Anda di halaman 1dari 13

BAB II

Kajian Praktek Lapangan

A. Definisi Offshore Company

Secara bahasa dapat diartikan, Offshore adalah jauh dari daratan.

Dalam industri perminyakan, offshore mengacu pada pengembangan

ladang minyak dan simpanan gas alam di bawah laut.

Dalam sektor energi angin, terdapat juga istilah “Offshore wind

farms” yang artinya menghasilkan energi dengan kincir angin yang dipasang

di pesisir pantai. Sejak adanya perputaran energi, istilah “offshore” di Jerman

sering digunakan untuk pembangkit listrik melalui tenaga angin.

1. Perusahan Offshore

Perusahaan offshore adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang

eksplorasi dan produksi minyak mentah & gas alam. Terdapat berbagai

macam jenis perusahaan dari keaganenan kapal, crewing services, Ship

Management, dan lain- lain.

2. Offshore Rig – Crude oil extraction

Offshore Rig minyak digunakan untuk eksplorasi lepas pantai dan produksi

minyak mentah. Cadangan minyak mentah di lautan memungkinkan

diadakannya pengeboran dan ekstraksi bawah laut.

Cadangan ini diambil menggunakan offshore rig minyak. Platform

pengeboran yang digunakan untuk pengembangan selanjutnya diganti sebagian

oleh platform produksi. 25 persen dari cadangan minyak di seluruh dunia

terbukti dapat ditemukan di cadangan minyak lepas pantai.


3. Offshore Rig-Natural Gas Extraction

Offshore Rig Natural Gas digunakan untuk eksplorasi bawah laut dan

produksi gas alam. Untuk mengembangkan dan mengeksploitasi

cadangan gas alam di bawah laut, anjungan pengeboran didirikan dan

nantinya akan digantikan oleh anjungan produksi.

Untuk eksplorasi dan produksi minyak mentah & gas alam menggunakan

anjungan offshore, banyak perusahaan ekstraksi gas alam & minyak

mentah melibatkan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri

offshore dengan pengetahuan eksplorasi mendalam dan pengalaman

bertahun- tahun dalam manajemen regulasi dan prosesyang efisien

seperti serta pengurangan biaya.

4. Offshore engineering

Offshore Engineering adalah disiplin ilmu teknik yang berhubungan

dengan desain dan konstruksi struktur yang dimaksudkan untuk bekerja

dalam posisi di lingkungan laut. Mayoritas struktur offshore digunakan

dalam industri Minyak dan Gas Bumi.

5. Offshore Drilling

Pengeboran lepas pantai atau offshore drilling adalah proses mekanis

mengebor bawah dasar laut. Ini biasanya dilakukan untuk

mengeksplorasi dan kemudian mengekstraksi minyak bumi yang

terletak pada batuan di bawah dasar laut. Paling umum, istilah ini

digunakan untuk menggambarkan kegiatan pengeboran di kontinental.


Akan tetapi istilah ini juga dapat diterapkan untuk pengeboran di

danau, perairan darat dan laut pedalaman.

Pengeboran lepas pantai menghadirkan tantangan untuk lingkungan, baik

di lepas pantai maupun di darat karena adanya hidrokarbon yang

dihasilkan dan bahan yang digunakan selama operasi pengeboran. hal ini

menyebabkan kontroversi dan perdebatan tentang offshore drilling.

6. Offshore Jobs / Pekerjaan Offshore

Offshore jobs adalah pekerjaan yang bersangkut paut dengan pekerjaan

offshore. Pekerjaan ini sangat berkaitan dengan perusahaan offshore.

Perusahaan offshore lah pemberi kerja offshore bagi pencari kerja.

B. Definisi Kapal

Di dalam Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1988 tentang

Penyelenggaraan dan Pengusahaan Pengangkutan Laut, yang disebut dengan

kapal adalah “alat apung dengan bentuk dan jenis apapun.” Definisi ini sangat

luasjika dibandingkan dengan pengertian yang terdapat di dalam pasal 309

Kitab Undang- undang Hukum Dagang (KUHD) yang menyebutkan kapal

sebagai “alat berlayar, bagaimanapun namanya, dan apapun sifatnya.” Dari

pengertian berdasarkan KUHD ini dapat dipahami bahwa benda- benda


apapun yang dapat terapung dapat dikatakan kapal selama ia bergerak,

misalnya mesin penyedot lumpur atau mesin penyedot pasir.

Definisi lebih spesifik dan detail disebutkan di dalam Undang-

undang no. 17 tahun 2008 mengenai Pelayaran, yang menyebutkan Kapal

adalah “kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan

dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda,

termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah

permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak

berpindah- pindah.” Dengan demikian, kapal tidaklah semata alat yang

mengapung saja, namun segala jenis alat yang berfungsi sebagai kendaraan,

sekalipun ia berada di bawah laut seperti kapal selam. Kecuali pada KUHD,

istilah kapal meliputi alat apung, alat berlayar, atau kendaraan air yang

berada di segala jenis perairan, yaitu laut, selat, sungai, dan danau. Di dalam

KUHD, istilah kapal khususmengacu pada kapal laut.

1. Perlengkapan dan bagian Kapal.

KUHD pasal 309 di atas memasukkan segala perlengkapan kapal ke dalam

pengertian kapal. Adapun yang dimaksud dengan perlengkapan kapal

merupakan “segala barang yang tidak merupakan bagian kapal itu, tetapi

diperuntukkan tetap digunakan dengan kapal itu.” Yang termasuk ke

dalam perlengkapan itu, berdasarkan penjelasan atas pasal 124 ayat (1)

Undang- undang no. 17 tahun 2008, adalah “bagian- bagian yang termasuk

dalam perlengkapan navigasi, alat penolong, penemu (smoke detector) dan

pemadam kebakaran, radio dan elektronika kapal, dan peta- peta serta
publikasi nautika, serta perlengkapan pengamatan meteorologi untuk kapal

dengan ukuran dan daerah pelayaran tertentu.” Yang termasuk

perlengkapan navigasi, antara lain RADAR, SONAR, fish finder/echo

sounder, kompas, klinometer, hydrometerm, dan barometer. Yang

termasuk Alat penolong, meliputi pelampung penolong, rompi penolong

(baju renang), rakit kembung, rakit tegar, alat- alat pelempar tali, serta

sekoci penolong. Alat pemadam kebakaran, meliputi alat pemadam api

ringan seperti dry chemical, pemadam jinjing busa, dan water pressure;

alat pemadam dengan pendinginan air seperti nozzle, hidrant, dan slang

pemadam; pasir dalam kotak serta sekop. Sejumlah perlengkapan lain

yang terdapat di dalam kapal yaitu:

a. Sarana tambat labuh, antara lain dampra, tali tambat, dan alat

penembak tali

b. Alat- alat berlabuh jangkar, yaitu rantai/tali jangkar, bosa dasar,

jangkar, mesin jangkar, ceruk rantai, dan band stopper

c. Beragam takel, blok, dan tali ulangnya yang diperuntukkan

agar pengangkatan beban menjadi mudah dan ring Seluruh

perlengkapan kapal yang tersebut di atas merupakan benda- benda

yang dapat dipindah- pindah. Sebaliknya bagian kapal merupakan

benda- benda yang melekat pada kerangka kapal. Benda- benda ini

terdiri dari anjungan kapal, haluan kapal, lunaskapal, buritan, dan

lambung kapal.
C. Definisi Awak Kapal

1. Awak Kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan diatas kapal

oleh pemilik, atau operator kapal untuk melakukan tugas diatas kapal

sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil(UU

No.17/2008).

2. Anak Kapal adalah mereka yang namanya tercantum dalam daftar anak

kapal (KUHD).

3. Anak Buah Kapal adalah awak kapal selain Nakhoda.(UU No.17/2008).

4. Pelayar adalah Semua orang yang ada di kapal ( UU No 21 semua orang

yang ada di kapal Selain Nakhoda )

5. Perwira adalah mereka yang dalam daftar anak kapal diberikan pangkat

sebagai perwira ( KUHD )

6. Pelaut adalah setiap orang yang mempunyai kualifikasi keahlian atau

ketrampilan sebagai Awak kapal ( PP 7/20000).

D. Awak kapal Mix ( diatas kapal terdapat berbagai awak kapal dari

berbagai negara)

Kapal saya yang berbendera UAE ( United Arab Emirate ) dan berbasis dari

companyMARCAP ( Marine Capabilities ) LLC di Abu Dhabi dan didirikan

pada tahun 1963 Dan memiliki berbagai armada kapal dan awak kapal dari

berbagai seluruh penjuru dunia Termasuk Indonesia yang telah memenuhi

syarat dan ketentuan ketentuan standard maritime Internasional yang

diberlakukan oleh perusahaan untuk menjabat pada posisi yang telah Diatur
dan ditetapkan oleh undang undang pelayaran setempat sesuai dengan ijazah

dan Pengalaman berlayar masing – masing

E. Definisi Nakhoda

https://www.google.co.id/books/edition/Manajemen_Kapal_Niaga/

MAAeEAAAQBAJ?

hl=en&gbpv=1&dq=Nakhoda+merupakan+pemimpin+di+atas+kapal&pg=P

A81&printsec=frontcover . Nakhoda merupakan pemimpin di atas kapal yang

bertanggung jawab penuh atas keselamatan kapal, penumpang, dan barang

muatan selama proses pelayaran dari pelabuhan pemuatan sampai di pelabuhan

tujuan. Untuk menegakkan tanggung jawab tersebut, diperlukan sanksi

pidana dan sanksi itu telah diatur dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun

2008 Tentang Pelayaran (UU Pelayaran).

Berdasarkan Pasal 1 angka 36 UU Pelayaran, Kapal adalah

kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan

tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk

kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air,

serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah- pindah.

Pengertian Nahkoda dapat dilihat pada Pasal 1 angka 41 UU

Pelayaran, yaitu Nakhoda kapal adalah salah seorang dari Awak Kapal yang

menjadi pemimpin tertinggi di kapal dan mempunyai wewenang dan

tanggung jawab tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Oleh karena Nahkoda bertanggung jawab atas keselamatan

kapalnya, sudah seharusnya Nahkoda memeriksa keselamatan dan keamanan


kapalnya sebelum berlayar. Hal ini tercantum pada Pasal 117 UU Pelayaran,

yaitu:

a. Keselamatan dan keamanan angkutan perairan yaitu kondisi

terpenuhinya persyaratan :

1) Kelaiklautan kapal; dan Kenavigasian.

b. Kelaiklautan kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib

dipenuhi setiap kapal sesuai dengan daerah pelayarannya yang meliputi :

Keselamatan kapal, Pencegahan pencemaran dari kapal, Pengawakan

kapal, Garismuat kapal dan pemuatan, Kesejahteraan Awak Kapal dan

kesehatan penumpang, Status hukum kapal, Manajemen keselamatan

dan pencegahan pencemaran dari kapal dan Manajemen keamanan kapal.

Selain harus memeriksa keselamatan dan keamanan kapal sebelum

berlayar, seorang Nahkoda juga harus melakukan upaya dalam hal kapal

mengalami bahaya. Hal ini diatur pada Pasal 244 ayat (2) UU Pelayaran,

yaitu setiap orang yang mengetahui kejadian bahaya terhadap kapal dan/atau

orang wajib segera melakukan upaya pencegahan, pencarian dan pertolongan

serta melaporkan kejadian kepada pejabat berwenang terdekat atau pihak lain.

Ayat (3) kemudian menyatakan Nakhoda wajib melaporkan bahaya kepada:

1. Syahbandar pelabuhan terdekat apabila bahaya terjadi di wilayah

perairan Indonesia; atau

2. Pejabat Perwakilan Republik Indonesia terdekat dan pejabat pemerintah

negara setempat yang berwenang apabila bahaya terjadi di luar wilayah

perairan Indonesia.
Apabila Nahkoda melayarkan kapalnya tanpa menghiraukan

keselamatan dan keamanan kapal sehingga menyebabkan kecelakaan pada

kapal, maka kecelakaan tersebut murni merupakan tanggung jawab sang

Nahkoda. Hal ini sesuai dengan Pasal 249 UU Pelayaran bahwa kecelakaan

kapal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 245 UU Pelayaran merupakan

tanggung jawab Nakhoda kecuali dapat dibuktikan sebaliknya. Dengan

demikian, beban pembuktian ada pada sang Nahkoda. Seorang Nahkoda yang

baik pun bertanggung jawab meninggalkan kapalnya paling terakhir setelah

semua penumpang keluar. Kecelakaan kapal yang tercantum di Pasal 245 UU

Pelayaran merupakan kejadian yang dialami oleh kapal yang dapat

mengancam keselamatan kapal dan/atau jiwa manusia berupa:

1. Kapal tenggelam;

2. Kapal terbakar;

3. Kapal tubrukan; dan

4. Kapal kandas.

Nahkoda yang lalai dalam menjalankan tugasnya dapat dikenakan sanksi

pidana oleh karena perbuatannya. Sanksi pidana tersebut dapat dilihat pada

Pasal 302 UU Pelayaran:

1. Nakhoda yang melayarkan kapalnya sedangkan yang bersangkutan

mengetahui bahwa kapal tersebut tidak laik laut sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 117 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3

(tiga) tahun atau denda paling banyak Rp 400.000.000,00 (empat

ratusjuta rupiah).
2. Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengakibatkan

kerugian harta benda dipidana dengan pidana penjara paling lama 4

(empat) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima

ratusjuta rupiah).

3. Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan

kematian seseorang dan kerugian harta benda dipidana dengan pidana

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp

1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratusjuta rupiah).

Sumber hukum : Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran.

F. Sistem Komunikasi di atas kapal khususnya buat kapal Pandu ( pilot

Boat )

Adapun sistem komunikasi di atas kapal ada berbagai cara dan alat

yang dipergunakan untuk Kapal pandu atau Pilot boat yang beroperasi di

ARAMCO OFFSHORE Saudi Arabian Sebagai berikut :

- Marine VHF Radio : Alat komunikasi yang sangat penting di atas kapal

dan sebagai Salah satu syarat kelaiklautan dari sebuah kapal radio VHF

yang digunakan untuk Komunikasi antar kapal , antar station darat, dan

harus dipergunakan dengan benar Mengikuti prosedur khususya

menyangkut penggunaan frekuensi atau kanal.

- ( Minimal 2 VHF Radio ada di atas kapal / anjungan untuk standby

frekuensi Marabaya Dan frekuensi umum yang dipakai untuk operasional

kapal dengan station darat atau Pencarter kapal.)


- Hand held VHF Radio : Alat dengan output maksimum sebanyak 6 watt

memiliki Daya yang cenderung rendah dan antenna yang pendek. Hanya

dipergunakan untuk Komunikaso jarak pendek maksimal 5 mill dari satu

sama yang lain dan sebagai Perangkat cadangan darurat dan

menggunakan baterai yang cukup bervariasi sehingga bisa dipilih sesuai

kebutuhan .

- Telepon Satelit : Alat telepon satelit sangat luas jangkauan sehingga bisa

melakukan Komunikasi di tempat tempat yang biasanya tidak terjangkau

telepon seluler mulai dari Area penggunungan hingga laut. Alat telepon

satelit Inmarsat C bisa digabungkan Seperangkat alat computer untuk

komunikasi menggunakan email sebagai alat komunikasi Dengan

perusahaan , pencarter dan sebagai alat komunikasi laporan harian ,

mingguan Ataupun bulanan dalam kegiataan kapal sehari hari.

G. Familiarisasi di atas kapal

Familiarisasi di atas kapal merupakan yang sangat penting bagi awak

kapal khususnya ABK yang bekerja di atas kapal dan merupakan keutamaan

agar berjalan dengan efektif sesuai dengan prosedur di setiap perusahaan

pelayaran pada umumnya. Familiarisasi adalah sebuah Tindakan atau proses

diatas kapal bagi ABK kapal yang baru join di atas kapal agar menjadi akrab

dan sebagai sosialisasi yang baru ditempatkan di atas kapal untuk memahami

dengan benar tugas dan tanggung jawab masing masing jabatan yang telah

dipercaya dan ditunjuk oleh perusahaan dalam menjalankan kewajiban dan

tugas di atas kapal yang berhubungan dengan keselamatan kapal ,


keselamatan kerja dan perlindungan lingkungan di sekitarnya. Dengan

mengacu pada International Safety Managemen ( ISM Code ) maka :

1. Perusahaan harus menjamin bahwa seorang Nakhoda atau Master di atas

kapal sudah dipilih secara teliti untuk memberikan Komando di atas

kapal dengan benar dan bertanggung jawab terhadap Anak buah kapal

dan lingkungan.

2. Nakhoda atau Master harus sepenuhnya mengetahui aturan SMS ( Safety

Management Ship ) yang telah dibuat oleh perusahaan dan pencarter

dengan sungguh sungguh untuk menghindari adanya kesalahan dalam

melakukan tugas dan tanggung jawab sebagai Nakhoda.

3. Perusahaan harus memberi dukungan yang diperlukan oleh Nakhoda di

atas kapal agar tugas tugas Nakhoda dapat terlaksana dengan aman.

4. Perusahaan harus menjamin bahwa di setiap kapal yang diawaki oleh

pelaut pelaut yang berkualifikasi, bersertifikat dan sehat secara medis

sesuai dengan persyaratan persyaratan baik secara nasional maupun

internasional.

5. Perusahaan harus membentuk dan memelihara prosedur yang akan

diugunakan untuk menempatkan jenis Latihan Latihan keselamatan di

atas kapal yang diperlukan dalam menunjang pelaksanaan SMS yang

diberikan kepada personil personil di atas kapal.

6. Perusahaan menjamin bahwa setiap personil di atas kapal dapat

berkomunikasi secara efektif dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawab sesuai jabatan yang telah dipercaya di atas kapal yang


berhubungan dengan SMS. Pada saat anak buah kapal maupun Nakhoda

yang baru join di atas kapal wajib melakukan familiarisasi di atas kapal

dengan tenggang waktu yang telah ditetapkan oleh persahaan atau

pencarter sebelum melakukan serah terima di atas kapal dengan anak

buah kapal atau Nakhoda yang akan digantikan posisinya dan

memberikan daftar inventaris inventaris di atas kapal Sesuai dengan

fungsi dan penempatan di atas kapal dalam keadaan baik.

Anda mungkin juga menyukai