Di Susun Oleh:
Dosen Pengampu:
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai sumber baik dari buku maupun internet sehingga
dapatmemperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah tentang “Kepailitan” ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
MAKALAH ........................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3 Tujuan penulisan ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
2.1 Pengaturan Kepailitan ......................................................................... 3
2.2 Pengertian dan Tujuan Kepailitan ...................................................... 4
2.3 Kurator dan Perannya ....................................................................... 10
2.4 Pihak yang dapat dinyatakan pailit .................................................. 13
2.5 Prosedur Permohonan Kepailitan..................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak debitor (baik yang nakal ataupun yang jujur) mulai was-was
untuk dipailitkan. Dan sekarang sudah banyak kasus-kasus kepailitan
digelar di Pengadilan Niaga. Bahkan, banyak kreditor menggunakan
kebangkrutan ini sebagai ancaman terhadap debitornya, dalam arti jika
hutang tidak dibayar, debitor segera dipailitkan. Jika ternyata bahwa
mission dari hukum kepailitan dari salah satu upaya hukum yang biasa
sebagai sarana penagihan hutang, bahkan banyak yang mengatakan bahwa
ancaman membangkrutkan seorang debitor jauh lebih ampuh dari debt
collector sekalipun.
1
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengaturan kepailitan.
2. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan kepailitan.
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan curator dan peranannya.
4. Untuk mengetahui pihak yang dinyatakan pailit.
2
BAB II PEMBAHASAN
3
ditagih sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka (1) Perpu No. 1 Tahun
1985.
Pengaturan kepailitan dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun
2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dan
beberapa pendapat yang telah diuraika, dapat dikatakan bahwa kepailitan
yang mengenal kata Debitor dan Kreditor tersebut adalah keadaan dimana
Debitor tidak dapat melakukan pembayaran utang kepada lebih dari satu
Kreditor, keadaan tidak mampu membayar tersebut dapat mengakibatkan
sita umum yang dilakukan oleh Kurator bagi seluruh harta kekayaan Debitor
dengan tujuan pembagian harta kekayaan yang masih dimiliki Debitor dapat
di bagi rata sesuai dengan hak-hak yang dimiliki oleh para Kreditor.
4
Secara orisinal pailit adalah seorang pedagang yang bersembunyi
atau melakukan tindakan tertentu dimana perbuatan tersebut memiliki
kecenderungan untuk melakukan tindakan tertentu yang cenderung
untuk mengelabuhi pihak kreditor, pengertian ini dituliskan oleh Henry
Campbell Black dalam bukunya Yudhi Priyo Amboro. Berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (selanjutnya disebut KBBI) pailit
merupakan keadaan debitor yang tidak mampu membayar utang kepada
kreditor, sedangkan Black Law Dictionary memberikan pengertian
bahwa pailit akan dihubungkan dengan keadaan debitor yang tidak
mampu membayar utang yang telah jatuh tempo, dengan disertai dengan
pengajuan permohonan pailit ke pengadilan baik oleh debitor itu sendiri
maupun kreditor. Pengajuan permohonan pailit merupakan perwujudan
dari pemenuhan asas publisitas dari ketidakmampuan pembayaran utang
dari debitor.
Poerwadarminta dalam bukunya Suparji berpendapat bahwa arti dari
pailit adalah bangkrut, yang berarti menderita kerugian besar hingga
jatuh.Suparji menjelaskan bahwa terminology bankruptcy/bankcruptcy
act digunakan oleh negara yang menganut sistem anglo saxon,
sedangkan istilah faillissement digunakan oleh negara penganut sistem
eropa continental. Selain bankruptcy dan faillissement juga dikenal
istilah insolvency, yang bermakna ketidakmampuan debitur untuk
membayar hutang. Insolvency terdiri dari dua jenis yaitu technical
insolvency dan bankcorupcty insolvency. Technical insolvency yaitu
perusahaan yang gagal membayar hutang karena adanya kesulitan
membayar hutang dan hal tersebut bersifat sementara, sedangkan
bankcorupcty insolvency yaitu perusahaan yang gagal membayar hutang
karena secara fundamental bisnisnya buruk, serta total uang jauh
melebihi nilai pasar yang wajar dari aset yang dimiliki.
Singkatnya esensi kepailitan adalah sita umum terhadap harta
kekayaan debitur pada waktu pernyataan pailit demi kepentingan semua
kreditur yang memiliki piutang terhadapnya dengan adanya pengawasan
5
dari pihak yang berwajib. Kepailitan pada dasarnya berorientasi kepada
kepentingan para kreditor tanpa adanya suatu pembedaan dari kreditor
itu sendiri. Pengertian kepailitan juga memberikan gambaran bahwa
tujuan kepailitan berorientasi pada kepentingan kreditor. Adanya
kepailitan secara keseluruhan adalah untuk menjamin hak tagih kreditor
dalam pelunasan utang debitor dari harta kekayaan debitor pailit.
UU KPKPU pada dasarnya bertujuan untuk melindungi hak para
kreditor yang memberikan piutang kepada debitor yang terjadi karena
dalam memberikan jaminan atas utangnya, debitor memberikan jaminan
yang nilainya jauh dibawah jumlah utang kepada kreditor atau bahkan
tidak memberikan jaminan dimana debitor memiliki lebih dari satu
kreditor. Undang-Undang ini hadir untuk menghindari potensi
kekacauan yang akan ditimbulkan ketika masing-masing kreditor ingin
menguasai jaminan yang diberikan oleh debitor sebagai jaminan
pelunasan utang, selain itu juga untuk membagi kompensasi pelunasan
utang dengan adil kepada para kreditor karena dalam undang-undang ini
mengenal adanya prinsip pari pasu pro rata parte.
Secara tata bahasa, kepailitan berarti segala hal yang berhubungan
dengan “pailit”. Jika kita baca seluruh ketentuan yang dalam Undang-
Undang Kepailitan, kita tidak akan menemui satu rumusan atau
ketentuan dalam Undang-Undang Kepailitan yang menjelaskan
pengertian maupun definisi dari kepailitan atau pailit. Kepailitan adalah
suatu sitaan dan eksekusi atau seluruh kekayaan si debitor (orang-orang
yang berutang) untuk kepentingan semua kreditor-kreditornya (orang-
orang berpiutang). Pengertian kepailitan di Indonesia mengacu pada
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yang dalam Pasal 2
menyebutkan:
1) Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak
membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo
dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan,
6
baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu
atau lebih kreditornya.
2) Permohonan dapat juga diajukan oleh kejaksaan untuk
kepentingan umum.
7
milik debitor tanpa memperhatikan kepentingan debitor atau para
kreditor lainnya.
3) Untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang
dilakukan oleh salah seorang kreditor atau debitor sendiri.
2. Tujuan Kepailitan
Tujuan kepailitan tidak hanya semata-mata untuk kepentingan
kreditor namun juga untuk membagi kekayaan debitor pailit kepada para
kreditor dengan bantuan kurator, hal ini dilakukan agar harta debitor
terhindar dari sitaan terpisah oleh kreditor atau penjarahan oleh para
kreditor tertentu maka dilakukan sitaan bersama untuk membagi
kekayaan debitor kepada para kreditor sesuai haknya masing-masing
yang ditulis Imran Nating dalam bukunya Suparji. Sedangkan tujuan
undang-undang kepailitan yakni untuk memberi forum dalam memilih
aset dalam pelunasan utang debitor, menjamin adanya pembagian yang
adil kepada kreditor, mencegah debitor melakukan perbuatan yang
8
merugikan kreditor, melindungi kreditor konkuren dalam mendapatkan
haknya, memberi kesempatan dalam restrukturisasi utang debitor,
memberi perlindungan pada debitor yang beritikad baik dengan
pembebasan utang.
Tujuan kepailitan dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tidak ditulis dengan jelas oleh pembuat dari Undang-Undang. Bagian
menimbang dalam Undang-Undang Kepailitan dan penundaan
kewajiban pembayaran utang memberikan sedikit penjelasan tujuan dari
Kepailitan yaitu salah satu sarana penyelesaian utang piutang,
sedangkan pada bagian ketentuan umum Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang secara tidak langsung menjelaskan tujuan dari kepailitan yaitu,
“Menghindari perebutan harta Debitor,menghindari adanya Kreditor
pemegang hak jaminan kebendaan menuntut haknya dengan cara
menjual barang milik Debitor, menghindari adanya kecurangan yang
dilakukan oleh salah seorang Kreditor atau Debitor sendiri.6 ” Tujuan
kepailitan lain khusus nya bagi Debitor adalah agar adanya perlindungan
hukum bagi Debitor agar terhindar dari tindakan semenamena dari
Kreditor dan agar adanya pembagian harta kekayaan Debitor dengan
adil dan sesuai dengan hak-hak dari Kreditor serta melindungi Debitor
dari tindakan semena-mena Kreditor, sedangkan bagi Kreditor agar
adanya kepastian hukum bahwa utang dari Debitor dapat dibayar dengan
adil. Tujuan-Tujuan dari Hukum Kepailitan adalah :
Melindungi para Kreditor konkuren untuk memperoleh hak
mereka sehubungan dengan berlakunya asas jaminan, bahwa
“semua harta kekayaan Debitor baik yang bergerak maupun
yang tidak bergerak, baik yang telah ada maupun yang baru aka
nada dikemudian hari, menjadi jaminan bagi para Debitor”.
Menjamin agar pembagian harta kekayaan Debitor di antara para
Kreditor sesuai dengan asas pari passu pro rata parte (membagi
secara proporsional harta kekayaan Debtitor kepada para
9
Kreditor konkuren berdasarkan pertimbangan besarnya tagihan
masing-masing).
Mencegah agar Debitor tidak melakukan perbuatan-perbuatan
yang dapat merugikan kepentingan para Kreditor. Dengan
dinyatakan seoarang Debitor pailit, maka Debitor menjadi
tidaklagi memiliki kewenangan untuk mengurus dan
mengalihkan harta kekayaannya. Putusan pailit memberikan
status hukum dari harta kekayaan Debitor berada dibawah sita
umum.
Memberikan kesempatan kepada Debitor dan para Kreditor
untuk berunding dan membuat kesepakatan mengenal
restrukturisasi utang-utang Debitor.
10
maka didalamnya terdapat pengangkatan kurator yang ditunjuk untuk
melakukan pengurusan dan pengalihan harta pailit dibawah
pengawasan hakim pengawas.
1. Peranan Kurator
Peran yang dominasi dilakukan kurator adalah bertindak sebagai
penyelesaian masalah kepailitan yang dialami ileh debitur, dimana
kurator tidak bertindak untuk kepentingan pemohon, melainkan untuk
kepentingan budel pailit. Hal ini berarti bahwa peran kurator tidak
melulu lebih mendahulukan kepentingan kreditur, tapi harus fair juga
11
terhadap debitur selaku yang menhgalami kepailitan. Kedudukan
kurator tentunya lebih tinggi dibandingkan debitur, artinya kurator
sepenuhnya memiliki hak untuk mengatur pengurusan dari pemberesan
harta pailit apabila telah terjalin sebuah kerjasama. Adapun beberapa hal
yang dilakukan oleh kurator adalah sebagai berukut:
Dalam rangka pengurusan protes harta pailit, kurator mengambil
kebijakan dengan memberikan pengumuman kepailitan melalui
surat harian yang telah dikonsultasikan dengan hakim pengawas
dalam jangka waktu 5 hari. Pengumumna tidak diharuskan
memperoleh persetujuan dari atau menyampaikan
pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitur karena kurator
memiliki kedudukan dapat langsung mengambil untuk
mengamankan benda-benda berharga milik debitur pailit seperti
uang, saham deposito, perhiasan atau lainnya milik debitur
pailit.
Sebelum melakukan lelang atau jual beli kurator memiliki peran
dalam membuat pencacatan atau pendaftaran harta kekayaan
dari debitur yang mengalami pailit dan memisahkan barang yang
cepat rusak karena barang yang kurang layak ataupun mash
baikn supaya dapat dijual secepatnya untuk menutupi biaya
kepailitan sementara. Penjualan tersebut merupakan salah satu
langkah pemberesa, sehingga secara pidana kurator tidak
bersalah karena sudah ada perjanjian kerjasama selama barang
yang dijual dalam koridor kepailitan. Dalam jual beli inilah
tentunya kurator juga harus melakukan perjanjian ketika kreditor
dan debitur telah sepakat namun jadi perjanjian sepihak apabila
ada yang tidak kooperatif. Hal ini sesuai dengan Undang-undang
Kepailitan menentukan yang disepakati oleh kurator dan pihak
tersebut.
Dalam rangka pengurusan harta pailit yang dimiliki debitur
maka tentunya kurator menjadi pihak yang berhak menyimpan
12
sendiri uang, perhiasan, efek dan surat berharga lainnya kecuali
ditentukan oleh hakim pengawas. Hal ini sesuai dengan pasal 98
undang-undang kepailitan bahwa kurator harus melaksanakan
semua upaya untuk mengamankan harta pailit dengan
menyimpan semua surat, dokumen, perhiasan, uang dan surat
berharga lainnya dengan memberikan tanda terima.
Pada proses kepengurusan harta yang pailit pihak kurator
menjalin kerjasama dengan perbankan dilakukan sesuai dengan
rekening bank yang dimiliki oleh debitur yang mengalami
kebangkrutan.
13
Berdasarkan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004(UU
Kepailitan dan PKPU), debitur dapat dinyatakan pailit oleh pengadilan jika
:
Debitur mempunyai dua atau lebih kreditur
14
Peserta sindikasi kredit, berfungsi sebagai penyedia dana (funds provider),
bukan sebagai pemberi kredit, dengan demikian hanya terdapat satu kreditur
saja dalam kredit sindikasi yakni sindikasi kredit.Kredit sindikasi diartikan
sebagai kredit yang diberikan oleh 2 (dua) atau lebih lembaga keuangan
yang syarat dan kondisi perjanjian telah ditentukan serupa,
didokumentasikan secara umum dan ditatausahakan oleh agen.
15
d. Penjamin/Underwriter adalah pihak yang mengingkatkan diri untuk
menyediakan sejumlah dana untuk mengatasi kemungkinan bahwa
sebagian atau seluruh jumlah kredit yang dibutuhkan tidak tersedia.
e. Agen, adalah bank atau lembaga keuangan yang ditunjuk dan diberi
kewenangan untuk mengambil tindakan dan/atau melakukan suatu hak
yang berkenaan dengan perjanjian kredit sindikasi mewakili peserta
sindikasi, yang terdiri dari:
Facility agent, agen yang menatausahakan dan
mengoperasikan kredit dan bertugas untuk mengelola
pelaksanaan pemberian kredit sindikasi dan
administrasinya.
Security agent, agen yang bertanggungjawab pada
pengikatan jaminan dan dokumentasinya, dan memonitor
jaminan tersebut.
Escrow agent, agen yang bertanggungjawab untuk
membentuk, menatakerjakan dan memonitor rekening
perantara yang digunakandalam kredit sindikasi.
2.5 Prosedur Permohonan Kepailitan
16
4. Pengadilan wajib memanggil Debitor jika permohonan pailit
diajukan oleh Kreditor, Kejaksaan, Bank Indonesia, Badan
Pengawas Pasar Modal atau Menteri Keuangan (Pasal 8).
5. Pengadilan dapat memanggil Kreditor jika pernyataan pailit
diajukan oleh Debitor dan terdapat keraguan bahwa persyaratan
pailit telah dipenuhi (Pasal 8).
6. Pemanggilan tersebut dilakukan oleh juru sita dengan surat kilat
tercatat paling lama 7 hari sebelum persidangan pertama
diselenggarakan (Pasal 8 ayat 2).
7. Putusan Pengadilan atas permohonan pailit harus dikabulkan
apabila terdapat fakta terbukti bahwa persyaratan pailit telah
terpenuhi dan putusan tersebut harus diucapkan paling lambat 60
(enam puluh) hari setelah didaftarkan (Pasal 8).
8. Putusan atas permohonan pernyataan pailit tersebut harus memuat
secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan
tersebut berikut pendapat dari majelis hakim dan harus diucapkan
dalam sidang yang terbuka untuk umum dan dapat dilaksanakan
terlebih dahulu, sekalipun terhadap putusan tersebut ada upaya
hukum (Pasal 8 ayat 7).
17
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
B.Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, Elyta Ras. Hukum Kepailitan: Teori Kepailitan. Bumi Aksara, 2018.
Nugroho, Susanti Adi, and MH SH. Hukum kepailitan di Indonesia: dalam teori
dan praktik serta penerapan hukumnya. Kencana, 2018.
19
20