Anda di halaman 1dari 3

Nama : Kholilur Rachman

NIM : 20190102152
Tugas Tata Kelola Perusahaan Sesi 4

1. 5W dan 1 H dalam implementasi GCG :


a. WHAT: Apa itu GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)?
Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN
untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan
Nilai Pemegang Saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholder lainnya, berlandaskan Perataran Perundangan dan Nilai-nilai Etika.

b. WHY: Mengapa GOOD CORPORATEGOVERNANCE (GCG)?


Mengapa BUMN wajib menerapkan GCG? jawaban sederhananya adalah untuk memenuhi
Surat Keputusan Menteri BUMN nomor: KEP-177/ M-MBU/ 2002.
Memang dalam Surat Keputusan Menteri BUMN disebutkan bahwa “BUMN wajib
menerapkan GCG secara konsisten dan atau menjadikan GCG sebagai landasan
operasionalnya.”
dalam Surat Keputusan Menteri BUMN tersebut telah dijelaskan bahwa penerapan GCG pada
BUMN bertujuan untuk:
1) Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan,
akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki
daya saing yang kuat, baik secara Nasional maupun Internasional.
2) Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan, dan efisien serta
memberdayakan fungsi dan rneningkatkan kemandirian organisasi.
3) Mendorong agar organ dalam pembuatan keputusan dan menjalankan tindakan
dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN
terhadap stakeholder maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN.
4) Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian Nasional.
5) Meningkatkan iklim investasi Nasional.
6) Mensukseskan program privatisasi.

c. WHERE: DI Mana GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) diterapkan?


Penerapan GCG dilaksanakan di wilayah tempat para stakeholder melaksanakan praktek
bisnisnya, baik di Kantor Pusat maupun di Kantor Cabang atau Perwakilan di mana pun
mereka berada, Penerapan GCG tidak hanya di lingkungan tempat Pemegang Saham/Pemilik
Modal, Komisaris Dewan Pengawas, dan Direksi berada. Namun, lebih luas lagi, penerapan
GCG adalah diwilayah tempat para stakeholder termasuk karyawan berdomisili. Pada
hakikatnya di mana saja para stakeholder Perusahaan berada, di situ kegiatan penerapan GCG
dilaksanakan.

d. WHEN: Kapan GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) diterapkan?


Tidak ada jawaban yang pas untuk menjawab pertanyaan tersebut kecuali sekarang dan
selamanya. Jangan menunda sampai perusahaan yang Anda kelola jatuh terjerembap ke
dalam jurang "Bad Corporate Governance” yang akan membutuhkan biaya dan waktu dalam
pemulihannya. Untuk itu disarankan cepat-cepat saja cari konsultan spesialis GCG untuk
menjelaskan asesmen praktek GCG di Perusahaan, menyusun Code of Conduct ataupun
menyusunBoard Manual untuk Komisaris dan Direksi atau bersama-sama dengan Komisaris /
Dewan Pengawas dan Direksi serta beberapa Staf inti mengikuti Seminar/ Pelatihan tentang
GCG dan segera membentuk Tim GCG.

e. WHO: Siapa Pemain Kunci Penerapan GOOD CORPORATE GOVERNANCE


(GCG)?
Manusia adalah faktor kunci utama berhasil tidaknya penerapan GCG di samping faktor
sistem. Dalam hal ini berbagai diskusi, seminar, pelatihan, atau pertemuan-pertemuan yang
membahas tentang apa faktor kunci keberhasilan suatu perusahaan. Dalam konteks
Manajemen GCG, pemegang saham secara vertikal rnerupakan Salah satu pemain kunci
suksesnya penerapan GCG di suatu perusahaan. Setelah ditetapkan siapa Key Persons dalam
penerapan GCG di perusahaan, sekarang marilah kita pahami sebenarnya apa hak dan
kewajiban dari masing-masing Key Persons tersebut.

f. HOW: Bagaimana menerapkan GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG )?


Untuk menerapkan GCG di Perusahaan, ada suatu Model Penerapan GCG, yang disebut BE
G2C atau dengan pengertian "Menjadi Good Governed Company-G2C, melalui 3 tahap
berikut :
1) Tahap 1: Comprehension (Pemahaman Secara Mendalam)
Comprehension atau pemahaman secara mendalam merupakan tahapan awal dalam
penerapan GCG di perusahaan dalam rangka menjadi G2C. Pemahaman secara
mendalam terhadap dua unsur utama tersebut pada hakikatnya tidak sulit atau, dengan
kata lain, sangat mudah.
2) Tahap 2: Consolidation (Konsolidasi Manusia dan Sistem)
Membangun System dan Infrastructure GCG dapat dilakukan dengan outsourcing, artinya
pekerjaan itu dapat diserahkan kepada konsultan GCG yang saat ini di Indonesia sudah
cukup banyak dan kompeten atau kerjakan sendiri bersama Tim yang telah di bentuk.
Pada tahap consolidation, sasarannya adalah ”Pembangunan Sarana dan Prasarana GCG
serta Komitmen Manajemen”.
3) Tahap 3: Continuous Improvement (Perbaikan terus menerus)
Pada tahap ini telah masuk dalam Organisasi Pembelajaran (Learning Organization).
Dalam Organisasi Pembelajaran, perusahaan merupakan wadah atau media bagi seluruh
Anggota Organisasi untuk mengelola pengetahuan (knowledge management) melalui
Continuous Improvement dalam rangka Creating Value.

2. Misalnya dalam perusahaan manufakturing pada bagian produksi dan pengendalian


kualitas (QC), kita sering mendengar adanya istilah yang disebut dengan 5W1H (Five Ws
One H). 5W1H pada dasarnya adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan
investigasi dan penelitian terhadap masalah yang terjadi dalam proses produksi.
Permasalahan : Terjadinya Komponen Pecah (Component Crack) di Produksi
Mengumpulkan informasi dengan menggunakan Metode 5W1H :
- What     : Apa yang terjadi? Terjadinya Komponen Pecah
- Where   : Proses mana yang menyebabkannya? Di Proses Testing
- When    : Kapan itu terjadi? Saat Press Bar Jig menekan PCB
- Why       : Mengapa itu terjadi? Karena posisi Press Bar tidak tepat sehingga
menyentuh/menekan komponen yang terdapat diatas PCB
- Who      : Siapa yang melakukannya? Teknisi Produksi
- How       : Bagaimana mengatasinya? Segera perbaiki posisi Press Bar Jig dan
membuat tanda untuk menunjukan posisi Press Bar yang benar.
Dengan mengetahui semua jawaban diatas,maka mekanik akan lebih mudah
melakukan solusi reparasi atau perbaikan pada mesin produksi tersebut.
Dalam penerapannya ,5W dan 1H terbagi menjadi 3 tahapan utama
1) Mendeskripsikan atau mengetahui fakta dari suatu masalah saat ini.
2) Menentukan semua faktor penyebab masalah. Selanjutnya menentukan faktor
utama (akar suatu masalah)
3) Menyusun, merancang tindakan yang efektif dan efesien sebagai solusinya
dari data-data yang sudah dihimpun,diidentifikasi dan dianalisa.

Sehingga Manfaat yang dapat diperoleh Yaitu


a. Memberikan informasi apakah suatu proses produksi masih berada didalam batas-
batas kendali kualitas atau tidak terkendali.
b. Memantau proses secara terus menerus agar tetap stabil.
c. Menentukan kemampuan proses (capability process)
d. Mengevaluasi performancepelaksanaan dan kebijakan pelaksanaan proses
produksi.
e. Membantu menentukan kriteria batas penerimaan kualitas produk sebelum
dipasarkan.

Anda mungkin juga menyukai