NPM : 2022610002
Kelas : 2 B Manajemen
Semester : II (dua)
1. Proses PKPU merupakan prosedur yang dilakukan debitur untuk menghindari kepailitan.
PKPU bertujuan agar debitur dapat mengajukan rencana perdamaian yang meliputi
tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kreditur, baik kreditur preferen
maupun konkuren.
2. Proses PKPU yang saya ketahui adalah sebagai berikut:
Proses ini biasanya dimulai dari inisiatif Debitor ataupun seseorang atau perusahaan
yang meminjamkan uang kepada Debitor. Tujuan Pemohon adalah adanya Pernyataan
Pailit atau Debitor berada dalam proses PKPU. Jika Pengadilan menganggap bahwa
permohonan dapat dikabulkan, maka Pengadilan akan menunjuk seorang Hakim
Pengawas. Dalam proses kepailitan, Pengadilan juga menunjuk seorang Kurator dan
dalam proses PKPU, Pengadilan juga menunjuk seorang Pengurus.
3. Kreditor memiliki hak-hak yang dilindungi oleh Undang-Undang Kepailitan dan PKPU
hanya jika melaksanakan kewajibannya. Berikut ini kewajibannya:
Mendaftarkan tagihan kepada Pengurus atau Kurator.
Mengikuti Agenda Rapat Kreditor dan Rapat lainnya.
Mengikuti rapat pemungutan suara
4. Baik dalam proses kepailitan maupun PKPU, Kreditor dilarang untuk menagih utangnya
kepada Debitor. Mereka harus melaporkan mengenai utangnya tersebut kepada Kurator
atau Pengurus. Secara hukum baik hak-hak debitor maupun hak-hak kreditor harus
diajukan dan dilaksanakan oleh Kurator atau Pengurus.
5. Tidak semua Kreditor di perlakukan sama.Undang-undang Kepailitan menyediakan hak-
hak istimewa bagi kreditor yang haknya dijamin oleh Hak Tanggungan atau Gadai dan
juga bagi kreditor-kreditor yang berdasarkan Undang-Undang lain diberikan prioritas
khusus, seperti para pekerja yang gajinya belum dibayar dan juga pemerintah untuk
tagihan pajak. Kreditor-kreditor yang tidak mempunyai hak khusus, biasa disebut
“kreditor konkuren”, berlaku perlakuan yang sama.
6. Rencana Perdamaian adalah perjanjian antara debitor dan para kreditornya mengenai
penyesuaian jumlah piutang (yang diajukan Kreditor) dengan jumlah utang yang
diajukan debitor, dalam rangka menghindari terjadinya likuidasi. Perjanjian perdamaian
dapat diajukan dalam perkara kepailitan maupun perkara PKPU. Perjanjian tersebut
harus disetujui oleh para kreditor konkuren dengan melakukan pemungutan suara
dalam rapat kreditor, dan untuk beberapa kriteria juga harus disetujui oleh Pengadilan.
Jika disetujui, maka akan mengikat seluruh Kreditor konkuren. Jika Kreditor atau
Pengadilan menolak rencana perdamaian, maka Debitor akan dilikuidasi.
7. Tim pengurus mempunyai kewenangan untuk menerima atau menolak tagihan yang
kreditor ajukan, hal tersebut berlaku bila kreditor tidak bisa menunjukkan bukti hukum
kita terhadap tagihan itu. Nantinya akan diadakan rapat verifikasi utang untuk
memastikan jumlah utang debitor dan disepakati oleh kreditor.
8. Dalam hal ini, maka bisa merujuk pada Undang-Undang PKPU Pasal 18 ayat (1). Dalam
undang-undang ini menyatakan bahwa harta pailit yang tidak mencukupi, maka
pengadilan bisa memutuskan pencabutan permohonan pailit.Pemutusan tersebut harus
berdasarkan hasil dari usulan Hakim Pengawas dan panitia kreditor. Namun, jika ada
bukti baru yang menunjukkan bahwa harta debitor bisa melunasi hutangnya, maka
kreditor dapat mengajukan kasasi. Kasasi adalah peninjauan kembali agar proses hukum
bisa berjalan kembali. Hal ini telah diatur dalam UU PKPU.
9. Jika masih ada sisa harta dari pelunasan utang ke kreditor, maka akan dikembalikan
kepada debitor. Tapi dilihat kembali apakah beban harta pailit sudah terbayarkan semua
selama proses kepailitan seperti biaya pengumuman, pajak, fee kurator dan sebagainya.
10. Pembatalan kepailitan merujuk pada perintah pengadilan secara permanen, dimana
seorang debitor telah bebas dari tanggung jawabnya. Tanggung jawab tersebut berupa
membayar jenis utang tertentu kepada kreditor. Pembatalan kepailitan didasarkan oleh
putusan Kasasi terhadap putusan pernyataan pailit pada Pengadilan Niaga. Jadi, setelah
itu kreditor tidak boleh menagih atau mengejar debitor lagi mengajukan gugatan pailit
jika materi gugatan serupa dengan gugatan yang lampau. Jika ingin mengajukan gugatan
kepada debitor lagi, maka harus dengan menambahkan pihak yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
11. Hukum kepailitan tentu tidak bisa berakhir tanpa ada alasan yang dibenarkan oleh UUK.
Oleh karena itu, proses ini bisa diakhiri jika telah memenuhi persyaratannya.
Berdasarkan Undang-Undang Kepailitan, berakhirnya proses pailit ada tiga cara, yaitu:
Adanya Pengesahan perdamaian sudah berkekuatan hukum tetap.
Setelah adanya pembayaran penuh utang kepada para kreditor.
Jika debitor pailit meninggal dunia dan ketika itu harta yang dimiliki tidak cukup
untuk melunasi seluruh utang.
12. Hal yang harus di perhatikan adalah:
Mewujudkan visi misi bersama
Anda dan mitra dapat menentukan tujuan dari setiap individu yang nantinya
akan mendukung tujuan perusahaan.
Menentukan peran kerja pada setiap mitra
Anda dan mitra tentu memiliki keahlian masing-masing,jadi pastikan untuk
mengindetifikasi dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Anda harus mengenali kekurangan dari mitra bisnis dan diri anda sendiri.
Menyelesaikan semua perselihan dengan segera supaya tidak membawa dampak
buruk pada bisni yang kalian jalankan.
13. Faktor yang merusak dalam hubungan kemitraan adalah:
Perbedaan pada prioritas
Kurangnya motivasi dari kedua belah pihak
Tidak punya tujuan akhir yang sama
Perbedaan nilai atau bisa dibilang ambisi dan motivasi yang berbeda
Kinerja antara mitra yang buruk sehingga memperburuk bisnis yang dijalankan
Kurangnya kepercayaan antar mitra
14. Strategi membangun kemitraan usaha yang baik adalah
Membangun keberanian untuk mengatasi ketidakpastian pada saat membangun
kemitraan.
Menghargai keragaman, untuk mengatasi kekhawatiran akan perbedaan-
perbedaan yang terjadi di antara para mitra.
Mengusahakan kesetaraan untuk mencegah terjadinya ketimpangan kekuasaan
dalam kemitraan. Hal ini berlaku dalam menyatakan pendapat atau dalam
negosiasi, maupun terkait dengan kontribusi dan citra masing-masing mitra di
hadapan publik
Bersikap transparan yaitu keterbukaan dan kejujuran mengenai kepentingan dan
harapan masing-masing pihak dalam bekerja sama.
Menciptakan manfaat bersama agar menghindari persaingan di antara para
mitra.
15. Kemitraan menjadi penting karena dua alasan. Pertama, tidak ada entitas yang bisa
survive dan berkembang sendirian di era yang semakin mengglobal. Kedua terkait
Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi. Sehingga
Kemitraan membuka kesempatan untuk memperoleh legitimasi yang lebih besar,
terutama dengan adanya dukungan regulasi pemerintah dan pimpinan negara.
Kemitraan dapat menjalan jalan untuk membangun atau memperbaiki reputasi
lembaga, perusahaan, maupun pemerintah. Membantu terciptanya transparansi dan
akuntabilitas.
16. Pelaku usaha perlu menentukan mitra usahanya, supaya dapat menjalankan visi dan
misi perusahaan bersama dengan baik dan membangun usaha yang lebih besar dan
maju. Untuk itu juga, pelaku usaha perlu seleksi dalam menentukan mitranya supaya
tidak ada persilihan di tengah jalan sehinggan dapat merugikan si pelaku usaha tersebut.
17. Hal yang harus diperhatikan adalah:
Perlunya mengenal rekan bisnis anda
Pastikan mempunyai visi dan misi yang sama
Tidak mementingkan ego masing-masing
Saling melengkapi sesama rekan bisnis
Saling menguntungkan
18. Business partnership memiliki banyak kelebihan dan salah satu cara paling umum untuk
meraih kesuksesan dalam menjalankan bisnis. Kelebihan yang diberikan oleh kemitraan
ini antara lain adalah sebagai berikut:
Modal aktif dapat terkumpul lebih besar, terlebih jika ditambah harta pribadi
yang memungkinkan adanya perluasan bisnis karena adanya tambahan modal.
Mudah dalam mendirikan bisnis. Bisa dengan cara informal bila bisnis kemitraan
belum dianggap perlu untuk dijalankan secara formal dan tercatat.
Proses adaptasi dengan dunia bisnis yang lebih mudah dan pengambilan
keputusan yang lebih cepat.
Masing-masing keterampilan yang dimiliki bisa saling melengkapi keterbatasan
untuk mengerjakan kegiatan yang ada di dalam bisnis.
Mudah mencari mitra pasif yang dianggap sebagai bentuk kelebihan business
partnership. Mitra pasif bisa mengakomodasi beberapa pihak yang bersedia
menginvetasikan uangnya tanpa perlu terlibat langsung dalam bisnis dan
mengambil risiko sebatas modal yang diinvestasikan tersebut.
Dapat lebih mudah membagi laba atau keuntungan berdasarkan kesepakatan
yang sudah ditentukan pada awal kerja sama. Pada pembagian
laba,perbandingannya bisa berbeda dengan perbandingan modal, sebab
tanggung jawab dan beban kerja ketika menjalankan bisnis juga bisa berbeda.
19. Keuntungan bagi usaha kecil dan menengah ialah:
Pengurangan atau keringanan pajak daerah;
Pengurangan atau keringanan retribusi daerah;
Pemberian bantuan modal kepada usaha mikro, usaha kecil dan/atau koperasi;
Bantuan untuk riset dan pengembangan untuk usaha mikro, usaha kecil
dan/atau koperasi;
Pendanaan cepat, tepat, murah dan tidak diskriminatif;
Pengadaan sarana prasarana, produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan
penolong dan kemasan;
Perizinan dan keringanan tarif sarana dan prasarana;
Fasilitas dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh pembiayaan;
dan/atau
Memperoleh dana, tempat usaha, bidang dan kegiatan usaha atau pengadaan
barang dan jasa untuk pemerintah.
20. Tujuan membangun kemitraan adalah:
Memudahkan usaha untuk mencapai tujuan lebih cepat daripada berdiri sendiri
seperti perusahaan perorangan
Meningkatkan taraf dan kualitas sumber daya manusia para mitra yang terlibat
Memperluas skala usaha, dari semula di satu wilayah diharapkan mampu
mencakup skala nasional bahkan global
Menaikkan target omzet usaha sesuai dengan perkiraan
Menjaga kesinambungan bisnis
21. Cara menjalin kersama dengan pihak lain adalah
Pilih kemitraan yang sesuai dengan usaha anda
Buatlah kontrak resmi, Untuk mengikat mitra dan sama-sma fokus pada usaha
yang dibangun berlandaskan hukum serta legalitas, maka pembuatan kontrak
bisnis harus dilakukan.
Menjalankan bisnis yang dibangun bersama,dengan kewajiban dan tanggung
jawab masing-masing dari mitra bisnis
Jalin komunikasi yang baik dengan mitra bisnis anda
22. Perlunya Kerjasama dengan pihak lain adalah:
Menjangkau target pasar yang lebih luas
Mendapatkan dana dari Investor
Dapat membantu usaha menjadi lebih besar
Membantu dalam proses penyelesaian proyek tertentu yang membutuhkan
Kerjasama dengan pihak lain.
23. Tanpa ada persaingan dalam ekonomi dapat menyebabkan ekonomi tersebut stuck dan
tidak dapat berkembang atau menjadi maju,apalagi jika system persaingan dikekang.
Persaingan juga pastinya ada Batasan, supaya jangan sampai hanya menguntungkan
pihak tertentu saja.
24. Hukum persaingan usaha tertuang dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang-undang ini
disahkan tanggal 5 Maret 1999.
25. UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan P raktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat disahkan pada tanggal 5 Maret 1999, namun sebelum undang–undang tersebut
disahkan dan diterapkan sebagai aturan hukum mengenai anti monopoli dan persaingan
usaha Indonesia belum memiliki aturan hukum yang berkenaan dengan hal tersebut. Di
masa pemerintahan orde baru Indonesia belum berhasil membuat aturan hukum yang
mengatur secara khusus mengenai anti monopoli dan persaingan usaha,
ketidakberhasilan pemerintah orde baru untuk menyetujui pembuatan undang–undang
anti monopoli dan persaingan usaha pada saat itu didasari beberapa alasan yaitu:
Pemerintah orde baru menganut konsep bahwa perusahaan–perusahaan besar
perlu ditumbuhkan untuk menjadi lokomotif pembangunan, dengan kata lain
memberikan posisi monopoli pada perusahaan–perusahaan besar tersebut.
Pemberian fasilitas monopoli perlu ditempuh karena perusahaan tersebut telah
bersedia menjadi pendukung disektor bersangkutan, tanpa fasilitas monopoli
maka sulit bagi pemerintah untuk dapat memperoleh kesediaan investor untuk
menanamkan modalnya disektor tersebut.
Untuk menjaga keberlangsungannya praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
demi kepentingan pejabat–pejabat yang berkuasa pada masa orde baru.
26. Pada tanggal 2 Februari 2021 Presiden mulai memberlakukan Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 44 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.Peraturan Pemerintah ini sesungguhnya lebih
berorientasi sebagai peraturan pelaksanaan atas Pasal 118 UU No. 11 Tahun 2020
daripada terhadap keseluruhan UU No. 5 Tahun 1999 itu. Dengan perkataan lain, PP ini
sangat minimalis jika dianggap sebagai peraturan pemerintah tentang pelaksanaan UU
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Ada tiga hal
yang menjadi materi muatan PP tersebut, yaitu mengenai: (1) kewenangan KPPU; (2)
kriteria sanksi, jenis sanksi, dan besaran denda; dan (3) pemeriksaan keberatan dan
kasasi atas putusan KPPU. Ketiga hal yang diatur di dalamnya, hampir semua berkaitan
dengan norma sekunder (metakaidah), khususnya norma kewenangan dan norma
sanksi. Materi muatan ini sebenarnya agak berbeda dengan pelimpahan yang
diamanatkan dalam UU No. 11 Tahun 2020. Pasal 47 ayat (3) hasil perubahan atas UU
No. 5 Tahun 1999 pasca-UU Cipta Kerja menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut
mengenai kriteria, jenis, besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Berdasarkan
ketentuan tersebut, maka PP No. 44 Tahun 2021 seharusnya membatasi diri pada hal-
hal di atas, namun Pemerintah barangkali berpendapat bahwa urusan denda ini punya
implikasi pada kewenangan KPPU dan prosedur beracara di pengadilan niaga dan
Mahkamah Agung.
27. Sebelum dibuatnya UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, setiap orang yang melakukan kegiatan persaingan usaha
di Indonesia pada masa orde baru didasarkan pada pasal 382 bis KUH Pidana.“Barang
siapa untuk mendapatkan, melangsungkan atau memperluas hasil perdagangan atau
perusahan milik sendiri atau orang lain, melakukan perbuatan curang untuk
menyesatkan khalayak umum atau seseorang tertentu, diancam, jika perbuatan itu
dapat menimbulkan kerugian bagi pesaing–pesaingnya atau pesaing–pesaing orang lain,
karena persaingan curang, dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan
atau denda paling banyak tiga belas ribu lima ratus rupiah.
28. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, hukum persaingan di Indonesia menjadi
lebih terperinci dan komprehensif. UU ini memberikan kerangka hukum yang jelas dan
mengatur berbagai aspek yang berkaitan dengan persaingan usaha yang sehat, adil, dan
bebas.
29. Kesimpulannya, praktik monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu pelaku
usaha atau satu kelompok pelaku usaha dan mengakibatkan persaingan tidak sehat dan
merugikan masyarakat yang mengakibatkan persaingan tidak sehat dan merugikan
masyarakat.
30. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (Undang-Undang Anti Monopoli) merupakan dasar
kebijakan persaingan usaha di Indonesia. Undang-Undang Anti Monopoli memiliki
sistem pengaturan yang khas dalam menyikapi hubungan persaingan usaha dan usaha
kecil. Kebijakan dan hukum persaingan usaha di Indonesia berpihak kepada UMKM.
Semua tindakan pelaku UMKM dikecualikan oleh Pasal 50 huruf h Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999. Undang-Undang tersebut juga melarang pelaku usaha besar
untuk menggunakan kekuatan pasarnya untuk menghambat pelaku usaha lain
(termasuk UMKM) ataupun melakukan praktek lain yang merugikan. Salah satu tujuan
Undang-Undang ini yaitu menjamin kesempatan berusaha yang sama bagi setiap pelaku
usaha. Jadi bisa dikatakan bahwa UU No. 5 Tahun 1999 mempunyai fungsi untuk
mencegah agar tidak terjadi pemusatan kekuatan ekonomi pada satu perusahaan atau
satu kelompok usaha tertentu.
31. Kekayaan Intelektual adalah kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia
yang dapat berupa teknologi, pengetahuan, seni dan sastra, bisnis, industri dan
teknologi yang asli, baru, beda merupakan hak pribadi manusia, yang dilindungi
Undang-Undang berdasarkan persyaratan tertentu. Sedangkan hak kekayaan intelektual
adalah Hak kekayaan intelektual (HKI) adalah hak yang diberikan kepada pemilik karya
intelektual untuk melindungi hak-hak ekonomi dan kepentingan terkait karya tersebut.
HKI terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu hak cipta dan hak kekayaan industri.
32. Tujuan dari hak kekayaan intelektual adalah:
Melindungi kepentingan pencipta atau pemilik hak terhadap karya cipta,
penemuan, dan merek dagang yang telah mereka buat dari penggunaan yang
tidak sah.
Mendorong terciptanya inovasi dan pengembangan baru, karena pemilik hak
akan merasa lebih aman dan dihargai dalam menginvestasikan waktu, energi,
dan sumber daya dalam menciptakan karya baru.
Meningkatkan nilai ekonomi dari karya cipta, penemuan, dan merek dagang
yang dilindungi HKI, sehingga memberikan insentif bagi para pencipta untuk
terus menciptakan karya baru dan meningkatkan daya saing produk dalam pasar.
Mempermudah perolehan pinjaman atau pendanaan, karena HKI dapat
digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit atau pendanaan.
Membantu dalam melindungi konsumen dari produk-produk palsu atau tiruan
yang merugikan, karena merek dagang dan paten dapat membantu dalam
mengidentifikasi produk asli dari produk palsu.
Meningkatkan citra dan reputasi perusahaan yang menciptakan karya cipta,
karena perlindungan HKI menunjukkan bahwa perusahaan tersebut menghargai
inovasi dan menciptakan produk berkualitas.
Prinsip dalam kekayaan hak intelektual adalah:
Prinsip Ekonomi
Prinsip ini menekankan pada pentingnya perlindungan HKI dalam mendorong
inovasi, investasi, dan pengembangan ekonomi. Perlindungan HKI memberikan
insentif bagi para pencipta dan pemilik hak untuk terus menciptakan karya baru
dan memperoleh keuntungan dari hak kekayaan intelektual mereka.
Prinsip Kebudayaan
Prinsip ini menekankan pada pentingnya perlindungan HKI dalam melindungi dan
mempromosikan keanekaragaman budaya dan pengetahuan. Perlindungan HKI
harus memperhitungkan kepentingan masyarakat dan memastikan bahwa hak
kekayaan intelektual tidak membahayakan atau merugikan hak-hak kebudayaan
yang dimiliki masyarakat.
Prinsip Keadilan
Prinsip ini menekankan pada pentingnya perlindungan HKI dalam memberikan
perlindungan yang adil bagi para pencipta atau pemilik hak atas karya intelektual
mereka, sekaligus memperhitungkan hak-hak konsumen dan masyarakat umum.
Perlindungan HKI harus memberikan kepastian hukum yang cukup bagi para
pihak yang terlibat dalam penggunaan karya intelektual tersebut.
Prinsip Sosial
Prinsip ini menekankan pada pentingnya perlindungan HKI dalam mendukung
pembangunan sosial dan kemajuan umum. Perlindungan HKI harus
mempertimbangkan efeknya terhadap kesejahteraan masyarakat, lingkungan
hidup, dan kepentingan publik secara keseluruhan.
33. Lahirnya perjanjian TRIPs yang saya ketahui merupakan dampak dari semakin
meningkatnya permasalahan perdagangan yang meliputi hak kekayaan intelektual dan
dirasa akan terus berkembang jika tidak segera diatasi. Negara yang pertama kali
mengemukakan lahirnya TRIPs adalah Amerika Serikat1, yaitu diharapkan sebagai
antisipasi yang menganggap bahwa WIPO (World Property Organization) yang bernaung
di bawah PPB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tidak dapat memberi perlindungan yang
memadai untuk hak kekayaan intelekutual mereka di pasar internasional yang menjadi
penyebab necara perdagangan menjadi negative.
Penting untuk dicatat bahwa setiap kasus pelanggaran hak cipta atau hak paten dapat
memiliki perbedaan dalam proses penyelesaiannya, tergantung pada yurisdiksi hukum,
negara, dan peraturan yang berlaku.
38. Polis dapat memiliki beberapa pengertian tergantung pada konteksnya. Berikut adalah
beberapa pengertian dan informasi umum tentang polis:
Polis Asuransi: Dalam konteks asuransi, polis merujuk pada kontrak antara
perusahaan asuransi dan tertanggung yang menentukan persyaratan dan
ketentuan polis asuransi. Polis asuransi berisi rincian tentang jenis asuransi,
cakupan, premi yang harus dibayarkan, manfaat yang akan diberikan, masa
berlaku polis, dan ketentuan lainnya. Polis asuransi merupakan bukti tertulis
yang sah tentang kesepakatan antara perusahaan asuransi dan tertanggung,
serta menjadi acuan dalam menyelesaikan klaim asuransi.
Polis Lembaga Keuangan: Dalam konteks lembaga keuangan, polis merujuk pada
surat atau dokumen yang diterbitkan oleh bank atau institusi keuangan kepada
nasabah sebagai bukti kepemilikan atau transaksi keuangan. Polis dalam hal ini
dapat mencakup polis tabungan, polis deposito, polis obligasi, dan sejenisnya.
Polis Hukum: Dalam konteks hukum, polis merujuk pada pernyataan tertulis yang
berisi pengumuman atau pemberitahuan hukum yang dikeluarkan oleh otoritas
hukum, seperti kepolisian atau instansi pemerintah terkait. Polis hukum dapat
berisi larangan, peraturan, pemberitahuan resmi, atau pernyataan lain yang
berkaitan dengan masalah hukum tertentu.
Pengertian polis dapat bervariasi tergantung pada konteksnya. Oleh karena itu,
penting untuk memperhatikan konteks yang digunakan dalam percakapan atau
situasi tertentu untuk memahami pengertian yang tepat dari kata "polis".
39. Ya, untuk mendapatkan izin usaha asuransi, terdapat beberapa syarat yang harus
dipenuhi. Namun, peraturan dan persyaratan spesifik dapat bervariasi berdasarkan
yurisdiksi negara atau wilayah tempat usaha tersebut akan beroperasi. Berikut adalah
beberapa syarat umum yang sering kali diperlukan:
Lisensi dan Peraturan: Calon perusahaan asuransi harus memahami dan mematuhi
peraturan yang berlaku di negara atau wilayah di mana mereka berencana untuk
beroperasi. Ini termasuk memperoleh lisensi dari otoritas pengawas atau regulator
yang relevan, seperti otoritas asuransi atau badan pengawas keuangan.
Modal Minimum: Pihak yang berkeinginan mendirikan perusahaan asuransi biasanya
harus memiliki modal minimum yang ditentukan oleh regulasi. Jumlah modal ini
bervariasi tergantung pada jenis asuransi yang akan ditawarkan dan peraturan
setempat.
Keuangan dan Keberlanjutan: Calon perusahaan asuransi harus menunjukkan
keberlanjutan keuangan yang memadai untuk menjalankan operasional bisnis
asuransi. Ini melibatkan penyediaan bukti bahwa mereka memiliki keuangan yang
cukup kuat untuk menanggung risiko asuransi dan membayar klaim yang mungkin
timbul.
Reasuransi: Calon perusahaan asuransi mungkin perlu menyusun kontrak reasuransi
dengan perusahaan reasuransi yang mapan. Reasuransi adalah proses di mana
perusahaan asuransi mentransfer sebagian atau seluruh risiko yang mereka
tanggung kepada perusahaan reasuransi.
Tenaga Ahli: Perusahaan asuransi harus memiliki tim manajemen dan staf yang
berkualifikasi dan memiliki pengetahuan yang memadai tentang industri asuransi.
Pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan penanganan klaim harus
memiliki kualifikasi dan pengalaman yang sesuai.
Sistem Manajemen Risiko: Calon perusahaan asuransi harus menyediakan rencana
manajemen risiko yang jelas dan memadai. Ini termasuk prosedur untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko yang terkait dengan
operasional bisnis asuransi.
Produk dan Dokumen: Perusahaan asuransi perlu menyusun produk asuransi yang
sesuai dengan peraturan dan memenuhi kebutuhan pasar. Mereka juga harus
memiliki dokumen dan kontrak asuransi yang jelas dan sesuai dengan hukum dan
regulasi yang berlaku.
Kepatuhan Hukum: Perusahaan asuransi harus mematuhi semua undang-undang
dan peraturan yang berlaku, termasuk hukum asuransi, privasi data, anti-pencucian
uang, dan perlindungan konsumen.
40. Menurut Robeth Mehr, ada 5 cara mengatasi risiko, yaitu:
Menghindari risiko: Mengurangi atau menghilangkan paparan terhadap risiko
dengan menghindari situasi atau aktivitas yang berpotensi menimbulkan risiko.
Mentransfer risiko: Memindahkan risiko kepada pihak lain melalui asuransi atau
perjanjian kontrak.
Mengurangi risiko: Mengurangi dampak atau kemungkinan terjadinya risiko dengan
mengambil langkah-langkah pencegahan seperti penggunaan alat pelindung diri
atau perawatan yang tepat.
Menerima risiko: Mengambil risiko dan menerima konsekuensinya.
Mengeksploitasi risiko: Mengambil manfaat dari risiko dengan meningkatkan
peluang atau potensi keuntungan.
41. Subrogasi dalam asuransi, berdasarkan Pasal 28 KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang), mengacu pada hak perusahaan asuransi untuk menggantikan atau mengambil
alih hak-hak dan klaim yang dimiliki oleh tertanggung setelah perusahaan asuransi
melakukan pembayaran ganti rugi atas kerugian yang tercakup dalam polis asuransi.
Pasal 28 KUHD menyatakan bahwa jika tertanggung menderita kerugian yang tercakup
oleh polis asuransi, perusahaan asuransi akan membayar ganti rugi kepada tertanggung
sesuai dengan ketentuan polis. Dalam proses ini, hak-hak dan klaim yang dimiliki oleh
tertanggung atas kerugian tersebut ditransfer ke perusahaan asuransi. Dalam konteks
subrogasi, perusahaan asuransi yang telah membayar ganti rugi memiliki hak untuk
menggantikan posisi tertanggung dan menuntut pihak ketiga yang bertanggung jawab
atas kerugian tersebut. Dengan demikian, perusahaan asuransi dapat melakukan
tindakan hukum dan mengambil langkah-langkah untuk memulihkan kerugian yang
telah mereka bayar dari pihak yang bertanggung jawab, seperti penanggung, pihak yang
menyebabkan kerugian, atau pihak ketiga lainnya. Dalam subrogasi, perusahaan
asuransi bertindak atas nama tertanggung dan menggunakan hak-hak yang telah
ditransfer kepada mereka untuk mengumpulkan ganti rugi yang mereka bayarkan
kepada tertanggung. Jika perusahaan asuransi berhasil mendapatkan pemulihan dana
dari pihak ketiga, mereka dapat menggunakan dana tersebut untuk mengimbangi
sebagian atau seluruh jumlah yang telah mereka bayarkan kepada tertanggung. Namun,
penting untuk dicatat bahwa subrogasi dalam asuransi dapat berbeda-beda tergantung
pada hukum asuransi yang berlaku di setiap yurisdiksi dan persyaratan yang ditetapkan
dalam polis asuransi. Oleh karena itu, untuk memahami secara lengkap dan akurat
mengenai subrogasi dalam asuransi, disarankan untuk merujuk pada hukum asuransi
yang berlaku di negara atau yurisdiksi tertentu dan berkonsultasi dengan ahli hukum
yang kompeten dalam bidang ini.
42. . Asas kausalitas dalam asuransi mengacu pada hubungan sebab-akibat antara kejadian
yang diasuransikan (risiko) dengan kerugian yang ditanggung oleh perusahaan asuransi.
Asas ini menyatakan bahwa untuk dapat mengklaim ganti rugi, harus ada hubungan
sebab-akibat yang jelas antara kejadian yang diasuransikan dengan kerugian yang
terjadi. Sebagai contoh, dalam asuransi kendaraan bermotor, jika terjadi kecelakaan
mobil yang disebabkan oleh kesalahan pengemudi, maka perusahaan asuransi akan
menanggung kerugian yang timbul akibat kecelakaan tersebut.
43. Perbedaan utama antara syarat sah asuransi yang diatur dalam Pasal 251 KUHD (Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang) dan syarat sah asuransi yang diatur dalam KUHPerdata
(Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) terletak pada jenis asuransi yang diatur oleh
masing-masing peraturan tersebut. Berikut adalah perbedaan utama antara keduanya:
Pasal 251 KUHD: Pasal 251 KUHD mengatur syarat sah asuransi dalam konteks
asuransi umum atau asuransi kerugian. Ketentuan ini berlaku untuk asuransi yang
melindungi terhadap kerugian yang mungkin dialami oleh tertanggung akibat risiko
tertentu, seperti kebakaran, pencurian, atau kecelakaan.
KUHPerdata: KUHPerdata mengatur syarat sah asuransi dalam konteks asuransi jiwa.
Asuransi jiwa melibatkan pembayaran klaim jika tertanggung meninggal dunia atau
mencapai usia tertentu, serta penyediaan manfaat lainnya seperti asuransi
kesehatan atau tabungan. Syarat sah asuransi jiwa yang diatur dalam KUHPerdata
lebih terkait dengan perjanjian asuransi antara tertanggung dan perusahaan
asuransi.
Dalam hal syarat sah asuransi, terdapat beberapa perbedaan tambahan antara Pasal
251 KUHD dan KUHPerdata, antara lain:
Polis Asuransi: Pasal 251 KUHD mengharuskan adanya perjanjian tertulis yang
disebut polis asuransi, yang berisi rincian tentang jenis asuransi, risiko yang
ditanggung, premi, masa pertanggungan, dan ketentuan lainnya. Di sisi lain,
KUHPerdata tidak secara khusus mengatur tentang polis asuransi, tetapi
memfokuskan pada kesepakatan dan kewajiban antara tertanggung dan
perusahaan asuransi.
Kontrak Asuransi: Pasal 251 KUHD memandang perjanjian asuransi sebagai
kontrak adhesi, yang berarti perusahaan asuransi menawarkan kontrak dengan
ketentuan dan premi yang telah ditetapkan, dan tertanggung dapat
menerimanya atau menolak. Di bawah KUHPerdata, perjanjian asuransi dianggap
sebagai kontrak bilateral di mana kedua belah pihak memiliki kebebasan untuk
bernegosiasi dan menentukan syarat-syarat perjanjian.
Otoritas Pengawas: Pasal 251 KUHD mengakui peran dan wewenang otoritas
pengawas asuransi untuk mengawasi dan mengatur industri asuransi.
KUHPerdata tidak secara khusus membahas otoritas pengawas asuransi, tetapi
mungkin ada undang-undang atau regulasi terpisah yang mengatur hal ini.
44. Perkembangan asuransi dewasa ini di Indonesia telah menunjukkan tren yang positif.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan ini antara lain:
Pertumbuhan Ekonomi: Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan peningkatan
pendapatan masyarakat telah mendorong permintaan akan produk asuransi.
Masyarakat semakin menyadari pentingnya perlindungan keuangan dan risiko
yang dapat diatasi melalui produk asuransi.
Kesadaran akan Risiko: Kesadaran masyarakat terhadap risiko yang dihadapi,
seperti kesehatan, kecelakaan, bencana alam, atau kerugian finansial, semakin
meningkat. Hal ini mendorong masyarakat untuk mencari solusi asuransi guna
melindungi diri dan keluarga dari risiko tersebut.
Dukungan Regulasi: Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah untuk
mendorong perkembangan industri asuransi melalui regulasi yang lebih baik.
Regulasi yang jelas dan mendukung memungkinkan perusahaan asuransi untuk
beroperasi dengan lebih baik dan memberikan perlindungan bagi pemegang
polis.
Inovasi Produk: Perusahaan asuransi di Indonesia terus mengembangkan produk
baru yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi masyarakat. Misalnya,
produk asuransi kesehatan yang komprehensif, asuransi pendidikan, atau
asuransi mikro untuk segmen pasar yang lebih luas.
Teknologi dan Digitalisasi: Penggunaan teknologi dan digitalisasi telah
memainkan peran penting dalam perkembangan asuransi di Indonesia. Proses
klaim yang lebih efisien, distribusi melalui platform digital, dan layanan
pelanggan yang lebih baik menjadi mungkin berkat kemajuan teknologi.
Literasi Keuangan: Program-program literasi keuangan dan edukasi tentang
manfaat asuransi telah diperkenalkan untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat mengenai pentingnya asuransi dan bagaimana memanfaatkannya
secara optimal.
45. Penilaian mengenai sejauh mana aturan tentang hukum asuransi telah memenuhi
harapan masyarakat dapat bervariasi tergantung pada sudut pandang dan kepentingan
individu. Beberapa masyarakat mungkin merasa bahwa aturan hukum asuransi sudah
memadai dan memberikan perlindungan yang memadai bagi mereka sebagai pemegang
polis. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa masih ada ruang untuk perbaikan dan
peningkatan dalam regulasi asuransi. Secara umum, pemerintah dan regulator berusaha
untuk memperbarui dan meningkatkan aturan hukum asuransi agar sesuai dengan
perkembangan industri dan memastikan perlindungan yang memadai bagi konsumen.
Beberapa langkah yang telah diambil termasuk meningkatkan transparansi dalam
informasi produk, meningkatkan standar keuangan perusahaan asuransi, memperkuat
perlindungan konsumen, dan memperbarui ketentuan tentang tindakan pengawasan
dan penegakan hukum. Namun, ada beberapa isu yang masih menjadi perhatian
masyarakat terkait hukum asuransi. Misalnya, beberapa masyarakat mungkin
menganggap bahwa polis asuransi terlalu rumit dan sulit dipahami, sehingga sulit bagi
mereka untuk memahami dan membandingkan produk asuransi yang ditawarkan. Selain
itu, ada juga permasalahan terkait klaim yang terkadang sulit dan memakan waktu
untuk diselesaikan, yang dapat menimbulkan ketidakpuasan bagi pemegang polis. Oleh
karena itu, terus ada ruang untuk perbaikan dalam aturan hukum asuransi, termasuk
penyederhanaan polis, peningkatan aksesibilitas informasi, perbaikan proses klaim, dan
perlindungan konsumen yang lebih kuat. Pemerintah dan regulator terus berupaya
untuk memperbarui dan meningkatkan hukum asuransi guna memenuhi harapan
masyarakat dan menjaga keseimbangan antara kepentingan pemegang polis dan
perusahaan asuransi. Perlu dicatat bahwa penilaian terhadap kualitas aturan hukum
asuransi juga dapat bervariasi sesuai dengan pengalaman individual. Jadi, penting untuk
mengajukan masukan dan keluhan terkait hukum asuransi kepada otoritas yang
berwenang atau badan pengawas untuk memperbaiki sistem dan memastikan
perlindungan yang lebih baik bagi masyarakat.
46. Beberapa mungkin melihat adanya prestasi dan kemajuan dalam berbagai sektor di
Indonesia, sementara yang lain mungkin melihat ada kekurangan atau hal-hal yang
belum tercapai. Pada sisi prestasi, beberapa hal yang dapat diapresiasi adalah:
Pertumbuhan Ekonomi: Indonesia telah mencapai pertumbuhan ekonomi yang
relatif stabil dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun terdapat tantangan dan
fluktuasi, pertumbuhan ekonomi yang positif dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat secara luas.
Investasi dan Infrastruktur: Pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai
program investasi dan pembangunan infrastruktur yang ambisius, seperti
pembangunan jalan tol, bandara, pelabuhan, dan proyek energi. Upaya ini
diharapkan dapat memperbaiki konektivitas dan mendorong pertumbuhan
ekonomi di berbagai wilayah.
Pembangunan Manusia: Terdapat kemajuan dalam hal peningkatan indeks
pembangunan manusia, seperti angka harapan hidup yang meningkat,
penurunan angka kemiskinan, peningkatan akses pendidikan, dan penurunan
angka kelaparan. Hal ini menunjukkan upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Namun, tentu saja, masih ada berbagai tantangan dan isu yang dihadapi oleh Indonesia,
yang dapat dianggap sebagai wanprestasi. Beberapa di antaranya meliputi
Pendapat mengenai prestasi atau wanprestasi Indonesia saat ini sangat subjektif dan
bergantung pada perspektif individu. Penting untuk melihat gambaran secara
komprehensif dan mendiskusikan isu-isu ini secara terbuka untuk mengidentifikasi area
yang perlu ditingkatkan dan berupaya bersama untuk mencapai kemajuan yang lebih
baik.
47. Polis merupakan dokumen tertulis yang berisi perjanjian antara pemegang polis asuransi
dan perusahaan asuransi. Polis ini berfungsi sebagai bukti kontrak serta rincian
mengenai jenis asuransi, premi yang harus dibayarkan, masa pertanggungan, dan
persyaratan lainnya.
48. Jawaban no 39 dan 48 sama
49. Jawaban no 40 dan 49 sama
50. Jawaban no 41 dan 50 sama
51. Jawaban no 42 dan 51 sama
52. Jawaban no 43 dan 52 sama
53. Jawaban no 44 dan 53 sama
54. Jawaban no 45 dan 54 sama
55. Jawaban no 46 dan 55 sama
56. Jawaban no 46 dan 56 sama
57. Dalam kasus pelanggaran perlindungan konsumen, terdapat beberapa pilihan
penegakkan hukum yang dapat diambil oleh otoritas atau individu yang berwenang.
Berikut adalah beberapa jenis pilihan penegakkan hukum yang umum digunakan,
beserta contoh jenis sanksi yang mungkin diberlakukan:
Penyelesaian Secara Damai: a. Mediasi: Melibatkan pihak ketiga yang netral
untuk membantu mencapai kesepakatan antara konsumen dan pelaku usaha. b.
Negosiasi: Upaya untuk mencapai kesepakatan melalui perundingan antara
konsumen dan pelaku usaha.
Pengawasan dan Penegakan oleh Otoritas: a. Tindakan Administratif: Otoritas
berwenang, seperti Badan Perlindungan Konsumen atau Otoritas Jasa Keuangan,
dapat memberikan peringatan, perintah penghentian kegiatan, atau denda
administratif. b. Investigasi: Otoritas dapat melakukan penyelidikan dan
pemeriksaan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha. c.
Pembatalan Izin Usaha: Otoritas memiliki kewenangan untuk mencabut atau
membatalkan izin usaha pelaku usaha yang terbukti melanggar hak-hak
konsumen.
Gugatan Perdata: a. Ganti Rugi: Konsumen dapat mengajukan tuntutan ganti rugi
kepada pelaku usaha yang merugikan hak-haknya. b. Restitusi: Konsumen dapat
meminta pengembalian dana atau barang yang telah dibayarkan atau diterima
secara tidak adil oleh pelaku usaha. c. Pemberian Perintah Penghentian:
Pengadilan dapat memberikan perintah penghentian kegiatan atau praktek yang
melanggar hak-hak konsumen.
Penuntutan Pidana: a. Tindakan Pidana: Jika pelanggaran hak konsumen
melibatkan tindakan kriminal, seperti penipuan atau pemalsuan, pelaku usaha
dapat dituntut secara pidana. b. Denda Pidana: Pengadilan dapat memberikan
denda atau hukuman pidana kepada pelaku usaha yang terbukti melanggar
undang-undang perlindungan konsumen.
Harap dicatat bahwa jenis pilihan penegakkan hukum dan sanksi yang diberlakukan
dapat berbeda tergantung pada undang-undang perlindungan konsumen yang berlaku
di suatu negara. Selain itu, terdapat juga mekanisme alternatif seperti lembaga arbitrase
atau pengadilan konsumen yang dapat digunakan untuk menyelesaikan sengketa
dengan lebih cepat dan efisien.
58. Keterlibatan pemerintah dalam melindungi masyarakat dari kerugian terkait produk
barang yang beredar di pasar melibatkan beberapa langkah dan mekanisme. Berikut
adalah beberapa cara di mana pemerintah terlibat dalam perlindungan konsumen:
Pembentukan dan Penegakan Regulasi:
a. Undang-Undang Perlindungan Konsumen: Pemerintah membuat undang-
undang yang mengatur hak-hak konsumen, kewajiban pelaku usaha, dan
tanggung jawab pemerintah dalam perlindungan konsumen.
b. Standar Kualitas dan Keamanan Produk: Pemerintah menetapkan standar
kualitas dan keamanan produk yang harus dipatuhi oleh pelaku usaha untuk
melindungi konsumen dari produk yang cacat atau berbahaya.
c. Labeling dan Informasi Produk: Pemerintah mengatur persyaratan labeling dan
informasi produk yang jelas dan akurat agar konsumen dapat membuat
keputusan yang cerdas.
d. Penegakan Hukum: Pemerintah memiliki tugas untuk menegakkan hukum
terkait perlindungan konsumen, termasuk melalui investigasi, pengawasan, dan
sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha.
Pengawasan dan Regulasi Pasar: a. Badan Pengawas Pasar: Pemerintah
mendirikan badan pengawas pasar yang bertugas mengawasi dan mengatur
praktik bisnis yang berhubungan dengan produk dan layanan konsumen. b.
Inspeksi dan Audit: Pemerintah melakukan inspeksi dan audit terhadap pelaku
usaha untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi perlindungan konsumen.
Edukasi dan Informasi Konsumen: a. Kampanye Pendidikan: Pemerintah
melakukan kampanye dan program pendidikan kepada konsumen untuk
meningkatkan kesadaran dan pemahaman mereka tentang hak-hak konsumen
dan cara melindungi diri dalam bertransaksi. b. Penyediaan Informasi:
Pemerintah menyediakan informasi yang mudah diakses oleh konsumen, seperti
website, hotline, atau layanan konsumen, untuk membantu konsumen
mendapatkan informasi tentang produk dan hak-hak mereka.
Penyelesaian Sengketa:
a. Arbitrase dan Mediasi: Pemerintah menyediakan mekanisme penyelesaian
sengketa alternatif, seperti arbitrase dan mediasi, untuk membantu konsumen
dan pelaku usaha menyelesaikan perselisihan dengan cara yang lebih cepat dan
efisien.
b. Pengadilan Konsumen: Beberapa negara memiliki pengadilan khusus yang
menangani sengketa konsumen, memberikan akses yang lebih mudah dan biaya
yang lebih terjangkau bagi konsumen yang ingin menyelesaikan sengketa dengan
pelaku usaha.
59. Pelanggaran terhadap hak-hak konsumen dapat muncul dalam berbagai bentuk. Berikut
adalah beberapa contoh bentuk-bentuk pelanggaran konsumen yang umum terjadi:
Penipuan: Pelaku usaha memberikan informasi palsu atau menyesatkan kepada
konsumen untuk memperoleh keuntungan yang tidak sah. Misalnya, penjualan
produk palsu, penawaran investasi palsu, atau janji layanan yang tidak dipenuhi.
Penjualan Barang Cacat: Pelaku usaha menjual barang dengan cacat atau
kerusakan yang signifikan tanpa memberikan informasi yang jelas kepada
konsumen. Barang tersebut tidak memenuhi standar kualitas atau keamanan
yang diharapkan.
Praktik Penjualan Paksa: Pelaku usaha menggunakan taktik agresif atau
memaksa konsumen untuk membeli produk atau layanan tertentu. Contohnya,
tekanan penjualan yang berlebihan, pemaksaan kontrak, atau penjualan paket
yang tidak diinginkan.
Ketidakjelasan Informasi Produk: Pelaku usaha tidak memberikan informasi yang
jelas atau membingungkan mengenai produk atau layanan yang ditawarkan
kepada konsumen. Hal ini dapat membuat konsumen kesulitan untuk membuat
keputusan yang cerdas.
Garansi yang Tidak Dipenuhi: Pelaku usaha tidak memenuhi kewajiban garansi
yang telah dijanjikan kepada konsumen. Misalnya, menolak untuk memperbaiki
atau mengganti produk yang rusak dalam periode garansi yang masih berlaku.
Praktik Penentuan Harga yang Tidak Adil: Pelaku usaha menetapkan harga yang
tidak wajar atau tidak adil bagi konsumen. Ini termasuk praktik kartel, penentuan
harga monopoli, atau peningkatan harga yang signifikan secara tidak wajar.
Pelanggaran Privasi: Pelaku usaha menggunakan atau mengungkapkan informasi
pribadi konsumen tanpa izin atau melanggar kebijakan privasi yang berlaku.
Pengabaian Kewajiban Keamanan: Pelaku usaha tidak memastikan keamanan
produk atau layanan yang mereka tawarkan kepada konsumen. Ini termasuk
penjualan produk yang berpotensi membahayakan konsumen atau mengabaikan
standar keamanan yang berlaku.
Perlu dicatat bahwa ini hanya beberapa contoh bentuk pelanggaran konsumen yang
umum terjadi. Pelanggaran konsumen dapat bervariasi tergantung pada negara, regulasi
yang berlaku, dan industri yang terlibat. Jika Anda mengalami pelanggaran konsumen,
penting untuk melaporkan kejadian tersebut kepada otoritas yang berwenang atau
badan perlindungan konsumen setempat agar tindakan dapat diambil untuk melindungi
hak-hak Anda.