Disusun oleh :
KELOMPOK 9 / HES 5F
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Hukum Dagang yang
berupa makalah yang berjudulkan “Penundaan kewajiban pembayaran utang” dengan tepat
waktu. Ucapan terima kasih juga kami berikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam proses menyelesaikan makalah ini.
Terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Hukum Dagang yaitu Bapak Nur
Sholikin, S.H., M.H. yang telah membimbing kami untuk mengarahkan kami dalam
menyelesaikan makalah kami dengan sebaik-baiknya. Kami selaku penyusun ingin ikut
berpartisipasi dalam penyampaian tentang makalah “Penundaan kewajiban pembayaran
utang”, kami mengharapkan yang bisa kami sampaikan dapat diterima, mudah untuk
dipahami dan mudah untuk dipelajari.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi segenap pembaca, dan apabila ada
kekurangan atau kesalahan, kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat kami
harapkan dari segenap pembaca untuk membangun makalah kami agar mencapai
kesempurnaan dalam makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................................................ i
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................. 2
A. Kesimpulan .........................................................................................................................11
B. Saran ...................................................................................................................................11
iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum perdamaian dalam hukum perdata diatur pada Pasal 1851 sampai
dengan Pasal 1864 KUHPerdata. Perdamaian diartikan sebagai persetujuan dengan mana
kedua belah pihak dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang,
mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung ataupun mencegah timbulnya perkara
Berdasarkan uraian di atas maka perdamaian itu merupakan proses yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak agar dapat mencegah timbulnya perkara. Perdamaian ini
merupakan perjanjian yang dibuat dengan formal, sehingga perjanjian itu mengikat bagi
mereka yang membuatnya.
Didalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang upaya perdamaian tersebut
diatur pada Pasal 265 sampai dengan Pasal 294 Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Artinya adalah upaya
perdamaian dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, debitor berhak untuk
menawarkan perdamaian kepada semua kreditor secara bersama. Jadi PKPU sebenarnya
sejenis penundaan (moratorium) dimana hal ini bertujuan untuk debitor yang dalam
usahanya memungkinkan untuk melunasi pembayaran dan upaya untuk menghindari
kepailitan.
Proses ini terjadi pada saat debitor belum dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga.
Perdamaian adalah tujuan dari dilaksanakannya PKPU. Perdamaian tersebut berupa
perjanjian antara debitor dan para kreditor dimana debitor menawarkan untuk melakukan
pembayaran utangnya dengan syarat bahwa ia setelah melakukan pembayaran baik
sepenuhnya ataupun sebagian, maka debitor telah melaksanakan perjanjian perdamaian,
sehingga debitor tidak mempunyai utang Kembali Hal ini dibenarkan, karena secara hukum
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 memberikan hak kepada debitor.
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas dapat di tuliskan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang di maksud dari PKPU ?
1
2. Bagaimana fungsi keberadaan Lembaga PKPU ?
3. Siapa saja pihak yang terkait dalam PKPU ?
4. Apa saja tahapan PKPU ?
5. Apa akibat putusan PKPU?
6. Apa penyebab berakhir nya PKPU ?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka didapatkan tujuan
penulisan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian PKPU.
2. Untuk mengetahui fungsi Lembaga PKPU.
3. Untuk mengetahui pihak pihak PKPU.
4. Untuk mengetahui tahapan PKPU.
5. Untuk mengetahui akibat putusan PKPU.
6. Untuk mengetahui penyebab berakhir nya PKPU.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Robinton Sulaiman, Joko Prabowo, 2000, “Lebih Jauh Tentang Kepailitan (Tinjauan Yuridis
Tanggung Jawab Komisaris, Direksi dan Pemegang Saham Terhadap Perusahaan Pailit”, Fakultas Hukum
Universitas Pelita Harapan Karawaci, hlm. 32.
2
Annisa Fitria “penundaan kewajban pembayaran utang sebagai salah satu Upaya debitor
mencegah kepailitan”,vol 15,lex jurnalica,2018,hal 20
3
kreditor menilai debitor tidak dapat atau diperkirakan tidak akan dapat lagi melanjutkan
pembayaran utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dengan maksud
agar tercapai rencana perdamaian meliputi pembayaran sebahagian atau seluruh utang
kepada kreditor antara debitor dan kreditor agar debitor tidak perlu dipailitkan 3. PKPU
pada dasarnya adalah penawaran rencana perdamaian oleh Debitor untuk melakukan
restrukturisasi utang-utangnya, yang dapat meliputi pembayaran seluruh utang kepada
kreditur konkuren.
Fungsi keberadaan Lembaga PKPU jelas sangat bermanfaat karena perdamaian yang
dilakukan melalui PKPU akan mengikat kreditur lain di luar PKPU (Pasal 270 Undang-
3
Elvina sagala, “efektifitas lembaga penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) untuk
menghindarkan debitur dari pailit”, Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 03. No. 01. Maret 2015 hal 38
4
Sumurung dkk, “politik hukum penundaan kewajiban pembayaran utang di Indonesia “ , jurnal
Ius Constituendum | Volume 6 Nomor 2 April 2021,hal 106.
4
Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang), sehingga debitur dapat melanjutkan restrukturisasi usahanya, tanpa takut diganggu
oleh tagihantagihan kreditur yang berada di luar PKPU. PKPU itu sendiri tergolong ke
dalam suatu peristiwa hukum, mengingat adanya PKPU akan memberikan akibat-akibat
hukum terhadap pihak-pihak maupun hubungan-hubungan hukum.
Jimmy simanjuntak, “tinjauan hukum atas kewenangan kreditor mengajukan penundaan kewajiban
5
pembayaran utang berdasarkan undang – undang nomer 37 tahun 2004”, honeste vevere journal,vol 3, hal
73.
5
Terdapat 2 tahapan dalam proses PKPU yaitu PKPU Sementara dan PKPU Tetap.
Berikut penjelasan mengenai tahapan-tahapan tersebut:
1. PKPU Sementara
PKPU Sementara merupakan PKPU pendahuluan yang akan diberikan oleh
Pengadilan Niaga ketika adanya permohonan PKPU. Baik permohonan tersebut
diajukan oleh kreditor atau debitor itu sendiri. PKPU Sementara berlaku sejak tanggal
putusan PKPU Sementara dibacakan dan berlangsung maksimal selama 45 hari.
PKPU sementara terjadi bila permohonan pendaftaran PKPU diterima dan
ditetapkan sebelum sidang di Pengadilan Niaga dimulai. PKPU sementara diatur pada
Pasal 225 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, yang menjelaskan bahwa baik debitor
maupun kreditor masing-masing dapat melakukan permohonan untuk melakukan
PKPU. Bila permohonan dilakukan oleh debitor, maka paling lambat 3 hari pengadilan
harus mengabulkan permohonan dari debitor. Dan pengadilan saat itu juga menunjuk
hakim pengawas serta mengangkat 1 pengurus untuk mengurus harta debitor.
Apabila PKPU dimohonkan oleh kreditor, maka paling lambat 20 hari sejak
permohonan PKPU didaftarkan harus sudah dikabulkan oleh Pengadilan Niaga dan
mengangkat hakim pengawas serta 1 pengurus untuk mengurus harta debitor.
Kemudian Pengadilan Niaga melalui pengurus wajib menghadirkan debitor dan
kreditor atas permohonan PKPU yang dikabulkan. Apabila debitor tidak hadir pada saat
pemanggilan oleh Pengadilan Niaga, maka debitor dapat langsung dipailitkan oleh
Pengadilan, dan PKPU sementara dianggap berakhir.
Hal tersebut sejalan dengan ketentuan Pasal 225 ayat (2) yang menegaskan
bahwa pengefektifan waktu oleh Pengadilan Niaga atas permohonan PKPU oleh
debitor dalam jangka waktu 3 hari. Oleh karena itu, sepanjang debitor yang memohon
untuk PKPU telah memenuhi syarat-syarat dari ketentuan Pasal 222 dan Pasal 224106
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, maka dengan sendirinya Pengadilan Niaga akan
memberikan keputusan untuk PKPU sementara. Apabila PKPU sementara ini telah
diperiksa, besar kemungkinan akan berlanjut menjadi PKPU tetap.
2. PKPU Tetap
PKPU Tetap merupakan tahap perpanjangan waktu dari PKPU Sementara.
Beberapa keadaan yang mendorong terjadinya PKPU Tetap yaitu dikarenakan debitor
6
belum siap dengan rencana perdamaiannya atau para kreditor belum dapat memberikan
keputusan terkait rencana perdamaian yang diajukan. Keputusan akan diberikan PKPU
Tetap atau tidak kepada debitor harus melalui mekanisme pemungutan suara (voting)
yang dilakukan oleh seluruh kreditor. Dengan perhitungan kuorum sebagaimana dalam
Pasal 229 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
PKPU (“UU Kepailitan”).
Jika berdasarkan hasil voting memenuhi kuorum untuk diberikan PKPU Tetap,
maka proses dilanjutkan dengan PKPU Tetap. Dengan jangka waktu maksimal 270 hari
terhitung sejak putusan PKPU Sementara diucapkan. Namun jika kuorum tidak
terpenuhi maka pengadilan harus menyatakan debitor pailit. Jika setelah jangka waktu
PKPU Tetap berakhir belum tercapai kesepakatan atas rencana perdamaian yang
disampaikan, maka debitor akan dinyatakan pailit oleh pengadilan.
PKPU tetap ini akan terjadi apabila didalam pemeriksaan di persidangan
terpenuhi syarat- syarat :
a. Disetujui lebih dari 1/2 jumlah kreditor konkuren yang haknya diakui atau
sementara diakui yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3 bagian dari seluruh
tagihan yang diakui atau yang sementara diakui dari kreditor konkuren atau
kuasanya yang hadir dalam sidang tersebut.
b. Disetujui lebih dari 1/2 jumlah kreditor yang piutangnya dijamin dengan gadai,
jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotik, atau hak agunan atas kebendaan lainnya
yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3 bagian dari seluruh tagihan kreditor atau
kuasanya yang hadir dalam sidang tersebut.
Waktu penundaan yang diberikan selama PKPU tetap ini adalah 270 hari sejak
diputuskannya. Pemutusan penundaan mempertimbangkan dari kesepakatan para
kreditor dalam menentukan penundaan terhadap kesepakatan kreditor, khususnya
kreditor konkuren. Kemudian kesepakatan PKPU ini ditetapkan oleh Pengadilan Niaga.
Penyelesaiannya dapat dengan penjadwalan pembayaran utang ataupun dengan bentuk
pembayaran lainnya yang penting para pihak dapat menyepakati dalam perdamaian.
7
Jadi pada hakikatnya PKPU ini dapat diterima bila kreditor dapat menyepakati tawaran
perdamaian yang ditawarkan oleh debitor6
6
Umar haris.s.”penundaan kewajiban pembayaran utang dalam hukum kepaillitan”(yogjakarta :
NFP publishing,2014) hal 77.
8
dan pihak yang mengadakan perjanjian merasa dirugikan dapat menuntut hak atau
bertindak seperti kreditor konkuren.
4. Terhadap perjanjian penyerahan barang.
Apabila debitor sedang dalam melakukan perjanjian penyerahan benda untuk
diperdagangkan, maka terhadap perjanjian tersebut menjadi hapus.Bila ternyata pihak
yang mengadakan perjanjian merasa dirugian maka dapat meminta ganti rugi atas harta
kekaaan debitor.Tetapi bila debitor yang dirugikan atas penghapusan perjanjian, maka
pihak tersebut wajib membayar kerugian debitor.
5. Terhadap perjanjian sewa
Apabila debitor bertindak sebagai penyewa, maka perjanjian sewa tersebut
harus diakhiri untuk sementara. Dengan syarat bahwa pemberitahuan untuk
menghentikan sewa itu dilakukan menjelang suatu waktu perjanjian itu akan berakhir
menurut kebiasaan. Seperti contoh, bila uang telah dibayarkan, maka sewa tersebut
tidak boleh dihentikan sampai menjelang akhir waktu.
6. Terhadap perjanjian kerja dengan karyawan.
Debitor berhak untuk memutuskan hubungan kerja dengan karyawannya bila
telah masuk masa PKPU. Hal ini dapat terjadi dengan persetujuan dari pengurus dan
tenggang waktu yang sesuai dengan undang-undang. Gaji serta biaya lain yang timbul
atau belum dibayar atas pemutusan hubungan kerja dari debitor, maka kewajiban
tersebut dapat dimasukkan menjadi harta utang debitor.7
a. Piutang-piutang para kreditur akan dibayar / dapat dibayar seluruhnya oleh debitur;
b. Pembayaran piutang debitur itu dilunasi sebagian melalui pemberesan tahap demi
tahap;
c. Suatu perdamaian di bawah tangan;
7
Umar haris.s.”penundaan kewajiban pembayaran utang dalam hukum kepaillitan”(yogjakarta :
NFP publishing,2014) hal 104 – 109 .
9
d. Pengesahan perdamaian apabila terjadi perdamaian yang lazim disebut gerechtelijke
accord atau dwang accord.8
8
Andang sari, “penundaan kewajiban pembayaran utang menurut hukum kepailitan”, jurnal kajian
ilmiah,vol 17 ,2017 .
9
Umar haris.s.”penundaan kewajiban pembayaran utang dalam hukum kepaillitan”(yogjakarta :
NFP publishing,2014) hal 77.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lembaga PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) adalah merupakan
sebuah cara yang dilakukan atau digunakan debitor maupun kreditor dalam hal debitor atau
kreditor menilai debitor tidak dapat atau diperkirakan tidak akan dapat lagi melanjutkan
pembayaran utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dengan maksud
agar tercapai rencana perdamaian meliputi pembayaran sebahagian atau seluruh utang
kepada kreditor antara debitor dan kreditor agar debitor tidak perlu dipailitkan PKPU pada
dasarnya adalah penawaran rencana perdamaian oleh Debitor untuk melakukan
restrukturisasi utang-utangnya, yang dapat meliputi pembayaran seluruh utang kepada
kreditur konkuren.
Fungsi keberadaan Lembaga PKPU jelas sangat bermanfaat karena perdamaian
yang dilakukan melalui PKPU akan mengikat kreditur lain di luar PKPU (Pasal 270
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang), sehingga debitur dapat melanjutkan restrukturisasi usahanya, tanpa
takut diganggu oleh tagihantagihan kreditur yang berada di luar PKPU. PKPU itu sendiri
tergolong ke dalam suatu peristiwa hukum, mengingat adanya PKPU akan memberikan
akibat-akibat hukum terhadap pihak-pihak maupun hubungan-hubungan hukum.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat, apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan di hati atau belum sesuai dengan apa yang Dosen dan Pembaca harapkan, kami
selaku pembuat makalah mohon maaf sedalam- dalamnya. Karena kami sadar bahwa
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun bertujuan untuk bisa memperbaiki makalah ini. Untuk bisa
membuat tugas- tugas selanjutnya dan dapat menyelesaikannya dengan lebih baik lagi
11
DAFTAR PUSTAKA
12