1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (UU Kepailitan dan PKPU) merupakan fase perubahan dari ketentuan kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang yang ada di Indonesia. Sebelumnya ketentuan kepailitan hanya diperuntukan dilingkungan perdagangan berdasarkan Buku III (Ketiga) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (wetboek van koophandel) yang kemudian digantikan dengan Peraturan Kepailitan Faillisementverordening Staatsblad 1905 Nomor 217 juncto Staatsblad 1906 No. 348. Selama hampir 100 (seratus) tahun keberadaan Faillisementverordening kemudian dilakukan perubahan. Pada tahun 1998 hukum kepailitin mengalam perubahan karena didasari krisis keuangan yang melanda Indonesia. Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Kepailitan, yang ditetapkan menjadi undang-undang dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Tentang Kepailitan Menjadi Undang-Undang. Ketentuan UU Kepailitan dan PKPU yang diterapkan di Indonesia selama hampir 14 (empat belas) tahun keberlakukannya, mengalami beberapa permasalahan terkait dengan ketentuan norma yang ada dalamnya yang dianggap rentan dengan penyalahgunaan yang dapat merugikan pihak debitor dan kreditor sehubungan dengan penyelesaian kepailitan. Sehingga kepailitan menjadi momok dalam penyelesaian bisnis dikarenakan sangat mudahnya mekanisme penjatuhan pailit hanya berdasarkan bukti sederhana dengan mekanisme yang tidak relevan dengan prinsip hukum kebebasan hakim pada umumnya untuk menilai perkara. Akibatnya banyak perusahaan yang sehat dapat menjadi pailit dan justru merugikan kreditor pada umunnya dan debitor yang melaksanakan perusahaannya yang memiliki solvabilitas yang baik justru dirugikan akibat sistem kepailitan dalam UU Kepailitan dan PKPU yang masih terdapat kelemahan pada sistem hukum dan kelembagaan pelaksana kepailitan. 2. Suatu perusahaan dapat dikatakan pailit jika suatu perusahaan tersebut telah memenuhi syarat- syarat yuridis kepailitan. Syarat-syarat tersebut menurut Pasal 2 Undang-undang Kepailitan meliputi adanya debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu uang secara lunas yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit adalah dengan putusan pengadilan. Kreditor dalam hal ini adalah kreditor baik konkuren, kreditor separatis atau kreditor preferen. Sedangkan hutang yang telah jatuh tempo berarti kewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihan sesuai perjanjian atau karena putusan pengadilan, arbiter atau majelis arbitrase. Permohonan pailit menurut Undang-undang Kepailitan dapat diajukan oleh debitor, satu atau lebih kreditor, jaksa, Bank Indonesia, Perusahaan Efek atau Perusahaan Asuransi. Ada beberapa faktor penyebab perusahaan pailit, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Tidak mampu menangkap kebutuhan konsumen, sehingga perusahaan dapat memberikan layanan atau produk yang diterima pasar b. Terlalu fokus pada pengembangan produk, sehingga perusahaan dapat melupakan kebutuhan konsumen. Perusahaan yang terlalu fokus pada pengembangan produk akan kehilangan kepekaan terhadap apa yang terjadi di dalam perusahaan, situasi di luar, dan lain sebagainya. c. Mengalami ketakutan yang berlebihan, seperti takut bangkrut, takut rugi, takut tidak dapat melayani konsumen, takut pada ketidakmampuan mengatasi masalah, dan lainnya. d. Berhenti untuk melakukan inovasi dalam berbisnis. Inovasi penting untuk dilakukan oleh setiap pengusaha atau pebisnis. Karena tanpa melakukan inovasi, produk-produk yang dijual lama kelamaan akan membosankan bagi masyarakat yang menjadi target pasar. e. Kurang mengamati pergerakan kompetitor atau pesaing, sehingga akan menyebabkan sebuah perusahaan kalah bersaing dan tertinggal jauh di belakang. Sebuah perusahaan harus selalu memperhatikan langkah-langkah yang dilakukan oleh kompetitor. f. Menetapkan harga yang terlalu mahal. Memang ada beberapa orang percaya bahwa harga mahal akan membuat produk sebuah perusahaan tampak lebih bagus dan lebih mewah dari aslinya. Namun, bagaimana jadinya jika ada perusahaan baru yang mengeluarkan produk mirip dan menjualnya jauh lebih murah. Maka kemungkinan perusahaan tersebut akan ditinggal konsumen. g. Penyebab perusahaan bangkrut lainnya seperti terlilit utang, ekspansi yang berlebihan, penipuan yang dilakukan CEO, kesalahan manajemen perusahaan, pengeluaran tidak terkendali, dan masih banyak lagi. 3. Di bawah ini merupakan pihak-pihak yang terkait dalam proses hukum kepailitan, yakini sebagai berikut: a. Debitor; Pasal 1 angka 3 UU Nomor 37 Tahun 2004 menentukan bahwa Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan. b. Kreditor; Pasal 1 angka 2 UU Nomor 37 Tahun 2004 menentukan Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. c. Kurator; Dalam putusan pernyataan pailit harus diangkat kurator dan seorang hakim pengawas yang ditunjuk dari hakim pengadilan. d. Hakim Pengawas; Tugas Hakim Pengawas sebagaimana disebutkan dalam Pasal 65 UU K- PKPU adalah mengawasi pengurusan dan pemberesan harta pailit. e. Advokat atau Pengacara; Advokat adalah Pengacara atau ahli hukum yang berwenang bertindak sebagai penasehat atau pembela perkara dalam pengadilan. Dalam pengajuan permohonan perkara kepailitan diharuskan menggunakan jasa advokat atau pengacara sebagaimana disebutkan dalam Pasal 7 UU K-PKPU: “Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 43, Pasal 56, Pasal 57, Pasal 58, Pasal 68, Pasal 161, Pasal 171, Pasal 207, dan Pasal 212 harus diajukan oleh seorang advokat”. f. Panitera; Panitera bertugas menyelenggarakan administrasi perkara; membantu Hakim Pengawas dengan mengikuti dan mencatat jalannya persidangan; membuat daftar perkara perkara kepailitan yang diterima di kepaniteraan; dan membuat salinan putusan menurut ketentuan undang-undang yang berlaku. 4. Di bawah ini merupakan dua contoh kasus perusahaan yang mengalami kepailitan, yakni sebagai beriku: a. PT AIA Financial PT AIA Financial dituding mengalami gagal bayar dan digugat pailit oleh dua mitra bisnisnya pada awal Agustus 2020. Kedua mitra tersebut ialah Kenny Leonara Raja dan Jethro yang pada Selasa, 4 Agustus 2020 lalu membawa perkara tersebut ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hak yang tak dipenuhi adalah alasan di balik gugatan gagal bayar dan pailit terhadap AIA Financial. Kenny dan Jethro sebagai pemohon mengaku bahwa hak mereka tak dibayarkan oleh AIA Financial. Tak main-main, hak yang diklaim masing-masing senilai Rp34,9 miliar (Rp31 miliar akan jatuh tempo) dan Rp32,9 miliar (Rp26 miliar akan jatuh tempo). b. PT Global Mediacom Tbk (BMTR) Gurita bisnis milik Hary Tanoesoedibjo ini digugat pailit oleh perusahaan telekomunikasi asal Korea Selatan bernama KT Corporation. Gugatan yang diajukan pada 28 Juli 2020 tersebut juga terdaftar di PN Jakarta Pusat dengan nomor perkara 33/Pdt.Sus-Pailit/2020/PN Niaga Jkt.Pst. Pihak Global Mediacom membantah tudingan pailit tersebut. Direktur dan Chief Legal Counsel BMTR, Christophorus Taufik Siswandi, mengungkapkan hal itu merupakan salah satu upaya pencemaran nama baik perusahaan. Oleh karena itu, BMTR tegas akan melaporkan balik KT Corporation ke pihak kepolisian. 5. Putusan pengadilan atas dua kasus di atas (soal nomor 4) adalah sebagai berikut: a. PT AIA Financial Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menolak gugatan pailit PT AIA Financial yang diajukan oleh mantan tenaga pemasarnya. alasan majelis hakim menolak permohonan pailit tersebut berdasarkan pertimbangan para pemohon yang tidak memiliki kewenangan untuk mengajukan permohonan pailit kepada AIA. b. PT Global Mediacom Tbk PT Global Mediacom menang dalam sengketa kepailitan yang diajukan KT Corporation ke Pengadilan Niaga Jakarta Niaga Jakarta Pusat. Majelis Hakim memutuskan menolak permohonan dari KT Corporation.
Hukum Investasi Penyelsaian Sengketa Penanaman Modal Yang Timbul Antara Pemerintah Dengan Investor Domestik Dan Investor Asing Di Hubungkan Dengan Undang