Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEPAILITAN PERUSAHAAN

Dosen Pengampu :

Danang Permadi M. Sy

Disusun Oleh :

Mochammad Alfuad Febrian (202248290083)

PRODI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM HASANUDDIN PARE
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan
kita kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita mampu menyusun makalah ini
yang Insya Allah dapat memberikan manfaat.
Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada Baginda kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman
terang benderang ini, tanpa beliau dan tanpa izin Allah mungkin kita tidak mungkin
akan mengetahui tentang banyak nya Ilmu pengetahuan baik bersifat umum
maupun religi.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah hukum
bisnis dan dagang yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini.
Dengan disusunnya makalah ini kami menyadari penyusunan masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami harap rekan-rekan sekalian dapat memberikan
kritikan serta masukan agar ke depannya kami dapat menyusun makalah lebih baik.

Pare, 27 oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ i


Daftar Isi ..................................................................................................... ii
Bab I.Pendahuluan ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................. 1
Bab II.Pembahasan...................................................................................... 2
A. Pengertian kepailitan ....................................................................... 2
B. Dasar Hukum,Syarat-Syarat Dan Asas-Asas Kepailitan ................ 3
C. Pihak yang dapat dinyatakan pailit ................................................. 6
D. Pihak-pihak yang berhak mengajukan pailit ................................... 6
E. Akibat kepailitan ............................................................................. 7
Bab III.Penutup ........................................................................................... 8
A. Kesimpulan ..................................................................................... 8
B. Saran................................................................................................ 8
Daftar Pustaka ............................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kepailitan diatur undang-undang nomor 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan
penundaan kewajiban pembayaran utang pengertian kepailitan berdasarkan pasal 1 angka 1 UU
No..37 tahun 2004 adalah sita umum terhadap semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan
dan pemberesannya dilakukan oleh seorang kurator dibawah pengawasan hakim pengawas
sebagaimana yang diatur oleh undang-undang.
Tujuan utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian antara para kreditur atas
kekayaan debitur oleh kurator. Kepailitan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya sitaan
terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditur dan menggantikannya dengan mengadakan sitaan
bersama. Akibat hukum pernyataan pailit, mengakibatkan debitur demi hukum kehilangan hak
untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang dimasukkan dalam kepailitan terhitung
sejak pernyataan putusan kepailitan.
1. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud kepailitan?
2. Apa yang menjadi dasar hukum, syarat-syarat dan asas-asas kepailitan?
3. Apa saja yang membuat perusahaan dapat dinyatakan pailit?
4. Siapa saja pihak-pihak yang berhak mengajukan pailit?
5. Apa akibat yang ditimbulkan dari kepailitan?
2. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari kepailitan.
2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi dasar hukum,syarat-syarat dan asas-asas
kepailitan.
3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadikan perusahaan dinyatakan pailit.
4. Untuk mengetahui siapa saja pihak yang berhak mengajukan pailit.
5. Untuk mengetahui apa saja akibat yang ditimbulkan dari kepailitan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepailitan.
Kepailitan berasal dari bahasa belanda (failliet) yang artinya merupakan suatu proses
dimana seorang debitur yang mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya
dinyatakan pailit oleh pengadilan, dalam hal ini adalah pengadilan niaga, dikarenakan
debitur tersebut tidak dapat membayar utangnya. Pailit adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan peristiwa keadaan berhenti membayar utang-utang debitur yang telah
jatuh tempo.1
Oleh karena itu, daripada pihak kreditur ramai-ramai mengeroyok debitur dan saling
berebutan harta debitur tersebut, hukum memandang perlu mengaturnya, sebagaimana
hutang-hutang debitur dapat dibayar secara tertib dan adil. dengan demikian, yang dimaksud
dengan kepailitan adalan suatu sitaan umum yang dijatuhkan oleh pengadilan khusus,
dengan permohonan khusus, atas seluruh aset debitur (badan hukum atau orang pribadi) yang
mempunyai lebih dari 1(satu) hutang/kreditur dimana debitur dalam keadaan berhenti
membayar hutang-hutangnya, sehingga debitur segera membayar hutang-hutang tersebut.2
Adapun beberapa pengertian kepailitan menurut pendapat para ahli:
1. Siti soemarti hartono
“kepailitan adalan mogok melakukan pembayaraan terhadap kreditur.”
2. Fred B.G tumbuan
“kepailitan adalah sita umum yang mencakup keseluruhan kekayaan debitur untuk
kepentingan semua krediturnya.”
3. Memori van toelichting
“kepailitan adalah suatu penyitaan berdasarkan hukum atas seluruh harta kekayaan
si berutang (debitur) guna kepentingannya bersama para yang menghutangkan
(kreditur).”
4. Retno wulan
“kepailitan adalah eksekusi masal yang ditetapkan dengan keputusan hakim yang
berlaku serta merta dengan melakukan penyitaan umum atas semua atau orang yang

1
Zaeni asyhadie, S.H., M.H., M.Hum, hukum bisnis (Jakarta: PTRajawali Pers, 2014), Hlm. 341
2
Dr.Munir Fuady, S.H.,M.H., LL.M., pengantar hukum bisnis: menata bisnis modern di era global (Bandung: PT
citra aditya bakti, 2013), Hlm.75

2
dinyatakan pailit, baik yang ada pada waktu pernyataan pailit, maupun yang
diperoleh selama kepailitan berlangsung, untuk kepentingan semua kreditur yang
dilakukan dengan pengawasan pihak yang berwajib.”
Dari pengertian kepailitan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kepailitan adalah suatu proses dimana seorang debitur yang mempunyai kesulitan
keuangan untuk membayar hutangnya dinyatakan pailit oleh pengadilan dikarenakan
debitur tersebut tidak dapat membayar hutangnya sehingga harta kekayaan debitur
tersebut harus disita sesuai dengan perundang-undangan.
2. Kepailitan dimaksudkan untuk mencegah penyitaan dan eksekusi yang dimintakan
oleh kreditur secara perorangan.
3. Kepailitan hanya mengenai harta benda debitur, bukan pribadinya, sehingga debitur
masih bisa untuk melakukan perbuatan hukum diluar hukum kekayaan.
B. Dasar hukum,syarat-syarat dan asas-asas kepailitan.
- Dasar hukum kepailitan.
Adapun pengaturan mengenai kepailitan di Indonesia dapat dilihat dalam beberapa ketentuan,
antara lain:
1. UU No.37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran
(penyempurnaan UU No.4 tahun 1998).
2. UU No.4 tahun 1996 tentang hak tanggungan
3. UU No.42 tahun 1992 tentang jaminan fiducia
4. Pasal1131-1134 KUHPerdata
5. UU No.40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas
6. Beberapa UU lainnya yang mengatur mengenai BUMN (UU No.19 tahun 2003),
pasar modal (UU No.8 tahun 1995), yayasan (UU No..16 tahun 2001), dan koperasi
(UU No.25 tahun 1992)
- Syarat-syarat kepailitan
Menurut UU No.37 tahun 2004 pasal 2,syarat-syarat kepailitan adalah sebagai berikut:
1. Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih krediturnya.

3
2. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat juga diajukan oleh kejaksaan
untuk kepentingan umum.
3. Dalam hal debitur adalah bank, permohonan pernyataan pailit hanya dapat di ajukan
oleh bank Indonesia.
4. Dalam hal debitur adalah perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring dan
penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, permohonan pernyataan pailit
hanya diajukan oleh badan pengawas pasar modal.
5. Dalam hal debitur adalah perusahaan asuransi, perusahan reasuransi, dana pensiun,
atau BUMN yang bergerak dibidang kepentingan publik, permohonan pernyataan
pailit diajukan oleh menteri keuangan3
Setelah permohonan pailit dikabulkan oleh hakim, maka segera diangkat pihak-pihak
sebagai berikut:
1. Panitia kreditur jika diperlukan
2. Seorang atau lebih kurator
3. Seorang hakim pengawas
Kepailitan atas debitur tersebur akan berakhir manakala:
1. Setelah adanya akoord (perdamaian) yang telah di homologasikan
2. Setelah insolvensi dan pembagian
3. Atas saran kurator karena harta debitur tidak ada atau tidak cukup
4. Dicabutnya kepailitan atas anjuran hakim pengawas
5. Jika putusan pailit dibatalkan di tingkat kasasi peninjauan kembali
6. Jika seluruh hutang dibayar lunas oleh debitur4
5
Garis besar dari keseluruhan proses kepailitan adalah:
1. Pengajuan permohonan pailit (oleh kreditur, debitur, atau pihak lainnya)
2. Pemeriksaan perkara dan pembuktian sederhana di pengadilan niaga
3. Putusan pailit (tingkat pertama)
4. Penunjukan kurator
5. Mulai berlaku tundaan eksekusi jaminan hutang (stay)
6. Putusan pailit berkekuatan tetap (putusan Mahkama Agung di tingkat kasasi)
7. Mulai dilakukan verifikasi piutang

3
Undang-Undang No.37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang pasal 2
4
Ibid.
5
Fuady, op.cit. Hlm.78

4
8. Dicapai komposisi (akoord/perdamamian)
9. Pengadilan memberikan homologasi, yakni mengesahkan perdamaian tersebut
10. Atau dinyatakan insolvensi (harta debitur tidak cukup untuk membayar seluruh
hutang)
11. Dilakukan pemberesan (termasuk menjual aset, menyusun daftar piutang, dan
pembagian)
12. Kepailitan berakhir
13. Dilakukan rehabilitas6
- Asas-asas kepailitan
Asas-asas kepailitan diatur dalam penjelasan UU No.37 tahun 2004 tentang kepailitan
dan PKPU, yaitu:
1. Asas keseimbangan
UU ini mengatur beberapa ketentun yang merupakan perwujudan dari asas
keseimbangan, yaitu di satu pihak, terdapat ketentuan yang dapat mencegah
terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh debitur yang tidak
jujur.dilain pihak terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya
penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh kreditur yang tidak beritikad
baik.
2. Asas kelangsungan usaha
Dalam UU ini, terdapat ketentuan yang memungkinkan perusahaan debitur yang
prospektif dapat dilangsungkan.
3. Asas keadilan
Asas keadilan mengandung pengertian bahwa ketentuan mengenai kepailitan
dapat memenuhi rasa keadilan bagi pihak yang berkepentingan, asas keadilan ini
untuk mencegah terjadinya kesewenang-wenangan pihak penagih yang
mengusahakan pembayaran atas tagihan masing-masing terhadap debitur dengan
tidak memperdulikan kreditur lain.
4. Asas integrasi
Asas integrasi dalam UU ini mengandung pengertian bahwa sistem hukum
formil dan hukum materiilnya merupakan satu kesatuan yang utuh dari sistem hukum
perdata dan hukum acara perdata nasional.

6
Ibid.

5
C. Pihak yang dapat dinyatakan pailit.
Pihak yang tergolong debitur atau seseorang yang dapat dinyatakan pailit adalah:
1. Orang atau badan pribadi (UU No.37 tahun 2004 pasal 1 dan pasal 2 ayat 1)
Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih krediturnya.7 Debitur disini dapat terdiri dari satu orang
dan badan pribadi.
2. Debitur yang telah menikah (UU No.37 tahun 2004 pasal 4)
Dalam hal permohonan pernyataan pailit diajukan oleh debitur yang masih terikat
dalam pernikahan yang sah, permohonan hanya dapat diajukan atas persetujuan suami
atau istrinya.8 Halini berlaku jika diantara suami dan istri ada percampuran harta.
3. Badan-badan hukum seperti perseroan terbatas, perusahaan negara, koperasi, dam
perkumpulan-perkumpulan yang berstatus badan hukum seperti yayasan.
4. Harta warisan
Harta warisan orang yang meninggal harus dinyatakan dalam keadaan pailit, apabila
dua atau lebih kreditur mengajukan permohonan untuk itu dak secara singkat dapat
membuktikan bahwa:
a. Utang orang yang meninggal semasa hidupnya tidak dibayar lunas atau
b. Pada saat meninggalnya orang tersebut, harta peninggalannya tidak cukup untuk
membayar utangnya.9
D. Pihak-pihak yang berhak mengajukan pailit.
10
Berdasarkan pasal 2 UU No.37 tahun 2004, pihak yang berhak mengajukan
permohonan pailit adalah:
1. Debitur
2. Kreditur

7
Undang-Undang No.37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang pasal 2
ayat (1).
8
Undang-Undang No.37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang pasal 4
ayat (1).
9
Undang-Undang No.37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang pasal
207
10
Wayan Wesna Astara, hukum kepalitan: teori dan praktik (Bali: Warmadewa University Press, 2018), Hlm.68

6
3. Kejaksaan untuk kepentingan umum, yakni untuk kepentingan bangsa dan negara, dan
kepentingan masyarakat luas.
4. Bank Indonesia, dalam hal debitur adalah bank
5. Badan pengawas pasar modal
6. Menteri keungan, dalam hal debitur adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi,
dana pensiun, atau BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik
E. Akibat kepailitan
11
Kepailitan membawa konsekuensi tertentu, baik terhadap kreditur maupun debitur.
Diantara konsekuensi-konsekuensi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Berlaku penangguhan eksekusi selama maksimum 90 hari
2. Boleh dilakukan kompensasi(setoff) antara hutang debitur dengan piutang debitur.
3. Kontrak timbal balik boleh dilanjutkan
4. Berlaku actio pauliana
5. Demi hukum berlaku sitaan umum atas seturuh harta debitur
6. Kepailitan berlaku juga terhadap suami/istri
7. Debitur atau direksi dari debitur kehilangan hak urus
8. Perikatan setelah debitur pailit tidak dapat dibayar
9. Gugatan hukum haruslah oleh atau terhadapkurator
10. Semua perkara pengadilan di tangguhkan dan diambil alih oleh kurator
11. Pelaksanaan putusan hakim dihentikan
12. Semua penyitaan dibatalkan
13. Pelelangan yang sedang berjalan dilanjutkan
14. Balik nama atau pendaftaran jaminan hutang atas barang tidak bergerak dicegah
15. Transaksi forward dihentikan
16. Sewa-menyewa dihentikan
17. Karyawan debitur dapat di PHK
18. Warisan dapat diterima atau ditolak oleh kurator
19. Harta pailit dapat disegel
20. Berlaku juga ketentuan pidana bagi debitur12

11
Fuady, op.cit. Hlm.78
12
Ibid. Hlm.79

7
BAB
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Banyak debitur yang duhubungi oleh para krediturnya karena berusaha mengelak untuk
bertanggung jawab atas penyelesaian utang-utangnya. Sedangkan restrukturisasi hutang
hanya mungkun ditempuh apabila debitur bertemu duduk dan berunding dengan para
krediturnya atau sebaliknya. Disamping adanya kesediaan untuk berunding itu, bisnis
debitur harus masih memiliki prospek yang baik untuk mendatangkan revenue sebagai
sumber pelunasan hutang yang sirestrukturisasi itu. Dengan demikian diharapkan adanya
umpan balik antara kreditur dan debitur dengan baik, sehingga dapat dirasakan untung bagi
kedua belah pihak.
B. SARAN
Kami menyadari dalam pembuatan Makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu saran dari pembaca sangat kami butuhkan demi penyempurnaan Makalah
ini ke depannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Astara, W. W. (2018). , hukum kepalitan: teori dan praktik (Bali: Warmadewa University
Press.

Asyihadie, Z. (2014). Hukum bisnis. Jakarta: PT Rajawali Pers.

Fuady, M. (2013). Pengantar hukum bisnis: menata bisnis modern di era global. Bandung:
PT Citra Aditya Bakti.

Undang-Undang No.37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran
utang. (n.d).

Anda mungkin juga menyukai