Anda di halaman 1dari 11

PERTEMUAN 16:

PENGANGKUTAN LAUT DARAT DAN UDARA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian Pengangkutan laut
dan Pelayaran, Pengangkutan Darat, Dan Pengangkutan Udara. Anda harus
mampu:
1.1 Mengidentifikasi konsep pengertian Pengangkutan laut dan Pelayaran.
1.2 Menjelaskan tentang Pengangkutan Darat.
1.3 Menjelaskan tentang Pengangkutan Udara.

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Mengidentifikasi konsep pengertian Pengangkutan laut dan
Pelayaran.

Pengangkutan
Pengangkutan, baik pengangkutan orang maupun pengangkutan barang
terdiri dari:
1. Pengangkutan laut,
2. Pengangkutan darat, termasuk pengangkutan pedalaman (lewat sungai), dan
3. Pengangkutan udara.
Tentang pengangkutan laut dan pengangkutan pedalaman diatur dalam
KUH Dagang beberapa konvensi internasional, sementara tentang pengangkutan
lainnya, diatur dalam berbagai perundang-undangan khusus untuk itu.

Pengangkutan Laut Dan Pelayaran


1. Pengertian Kapal Indonesia
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, maka kapal
Indonesia adalah setiap kapal laut yang telah memenuhi syarat menjadi kapal
Indonesia, sehingga menjadi kapal berkebangsaan Indonesia. Syarat-syarat

172
untuk menjadi kapal Indonesia adalah yang berkenaan dengan surat-surat laut
dan pas kapal.Kapal Indonesia yang berukuran minimal 20 m3 (dua puluh
meter kubik) isi kotor dapat dibukukan dalam suatu register kapal dan atas
kapal yang demikian dapat diikatkan dengan hipotik.Ketentuan yang berlaku
terhadap hipotik kapal di samping ketentuan yang terdapat dalam KUH
Dagang, juga berlaku ketentuan hipotik dalam KUH Perdata.
Setiap kapal harus memiliki kebangsaan, misalnya kebangsaan
Indonesia atau kebangsaan Panama. Sebab, taripa kebangsaan, atas kapal
tersebut tidak diketahui hukum mana yang berlaku, sehingga operasionalnya
akan menyulitkan.
2. Pengusaha Perkapalan
Pengusaha kapal disebut juga dengan istilah "reder". Mereka ini
merupa-kan pihak yang memakai kapal di laut dan menjalankan'sendiri atau
me-nyuruh orang lain untuk menjalankan kapal, yang,,dijalankan oleh
seorang nakhoda yang bekerja padanya.
Tanggung jawab hukum dari pengusaha kapal adalah sebacai berikut:
a. Tanggung Jawab Langsung
Dalam hal ini seorang pengusaha kapal sebagai subjek hukum
ber-tanggung jawab sendiri atas setiap perbuatan melawan hukum atau
wanprestasi yang dilakukannya kepada pihak anak buah kapal ataupun
kepada pihak lain.
b. Tanggung Jawab Pengganti (Vicarious Liability)
Di samping itu, pengusaha kapal juga bertanggung jawab atas
segala tindakan yang dilakukan oleh mereka yang bekerja di kapal, baik
pekerja tetap ataupun pekerja sementara, asalkan memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1) Perbuatan tersebut merupakan perbuatan melawan hukum.
2) Dilakukan oleh pekerja kapal, baik pekerja tetap ataupun pekerja
sementara.
3) Dilakukan guna kepentingan kapal atau muatannya.
4) Dilakukan dalam jabatannya, atau
5) Dilakukan pada waktu mereka sedang melakukan pekerjaan mereka.

173
3. Nahkoda Kapal, Anak Buah Kapal dan Penumpang
Mereka yang berada dalam kapal terdiri dari nakhoda kapal, anak
buah kapal, dan para penumpang.
a. Tentang Nakhoda Kapal
Nakhoda adalah pemimpin kapal, yakni orang yang mempunyai
kekuas-an lertinggi dalam kapal. Di samping nakhoda, dalam kapal ada
lagi yang aisebut dengan anak buah kapal.
Seorang nakhoda diangkat dan diberhentikan oleh pengusaha
kapal. Dasar bagi nakhoda untuk bekerja sebagai nakhoda adalah adanya
apa yang disebut dengan "Perjanjian Kerja Laut" antara nakhoda (dan
anak buah kapal !ainnya di satu pihak) dengan pihak pengusaha kapal di
lain pihak.
Seorang nakhoda mempunyai wewenang penuh dalam
menjalankan kapal.Dalam menjalankan tugasnya, dia diwajibkan
bertindak dengan segala kecakapan, kecermatan, serta
kebijaksanaannya.Bahkan, apabila perundang-undangan atau kebiasaan
mengharuskannya, maka nakhoda wajib memakai orang yang disebut
dengan "pandu laut".
Dalam keadaan bahaya, pengendalian bahaya sepenuhnya ada
dalam kewenangan nakhoda. Karena itu, seorang nakhoda tidak boleh
meninggalkan kapalnya ketika kapal dalam keadaan bahaya, kecuali
dalam hal-hal sebagai berikut:
1) Jika kepergiannya dari kapal mutlak diperlukan.
2) Jika nakhoda tersebut terpaksa meninggalkan kapal dalam rangka
menyelamatkan jiwanya.
Akan tetapi, jika kerena sesuatu sebab apa pun seorang nakhoda
ber-halangan dalam menjalankan tugasnya atau dia berada dalam
keadaan tidak mampu mengemudikan kapalnya, maka yang bertindak
sebagai nakhoda adalah:
1) Mualim pertama.
2) Apabila mualim pertama tidak ada, mualim yang jenjangnya tertua/
tertinggi.

174
3) Apabila tidak ada mualim satu pun, seorang yang ditunjuk oleh
"Dewan Kapal".
Seorang nakhoda juga berkewajiban untuk menyimpan dan
rnenjaga di atas kapal dokumendokumen kapal sebagai berikut:
1) Surat laut atau pas kapal, surat ukur dan suatu ikhtisar dan register
kapal.
2) Daftar anak buah kapal, surat keterangan muatan, charter party, dan
semua konosemen.
3) Perundang-undangan yang berlaku bagi suatu perjalanan kapal.
4) Buku harian kapal/jurnal harian, yang memuat kejadian-kejadian
penting di kapal.
5) Buku harian mesin (bagi kapal mesin).
6) Register hukuman.
b. Tentang Anak Buah Kapal
Seperti telah disebutkan bahwa di samping nakhoda, dalan kapal
ada lagi yang disebut dengan anak buah kapal (awak kapal, crew,
seamm).Yang dimaksud dengan anak buah kapal adalah para pekerja di
kapal (selain nakhoda) yang melakukan dinas anak buan kapal. Dengan
d'nas anak buah kapal di sini, yang dimaksudkan adalah pekerjaan yang
lazimnya dilakukan oleh mereka yang telah diterima untuk bekerja di
kapal kecuali pekerjaan nakhoda. Sedangkan yang tidak termasuk dalam
dinas anak buah kapal adalah segala pekerjaan kuli-kuli muatan atau
pekerjaan yang bersifat sementara atau yang dilakukan secara darurat
oleh penumpang lain selain anak buah kapal.
Anak buah kapal dicatat dalam suatu daftar, yang disebut dengan
daftar anak buah kapal (monsterrol).Anak buah kapal terdiri dari perwira
kapal dan kelasi kapal.Yang dimaksud dengan perwira-perwira kapal
adalah mereka dari anak buah kapal yang diangkat sebagai perwira.
4. Carter Kapal
Carter kapal ada 2 (dua) macam, yaitu:
a. Carter waktu (Time Charter) dan
b. Carter perjalanan (Voyage Charter, Round Voyage).

175
Perjanjian antara pihak pencarter kapal dengan pihak yang
memberikan carter disebut dengan charter party.Yang dimaksud dengan
carter waktu aclalah suatu kontrak dengan mana pihak yang satu (pihak yang
memberi carter) mengikatkan diri untuk, selama waktu tertentu, menyediakan
sebuah kapal tertentu kepada pihak pencarter, dengan maksud untuk
menggunakan kapal tersebut dalam pelayarandi lautan guna kepentingan
pihak pencarter, dengan pembayaran suatu harga (chartered freight) sesuai
dengan jangka waktu penggunaannya.
Sedangkan yang dimaksud dengan carter perjalanan adalah suatu
kontrak dengan mana pihak yang satu (yang memberi carter) mengikatkan
dirinya untuk menyediakan sebuah kapal tertentu, seluruhnya atau sebagian,
kepada pihak pencarter, dengan maksud untuk mengangkut orang-orang atau
barang melalui lautan, dalam 1 (satu) atau lebih perjalanan, dengan
pembayaran suatu harga tertentu yang pasti (chartered freight). Carter
perjalanan ini dapat untuk seluruh bagian kapal, tetapi i.apat juga untuk
sebagian kapal.
Di samping itu, carter kapal dapat pula dibeda-bedakan sebagai
berikut:
a. Carter tanpa awak kapal (bare boat charter)
Yang dimaksudkan adalah jika yang dicarter tersebut adalah kapal
saja, tanpa disertai dengan nakhoda dan anak buah kapal.Jadi.pihak
pencarter yang berkewajiban menyediakan nakhoda dan anak buah kapal
tersebut.
b. Carter dengan awak kapal.
Ini merupakan carter kapal di mana yang dicarter tersebut adalah
kapal bersama nakhoda dan anak buah kapalnya.Jadi, pihak pem-beri
carter yang berkewajiban menyediakan nakhoda dan anak buah kapal
tersebut kepada pencarter.
Salah satu kewajiban hukum penyedia kapal (pemberi carter)
dalam charter party, seperti juga kewajiban pengangkut (dengan kapal)
dalam perjanjian pengangkutan (common carrier) adalah dia
berkewajiban menjamin bahwa kapal dalam keadaan "laik laut"

176
(seaworthiness). Maksudnya pihak penyedia kapal wajib menjamin
bahwa kapal tersebut cukup kuat serta dapat dan tahan berlayar di laut.
5. Pengangkutan Barang dengan Kapal
Pengangkutan barang adalah usaha untuk membawa barang-barang
dari pihak ekspeditur ke tempat yang diperjanjikan dengan menggunakan alat
angkut (dalam hal ini: kapal) yang dioperasikan oleh pihak pengangkut,
terhadap mana pihak pengangkut mendapat imbalan berupa pembayaran
sejumlah uang. Kewajiban dari pihak pengirim barang adalah membayar upah
angkut, sedangkan hak daii pengi-rim tersebut adalah dikirimnya barang
sampai ke tempat tujuan.Pihak pengangkut (ekspeditur) adalah terdiri dari
pihak pengusaha kapal (reder) atau bukan. Sementara itu, hak dari pihak
pengangkut adalah menerima upah angkut, sedangkan ke-wajibannya yang
terpenting adalah sebagai berikut:
a. Mengangkut barang sampai ke tampat tujuan.
b. Laik laut (seaworthiness), maksudnya pihak pengangkut wajib menjamin
bahwa kapal tersebut cukup kuat serta dapat dan tahan berlayar di laut.
c. Kewaspadaan (due dispatch). Maksudnya adalah bahwa pihak
pengangkut wajib membawa barang dengan cara yang waspada dan
penuh kehati-hatian seperti bapak rumah-tangga yang baik.
d. Rute yang wajar (proper route). Maksudnya adalah barang diangkut ke
tempat tujuan dan tidak menyimpang ke tempat lain. • Hanya dalam hal-
hal force majeure dibenarkan penyimpangan-penyimpangan (deviation)
yang layak (reasonable).
6. Pengangkutan Orang dengan Kapal
Dalam pengangkutan orang, yang diangkut oleh pengusaha kapal
adalah orang-orang (penumpang) untuk dibawa sampai ke tempat
tujuan.Pengangkutan orang bisa dilakukan dengan pihak pengirim (pihak
ketiga) atau tanpa pihak pengirim.Dalam hal pengangkutan 'orang yang tidak
ada pihak pengirim, maka kontrak pengangkutan (normalnya hanya berbentuk
karcis penumpang) dibuat langsung antara pihak pengusaha kapal dengan
penumpang itu sendiri. Hak dan kewajiban dalam pengangkutan barang
berlaku juga terhadap pengangkutan orang, tetapi tentang syarat Kelaikan laut

177
(seaworthiness), dalam pengakutan orang lebih ketat (lebih tinggi derajatnya)
berhubung yang akan dipertaruhkan adalah nyawa manusia, bukan barang.
Pengangkutan orang dengan kapal ada 2 (dua) macam, yaitu sebagai
berikut:
a. Pengangkutan orang atas kontrak dengan pihak ketiga sebagai pengirim.
b. Pengangkutan setiap orang (tanpa terlibat pihak ketiga). Dalam hal ini
kontrak langsung dibuat dengan pihak penumpang dalam bentuk karcis
penumpang.
7. Tubrukan Kapal
Suatu kapal dapat bertubrukan di laut. Yang dimaksud dengan
tubrukan kapal adalah tabrakan atau penyentuhan antara 2 (dua) kapal satu
sama lain.
Ada 2 (dua) jenis tubrukan kapal, yaitu sebagai berikut:
a. Tubrukan kapal karena force majeure dan
b. Tubrukan kapal karena kesalahan para pihak.
Kedua jenis tubrukan tersebut membawa konsekuensi yuridis yang
berbeda pula terhadap tanggung jawab hukumnya, yaitu sebagai berikut:
a. Jika tubrukan disebabkan alasan-alasan yang tidak terduga dan tidak
terhindarkan (force majeure), maka yang harus bertanggung jawab secara
hukum adalah masing-masing pihak, dalam hal ini masing-masing pihak
menanggung kerugian masing-masing.
b. Akan tetapi, jika tabrakan terjadi karena kesalahan dari sa'ah satu pihak,
maka pihak yang bersalah tersebut yang harus menanggung seluruh
kerugiannya.
c. Jika kedua-duanya bersalah, maka kerugian ditanggung o!eh kedua belah
pihak sesuai dengan tingkat kesalahannya.
d. Jika perimbangan tingkat kesalahan tersebut tidak dapat ditetap-kan,
maka masing-masing pihak menanggung kerugian sama besar.
8. Konosemen
Konosemen (Bills of Lading) diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang. Yang dimaksud dengan konosemen adalah suatu surat yang
ber-tanggal, di dalam mana si pengangkut menerangkan bahwa dia telah me-

178
nerima barang-barang tersebut untuk diangkutnya ke suatu tempat tujuan
tertentu dan menyerahkannya kepada seorang tertentu, dengan syarat-syarat
penyerahan seperti yang disebutkan dalam konosemen tersebut.
Dari pengertian konosemen seperti tersebut di atas terlihat bahwa
elemenelemen yuridis dari suatu konosemen adalah sebagai berikut:
a. Konosemen adalah suatu surat berharga.
b. Pengakuan pengangkut bahwa pengangkut telah menerima barang
tertentu.
c. Kesanggupan pengangkut untuk mengangkut barang tersebut.
d. Kesanggupan pengangkut untuk menyerahkan barang kepada
pihak tertentu.
e. Barang diserahkan dengan syarat-syarat penyerahan yang telah
ditentukan.
Sedangkan fungsi dari konosemen adalah sebagai berikut:
a. Sebagai tanda terima barang.
b. Sebagai perjanjian pengangkutan.
c. Sebagai suatu surat berharga.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku (KUH Dagang), maka ada 3
(tiga) jenis konosemen, yaitu sebagai berikut:
a. Konosemen atas pembawa (on bearer). Dalam hal ini barang diberikan
kepada siapa saja yang membawa konosemen tersebut.
b. Konosemen atas nama. Dalam hal ini barang diberikan kepada siapa yang
namanya ada dalam konosemen tersebut.
c. Konosemen atas tunjuk/pengganti. Dalam hal ini barang diberikan
kepada siapa saja yang ditunjuk oleh pengirim barang atau penggantinya.
Karena konosemen merupakan surat berharga, maka suatu konosemen
dapat diperdagangkan (diperjualbelikan) kepada pihak ketiga. Cara pe-
mmdahan hak atas konosemen tersebut berbeda menurut jenis konosemen
tersebut. Konosemen atas nama, hanya dapat dipindahkan bila nama tersebut
belum ditulis dan kepada siapa sebagai pemegang terakhirlah nama tersebut
ditulis. Konosemen atas pembawa tidak menyebutkan siapa nama
pemegangnya, sehingga pemindahan hak atas konosemen tersebut dilakukan

179
hanya dengan cara pemindahan fisik dan konosemen tersebut. Sedangkan
pemindahan konosemen atas tunjuk/ pengganti adalah dengan
caraendorsemen, yakni dengan mencatat pemindahan tersebut di bagian
belakang dari konosemen tersebut.

Tujuan Pembelajaran 1.2:


Menjelaskan tentang Pengangkutan Darat.

Pengangkutan Lain Selain Pengangkutan Laut


Selain dari pengangkutan laut, terdapat model-model pengangkutan lain
yaitu sebagai berikut:
1. Pengangkutan Darat Lewat Jalan Darat
Pengangkutan darat lewat jalan darat adalah pengangkutan dengan
memakai alat angkut yang menggunakan kendaraan lewat jalan darat, yaitu
dengan m'emakai alat angkut truk atau mobil.Ketentuan yang mengatur
tentang pengangkutan darat lewat jalan darat ini adalah berbagai perundang-
undangan yang berkenaan dengan perhubungan darat, dan asas kebebasan
berkontrak, yakni dengan membuat kontrak pengangkutan darat lewat jalan
darat tersebut.
2. Pengangkutan Sungai dan Perairan Darat
Pengangkutan sungai dan perairan darat adalah pengangkutan dengan
memakai alat angkut yang berjalan di sungai-sungai atau perairan yang bukan
laut lainnya, seperti perairan danau.Dalam hal ini alat angkutnya adalah
kapal-kapal kecil atau perahi (bermotor atau tidak). Ketentuan yang mengatur
tentang pengangkutan sungai dan perairan darat ini adalah KUH Dagang dan
perundang-undangan tentang perhubungan darat, di samping juga asas
kebebasan berkontrak, yakni dengan membuat kontrak pengangkutan sungai
dan perairan darat tersebut.
3. Pengangkutan Kereta Api
Pengangkutan Kereta Api adalah pengangkutan barang atau orang
dengan memakai alat angkut berupa kereta api. Ketentuan yang mengatur
tentang pengangkutan kereta api adalah perundang-undangan tentang

180
perkeretaapian dan perundang-undangan di bidang perhubungan darat, serta
asas kebebasan berkontrak, yakni dengan membuat kontrak pengangkutan
kereta api tersebut.

Tujuan Pembelajaran 1.3:


Menjelaskan tentang Pengangkutan Udara.

1. Pengangkutan Udara
Pengangkutan udara adalah pengangkutan orang atau penumpang
dengan memakai alat angkut berupa pesawat terbang dan helikopter.
Ketentuan yang mengatur tentang pengangkutan udara ini adalah perundang-
undangan di bidang perhubungan udara dan asas kebebasan berkontrak, yakni
dengan membuat kontrak pengangkutan udara tersebut
2. Pengangkutan Multimoda
Pengangkutan multimoda adalah suatu model pengangkutan dengan
memakai berbagai jenis alat angkut sekaligus.Misalnya, pengirim dari daratan
Jawa Tengah mengirim barang ke pertengahan Kalimantan. Dalam hal ini
oihak pengangkut akan menggunakan beberapa alat angkut. Misalnya,
menggunakan:
a. Kereta api menuju pelabuhan di Jawa.
b. Kapal laut dari pelabuhan Jawa ke pelapuhan Kalimantan.
c. Truk dari pelabuhan laut ke pelabuhan sungai.
d. Perahu bermotor dari pelabuhan sungai ke tempat tujuan di hulu sungai
Ketentuan yang mengatur tentang pengangkutan multimoda ini adalah
kombinasi dari perundang-undangan di bidang perhubungan darat, laut,
udara, kereta api dan KUH Dagang. Di samping tentunya asas kebebasan
berkontrak, yakni dengan membuat kontrak pengangkutan multimoda
tersebut.

C. SOAL LATIHAN/ TUGAS


1. Apa yang dimaksud dengan Pengangkutan laut dan Pelayaran? Coba
Saudara jelaskan.

181
2. Apa yang dimaksud Pengangkutan darat lewat jalan darat? Tolong
jelaskan.
3. Jelaskan secara lengkap mengenai Carter kapal.
4. Jelaskan tentang Pengangkutan Udara.
5. Jelaskan tentang Pengangkutan Orang dengan Kapal.

D. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Santiago, Faisal. 2012. Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta : Mitra Wacana
Media.
Fuady, Munir. 2008. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Harjono, Dhaniswara. 2009. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta: Pusat
Pengembangan Hukum dan Bisnis Indonesia.
Burton, Richard Simatupang. 2003. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta:
Rineka Cipta.
Saliman, Abdul. 2011. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan. Jakarta: Prenada
Media Group.
Sutiyoso, Bambang. 2006. Penyelesaian Sengketa Bisnis. Yogyakarta: Citra
Media.
Najih, Mokhammad. 2012. Pengantar Hukum Indonesia. Malang: Setara
Press
Soekanto, Soerjono. 1991. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali
PersKitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek).
2013. Grahamedia Press

182

Anda mungkin juga menyukai