Anda di halaman 1dari 13

Universitas Pamulang Akuntansi S-1

PERTEMUAN 16
PENGANGKUTAN LAUT DARAT DAN UDARA

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Dalam pertemuan 16 ini akan dijelaskan mengenai pengangkatan laut dan
pelayaran, pengangkutan darat dan udara dengan penjelasan dari masing-masing
pengangkutan tersebut. Setelah mempelajari ini, mahasiswa diharapkan mampu
untuk :
1. Mengidentifikasi konsep dari pengangkutan laut dan pelayaran.
2. Menjelaskan mengenai konsep pengangkutan darat.
3. Menjelaskan mengenai konsep pengangkutan udara.

B. URAIAN MATERI
1. Pengangkutan
Transportasi merupakan suatu kegiatan yang meliputi beberapa hal yaitu
memuat ke dalam transportasi, memindahkan dari tempat asal ke tujuan dengan
menggunakan alat transportasi, dan penurunan alat transportasi, baik kepada
orang (penumpang) maupun barang. Oleh karena itu, dalam mendukung
kelancaran serangkaian kegiatan dalam transportasi ini akan berkaitan dengan
ilmu hukum. Adapun dari proses kegiatan dalam transportasi secara tidak
langsung adalah sistem hukum, yang mana karena diantaranya mempunyai
unsur-unsur seperti, subyek, keberadaan dari obyek, adanya kejadian dan
hubungannya.
Definisi hukum transportasi secara keseluruhan adalah suatu aturan hukum
yang mana berisikan mengatur transportasi. Adapun yang termasuk dalam aturan
hukum yaitu : adanya ketentuan hukum, perjanjian yang mengatur berbagai
proses transportasi (darat, laut dan udara). Ketika berbicara tentang aturan
hukum, harus terdiri dari prinsip, teori dan praktek hukum dalam proses
transportasi. Prinsip hukum artinya bahwa dalam objek penelitian dalam bentuk
landasan filosofis (fundamental) yang membentuk dasar ketentuan mengenai
transportasi, untuk menyatakan suatu kebenaran, keadilan, dan kepatuhan yang
dapat diterima semua pihak. (Rulles of Law).
Teori hukum menjelaskan bahwa objek penelitian adalah norma yang
berlaku, dimana dirumuskan dalam Undang-Undang, Perjanjian, dan Bea Cukai,

Hukum Bisnis dan Regulasi 219


Universitas Pamulang Akuntansi S-1

dalam menyatakan bagaimana para pihak harus bertindak (Hukum Normatif).


Praktik hukum menjelaskan mengenai objek studi dalam bentuk tindakan, baik
sebagai aplikasi dari ketentuan Undang-Undang, Perjanjian, dan Bea Cukai,
tentang proses Transportasi. Tindakan ini dapat diketahui melalui serangkaian
tindakan nyata melalui instrumen hukum dalam bentuk dokumen dalam
transportasi (Hukum Terapan). Adapun mengenai prinsip hukum transportasi,
termasuk dalam 2 (dua) Karakteristik yaitu :
a. Prinsip hukum PUBLIC, karena memiliki unsur-unsur berikut: Manfaat, Usaha
Patungan, Adil & Berkeadilan, Keseimbangan, Kepentingan Umum, Integritas,
Kesadaran Hukum, Percaya Diri, Percaya Diri dan Keselamatan Penumpang;
b. Prinsip Hukum Perdata, karena memiliki unsur-unsur berikut: Konsensus,
Koordinasi, Campuran, Terbukti dengan Dokumen dan Non-Retensi

Dalam teori hukum ditekankan bahwa perbankan secara jelas dijelaskan


tentang rekonstruksi ketentuan perundangan dan perjanjian, tentang bagaimana
para pihak harus dibuat, sehingga tujuan transportasi dapat tercapai. Sedangkan
dalam praktik hukum, disebutkan bahwa peristiwa dan tindakan para pihak dalam
pengangkutan tujuan transportasi tidak selalu tercapai. Tidak mencapai tujuan
transportasi, karena 2 (dua) hal, yaitu sebagai :
a. Salah satu pihak melakukan "Wan Achievement".
b. Disebabkan oleh keadaan kekuatan (Force Majeur).

Tujuan transportasi sendiri adalah untuk mengangkut sesuatu baik barang


atau orang dari tempat asal ke tujuan dengan aman dan meningkatkan nilai
penggunaan, baik untuk penumpang (orang) dan barang yang diangkutnya.
Transportasi yang terdiri dari transportasi orang dan transportasi barang adalah
meliputi :
a. Angkutan laut,
b. Transportasi darat, termasuk transportasi darat (melalui sungai),
c. Pengangkutan udara.

Mengenai transportasi laut dan transportasi darat, ada beberapa konvensi


internasional tentang hukum dagang, sementara masalah transportasi lainnya
diatur dalam berbagai undang-undang khusus untuk tujuan ini.

Hukum Bisnis dan Regulasi 220


Universitas Pamulang Akuntansi S-1

2. Pengangkutan Laut Dan Pelayaran


a. Kapal Indonesia
Dalam perundangan hukum dagang dijelaskan bahwa kapan indonesia
merupakan kapal laut yang sudah memenuhi persyaratan menjadi kapal
indonesia, dalam hal ini menjadi kapal berkebangsaan indonesia. Adapun
syarat untuk menjadi kapal indonesia yaitu berkaitan dengan surat laut dan
pas kapal. Untuk ukuran kapan indonesia harus memenuhi standar yaitu 20
m3, dengan isi kotor bisa dibukukan ke register kapal dan atas kapan dengan
diikatkan pada hipotik. Dalam ketentuan hipotik juga berlaku ketentuan dalam
KUH dagang, yang juga berlaku KUHP. Pada tiap-tiap kapal harus mempunyai
kewarganegaraan, karena pada tingkat nasional, kapal tidak diketahui secara
hukum mana yang berlaku sehingga dalam beroperasi menjadi sulit.
b. Pengusaha Perkapalan
Istilah pengusaha kapal ini sering disebut dengan reder. Reder ini
merupakan pihak yang menggunakan kapal di laut sehingga menjalankan
sendiri atau menyuruh orang lain dalam menjalankan kapal. Dalam hal ini jika
menyuruh orang maka dijalankan oleh seorang nahkoda yang tentunya sudah
bekerja kepadanya. Adapun yang menjadi tanggung jawab pengusaha kapal
secara hukum adalah :
c. Tanggung Jawab Langsung
Tanggung jawab langsung artinya seorang pengusaha kapal menjadi
subjek secara hukum yang bertanggung jawab sendiri mengenai setiap
apapun yang diperbuat meskipun melawan hukum yang dilakukannya kepada
pihak anak buah kapal atau pihal lainnya.
d. Tanggung Jawab Pengganti (Vicarious Liability)
Berbeda dengan tanggung jawab langsung, maka tanggung jawab
pengganti adalah si pengusaha kapal bertanggung jawab segala tindakan
yang dilakukan oleh pihak yang bekerja di kapal, baik yang tetap maupun
yang sementara, namun memenuhi syarat seperti :
1) Tindakan yang merupakan tindakan melawan hukum
2) Tindakan yang dilakukan oleh pekerja kapal, baik yang tetap maupun yang
sementara
3) Tindakan yang dilakukan untuk kepentingan kapal dan muatan
4) Tindakan yang dilakukan pada saat menjabat
5) Tindakan yang dilakukan pada saat atau waktu pekerjaan berlangsung,

Hukum Bisnis dan Regulasi 221


Universitas Pamulang Akuntansi S-1

tidak diluar dari jam kerjanya.

3. Nahkoda Kapal, Anak Buah Kapal dan Penumpang


Mereka yansg berada dalam kapal terdiri dari nakhoda kapal, anak buah
kapal, dan para penumpang.
a. Tentang Nakhoda Kapal
Nakhoda merupakan seorang pemimpin kapal, yakni orang yang
mempunyai kekuasaan tertinggi dalam kapal. Di samping nakhoda, dalam
kapal ada lagi yang disebut dengan anak buah kapal. Seorang nakhoda
diangkat dan diberhentikan oleh pengusaha kapal. Dasar bagi nakhoda untuk
bekerja sebagai nakhoda adalah adanya apa yang disebut dengan "perjanjian
kerja laut" antara nakhoda (dan anak buah kapal !ainnya di satu pihak)
dengan pihak pengusaha kapal di lain pihak.
Seorang nakhoda mempunyai wewenang penuh dalam menjalankan
kapal. Dalam menjalankan tugasnya, dia diwajibkan bertindak dengan segala
kecakapan, kecermatan, serta kebijaksanaannya.Bahkan, apabila perundang-
undangan atau kebiasaan mengharuskannya, maka nakhoda wajib memakai
orang yang disebut dengan "pandu laut". Dalam keadaan bahaya,
pengendalian bahaya sepenuhnya ada dalam kewenangan nakhoda. Karena
itu, seorang nakhoda tidak boleh meninggalkan kapalnya ketika kapal dalam
keadaan bahaya, kecuali dalam hal-hal sebagai berikut:
1) Jika kepergiannya dari kapal mutlak diperlukan.
2) Jika nakhoda tersebut terpaksa meninggalkan kapal dalam rangka
menyelamatkan jiwanya.

Akan tetapi, jika kerena sesuatu sebab apa pun seorang nakhoda ber-
halangan dalam menjalankan tugasnya atau dia berada dalam keadaan tidak
mampu mengemudikan kapalnya, maka yang bertindak sebagai nakhoda
adalah:
1) Mualim pertama, apabila mualim pertama tidak ada, mualim yang
jenjangnya tertua/ tertinggi.
2) Apabila tidak ada mualim satu pun, seorang yang ditunjuk oleh "Dewan
Kapal".

Seorang nakhoda juga berkewajiban untuk menyimpan dan rnenjaga di

Hukum Bisnis dan Regulasi 222


Universitas Pamulang Akuntansi S-1

atas kapal dokumendokumen kapal sebagai berikut:


1) Surat laut atau pas kapal, surat ukur dan suatu ikhtisar dan register kapal.
2) Daftar anak buah kapal, surat keterangan muatan, charter party, dan
semua konosemen.
3) Perundang-undangan yang berlaku bagi suatu perjalanan kapal.
4) Buku harian kapal/jurnal harian, yang memuat kejadian-kejadian penting di
kapal.
5) Buku harian mesin (bagi kapal mesin).
6) Register hukuman.
b. Tentang Anak Buah Kapal
Seperti telah disebutkan bahwa di samping nakhoda, dalan kapal ada lagi
yang disebut dengan anak buah kapal (awak kapal, crew, seamm). Yang
dimaksud dengan anak buah kapal adalah para pekerja di kapal (selain
nakhoda) yang melakukan dinas anak buan kapal. Dengan dinas anak buah
kapal di sini, yang dimaksudkan adalah pekerjaan yang lazimnya dilakukan
oleh mereka yang telah diterima untuk bekerja di kapal kecuali pekerjaan
nakhoda. Sedangkan yang tidak termasuk dalam dinas anak buah kapal
adalah segala pekerjaan kuli-kuli muatan atau pekerjaan yang bersifat
sementara atau yang dilakukan secara darurat oleh penumpang lain selain
anak buah kapal.
Dalam hal ini anak buah kapal akan di catat pada suatu pendaftaran,
dengan daftar anak buah kapal yang sering disebut sebagai monsterrol.
Dengan ini anak buah kapal meliputi perwira dan kelasi dalam kapal tersebut.
Istilah perwira adalah anak buah kapal yang diangkat menjadi perwira, untuk
bertanggung jawab lebih dibandingkan anak buah kapal.
c. Carter Kapal
Terkait dengan carter kapal disini dibagi menjadi dua jenis yaitu carter
waktu dan carter perjalanan. Adanya perjanjian dari pihak perncarter kapal
dan pihak yang memberikan carter sering disebut sebagai charter party.
Yang dimaksud dengan carter waktu adalah suatu kontrak dengan mana
pihak yang satu (pihak yang memberi carter) mengikatkan diri untuk, selama
waktu tertentu, menyediakan sebuah kapal tertentu kepada pihak pencarter,
dengan maksud untuk menggunakan kapal tersebut dalam pelayarandi
lautan guna kepentingan pihak pencarter, dengan pembayaran suatu harga
(chartered freight) sesuai dengan jangka waktu penggunaannya.

Hukum Bisnis dan Regulasi 223


Universitas Pamulang Akuntansi S-1

Sedangkan yang dimaksud dengan carter perjalanan adalah suatu


kontrak yang mana pihak pemberi carter mengikatkan untuk dirinya sebagai
penyedia kapal dari sebagian atau seluruhnya kepada pihak pencarter. Ini
dengan maksud untuk mengangkut orang atau barang melalui jalur laut yang
bertujuan pada satu atau lebih perjalanan, dengan pembayaran suatu harga
tertentu yang pasti (chartered freight). Carter perjalanan ini dapat untuk
seluruh bagian kapal, tetapi i.apat juga untuk sebagian kapal. Di samping itu,
carter kapal dapat pula dibeda-bedakan sebagai berikut:
1) Carter tanpa awak kapal (bare boat charter)
Yang dimaksudkan adalah jika yang dicarter tersebut adalah kapal saja,
tanpa disertai dengan nakhoda dan anak buah kapal.Jadi.pihak pencarter
yang berkewajiban menyediakan nakhoda dan anak buah kapal tersebut.
2) Carter dengan awak kapal.
Ini merupakan carter kapal di mana yang dicarter tersebut adalah kapal
bersama nakhoda dan anak buah kapalnya.Jadi, pihak pem-beri carter
yang berkewajiban menyediakan nakhoda dan anak buah kapal tersebut
kepada pencarter. Salah satu kewajiban hukum penyedia kapal (pemberi
carter) dalam charter party, seperti juga kewajiban pengangkut (dengan
kapal) dalam perjanjian pengangkutan (common carrier) adalah dia
berkewajiban menjamin bahwa kapal dalam keadaan "laik laut"
(seaworthiness). Dengan ini pihak penyedia kapal mempunyai kewajiban
dalam menjamin kapal yang cukup kuat dan dapat bertahan dalam
berlayar.
d. Pengangkutan Barang melalui Kapal
Dalam hal ini proses pengangkutan barang merupakan usaha dalam
membawa barang dari pihak eskeditur menuju tempat yang dijanjikan dengan
menggunakan alat angkut yaitu kapal, kemudian dioperasikan oleh pihak
angkut yang mendapat imbalan sejumlah uang. Kewajiban dari pihak pengirim
barang adalah membayar upah angkut, sedangkan hak daii pengi-rim tersebut
adalah dikirimnya barang sampai ke tempat tujuan.Pihak pengangkut
(ekspeditur) adalah terdiri dari pihak pengusaha kapal (reder) atau bukan.
Sementara itu, hak dari pihak pengangkut adalah menerima upah angkut,
sedangkan kewajibannya yang terpenting adalah sebagai berikut:
1) yaitu proses mengangkut barang sampai ke tampat tujuan.
2) Yaitu proses laik laut dengan istilahnya adalah seaworthiness, artinya

Hukum Bisnis dan Regulasi 224


Universitas Pamulang Akuntansi S-1

bahwa pihak pengangkut mempunyai kewajiban dalam menjamin kapal


cukup kuat bertahan di laut saat berlayar.
3) Yaitu adanya proses kewaspadaan atau berjaga-jaga dengan istilahnya
adalah due dispatch. Artinya disini bahwa pihak pengangkut mempunyai
kewajiban membawa barang secara hati-hati dan waspada untuk mencapai
tujuan yang dimaksud.
4) Rute yang wajar (proper route). Maksudnya adalah barang diangkut ke
tempat tujuan dan tidak menyimpang ke tempat lain. • Hanya dalam hal-hal
force majeure dibenarkan penyimpangan-penyimpangan (deviation) yang
layak (reasonable).
e. Pengangkutan Orang dengan Kapal
Dalam proses pengangkutan orang atau barang melalui kapal artinya
dibawa dengan selamat tanpa kurang apapun mencapai titik atau tempat
tujuannya. Dengan ini pengangkutan dapat dilakukan melalui pihak pengirim
ataupun tidak. Mengenai hak dan kewajiban dalam pengangkutan brang
melalui kapan ini berlaku juga syarat kelaikan laut, dengan sistem pengakutan
orang lebih ketat (lebih tinggi derajatnya) berhubung yang akan dipertaruhkan
adalah nyawa manusia, bukan barang. Pengangkutan orang dengan kapal ada
2 (dua) macam, yaitu sebagai berikut:
1) Pengangkutan orang atas kontrak dengan pihak ketiga sebagai pengirim.
2) Pengangkutan setiap orang (tanpa terlibat pihak ketiga). Dalam hal ini
kontrak langsung dibuat dengan pihak penumpang dalam bentuk karcis
penumpang.
f. Tubrukan Kapal
Dikatakan bahwa terjadi tubrukan kapal apabila dua kapal atau lebih saling
bersentuhan. Kapal juga bisa terjadi tubruka di laut, ada dua jenis tubrukan
kapal adalah :
1) Adanya tubrukan kapal disebabkan oleh force majeure.
2) Adanya tubrukan kapal disebabkan oleh kesalahan para pihak.

Berdasarkan jenisnya, kedua tubrukan di atas bisa membawa


konsekuensi secara yuridis, yang berbeda pula terhadap tanggung jawab
hukumnya, yaitu sebagai berikut:
1) Jika tubrukan disebabkan alasan-alasan yang tidak terduga dan tidak
terhindarkan (force majeure), maka yang harus bertanggung jawab secara

Hukum Bisnis dan Regulasi 225


Universitas Pamulang Akuntansi S-1

hukum adalah masing-masing pihak, dalam hal ini masing-masing pihak


menanggung kerugian masing-masing.
2) Akan tetapi, jika tabrakan terjadi karena kesalahan dari sa'ah satu pihak,
maka pihak yang bersalah tersebut yang harus menanggung seluruh
kerugiannya.
3) Jika kedua-duanya bersalah, maka kerugian ditanggung o!eh kedua belah
pihak sesuai dengan tingkat kesalahannya.
4) Jika perimbangan tingkat kesalahan tersebut tidak dapat ditetap-kan,
maka masing-masing pihak menanggung kerugian sama besar.
g. Konosemen
Konosemen (bills of lading) telahdiatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang. Istilah konosemen merupakan suatu bentuk surat yang ada
tanggal dimana pengangkut menjelaskan mengenai penerimaan barang yang
diangkut sampai tujuan dengan menyerahkannya kepada pihak melalui
syarat-syarat dari konosemen. Dari pengertian konosemen bisa terlihat
bahwa elemen-elemen yuridis dari suatu konosemen adalah sebagai berikut :
1) Konosemen adalah suatu surat berharga.
2) Adanya suatu pengakuan bahwa pengangkut sudah menerima barang
titipan tersebut.
3) Adanya kesanggupan dari pengangkut dalam membawa barang tertentu.
4) Adanya kesanggupan bahwa pengangkut akan menyerahkan barang
kepada pihak yang berkewajiban menerimanya.
5) Barang yang diserahkan harus melalui syarat penyerahan yang sudah
ditentukan.

Adapun beberapa fungsi dari konosemen yang harus diperhatikan adalah


sebagai berikut:
1) Sebagai tanda terima barang.
2) Sebagai perjanjian pengangkutan.
3) Sebagai suatu surat berharga.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku (KUH Dagang), maka ada 3 (tiga)
jenis konosemen, yaitu sebagai berikut:
1) Konosemen atas pembawa (on bearer). Dalam hal ini barang diberikan
kepada siapa saja yang membawa konosemen tersebut.

Hukum Bisnis dan Regulasi 226


Universitas Pamulang Akuntansi S-1

2) Konosemen atas nama. Dalam hal ini barang diberikan kepada siapa yang
namanya ada dalam konosemen tersebut.
3) Konosemen atas tunjuk/pengganti. Dalam hal ini barang diberikan kepada
siapa saja yang ditunjuk oleh pengirim barang atau penggantinya.

Oleh karena bahwa konosemen merupakan surat berharga, maka suatu


konosemen dapat diperdagangkan (diperjualbelikan) kepada pihak ketiga. Cara
pe-mmdahan hak atas konosemen tersebut berbeda menurut jenis konosemen
tersebut. Konosemen atas nama, hanya dapat dipindahkan bila nama tersebut
belum ditulis dan kepada siapa sebagai pemegang terakhirlah nama tersebut
ditulis. Konosemen atas pembawa tidak menyebutkan siapa nama
pemegangnya, sehingga pemindahan hak atas konosemen tersebut dilakukan
hanya dengan cara pemindahan fisik dan konosemen tersebut. Sedangkan
pemindahan konosemen atas tunjuk/ pengganti adalah dengan cara
endorsemen, yakni dengan mencatat pemindahan tersebut di bagian belakang
dari konosemen tersebut.

4. Pengangkutan Lain Selain Pengangkutan Laut


Selain dari pengangkutan laut, terdapat model-model pengangkutan lain
yaitu sebagai berikut:
a. Pengangkutan Darat melalui Jalan Darat
Artinya disini bahwa pengangkutan barang atau orang melalui alat angkut
dengan kendaraan jalan darat, meliputi mobil, truk atau roda empat lainnya.
Dalam ketentuan pengankutan ini berdasarkan undang-undang mengenai
perhubungan dara dan asas kebebasan kontrak, yaitu hal-hal kontrak yang
berkaitan dengan peraturan melalui jalan darat.
b. Pengangkutan Sungai dan Perairan Darat
Artinya disini bahwa pengangkutan barang atau orang melalui alat angkut
yang berjalan di sungan atau perairan, berbeda dengan laut atau danau.
Dengan ini penggunaan alat angkut adalah kapal kecil atau perahu motor
(berbentuk motor atau tidak). Ketentuan yang mengatur tentang pengangkutan
sungai dan perairan darat ini adalah KUH Dagang dan perundang-undangan
tentang perhubungan darat, di samping juga asas kebebasan berkontrak,
yakni dengan membuat kontrak pengangkutan sungai dan perairan darat
tersebut.

Hukum Bisnis dan Regulasi 227


Universitas Pamulang Akuntansi S-1

c. Pengangkutan Kereta Api


Artinya disini bahwa pengangkutan barang atau orang dengan
menggunakan alat angkut melalui kereta api. Dalam hal ii ketentuan sudah
diatur mengenai pengangkutan kereta api yaitu berhubungan dengan bidang
perhubungan darat dan asas kebebasan dalam kontrak yaitu dengan membuat
kontrak dari pengangkutan kereta api.

5. Pengangkutan Udara
Angkutan udara merupakan suatu transportasi orang atau penumpang
dengan menggunakan kendaraan seperti pesawat terbang dan helikopter.
Ketentuan yang mengatur transportasi udara adalah undang-undang di bidang
transportasi udara dan prinsip kebebasan kontrak, yaitu dengan membuat
kontrak transportasi udara. Dalam hal ini transportasi udara telah diatur dalam
UU nomor 1 tahun 2009 mengenai penerbangan. Kemudian transportasi juga
dilakukan atas dasar kesepakatan antara para pihak. Dengan tiket penumpang
maupun bagasi sebagai bukti perjanjian transportasi dengan pembayaran biasa
angkutannya. Adapun asas dan tujuan dari penerbangan dapat diselenggarakan
berdasarkan asas-asas berikut ini yaitu :
a. Asas secara manfaat
b. Asas berdasarkan bisnis kekeluargaan
c. Asas yang merata dan adil
d. Asas yang memenuhi kepentingan umum
e. Asas mengenai keterpaduan
f. Asas dalam menegakkan hukum
g. Asas mengenai kemandirian
h. Asas yang bersifat terbuka dan anti monopoli
i. Asas yang berlandaskan wawasan pada lingkungan hidup
j. Asas yang memenuhi kriteria kedaulatan negara
k. Asas sesuai kebangsaan dan nusantara

Dalam proses penerbangan yang diselenggarakan tentunya memiliki tujuan,


yaitu sebagai berikut :
a. Untuk mewujudkan penyelenggaraan penerbangan secara teratur, tertib,
nyaman, aman, selamat dengan harga yang sesuai sehingga menghindari
praktik persaingan usaha yang saat ini banyak terjadi tidak sehat.

Hukum Bisnis dan Regulasi 228


Universitas Pamulang Akuntansi S-1

b. Untuk memfasilitasi adanya gerakan orang atau barang dengan jalur udara,
yang memprioritaskan serta melindungi transportasi udara, dalam hal ini untuk
mempercepat kegiatan dalam meningkatkan perekonomian nasional.
c. Dalam hal ini diselenggarakan untuk membina jiwa-jiwa dirgantara nasional.
d. Untuk menegakkan kedaulatan negara tentunya.
e. Untuk menciptakan daya saing yaitu mengembangkan teknologi serta dunia
industri khususnya angkutan udara nasional.
f. Untuk gerakan penunjang, mendorong dan menggerakan dalam tercapainya
pembangunan nasional.
g. Untuk memperkukuh adanya kesatuan serta persatuan dalam bangsa sebagai
wujud dari wawasan nusantara.
h. Untuk meningkatkan ketahanan secara nasional.
i. Untuk bisa mempererat hubungan sesama bangsa tentunya.

Beberapa jenis dari angkutan udara yang meliputi kegiatan dari angkutan
udara itu dibagi menjadi :
a. Angkutan Udara Niaga
Dalam hal ini angkutan udara niaga dibagi menjadi dua macam yaitu
angkutan udara niaga dalam negeri dan luar negeri.Kegiatan angkutan udara
niaga bisa dilakukan secara terjadwal maupun tidak, ini dilakukan oleh enntitas
bisnis angkutan udara nasional maupun asing dalam mengangkut kargo dan
penumpang secara khusus. Angkutan udara niaga yang domestik hanya bisa
dilakukan oleh angkutan udara secara nasional yang harus ada izin bisnis
dalam menjalankan transportasi udaranya. Untuk kegiatan angkutan udara
niaga yang tidak terjadwal bisa dilakukan berdasarkan lembaga pemerintah
atau permintaan badan usaha tertentu. Adapun kegiatan angkutan udara niaga
yang tidak terjadwal bisa meliputi :
1) Pertama apabila kelompok penumpang membeli semua atau minimal
sebagian kapasitas pesawat dengan paket perjalanan yang sudah termasuk
akomodasi dan pengaturan transportasi secara lokal nantinya.
2) Kedua adalah kelompok penumpang dengan membeli semua atau minimal
sebagian kapasitas pesawat yang sudah memenuhi paket termasuk tour
charter.
3) Ketiga adalah orang yang memberli semua kapasitas pesawat demi
kepentingan sendiri.

Hukum Bisnis dan Regulasi 229


Universitas Pamulang Akuntansi S-1

4) Keempat adalah jika termasuk taksi udara.


5) Kelima adalah adanya kegiatan angkutan udara niaga yang tidak berjadwal
yang lain.
b. Angkutan Udara Non Niaga
Dalam hal ini kegiatan angkutan udara non niaga bisa dilakukan oleh
pemrintah, baik daerah atau pusat, lembaga, individu atau badan usaha
lainnya. Kegiatan angkutan udara non niaga adalah sebagai berikut :
1) Angkutan udara yang bertujuan untuk kegiatan keudaraan atau aerial work.
2) Angkutan udara yang bertujuan untuk kegiatan pendidikan atau pelatihan
personil pesawat udara tertentu.
3) Dengan tujuan kegiatan pokok yang lain namun tidak usaha angkutan udara
yang niaga.

Untuk hak dan kewajiban dari pengangkutan udara adalah dengan


munculnya kewajiban antara kedua belah pihak dalam hal ini pengguna jasa
transportasi dan pengusaha angkutan udara tersebut, didahului dengan
perjanjian yang dibuat dan disepakati di muka, meskipun perjanjian tersebut
disepakati bersama dengan im adalah standar dalam arti yang berasal dari
pihak pengusaha transportasi yang telah dirumuskan sedemikian rupa
sehingga pengguna layanan hanya perlu menyetujuinya baik secara diam-
diam atau terbuka. Mengenai hak dan kewajiban operator, ketentuan tersebut
telah diatur dalam Undang-undang Angkutan Udara (OPU), selain itu ada juga
ketentuan khusus lainnya yang tidak menyimpang dari ketentuan hukum.

6. Pengangkutan Multimoda
Transportasi multimoda adalah model transportasi yang menggunakan
berbagai jenis alat angkut sekaligus. Misalnya, pengirim barang dari daratan
Jawa mengirim barang ke tengah Kalimantan. Dalam hal ini pengangkut akan
menggunakan beberapa alat transportasi. Misalnya, menggunakan:
a. Kereta api menuju pelabuhan di Jawa.
b. Kapal laut dari pelabuhan Jawa ke pelapuhan Kalimantan.
c. Truk dari pelabuhan laut ke pelabuhan sungai.
d. Perahu bermotor dari pelabuhan sungai ke tempat tujuan di hulu sungai

Ketentuan yang mengatur tentang pengangkutan multimoda ini adalah

Hukum Bisnis dan Regulasi 230


Universitas Pamulang Akuntansi S-1

kombinasi dari perundang-undangan di bidang perhubungan darat, laut,


udara, kereta api dan KUH Dagang. Di samping tentunya asas kebebasan
berkontrak, yakni dengan membuat kontrak pengangkutan multimoda
tersebut.

C. LATIHAN SOAL
1. Apa yang dimaksud dengan pengangkutan laut dan pelayaran? Coba Saudara
jelaskan dengan baik !
2. Apa yang dimaksud pengangkutan darat lewat jalan darat? Tolong jelaskan!.
3. Jelaskan secara lengkap mengenai carter kapal!.
4. Jelaskan tentang pengangkutan udara!.
5. Jelaskan tentang pengangkutan orang dengan kapal!.

D. DAFTAR PUSTAKA
Burton, Richard Simatupang. (2003). Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta: Rineka
Cipta.
Fuady, Munir. (2008). Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Harjono, Dhaniswara. (2009). Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta: Pusat
Pengembangan Hukum dan Bisnis Indonesia.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). (2013). Grahamedia-
Press.
Najih, Mokhammad. (2012). Pengantar Hukum Indonesia. Malang: Setara Press.
Saliman, Abdul. (2011). Hukum Bisnis Untuk Perusahaan. Jakarta: Prenada Media
Group.
Santiago, Faisal. (2012). Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Soekanto, Soerjono. (1991). SosiologiSuatuPengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sutiyoso, Bambang. (2006). Penyelesaian Sengketa Bisnis. Yogyakarta: Citra
Media.

Hukum Bisnis dan Regulasi 231

Anda mungkin juga menyukai