastruktur yang mendukung terlaksananya sistem transportasi multimoda menjadi tujuan
Pemerintah untuk menurunkan biaya logistik. Pembangunan infrastruktur transportasi harus
dilaksanakan dengan fokus, terencana, terpadu dan terintegrasi, sehingga dapat meningkatkan
sistem transportasi multimoda dan intermoda yang efektif dan efisien. Penyusunan Undang-
Undang tentang Sistem Transportasi sebagai hukum pengadaan dan pengaturan infrastruktur
transportasi.

I. PENDAHULUAN
Menurut KM Perhubungan No. 15 Tahun 2010 tentang Cetak Biru
Transportasi Antarmoda/ Multimoda Nasional definisi transportasi antarmoda
antarmoda adalah transportasi penumpang dan atau barang yang menggunakan lebih
dari satu moda transportasi dalam satu perjalanan yang berkesinambungan.
Sedangkan definisi transportasi multimoda adalah transportasi barang dengan
menggunakan paling sedikit dua moda transportasi yang berbeda, atas dasar satu
kontrak yang menggunakan dokumen transportasi multimoda dari suatu tempat
barang diterima oleh operator transportasi multimoda ke suatu tempat yang
ditentukan untuk barang tersebut.
Sistem transportasi di Indonesia memiliki kekhususan. Sebagai negara
maritim dengan daerah yang terpisah oleh perairan, maka transportasi menggunakan
seluruh moda yang ada yaitu darat, laut, udara, dan perairan. Penelitian terdahulu
menyatakan bahwa kebutuhan infrastruktur antarwilayah seharusnya tidak
digeneralisasi berdasarkan wilayah. Ada daerah yang membutuhkan jalan sebagai
prioritas pendistribusian barang, tetapi ada daerah-daerah kepulauan yang lebih
membutuhkan dermaga dan kapal-kapal penyeberangan sebagai prioritas. Perencana
pembangunan seharusnya memenuhi kebutuhan dari setiap daerah untuk
meningkatkan efektivitas dari infrastruktur yang dibangun. Untuk efisiensi
perencanaan infrastruktur yang seharusnya dibangun dalam suatu negara, suatu
analisa kelompok (cluster) diperlukan. Secara garis besar, penyediaan infrastruktur
menyangkut dua prinsip dasar yaitu: 1. Akses yang lebih baik terhadap infrastruktur
itu sendiri. 2. Harga produk yang dihasilkan dari pemanfaatan infrastruktur.
Dengan akses yang lebih baik produktivitas meningkat, sehingga biaya input
menurun. Berkurangnya biaya input menyebabkan harga produk semakin terjangkau.
Kemampuan beli konsumen meningkat menjadikan permintaan meningkat, sehingga
arus permintaan tinggi. Permintaan yang meningkat tentu akan menghasilkan
keuntungan untuk produsen. Infrastruktur telah didefinisikan dalam kondisi dari
fasilitas fisik (jalan, bandara, pelabuhan, terminal, rel kereta api, dan alat-alat
transportasi), serta jasa (sistem transportasi) yang mengalir dari fasilitas-fasilitas itu.
Oleh karena itu, dampak dari investasi infrastruktur pada pengurangan biaya logistik
dapat ditelusuri dari bagaimana ketersediaan infrastruktur yang dapat membantu
kelancaran logistik dan mendapat kesempatan secara langsung atau tidak langsung
dalam mengurangi biaya. Peran sistem logistik adalah menjamin kelancaran arus
barang. Yang dimaksud dengan sistem logistik nasional adalah bagaimana
mentransfer raw material sampai ke produk akhir ke tangan pengguna akhir
(konsumen). Sistem logistik Amerika Serikat tidak cocok diterapkan di Indonesia
karena Indonesia adalah negara maritim (kepulauan).
Dari segi infrastruktur, belum memadainya dukungan infrastruktur baik dari
segi kuantitas maupun kualitas di antaranya belum ada “hub port”, sebagai salah satu
indikator pragmatis perkembangan sektor logistik, serta berfungsi sebagai pusat
pengendalian arus barang nasional apakah melalui laut maupun udara. Infrastruktur
logistik nasional saat ini belum dikelola secara terintegrasi, efektif dan efisien, belum
efektifnya intermoda transportasi dan interkoneksi antara infrastruktur pelabuhan,
pergudangan dan transportasi. Kondisi infrastruktur yang sangat buruk ini sangat
mengganggu apabila pelabuhan di Indonesia akan dijadikan pelabuhan Internasional,
banyak kapal-kapal besar yang tidak dapat bersandar. Sementara ini kapal-kapal besar
banyak bersandar di negara tetangga Singapura, dengan jaringan intermoda yang jauh
lebih baik. Sedangkan dari segi pelaku dan penyedia jasa logistik, adalah masih
terbatasnya kemampuan daya saing pelaku dan penyedia jasa logistik nasional baik
pada tataran nasional maupun global, lemahnya jaringan nasional dan internasional,
dan besarnya dominasi perusahaan-perusahaan multinasional. Di samping itu, dari
sisi sumber daya manusia masih menunjukkan rendahnya kompetensi SDM dan
manajemen dalam bidang logistik karena sedikitnya lembaga pendidikan dan
pelatihan bidang logistik.
Transportasi multimoda merupakan komponen utama yang memegang
peranan penting dalam mendukung rantai sistem logistik. Perpindahan transportasi
multimoda terjadi pada simpul-simpul jaringan sistem transportasi seperti pelabuhan
merupakan titik perpindahan moda laut ke jalan atau rel, bandara sebagai titik
perpindahan moda udara ke darat dan sebagainya. Oleh karena itu kinerja dan
efisiensi simpul-simpul transportasi tersebut akan sangat berpengaruh terhadap
kinerja dan efisiensi pergerakan arus barang secara keseluruhan. Sistem transportasi
multimoda mengintegrasikan skala geografis yang berbeda dalam pelayanan
transportasi pada tataran nasional, wilayah, dan lokal. Pergerakan dari suatu koridor
dalam sistem transportasi multimoda yang terdiri dari suatu rangkaian pusat (hub)
yang terintegrasi dengan jaringan transportasi wilayah dan lokal. Pusat Kegiatan
Lokal sebagai sentral distribusi lokal skala kota dan kabupaten idealnya memerankan
fungsi terminal (transshipment) lokal yang mengumpulkan dan menyebarkan
pergerakan dalam satu kabupaten.
Pusat Kegiatan Wilayah sebagai sentral distribusi regional antar
kabupaten/kota dalam satu provinsi idealnya mempunya peran sebagai fungsi
terminal regional yang mengumpulkan dan menyebarkan pergerakan antar
Kabupaten/Kota dalam Provinsi. Pusat Kegiatan Nasional sebagai sentral distribusi
nasional dan hubungan internasional idealnya memerankan fungsi terminal nasional
dan internasional yang mengumpulkan dan menyebarkan barang dalam pergerakan
nasional maupun internasional. Pada saat ini, kinerja simpul atau terminal dirasakan
masih kurang memuaskan dengan ditandai oleh tingginya indikator kinerja pelayanan
terminal dan kegiatan di pelabuhan yang sudah melampaui nilai yang disarankan.
lampaui nilai yang disarankan. Untuk meningkatkan kinerja pelayanan terminal untuk
perpindahan angkutan barang dalam mendukung angkutan multimoda serta dalam
rangka antisipasi pertumbuhan angkutan petikemas (container) yang terus meningkat,
perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan dengan cara mengoptimalkan kapasitas
atau kemampuan fasilitas yang ada serta kemungkinan perbaikan prosedur dan waktu
pelayanan dokumen (low cost scenario) dimana tujuan penyelenggaraan angkutan
multimoda adalah untuk mewujudkan pelayanan one stop service pada angkutan
barang, dengan indkator single seamless service (S3) yaitu single operator, single
tariff, dan single document untuk angkutan barang. Dalam tatanan ekonomi global
fungsi logistik atau manajemen logistik memiliki peranan yang penting dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan suatu negara,
menciptakan lapangan kerja sektor tenaga ahli logistik serta menurunkan biaya
logistik pada saat ini masih mahal bila dibandingkan dengan kawasan Asia Tenggara.
Pada lain sisi, perlu mendapat catatan bahwa peningkatan volume tidak
diantisipasi secara merata seperti Bottleneck menjadi trend global karena pelayanan
logistik sangat tergantung pada infrastruktur publik yaitu pada infrastruktur jalan, rel
kereta api, pelabuhan, bandar udara, jalur pelayaran yang efektif, serta penambahan
kapasitas tidak sesuai dengan pertumbuhan muatan barang secara global. Berjalannya
rantai suplai secara global pada banyak negara yang ditandai oleh makin terpencarnya
lokasi sentra produksi membuat kompetisi antar stakeholder dan shareholder menjadi
semakin kompetitif. Bersamaan dengan itu, meningkatnya persaingan pada tingkat
global mendorong stakeholder dan shareholder untuk memanfaatkan perkembangan
teknologi dengan melakukan investasi teknologi terkini untuk moda transportasi serta
pengelolaan informasi agar dapat digunakan lebih efisien dalam kegiatan logistik.
Masalah logistik dan transportasi multimoda membutuhkan solusi dan upaya melalui
suatu penelitian. Infrastruktur logistik Indonesia lebih banyak menggunakan sistem
bersifat konvensional dimana regulasi belum cukup mengatur seluruh kegiatan sektor
logistik, masih bersifat sektoral dan tidak komprehensif, dan serta tidak diikuti oleh
penegakan hukum (law enforcement).
Transportasi antarmoda lebih menekankan pada upaya pemaduan jaringan
pelayanan dan prasarana sedangkan transportasi multimoda lebih menekankan aspek
pelayanan pengangkutan barang dan penumpang. Dengan demikian pada transportasi
multimoda aspek prasarana bukan menjadi aspek utama karena dalam prakteknya,
skema operasi angkutan multimoda tidak diselenggarakan langsung oleh pemerintah
namun diselenggarakan oleh badan usaha. Badan Usaha Angkutan Multimoda yang
dimaksud adalah Badan Usaha Indonesia yang mempunyai izin dari pemerintah untuk
bertindak atas namanya sendiri atau melalui badan hukum lain yang mewakilinya,
menutup dan menyelesaikan kontrak angkutan multimoda dan menerbitkan dokumen
angkutan barang. Dengan demikian diharapkan beban pemerintah sebagai penyedia
dan penyelenggara pelayanan transportasi bagi masyarakat dapat berkurang. Dengan
adanya angkutan multimoda diharapkan proses perpindahan penumpang dan
distribusi barang menjadi lebih efektif dan efisien.
Di sisi lain, saat ini Indonesia masih memiliki kesenjangan pembangunan
yang cukup besar. Contoh yang paling jelas adalah tingginya kesenjangan antara
pembangunan di Pulau Jawa dan Papua. Kesenjangan pembangunan yang ada saat ini
tidak hanya dilihat dari sisi fisik prasarana wilayah namun juga dari sisi ekonomi dan
sosial. Hal ini salah satunya disebabkan oleh distribusi logistik yang tidak merata.
Untuk menutup kesenjangan tersebut maka diperlukan pemerataan pembangunan
dengan memberikan dukungan transportasi pada wilayah tertinggal sehingga arus
komoditas ekonomi, logistik dan mobilitas penduduk menjadi lebih lancar. Salah satu
cara untuk mendukung distribusi logistik ke berbagai wilayah tertinggal tersebut
adalah dengan pengembangan skema angkutan multimoda.

II. PEMBAHASAN
Regulasi mengenai penyelenggaraan angkutan multimoda pada dasarnya telah
diatur dalam PP No. 8 tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda. Dalam peraturan
pemerintah ini telah diatur ketentuan umum, lingkup kewenangan, peran serta fungsi
badan usaha angkutan multimoda dan pemerintah. Namun sebagian besar ketentuan
tersebut hanya merujuk pada kegiatan angkutan multimoda komersial. Sedangkan
untuk penyelenggaraan angkutan multimoda yang bersifat perintis belum diatur
secara detail. Saat ini belum ada badan usaha angkutan multimoda yang berminat
membuka pelayanan angkutan ke wilayah tertinggal, selain dinilai tidak layak secara
finansial dari sisi bisnis, masih terdapat kendala dari sisi teknis dan non-teknis seperti
sistem perizinan yang belum terpadu, minimnya insentif pemerintah dan regulasi
yang tumpang tindih (Biro Perencanaan, 2011). Khusus terkait angkutan multimoda
yang melayani angkutan di luar wilayah perkotaan saat ini belum berkembang karena
minat pengguna jasa yang rendah serta sulitnya penentuan trayek akibat tingginya
variasi permintaan antara satu wilayah dengan wilayah lain (BSTP, 2012).
Permasalahan utama dalam penyelenggaraan angkutan multimoda adalah
masalah perizinan dan tumpang tindihnya regulasi khususnya terkait standar
pelayanan minimum. Dari sisi regulasi, saat ini proses pengajuan izin antar sektor
transportasi baik dari transportasi darat, laut, kereta api dan udara belum memiliki
keterpaduan antara satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, badan usaha angkutan
multimoda diwajibkan untuk mengajukan dokumen kesiapan seluruh prasarana dari
moda yang digunakan. Hal ini cukup menyulitkan karena operator setiap
penyelenggara moda berbeda-beda, sehingga untuk menyusun dokumen perizinan
terkendala koordinasi antar operator (e.g. pelabuhan diselenggarakan oleh PT.
PELNI, bandara diselenggarakan PT. Angkasa Pura, kereta api oleh PT. KAI dll).
Akan lebih baik apabila pemerintah menyiapkan pusat informasi terpadu sebagai
fasilitas komunikasi antara pelaku usaha angkutan multimoda, penyelenggara
prasarana (operator) serta stakeholder lainnya seperti kementerian/ lembaga terkait
dan pemerintah daerah. Dengan fasilitas dan kemudahan perizinan maka diharapkan
semakin banyak pihak yang berminat untuk menjadi pelaku usaha angkutan
multimoda.
Khusus untuk pelayanan angkutan multimoda ke wilayah tertinggal
diperlukan adanya dukungan pemerintah untuk mendorong minat pelaku usaha, salah
satunya adalah dengan memberikan insentif. Insentif yang dapat diberikan antara lain
adalah kemudahan izin, pajak yang rendah serta subsidi terhadap operasional
angkutan. Pada dasarnya banyak wilayah di Indonesia yang memiliki potensi
komoditas ekonomi yang cukup tinggi khususnya di sektor pertanian, agraria,
perikanan dan perkebunan. Berdasarkan data saat ini baru terdapat 1.816 (4%) UKM
dan industri rumahan di Pulau Jawa yang telah terhubung sentra logistik wilayah yang
memiliki distribusi nasional (Kem. Koperasi dan UKM, 2012). Pola distribusi dari
sentra logistik tersebut telah memanfaatkan skema angkutan antar moda/ multimoda
meskipun penyelenggaraannya belum dilakukan oleh badan usaha. Sebagian besar
produk dan komoditas UKM dan industri rumahan tersebut didistribusikan keluar
Jawa memanfaatkan angkutan jalan, penyeberangan, kereta dan laut. Apabila potensi
komoditas produksi UKM dan industri rumahan khususnya yang berada di wilayah
tertinggal ini diberi akses pemasaran dan distribusi yang luas, dapat dipastikan
pertumbuhan perekonomian diwilayah tersebut juga akan meningkat. Dari data,
diketahui bahwa terdapat setidaknya 250.000 sentra UKM dan industri rumahan di
seluruh Indonesia yang memiliki pasar di tingkat provinsi dan nasional. Sebagian
besar sentra UKM dan industri rumahan tersebut berada di daerah tertinggal yang
berada jauh dari pusat kegiatan wilayah dan bisnis. Meskipun berada diwilayah yang
relatif terpencil, potensi pendapatan daerah dari komoditas ekonomi UKM dan
industri rumahan ini cukup besar yaitu diperkirakan mencapai Rp. 12 triliun per tahun
(Kem. Koperasi dan UKM, 2012). Untuk mendukung pemasaran potensi komoditas
tersebut maka diperlukan dukungan transportasi yang efektif dan efisien baik dari sisi
waktu dan biaya. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengembangkan angkutan
multimoda perintis ke wilayah tertinggal tersebut.
Dalam suatu bisnis, perdagangan dan industri suatu komoditas (produk), ada
beberapa pemangku kepentingan, atau biasa disebut peserta rantai suplai “supply
chain participants”. Peserta rantai suplai ini ada yang berperan sebagai peserta inti
(core), yaitu yang melakukan perdagangan dan industri komoditas/produk terkait, dan
ada yang sebagai peserta pendukung (enabler), yaitu yang tidak ikut melakukan
perdagangan dan industri produk terkait tetapi menyediakan jasa pendukungnya,
seperti jasa logistik, teknologi informasi, perbankan, dan lain-lain. Dalam sistem
logistik di suatu industri atau negara, model teoritis tentang pengendalian arus
pergerakan barang, membagi pelaku kegiatan logistik dalam lima kelompok, yaitu:
a. Produsen dan Pedagang yang menentukan lokasi berdasarkan sumber pasokan
bahan baku dan jaringan distribusi yang dibutuhkan, bentuk proses produksi dan
jenis jalur penjualan, serta jenis/tipe/merek dan harga dari produknya;
b. Konsumen yang menentukan jenis dan jumlah barang-barang yang akan dibeli
dari produsen, dan preferensi dimana produk tersebut dibeli
c. Penyedia jasa logistik yang menyimpan barang atas nama pemilik barang,
mencatat, mensortir dan termasuk juga mengemas bilamana perlu, mengangkut
sesuai dengan rencana penyediaan (fulfillment plan), yang juga disesuaikan
dengan karakteristik barang yang diangkut dan moda angkutan yang diperlukan
d. Pemilik prasarana dan sarana angkutan yang biasanya adalah agen yang
melaksanakan kegiatan angkutan tersebut, sesuai prinsip operasi moda
angkutannya
e. Pemerintah yang menyiapkan peraturan perundangan dan infrastruktur yang
diperlukan untuk terlaksananya proses logistik di dalam suatu sistem.

III. KESIMPULAN
Upaya untuk mendorong minat pihak swasta untuk menjadi pelaku usaha di
sektor transportasi khususnya angkutan multimoda dapat dilakukan dengan
mempermudah proses perizinan dengan cara memberikan fasilitas komunikasi antara
pelaku usaha dengan para stakeholder di sektor transportasi berupa pusat informasi
terpadu. Selain itu dukungan dalam penyelenggaraan angkutan multimoda perintis
juga diperlukan untuk menarik minat pelaku usaha. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan insentif berupa kemudahan ijin, keringanan pajak dan subsidi bagi
pelaku usaha yang bersedia menyelenggarakan angkutan multimoda perintis terutama
untuk mendukung distribusi dan pemasaran produk industri UKM di daerah
tertinggal.
Buruknya daya dukung infrastruktur menjadi faktor utama tingginya biaya
logistik. Masih sedikit simpul-simpul yang menghubungkan sistem transportasi
multimoda. lah satu faktor yang dapat mempengaruhi daya saing perekonomian di
Indonesia sehingga bisa menyebabkan turunnya iklim investasi. Biaya logistik di
Indonesia yang masih berkisar 17 persen dari biaya produksi. Hal ini menyebabkan
tingginya biaya produksi, sehingga dapat menurunkan daya beli pada suatu produk.
Manajemen pengelolaan kegiatan transportasi masih menghadapi kendala dalam
bentuk terbatasnya SDM yang berkualitas dan profesional dalam bidang transportasi,
hambatan kelembagaan, daya dukung perkembangan intramoda dan multimoda yang
masih kurang, penggunaan teknologi maju dalam pengelolaan transportasi yang
masih minim dikarenakan terbatasnya dana. Perlu adanya Pembangunan infrastruktur
transportasi yang mendukung kinerja logistik, harus mempertimbangkan kebutuhan
moda transportasi prioritas di daerah tersebut menurut potensi masing-masing daerah.
Bisa dilihat potensi daerah tersebut, tidak perlu memaksakan pembangunan
infrastruktur. Memanfaatkan infrastruktur yang ada secara maksimal.

IV. DAFTAR PUSTAKA


KM Perhubungan No. 15 Tahun 2010 tentang Cetak Biru Transportasi Antarmoda/
Multimoda Nasional

Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda

Rencana Kerja Pengembangan Transportasi Darat Dalam Untuk Mendukung


Penyelenggaraan Angkutan Multimoda, Biro Perencanaan, Ditjen Perhubungan
Darat, Kementerian Perhubungan. 2011

Kajian Pengembangan Angkutan Multimoda Antar Wilayah Perkotaan. Direktorat


Bina Sarana Transportasi Perkotaan, Ditjen Perhubungan Darat. Kementerian
Perhubungan. 2012

Pengembangan UKM Melalui Peningkatan Distribusi Logistik Nasional. Kem.


Koperasi dan UKM, Deputi Bidang Pemasaran dan Usaha, Asdep Sarana dan
Prasarana pemasaran. 2012

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Cetak Biru


Penataan dan Pengembangan Sektor Logistik Indonesia. Jakarta: Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, 2008.

Adisasmita, S. A. Transportasi dan Pengembangan Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu,


2011b.
Bowersox, D. J. Manajemen Logistik: Integrasi Sistem-Sistem Manajemen Distribusi
Fisik dan Manajemen Material. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Anda mungkin juga menyukai