Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH HUKUM DAGANG

“PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Dagang


Dosen Pengampu : Nur Sholikin, S.H., M.H.

Disusun oleh :

1. Abid Jalaludin Abyyu (212111207)


2. Sastri Octi Lindawati (212111229)

KELOMPOK 9 / HES 5F

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Hukum Dagang yang
berupa makalah yang berjudulkan “Penundaan kewajiban pembayaran utang” dengan tepat
waktu. Ucapan terima kasih juga kami berikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam proses menyelesaikan makalah ini.
Terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Hukum Dagang yaitu Bapak Nur
Sholikin, S.H., M.H. yang telah membimbing kami untuk mengarahkan kami dalam
menyelesaikan makalah kami dengan sebaik-baiknya. Kami selaku penyusun ingin ikut
berpartisipasi dalam penyampaian tentang makalah “Penundaan kewajiban pembayaran
utang”, kami mengharapkan yang bisa kami sampaikan dapat diterima, mudah untuk
dipahami dan mudah untuk dipelajari.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi segenap pembaca, dan apabila ada
kekurangan atau kesalahan, kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat kami
harapkan dari segenap pembaca untuk membangun makalah kami agar mencapai
kesempurnaan dalam makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Kartasura, 31 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

A. Pengertian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ........................................................ 3

B. Fungsi Keberadaan Lembaga PKPU ................................................................................... 4

C. Pihak Pihak Yang Terkait Dalam PKPU .............................................................................. 5

D. Dua Tahapan PKPU ............................................................................................................. 5

E. Akibat Putusan PKPU .......................................................................................................... 8

F. Penyebab Berakhirnya PKPU .............................................................................................. 9

BAB III PENUTUP ......................................................................................................................11

A. Kesimpulan .........................................................................................................................11

B. Saran ...................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 12

iii
4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum perdamaian dalam hukum perdata diatur pada Pasal 1851 sampai
dengan Pasal 1864 KUHPerdata. Perdamaian diartikan sebagai persetujuan dengan mana
kedua belah pihak dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang,
mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung ataupun mencegah timbulnya perkara
Berdasarkan uraian di atas maka perdamaian itu merupakan proses yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak agar dapat mencegah timbulnya perkara. Perdamaian ini
merupakan perjanjian yang dibuat dengan formal, sehingga perjanjian itu mengikat bagi
mereka yang membuatnya.
Didalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang upaya perdamaian tersebut
diatur pada Pasal 265 sampai dengan Pasal 294 Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Artinya adalah upaya
perdamaian dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, debitor berhak untuk
menawarkan perdamaian kepada semua kreditor secara bersama. Jadi PKPU sebenarnya
sejenis penundaan (moratorium) dimana hal ini bertujuan untuk debitor yang dalam
usahanya memungkinkan untuk melunasi pembayaran dan upaya untuk menghindari
kepailitan.
Proses ini terjadi pada saat debitor belum dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga.
Perdamaian adalah tujuan dari dilaksanakannya PKPU. Perdamaian tersebut berupa
perjanjian antara debitor dan para kreditor dimana debitor menawarkan untuk melakukan
pembayaran utangnya dengan syarat bahwa ia setelah melakukan pembayaran baik
sepenuhnya ataupun sebagian, maka debitor telah melaksanakan perjanjian perdamaian,
sehingga debitor tidak mempunyai utang Kembali Hal ini dibenarkan, karena secara hukum
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 memberikan hak kepada debitor.

B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas dapat di tuliskan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang di maksud dari PKPU ?
1
2. Bagaimana fungsi keberadaan Lembaga PKPU ?
3. Siapa saja pihak yang terkait dalam PKPU ?
4. Apa saja tahapan PKPU ?
5. Apa akibat putusan PKPU?
6. Apa penyebab berakhir nya PKPU ?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka didapatkan tujuan
penulisan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian PKPU.
2. Untuk mengetahui fungsi Lembaga PKPU.
3. Untuk mengetahui pihak pihak PKPU.
4. Untuk mengetahui tahapan PKPU.
5. Untuk mengetahui akibat putusan PKPU.
6. Untuk mengetahui penyebab berakhir nya PKPU.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang


PKPU adalah keringanan yang memberi debitur penundaan pembayaran
hutangnya, debitor berharap dalam waktu yang relatif singkat ia mendapatkan penghasilan
yang cukup untuk melunasi seluruh hutangnya.1. jadi situasi di mana seorang peminjam
atau perusahaan tidak dapat membayar utang atau kewajiban finansialnya pada waktu yang
telah ditetapkan dalam perjanjian pinjaman atau perjanjian kredit. Penundaan ini dapat
disebabkan oleh berbagai factor. Ketika seseorang atau entitas mengalami penundaan
kewajiban pembayaran utang, mereka biasanya harus menghadapi konsekuensi serius,
seperti denda atau bunga tambahan, penurunan kredit, atau bahkan risiko tuntutan hukum
oleh kreditur. Dalam beberapa kasus, pihak-pihak yang berutang mungkin mencoba
bernegosiasi dengan kreditur mereka untuk mengatur jadwal pembayaran yang lebih
masuk akal atau mencari kesepakatan restrukturisasi utang.
Pengertian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Sebagaimana diatur dalam
UUK-PKPU pada Pasal 222 ayat (2), bahwa debitor yang tidak dapat atau memperkirakan
tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat
ditagih dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan maksud pada
umumnya untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran seluruh atau
sebagian utang kepada kreditur konkuren. Penundaan kewajiban pembayaran utang atau
PKPU merupakan sarana yang dapat dipakai oleh debitor untuk menghindari diri dari
kepailitan, bila mengalami keadaan likuid dan sulit untuk memperoleh kredit. Sarana yang
memberikan waktu kepada debitor untuk menunda pelaksanaan pembayaran utang-
utangnya seperti ini akan membuka harapan yang besar bagi debitur untuk melunasi utang-
utangnya.2
Lembaga PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) adalah merupakan
sebuah cara yang dilakukan atau digunakan debitor maupun kreditor dalam hal debitor atau

1
Robinton Sulaiman, Joko Prabowo, 2000, “Lebih Jauh Tentang Kepailitan (Tinjauan Yuridis
Tanggung Jawab Komisaris, Direksi dan Pemegang Saham Terhadap Perusahaan Pailit”, Fakultas Hukum
Universitas Pelita Harapan Karawaci, hlm. 32.
2
Annisa Fitria “penundaan kewajban pembayaran utang sebagai salah satu Upaya debitor
mencegah kepailitan”,vol 15,lex jurnalica,2018,hal 20

3
kreditor menilai debitor tidak dapat atau diperkirakan tidak akan dapat lagi melanjutkan
pembayaran utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dengan maksud
agar tercapai rencana perdamaian meliputi pembayaran sebahagian atau seluruh utang
kepada kreditor antara debitor dan kreditor agar debitor tidak perlu dipailitkan 3. PKPU
pada dasarnya adalah penawaran rencana perdamaian oleh Debitor untuk melakukan
restrukturisasi utang-utangnya, yang dapat meliputi pembayaran seluruh utang kepada
kreditur konkuren.

B. Fungsi Keberadaan Lembaga PKPU


Fungsi PKPU adalah agar debitur dapat melanjutkan usahanya dan terhindar dari
kebangkrutan walaupun pembayarannya sulit. Dengan kata lain pada dasarnya tujuan
mengajukan permohonan PKPU adalah untuk mencapai kata damai. Rencana perdamaian
yang mencakup tawaran untuk membayar kembali sebagian atau seluruh hutang kepada
kreditor. Tujuan pengajuan PKPU adalah4:
• Agar tidak pailit;
• Adanya ruang kepada debitur untuk melaksanakan usaha tanpa mendesak debitur
untuk segera melunasi hutangnya; dan
• Bisnis yang sehat.
Kemudian di dalam undang undang tentang penundaan kewajiban pembayaran utang
(PKPU) dalam UU No. 37 tahun 2004 diatur dalam UU No.37 tahun 2004 dalam BAB III
tujuan Lembaga PKPU adalah:
• Debitor dalam jagka waktu yang cukup, dapat memperbaiki kesulitannya, dan
akhirnya akan dapat melunasi/membayar utangutangnya di kemudian hari.
• Bagi pihak kreditor karena adanya Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ini,
kemungkinan dibayarnya piutangnya dari Debitor secara penuh, sehingga tidak
merugikannya

Fungsi keberadaan Lembaga PKPU jelas sangat bermanfaat karena perdamaian yang
dilakukan melalui PKPU akan mengikat kreditur lain di luar PKPU (Pasal 270 Undang-

3
Elvina sagala, “efektifitas lembaga penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) untuk
menghindarkan debitur dari pailit”, Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 03. No. 01. Maret 2015 hal 38
4
Sumurung dkk, “politik hukum penundaan kewajiban pembayaran utang di Indonesia “ , jurnal
Ius Constituendum | Volume 6 Nomor 2 April 2021,hal 106.

4
Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang), sehingga debitur dapat melanjutkan restrukturisasi usahanya, tanpa takut diganggu
oleh tagihantagihan kreditur yang berada di luar PKPU. PKPU itu sendiri tergolong ke
dalam suatu peristiwa hukum, mengingat adanya PKPU akan memberikan akibat-akibat
hukum terhadap pihak-pihak maupun hubungan-hubungan hukum.

C. Pihak Pihak Yang Terkait Dalam PKPU

Berdasarkan undang undang Penundaan Kewajibab Pembayaran Utang (PKPU)


dalam UU No. 37 tahun 2004 diatur dalam UU No. 37 tahun 2004 dalam BAB III Pihak
yang dapat mengajukan permohonan PKPU adalah:
• Debitor
• Kreditor
• Bank Indonesia bila Debitornya adalah Bank
• Bapepam bila Debitornya adalah Perusahaan Efek, Bursa efek, Lembaga kliring dan
penjamin, Lembaga Penyimpanan san Penyelesaian.
• Menteri keuangan bila Debitor Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana
Pensiun, dan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang kepentingan publik
(Pasal 2234 UU No. 27 tahun 2004).

D. Dua Tahapan PKPU


Dalam proses permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
debitor dan kreditor akan diberikan kesempatan untuk melakukan musyawarah atau
negosiasi terkait permasalah utang piutang yang ada. Menurut UU KPKPU, PKPU
diajukan untuk mengajukan rencana perdamaian penawaran pembayaran sebagian atau
seluruh utang kepada kreditor. Dalam UU KPKPU dinyatakan secara jelas bahwa PKPU
diajukan oleh debitor untuk mengajukan restrukturisasi utang. Sehingga debitorlah yang
mengetahui kemampuan keuangannya. Namun, UU KPKPU memberikan pintu masuk
bagi kreditor untuk mengajukan PKPU terhadap debitor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 222 ayat (3) UU KPKPU5.

Jimmy simanjuntak, “tinjauan hukum atas kewenangan kreditor mengajukan penundaan kewajiban
5

pembayaran utang berdasarkan undang – undang nomer 37 tahun 2004”, honeste vevere journal,vol 3, hal
73.

5
Terdapat 2 tahapan dalam proses PKPU yaitu PKPU Sementara dan PKPU Tetap.
Berikut penjelasan mengenai tahapan-tahapan tersebut:

1. PKPU Sementara
PKPU Sementara merupakan PKPU pendahuluan yang akan diberikan oleh
Pengadilan Niaga ketika adanya permohonan PKPU. Baik permohonan tersebut
diajukan oleh kreditor atau debitor itu sendiri. PKPU Sementara berlaku sejak tanggal
putusan PKPU Sementara dibacakan dan berlangsung maksimal selama 45 hari.
PKPU sementara terjadi bila permohonan pendaftaran PKPU diterima dan
ditetapkan sebelum sidang di Pengadilan Niaga dimulai. PKPU sementara diatur pada
Pasal 225 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, yang menjelaskan bahwa baik debitor
maupun kreditor masing-masing dapat melakukan permohonan untuk melakukan
PKPU. Bila permohonan dilakukan oleh debitor, maka paling lambat 3 hari pengadilan
harus mengabulkan permohonan dari debitor. Dan pengadilan saat itu juga menunjuk
hakim pengawas serta mengangkat 1 pengurus untuk mengurus harta debitor.
Apabila PKPU dimohonkan oleh kreditor, maka paling lambat 20 hari sejak
permohonan PKPU didaftarkan harus sudah dikabulkan oleh Pengadilan Niaga dan
mengangkat hakim pengawas serta 1 pengurus untuk mengurus harta debitor.
Kemudian Pengadilan Niaga melalui pengurus wajib menghadirkan debitor dan
kreditor atas permohonan PKPU yang dikabulkan. Apabila debitor tidak hadir pada saat
pemanggilan oleh Pengadilan Niaga, maka debitor dapat langsung dipailitkan oleh
Pengadilan, dan PKPU sementara dianggap berakhir.
Hal tersebut sejalan dengan ketentuan Pasal 225 ayat (2) yang menegaskan
bahwa pengefektifan waktu oleh Pengadilan Niaga atas permohonan PKPU oleh
debitor dalam jangka waktu 3 hari. Oleh karena itu, sepanjang debitor yang memohon
untuk PKPU telah memenuhi syarat-syarat dari ketentuan Pasal 222 dan Pasal 224106
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, maka dengan sendirinya Pengadilan Niaga akan
memberikan keputusan untuk PKPU sementara. Apabila PKPU sementara ini telah
diperiksa, besar kemungkinan akan berlanjut menjadi PKPU tetap.
2. PKPU Tetap
PKPU Tetap merupakan tahap perpanjangan waktu dari PKPU Sementara.
Beberapa keadaan yang mendorong terjadinya PKPU Tetap yaitu dikarenakan debitor

6
belum siap dengan rencana perdamaiannya atau para kreditor belum dapat memberikan
keputusan terkait rencana perdamaian yang diajukan. Keputusan akan diberikan PKPU
Tetap atau tidak kepada debitor harus melalui mekanisme pemungutan suara (voting)
yang dilakukan oleh seluruh kreditor. Dengan perhitungan kuorum sebagaimana dalam
Pasal 229 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
PKPU (“UU Kepailitan”).
Jika berdasarkan hasil voting memenuhi kuorum untuk diberikan PKPU Tetap,
maka proses dilanjutkan dengan PKPU Tetap. Dengan jangka waktu maksimal 270 hari
terhitung sejak putusan PKPU Sementara diucapkan. Namun jika kuorum tidak
terpenuhi maka pengadilan harus menyatakan debitor pailit. Jika setelah jangka waktu
PKPU Tetap berakhir belum tercapai kesepakatan atas rencana perdamaian yang
disampaikan, maka debitor akan dinyatakan pailit oleh pengadilan.
PKPU tetap ini akan terjadi apabila didalam pemeriksaan di persidangan
terpenuhi syarat- syarat :
a. Disetujui lebih dari 1/2 jumlah kreditor konkuren yang haknya diakui atau
sementara diakui yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3 bagian dari seluruh
tagihan yang diakui atau yang sementara diakui dari kreditor konkuren atau
kuasanya yang hadir dalam sidang tersebut.
b. Disetujui lebih dari 1/2 jumlah kreditor yang piutangnya dijamin dengan gadai,
jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotik, atau hak agunan atas kebendaan lainnya
yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3 bagian dari seluruh tagihan kreditor atau
kuasanya yang hadir dalam sidang tersebut.
Waktu penundaan yang diberikan selama PKPU tetap ini adalah 270 hari sejak
diputuskannya. Pemutusan penundaan mempertimbangkan dari kesepakatan para
kreditor dalam menentukan penundaan terhadap kesepakatan kreditor, khususnya
kreditor konkuren. Kemudian kesepakatan PKPU ini ditetapkan oleh Pengadilan Niaga.
Penyelesaiannya dapat dengan penjadwalan pembayaran utang ataupun dengan bentuk
pembayaran lainnya yang penting para pihak dapat menyepakati dalam perdamaian.

7
Jadi pada hakikatnya PKPU ini dapat diterima bila kreditor dapat menyepakati tawaran
perdamaian yang ditawarkan oleh debitor6

E. Akibat Putusan PKPU


Akibat hukum yang timbul dari PKPU antara lain berakibat pada :

1. Akibat hukum terhadap tindakan hukum debitor


Hal ini sesuai dengan ketentuan pada Pasal 240 ayat (1) dan (3) yang
mengatakan bahwa Pasal :1) Debitor tanpa persetujuan pengurus tidak dapat
melakukan tindakan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau sebagian
hartanya.2) Kewajiban debitor yang dilakukan tanpa mendapat persetujuan dari
pengurus yang timbul setelah dimulainya PKPU hanya dapat dibebankan kepada
debitor sejauh itu menguntungkan harta debitor.
Disamping pengurus yang mempunyai wewenang terhadap tindakan hukum
debitor, ada tindakan hukum lain yang tidak harus melalui persetujuan pengurus. Yaitu
bila debitor memiliki perkara lain yang telah diperiksa, maka perkara tersebut tidak
berhenti atau menghalangi PKPU. Disaat PKPU, debitor tidak boleh menjadi
penggugat maupun tergugat dalam perkara-perkara mengenai hak dan kewajiban yang
menyangkut harta kekayaannya tanpa persetujuan pengurus.
2. Akibat hukum terhadap utang debitor.
Selama PKPU, debitor tidak dapat dipaksa untuk membayar utang-utangnya.
Dan semua tindakan eksekusi yang telah dimulai dalam proses pelunasan utang harus
ditangguhkan. Semua tindakan eksekusi yang telah dimulai guna mendapatkan
pelunasan utang, harus ditangguhkan baik itu eksekusi yang dijamin dengan hak
tanggungan, gadai, atau hak kebendaan lainnya bahkan yang diistimewakan sekaligus.
Semua sitaan yang telah dipasang berakhir setelah ditetapkan putusan PKPU atau
setelah persetujuan perdamaian.
3. Akibat hukum terhadap perjanjian timbal balik.
Bila terjadi perjanjian timbal balik pada saat PKPU, maka pihak yang
mengadakan perjanjian dengan debitor dapat meminta pengurus untuk memberikan
kepastian tentang berlanjut tidaknya perjanjian tersebut.Bila tidak terjadi kesepakatan,

6
Umar haris.s.”penundaan kewajiban pembayaran utang dalam hukum kepaillitan”(yogjakarta :
NFP publishing,2014) hal 77.

8
dan pihak yang mengadakan perjanjian merasa dirugikan dapat menuntut hak atau
bertindak seperti kreditor konkuren.
4. Terhadap perjanjian penyerahan barang.
Apabila debitor sedang dalam melakukan perjanjian penyerahan benda untuk
diperdagangkan, maka terhadap perjanjian tersebut menjadi hapus.Bila ternyata pihak
yang mengadakan perjanjian merasa dirugian maka dapat meminta ganti rugi atas harta
kekaaan debitor.Tetapi bila debitor yang dirugikan atas penghapusan perjanjian, maka
pihak tersebut wajib membayar kerugian debitor.
5. Terhadap perjanjian sewa
Apabila debitor bertindak sebagai penyewa, maka perjanjian sewa tersebut
harus diakhiri untuk sementara. Dengan syarat bahwa pemberitahuan untuk
menghentikan sewa itu dilakukan menjelang suatu waktu perjanjian itu akan berakhir
menurut kebiasaan. Seperti contoh, bila uang telah dibayarkan, maka sewa tersebut
tidak boleh dihentikan sampai menjelang akhir waktu.
6. Terhadap perjanjian kerja dengan karyawan.
Debitor berhak untuk memutuskan hubungan kerja dengan karyawannya bila
telah masuk masa PKPU. Hal ini dapat terjadi dengan persetujuan dari pengurus dan
tenggang waktu yang sesuai dengan undang-undang. Gaji serta biaya lain yang timbul
atau belum dibayar atas pemutusan hubungan kerja dari debitor, maka kewajiban
tersebut dapat dimasukkan menjadi harta utang debitor.7

F. Penyebab Berakhirnya PKPU


Hal-hal yang terjadi dengan adanya penundaan pembayaran utang dengan adanya
penundaan pembayaran, maka dapat terjadi berbagai kemungkinan, yaitu :

a. Piutang-piutang para kreditur akan dibayar / dapat dibayar seluruhnya oleh debitur;
b. Pembayaran piutang debitur itu dilunasi sebagian melalui pemberesan tahap demi
tahap;
c. Suatu perdamaian di bawah tangan;

7
Umar haris.s.”penundaan kewajiban pembayaran utang dalam hukum kepaillitan”(yogjakarta :
NFP publishing,2014) hal 104 – 109 .

9
d. Pengesahan perdamaian apabila terjadi perdamaian yang lazim disebut gerechtelijke
accord atau dwang accord.8

Pernyataan pailit, apabila tujuan yang hendak dicapai dengan pengunduran


pembayaran itu tidak tercapai. PKPU dapat berakhir jika ini diminta oleh hakim pengawas
atas permohonan pengurus atau dari satu atau lebih kreditor. Kemudian permintaan tersebut
dimintakan ke Pengadilan untuk dinyatakan bahwa PKPU berakhir. Berakhirnya PKPU
harus melalui proses pemeriksaan dari Pengadilan dan harus sudah diputus 10 hari sejak
dimintakannya pengakhiran PKPU. Didalam memberikan putusannya, Pengadilan harus
memberikan alasan-alasan yang kuat dan mendasar untuk mengakhiri PKPU.

Sebelum dimintakan ke Pengadilan untuk diakhirinya PKPU, debitor dan pengurus


wajib didatangkan untuk didengar dan dimintai penjelasan sebab-sebab yang dapat
menjadikan PKPU berakhir. Hal yang dapat menyebabkan PKPU berakhir adalah:

1. Debitor selama waktu penundaan kewajiban pembayaran utang bertindak dengan


iktikad buruk dalam melakukan pengurusan terhadap hartanya;
2. Debitor telah atau mencoba merugikan para kreditornya;
3. Debitor melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 240 Undang-
undang No. 37 Tahun 2004 yaitu debitor tanpa persetujuan pengurus melakukan
tindakan kepengurusan sebagian atau seluruh hartanya. Dan pengurus harus
memastikan bahwa debitor tidak melakukan kegiatan yang merugikan harta debitor
sendiri;
4. Debitor lalai melaksanakan tindakan-tindakan yang diwajibkan kepadanya oleh
pengadilan pada saat atau setelah PKPU diberikan, atau lalai melaksanakan tindakan
yang disyaratkan oleh pengurus demi kepentingan harta debitor;
5. Selama PKPU, ternyata debitor tidak memungkinkan untuk melanjutkan PKPU;
6. Keadaan debitor tidak dapat diharapkan kembali untuk memenuhi kewajiban selama
PKPU sesuai tepat pada waktunya.9

8
Andang sari, “penundaan kewajiban pembayaran utang menurut hukum kepailitan”, jurnal kajian
ilmiah,vol 17 ,2017 .
9
Umar haris.s.”penundaan kewajiban pembayaran utang dalam hukum kepaillitan”(yogjakarta :
NFP publishing,2014) hal 77.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) adalah merupakan
sebuah cara yang dilakukan atau digunakan debitor maupun kreditor dalam hal debitor atau
kreditor menilai debitor tidak dapat atau diperkirakan tidak akan dapat lagi melanjutkan
pembayaran utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dengan maksud
agar tercapai rencana perdamaian meliputi pembayaran sebahagian atau seluruh utang
kepada kreditor antara debitor dan kreditor agar debitor tidak perlu dipailitkan PKPU pada
dasarnya adalah penawaran rencana perdamaian oleh Debitor untuk melakukan
restrukturisasi utang-utangnya, yang dapat meliputi pembayaran seluruh utang kepada
kreditur konkuren.
Fungsi keberadaan Lembaga PKPU jelas sangat bermanfaat karena perdamaian
yang dilakukan melalui PKPU akan mengikat kreditur lain di luar PKPU (Pasal 270
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang), sehingga debitur dapat melanjutkan restrukturisasi usahanya, tanpa
takut diganggu oleh tagihantagihan kreditur yang berada di luar PKPU. PKPU itu sendiri
tergolong ke dalam suatu peristiwa hukum, mengingat adanya PKPU akan memberikan
akibat-akibat hukum terhadap pihak-pihak maupun hubungan-hubungan hukum.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat, apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan di hati atau belum sesuai dengan apa yang Dosen dan Pembaca harapkan, kami
selaku pembuat makalah mohon maaf sedalam- dalamnya. Karena kami sadar bahwa
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun bertujuan untuk bisa memperbaiki makalah ini. Untuk bisa
membuat tugas- tugas selanjutnya dan dapat menyelesaikannya dengan lebih baik lagi

11
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, A. (2018). PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG SEBAGAI SALAH.


lex jurnalica, 15, 20.
P, S., Simaremare, Nasution, B., Sunarmi, & Yunara, e. (2021). POLITIK HUKUM JANGKA
WAKTU PENUNDAAN. Jurnal Ius Constituendum, 6, 106.
Sagala, E. (2015). EFEKTIFITAS LEMBAGA PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN
UTANG. Jurnal Ilmiah “Advokasi”, 3.
Sanjaya, U. H. (2014). penundaan kewajian pembayaran utang dalam hukum kepailitan.
yogjakarta: NFP publising.
Sari, A. (2017). penundaan kewajiban pembayaran utang dalam hukum kepailitan. jurnal kajian
ilmiah, 28.
Simanjuntak ,J. (2023). TINJAUAN HUKUM ATAS KEWENANGAN KREDITOR
MENGAJUKAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN. honeste vivere journal,
33, 22.

12

Anda mungkin juga menyukai