Anda di halaman 1dari 15

HUKUM ACARA DALAM KEPAILITAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Kepailitan

Dosen Pembimbing:

Bu Maisaroh Harahap, M.A

Disusun Oleh:

Fajar Maulana Praja 221110003


Widiana Septy Amanda 221110012
Andi Khaerul Amri 221110026
Risky Awaludin Amir 221110041

HUKUM KEPAILITAN

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS PTIQ JAKARTA

2023/2024
ABSTRAK
Hukum acara perdata sangat penting untuk mempertahankan hukum perdata materiil,
karena hukum acara perdata sebagai hukum perdata formil memang berfungsi agar hukum perdata
materiil dapat berjalan sebagaimana mestinya, termasuk hukum acara pengajuan permohonan
pernyataan pailit. Hukum acara pengajuan permohonan pernyataan pailit berlaku hukum acara
yang diatur dalam Undang Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UU
Kepailitan dan PKPU) Nomor 37 tahun 2004, sebagai kekhususan (lex spesialis), dan hukum acara
perdata pada umumnya sebagai lex generalis terhadap hal-hal yang tidak diatur dalam UU
Kepailitan dan PKPU. Menyatunya sistem hukum formil pengajuan permohonan pernyataan paipit
dalam sistem hukum materiil yaitu dalam UU Kepailitan dan PKPU, adalah berdasarkan asas
intergrasi yang dianut dalam undang-undang tersebut.
Dalam tulisan ini menyoroti dua kekhususan yang diatur dalam UU Kepailitan dan PKPU
yaitu kekhususan mengenai kompetensi dan kekhususan proses beracara. Pengajuan permohonan
pernyataan pailit adalah merupakan kompetensi absolut pengadilan niaga sebagai pengadilan
khusus yang berada pada lingkungan peradilan umum (pengadilan negeri). Dilihat dari segi
kompetensi relatif, di Indonesia sampai saat ini baru ada lima pengadilan niaga. Kekhususan proses
beracara diantaranya: mediasi tidak wajib; beracara dengan surat; wajib menggunakan advokat,
kecuali permohonan diajukan oleh kejaksaan, BI, Bapepam atau oleh Menteri Keuangan; waktu
pemeriksaan terbatas; pembuktian sederhana; dapat melakukan penyimpangan klausula arbitrase;
putusan bersifat serta merta dan terhadap putusan kepailitan tidak tersedia upaya hukum banding.

I
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat beserta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Hukum Kepailitan ini dengan baik. Penulisan
makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas kelompok kami pada mata kuliah Hukum Kepailitan.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang
membantu selama pengerjaan tugas ini:

1. Ibu Maysaroh Harahap, MA selaku dosen Mata Kuliah Hukum Kepailitan


2. Rekan-rekan mahasiswa kelas Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah Semester 4
3. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan moral maupun spiritual
4. Dan pihak-pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu

Pada makalah ini kami akan membuat analisis tentang hukum acara dalam kepailitan. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah.

Jakarta Selatan, 30 Januari 2024

Penulis

II
DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................................................... I
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... II
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. III
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................................................. 1
BAB II............................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2
A. Syarat pengajuan permohonan kepailitan ............................................................................ 2
B. Tata Cara Permohonan Pailit ............................................................................................... 4
C. Upaya hukum dalam perkara kepailitan .............................................................................. 6
D. Proses Pengurusan dan pemberesan harta pailit .................................................................. 7
BAB III ......................................................................................................................................... 10
PENUTUP..................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................11

III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sejalan arus globalisasi, maka semakin meningkat pula kegiatan perekonomian yang meliputi
perdagangan, keuangan dan industri serta investasi yang dilakukan oleh kalangan bisnis
pengusaha. Akan tetapi sejak dilanda krisis ekonomi dan moneter regional yang dialami Negara-
negara berkembang khususnya Indonesia maka, banyak para pengusaha yang mengalami
kesulitan-kesulitan keuangan yang disebabkan karena leverage yang begitu besar melebihi
kapabilitas usahanya, sehingga para kreditor banyak yang mengajukan tagihan-tagihan. Oleh
karena itu, para pengusaha berlomba-lomba untuk melakukan restrukturisasi hutang-hutangnya
baik hutang yang diperoleh dari lembaga keuangan asing atau dalam negeri maupun terhadap para
suppliernya.

Untuk membantu para pengusaha tersebut dalam merestrukturisasi hutang-hutangnya,


pemerintah Indonesia telah membentuk Prakarsa Jakarta (Jakarta Initiative) sebagai sarana mediasi
antara para pengusaha dan para krediturnya dalam melakukan upaya-upaya restrukturisasi hutang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja syarat dan tata cara pengajuan permohonan kepailitan?


2. Bagaimana proses persidangannya?
3. Bagaimana upaya hukum dalam acara kepailitan?
4. Bagaimana proses pengurusan dan pemberesan harta pailit?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja syarat dan tata cara pengajuan permohonan kepailitan
2. Untuk mengetahui bagaimana proses persidangannya
3. Untuk mengetahui bagaimana Upaya hukum dalam acara kepailitan
4. Untuk mengetahui bagaimana proses pengurusan dan pemberesan harta pailit

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Syarat pengajuan permohonan kepailitan

Mengenai syarat-syarat dalam pengajuan permohonan kepailitan, didalam buku hukum


kepailitan karya jono ini ia menjelaskan bahwa syarat-syarat nya dapat dilihat pada pasal 2
ayat (1) UU Kepailitan, yakni:1

“Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu
utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan,
baik atas permohonan satu atau lebih kreditornya.”

Maksud dari pasal 2 ayat (1) kepailitan diatas dijelaskan kembali didalamnya, dan di rincikan
terdapat empat syarat, sebagai berikut:2

1. Adanya dua kreditor atau lebih (Concursus Creditorum)


Syarat permohonan pailit ini berjalan yaitu seorang debitur harus mempunyai
minimal dua orsng kreditur hal ini sangat berkaitan demi merealisasiakan pasal 1132
KUHP. Mengapa diharuskan dua kreditur didalam pengajuan permohonan kepailitan,
dikarenakan jika debitur hanya mempunyai satu kreditur, maka seluruh harta kekayaan
debitur otomatis menjadi jaminan atas pelunasan utang debitur tersebut dan tidak
diperlukan pembagian secara pro rata dan dari pari passu. Maka dari hal tersebut sudah
dipastikan bahwa debitur tidak bisa lanjut menjalankan permohonan pailit jika hanya
memiliki satu kreditur.
Dalam pembahasan kepailitan istilah “Kreditur” terdapat pada pasal UU No. tahun
1998, yang dimana didalam nya membahas tiga macam kreditur yang sudah tidak asing
dedalam KUH Perdata. Sebagaimana kreditur didalamnya dibagi berdasarkan tugasnya
masing-masing sebagai berikut: 3
a. Kreditor Konkuren

1
Jono, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 4
2
Jono, Hukum Kepailitan, h. 5
3
Jono, Hukum Kepailitan, h. 5

2
Kreditor konkuren adalah kreditor yang mengurus pelunasan bersama para kreditor
lainnya yang dihitung berdasarkan pada besarnya piutang masing-masing dibandingkan
terhadap piutang mereka secara keseluruhan dan keseluruhan harta kekayaan debitur
tersebut.
b. Kreditur Preferen
Dalam proses pengajuan kepailitan kreditur prefen ini sangat di istimewakan
kedudukannya dibandingkan kreditur lainnya karna kreditur ini yang harus selalu
didahulukan karna kreditur ini sudah memiliki suatu hak langsung oleh undang-undang.
Dimana kreditur ini sifat piutangnya lebih didahulukan. Kreditur prefen ini memiliki
hak piutang yang istimewa dimana hal tersebut dapat kita lihat didalam pasal 1139 dan
1149 KUHP.
c. Kreditor Separatis
Kreditor separatis merupakan kreditur yang bertugas membahas tentang kebendaan
seperti hak gadai, hipotik, hak tanggungan, dan fidusia yang sebagaimana kreditur ini
dapat bertindak sendiri dimana hal ini sudah disebutkan pada pasal 1134 ayat (2) KUH
Perdata.
2. Harus Adanya Utang
Didalam buku kepailitan karya jono ini disebutkan bahwa definisi utang ini tidak
dicantumkan dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1998. Namun banyak para pakar hukum
hukum yang berbeda-beda dalam mengartikan istilah “Hutang”. apakah utang itu
dosebutkan hanya dalam artian utang yang berasal dari perjanjian pinjam meminjam harta
ataukah suatu prestasi yang tidak hanya dari golongan utang piutang saja. 4
Beberapa pakar hukum memang masing-masing sudah mengartikan utang dalam
perspektif yang berbeda namun maksudnya itu sama, yang dimana definsi nya sudah
diartikan satu dalam pasal 1 butir 6 UU Kepailitan, sebagai berikut: 5
“Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik
dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing. Baik secara langsung maupun yang
akan timbul di kemudian hari karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib

4
Jono, Hukum Kepailitan, h. 10
5
Jono, Hukum Kepailitan, h. 11

3
dipenuhi oleh debitur dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat
pemenuhannya dari harta kekayaan debitur.
3. Cukup Satu Utang yang Telah Jatuh Waktu dan Dapat Ditagih
Didalam syarat ini telah ditunjukkan bahwa kreditor telah memiiki hak yaitu
menuntut debitur untuk memenuhi prestasinya. Maksud dari utag disini ialah utang yang
terlahir secara sempurna dan bukan utang yang lahir secara alamiah. Maksudnya disini
adalah utang yang diadakan dengan cara perikatan sempurna bukan dari utang hasil yang
tidak pantas seperti utang hasil perjudian, hal ini tidak akan dapat dijatuhi hak kepada
kreditor untuk untuk menagih utang tersebut. Dan demikian juga kreditor tidak berhak atas
pengajuan permohonan pailit atas utang hasil alamiah. 6
4. Syarat Permohonan Pailit
Pada persyaratan permohonan kepailitan, ada beberapa orang yang berhak
mengajukan permohonan pailit, hal ini tertera padal pasal 2 UU Kepailitan. Pada pasal
tersebut terdapat enam orang yang berhak atas hal tersebut, sebagai berikut:7
a. Debitur Sendiri (Pasal 2 ayat 1 UU Kepailitan)
b. Seorang Kreditor atau lebih (Pasal 2 ayat 1 UU Kepailitan)
c. Kejaksaan (Pasal 2 ayat 2 UU Kepailitan)
d. Bank Indonesia (Pasal 2 ayat 3 UU Kepailitan)
e. Badan Pengawas Pasar Modal atau Bapepam (Pasal 2 ayat 4 UU Kepailitan)
f. Menteri Keuangan (Pasal 2 ayat 5 UU Kepailitan).

B. Tata Cara Pemohonan Pailit

Didalam melakukan pengajuan permohonan kepailitan terdapat tata cara dalam mencapai
lingkup kepailitan. Hal ini sudah diatur didalam pasal 6 sampai pasal 11 UU Kepailitan, yakni
sebagai berikut:

1. Tahap Pendaftaran Permohonan Pernyataan Pailit


Proses pada permohonan pernyataan pailit itu diserahkan kepada ketua pengadilan niaga.
Yang wajib dalam bertugas mendaftarkan permohonan tersebut ialah panitera dalam

6
Jono, Hukum Kepailitan, h. 11
7
Jono, Hukum Kepailitan, h. 12

4
pengadilan niaga dan ditulis serta ditanda tangani oleh pihak yang berwenang dan diberi
tanggal berdasarkan tanggal pendaftara permohonan pernyataan pailit. Ada pengecualian
untuk pernyataan pailit bagi institusi, yakni dalam Pasal 6 ayat 3 UU Kepailitan yang
mewajibkan seluruh panitera untuk menolaknya dikarenakan jika diterima hal tersebut akan
tidak sesuai dengan pasal 2 ayat 3, ayat 4, dan ayat 5.
2. Tahap Pemanggilan Para Pihak
Tahap ini berpengaruh atas berlangsungnya persidangan, jika salah satu para pihak tidak
hadir dalam persidangan maka persidangan tidak akan dimulai. Para pihak yang terlibat disini,
antara lain: 8
a. Wajib memanggil Debitur, dalam hal permohonan pailit diajukan oleh kreditor, Kejaksaan,
Bank Indonesia, Bapepam, dan Menteri Keuangan.
b. Memanggil Kreditor, dalam hal permohonan pailit hal ini diajukan oleh pihak debitor dan
terdapat keraguan bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit.
Pemanngilan dilakukanoleh juru sita dengansurat kilat tercatat paling lambat 7 hari sebelum
siding pemeriksaan pertama diselenggarakan.
3. Tahap Persidangan atas Permohonan Pernyataan Pailit
Pada tahap persidangan pasti memilki jangka waktu untuk berada ditahap ini tidak semena
langsung melakukan sidang. Dalam ketatanannya ada jangka waktu maksimal 3 hari setelah
permohonan pernyataan pailit didaftarkan, maka pengadilan harus meneliti terlebih dahulu dan
menetapkan sidang. Kemudian pada tahap sidang pemeriksaan atas permohonan tersebut
diselenggarakan dalam waktu 20 hari setelah tanggal permohonan didaftarkan. Jika ada sesuatu
halangan dengan alasan yang cukup dari permohonan debitur, maka pengadilan dapat menunda
sidang pemeriksaan sampai jangka paling lambat 25 hari setelah tanggal permohonan
didaftarkan. 9
4. Tahap Putusan atas Permohonan Pernyataan Pailit
Jika fakta atau keadaan fisik data telah terbukti sacara sederhana yakni adanya fakta dua
atau lebih kreditor dan fakta utang yang telah jatuh waktu dan tidak dibayar, sedangkan antara

8
Jono, Hukum Kepailitan, h. 89
9
Jono, Hukum Kepailitan, h. 89

5
jumlah utang yang dialihkan oleh permohonan pailit perbedaan nya besar maka termohon pailit
tidak menghalangi dijatuhinya putusan pernyataan pailit. 10
Kapan putusan pailit itu diucapkan oleh pengadilan niaga, yakni paling lambat 60 hari
setelah tanggal permohonan pernyataan pailit. Menurut hukum kepailitan waktu 60 hari ini
adalah waktu yang singkat yang dimana telah memenuhi asas peradilan yang bersifat cepat,
murah, dan sederhana. Padahal jangka waktu putusan ini paling cepat pada zaman sebelumnya
yakni dilakukan dalam waktu 30 hari lebih cepat dari jangka waktu putusan permohonan pailit
saat ini. hal ini disampaikan pada UU No. 4 Tahun 1998, namun atas pertimbangan yang
rasional UU Kepailitan memberi keringanan batasan yaitu 60 hari pengadilan wajib memberi
putusannya, hal ini dihitung dari tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan. 11

C. Upaya hukum dalam perkara kepailitan

Seperti diketahui bahwa upaya hukum merupakan Langkah atau usaha yang diperlukan
oleh pihak-pihak yang bersangkutan untuk memperoleh Keputusan yang adil.
Ada tiga macam upaya hukum yang dapat dilakukan dalam hal kepailitan, diantaranya:
Perlawanan, Kasasi (Pasal 11-13 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004) dan Peninjauan
Kembali (Pasal 14 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004).
a. Perlawanan
Perlawanan dalam kepaiitan diajukan kepada pengadilan yang menetapkan putusan
pernyataan pailit.
b. Kasasi
Upaya hukum lain yang dapat dilakukan terhadap putusan atas permohonan
pernyataan pailit adallah kasasi ke Mahkamah Agung. Dengan demikian, keputusan
pengadilan ditingkat pertama tidak bisa diajukan upaya hukum banding, tetapi langsung
dapat dilakukan upaya kasasi.
Pihak-pihak yang dapat mengajukan upaya hukum, pada prinsipnya adalah sama
dengan pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit, yaitu: Debitor,
Kreditur, termasuk kreditor lain yang bukan pihak dalam persidangan tingkat pertama
namun tidak puas atas putusan pernyataan pailit yang ditetapkan, Kejaksaan,Bank
Indonesia, Badan Pengawan Pasar Modal ( BAPEPAM) dan Menteri Keauangan.
Permohonan kasasi diajukan diajukan dalam jangka waktu paling lambat delapan
hari terhitung sejak tanggal putusan yang dimohonkan kasasi ditetapkan, kemudian
didaftarkan melalui panitera pengadilan niaga yang telah menetapkan putusan atas

10
Jono, Hukum Kepailitan, h. 90
11
Jono, Hukum Kepailitan, h. 91

6
permohonan pernyataan pailit tersebut. Selanjutnya panitera akan mendaftar permohonan
kasasi pada tanggal permohonan tersebut diajukan, dan kemudian kepada pemohon akan
diberikan tanda terima tertulis yang ditanda tangani penitera dengan tanggal yang sama
dengan tanggal penerimaan pendaftaran tersebut. Permohonan kasasi yang diajukan
melebihi jangka waktu yang telah ditetapkan oleh undang undang (lebih dari delapan hari)
bias berakibat pada “dibatalkannya putusan kasasi”.
c. Peninjauan Kembali
Upaya hukum lainnya adalah peninjauan kembali oleh Mahkamah Agung
terghadap putusan atas permohonan kepailitan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.
Permohonan peninjauan kembali dapat dilkukan apabila:
1. Setelah perkara diputus ditemukan bukti baru yang bersifat menentukan yang
pada waktu diperiksa di pengadilan sudah ada, tetapi belum ditemukan atau;
2. Dalam putusan hakim yang bersangkutan terdapat kekeliruan yang nyata.
Pengajukan permohonan peninjauan kembali dengan alasan tersebut, dilakukan
dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal putusan yang
dimohonkan peninjauan kembali memperoleh kekuatan yang tetap.
Permohonan peninjauan kembali bias disampaikan kepada panitera pengadilan
niaga yang memutus perkara pada tingkat pertama. Panitera yang menerima
permohonan PK akan mendaftar permohonan tersebut kepadfa pemohon
diberikan tanda terima tertulis yang ditanda tangani panitera dengan tanggal
yang sama dengan tnggal permohonan didaftarkan. Selanjutnya pihak termohon
dapat mengajukan jawaban terhadap permohonan PK yang diajukan, dalam
waktu 10 hari terhitung sejak tanggal permohonan didaftarkan dan panitera
wajib menyampaikan jawaban tersebut kepada panitera Mahkamah Agung,
dalam jangka waktu paling lambat 12 hari terhitung sejak tanggal permohonan
didaftarkan.12

D. Proses Pengurusan dan pemberesan harta pailit

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Pengurusan harta


pailit dilakukan apabila debitor berhenti membayar utangnya, maka kreditor dapat melakukan
gugatan perdata untuk melindungi piutangnya. Penyelesaian dengan gugatan perdata hanya
melindungi kepentingan si penggugat saja, dalam hal terdapat beberapa kreditor, maka akan
terjadiperebutan harta kekayaan debitor oleh para kreditor.
Hal ini tidak adil dan akan merugikan kedua belah pihak. Berdasarkan alasan tersebut,
lahirlah lembaga kepailitan yangmengatur tata cara yang adil mengenaipembayaran tagihan-

12
Munif Rochmawanto, “Upaya Hukum Dalam Perkara Kepaiitan”, Jurnal Independent, Vol. 3 No. 2,
(2015), h. 22-24

7
tagihan para kreditor, dengan berpedoman pada KUH Perdata Pasal 1131 sampai dengan Pasal
1149 maupun pada ketentuan dalam Undang-Undang Kepailitan.13
Pailit merupakan suatu keadaan dimana debitor tidak mampu melakukan pembayaran
terhadap utang dari para kreditornya,sedangkan Kepailitan menurut UUK adalah “Sita umum
atas kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di
bawah pengawasan hakim pengawas”.14
Putusan hukum kepailitan yang memiliki daya Uit Voerbaar Bij Vooraad atau putusan serta
merta, keputusan yang menyatakan debitor pailit harus tetap dilaksanakan terlebih dahulu
meskipun putusan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap.15
Pengangkatan hakim pengawas Pasal 15 ayat 1 UUK menentukan, dalam
putusanpernyataan pailit harus diangkat seorang hakim pengawas yang ditunjuk oleh hakim
pengadilan. Tugas hakim pengawas ialah mengawasi pengurusan dan pemberesan harta pailit
yang dilakukan kurator.16 Pengawasan oleh hakim.
Pengawas terhadap pengurusan dan Pemberesan harta pailit meliputi:17
a. Apakah kurator dalam menjalankan Tugasnya tetap bergerak dalam batasbatas Yang telah
ditetapkan dalam undang-undang Mengenai wewenangnya;
b. Apakah kurator bertindak untuk Kepentingan harta pailit;
c. Apakah kurator menjalankan tugasnyaDengan baik.

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan, mengatur mengenai


Pengurusan Harta Pailit. Hakim Pengawas Sesuai Pasal 65. Hakim pengawas mengawasi
Pengurusan dan pemberesan harta pailit. Pasal 66. Pengadilan wajib mendengar pendapat
Hakim Pengawas, sebelum mengambil suatu Putusan mengenai pengurusan atau
Pemberesan harta pailit.

Pasal 67 ayat:
1. Hakim pengawas berwenang untuk mendengar keterangan saksi atau memerintahkan
penyelidikan oleh para ahli untuk memperoleh kejelasan tentang segala hal mengenai
kepailitan.
2. Saksi dipanggil atas nama Hakim Pengawas.
3. Dalam hal saksi tidak datang menghadap atau menolak memberi kesaksian maka berlaku
ketentuan Hukum Acara Perdata
4. Dalam hal saksi bertempat tinggal di luar daerah hukum pengadilan yang memutus

13
Astri Ester Silalahi. 2015. Perlindungan Hukum Terhadap Debitor Yang Telah Dijatuhi Putusan Serta
Merta Dalam Kepailitan.httpdownload.garuda.ristekdikti.go.id › article.hlm. 1.
14
Astri Ester Silalahi. 2015. Perlindungan Hukum Terhadap Debitor Yang Telah Dijatuhi Putusan Serta
Merta Dalam Kepailitan.httpdownload.garuda.ristekdikti.go.id › article.hlm.2
15
Astri Ester Silalahi. 2015. Perlindungan Hukum Terhadap Debitor Yang Telah Dijatuhi Putusan Serta
Merta Dalam Kepailitan.httpdownload.garuda.ristekdikti.go.id › article.hlm.3
16
Lihat Ardian Sutedi, Hukum Kepailitan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h. 77.
17
Lihat Kartono, Kepailitan dan Penundaan Pembayaran, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1999), h. 59.

8
pailit, hakim pengawas dapat melimpahkan pemeriksaan saksi tersebut kepada pengadilan
yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal saksi.
5. Istri atau suami, bekas istri atau suami, dan keluarga sedarah menurut keturunan lurus ke
atas dan ke bawah dari debitor pailit mempunyai hak undur diri sebagai saksi

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Syarat pengajuan permohonan kepailitan
Mengenai syarat pengajuan permohonan kepailitan dapat dilihat pada pasal 2 ayat (1)
UU Kepailitan, yakni:
“Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu
utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan,
baik atas permohonan satu atau lebih kreditornya.”

2. Tata cara permohonan paillit


a. Tahap pendaftaran pemohon pailit
b. Tahap pemanggilan para pihak
c. Tahap persidangan atas permohonan pernyataan pailit
d. Tahap putusan atas permohonan pernyataan pailit
3. Upaya hukum dalam perkara kepailitan
Ada tiga macam upaya hukum yang dapat dilakukan dalam hal kepailitan, diantaranya:
Perlawanan, Kasasi (Pasal 11-13 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004) dan
Peninjauan Kembali (Pasal 14 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004).
4. Proses pengurusan dan pemberesan harta pailit
Pengawas terhadap pengurusan dan Pemberesan harta pailit meliputi:
a. Apakah kurator dalam menjalankan Tugasnya tetap bergerak dalam batas-batas yyang telah
ditetapkan dalam undang-undang Mengenai wewenangnya;
b. Apakah kurator bertindak untuk Kepentingan harta pailit;
c. Apakah kurator menjalankan tugasnyaDengan baik.
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang kepailitan, mengatur mengenai pengurusan
harta pailit. Hakim pengawas sesuai Pasal 65. Hakim pengawas mengawasi Pengurusan dan
pemberesan harta pailit. Pasal 66. Pengadilan wajib mendengar pendapat hakim pengawas,
sebelum mengambil suatu putusan mengenai pengurusan atau pemberesan harta pailit.

10
DAFTAR PUSTAKA

Asy'ari, S. (2021, Desember Rabu, 1). Salinan Putusan Nomor 23/PUU-XIX/2021 DEMI
KEADILAN. Retrieved from mkri.id: https://www.mkri.id
Jono. (2008). Hukum Kepailitan. Jakarta: Sinar Grafika.
Kartono, L. (1999). Kepailitan dan Penundaan Pembayaran. Jakarta: Pradnya Paramita.
Rochmawanto, M. (2015). Upaya Hukum Dalam Perkara Kepailitan. Jurnal Independent, 22-24.
Silalahi, A. E. (2015). Perlindungan Hukum Terhadap Debitor Yang Telah Dijatuhi Putusan.
jurnal Independent, 1.
Sutedi, L. A. (2009). Hukum Kepailitan. Bogor : Ghaili Indonesia.

11

Anda mungkin juga menyukai