Anda di halaman 1dari 10

Makalah Tentang Para Pihak yang Terlibat Dalam Hukum

Kepailitan

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Anggota :
1. Ridha Erlianti Putri 2008010338
2. Natasya Nayla Febrianty Putrie 2008010482
3. Fahmi Nur 2008010268
4. Badali Akbar 2008010421
5. Alvi Nabila 2008010539
6. Nuraina 2008010186
7. Bobby Wijaya 2008010699
8. Dedy Irawan 200801048
Kelas : 4 B Regular Pagi Banjarmasin

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN (UNISKA)


MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI FAKULTAS HUKUM 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penyusun panjatkan kepada Allah S.W.T, yang telah


melimpahkan rahmat, hidayah dan karunianya, sehingga penulis dapat menulis
Makalah Tentang Para Pihak yang Terlibat dalam Hukum Kepailitan Makalah disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Kepailitan . Selain itu, maklah ini
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hukum Kepailitan bagi para pembaca
dan penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. ABDUL HAMID,
SH., MH selaku dosen Hukum Kepailitan.
Ucapan terima kasih juga disampai kan pada kesemua pihak yang telah
membantu diselesaikan nya makalah ini. Kami menyadari ada kekurangan pada
makalah ini. Oleh sebab itu saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan
makalah ini .

Banjarmasin, 16 Mei 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1 Para pihak yang terlibat dalam Hukum Kepailitan...............................................................2
2.2 Pihak Pemohon Pailit................................................................................................................2
2.3 Hakim Pengadilan Niaga...........................................................................................................3
2.4 Hakim Pengawas........................................................................................................................3
2.5 Kurator Kepailit........................................................................................................................4
2.6 Panitia kreditur..........................................................................................................................4
BAB III.................................................................................................................................................6
PENUTUP............................................................................................................................................6
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pailit merupakan suatu keadaan di mana Debitor tidak mampu untuk
melakukan pembayaran-pembayaran terhadap utang-utang dari para Kreditornya dan
utang tersebut telah jatuh tempo. Keadaan tidak mampu membayar umumnya
disebabkan karena kesulitan kondisi keuangan dari usaha Debitor yang telah
mengalami kemunduran. Kepailitan merupakan putusan pengadilan. Akibat Hukum
Putusan Pernyataan Pailit yang mengakibatkan sita umum atas seluruh kekayaan
Debitor pailit, baik yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari.
Pengurusan dan pemberesan kepailitan dilakukan oleh Kurator dibawah pengawasan
Hakim Pengawas dengan tujuan utama menggunakan hasil penjualan harta kekayaan
tersebut untuk membayar seluruh utang Debitor pailit tersebut secara proporsional dan
sesuai dengan struktur Kreditor.
Kepailitan merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari prinsip paritas creditorium
dan prinsip pari passu prorata parte dalam rezim hukum harta kekayaan
(vermogensrechts). Prinsip paritas creditorium berarti bahwa semua kekayaan Debitor
baik yang berupa barang bergerak ataupun barang tidak bergerak maupun harta yang
sekarang telah dipunyai Debitor terikat kepada penyelesaian kewajiban Debitor.
Prinsip pari passu prorata parte berarti bahwa harta kekayaan tersebut menurut
Undang-Undang harus didahulukan dalam menerima pembayaran tagihannya.
Mekanisme hukum kepailitan, konsep utang sangat menentukan, karena tanpa adanya
utang, kepailitan kehilangan esensinya sebagai pranata hukum untuk melikuidasi harta
kekayaan debitor guna membayar utang-utangnya kepada para kreditornya. Secara
sederhana, utang adalah uang yang dipinjam dari orang lain; kewajiban membayar
kembali apa yang sudah diterima.

1.2 RUMUSAN MASALAH.


1. Bagaimakah Keberadaan Piutang Para Kreditor Dalam Hal Terjadinya
Penolakan Permohonan Pailit Menurut Putusan Pengadilan : Nomor 4/Pdt.Sus-
Pailit/2019/PN Niaga Mdn ?
2. Bagaimanakah Upaya Hukum Yang Dapat Dilakukan Para Kreditor Dalam
Hal Permohonan Pailit Ditolak Pengadilan dalam Putusan Pengadilan : Nomor
4/Pdt.SusPailit/2019/PN Niaga Mdn ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Para pihak yang terlibat dalam Hukum Kepailitan.

Hukum Kepailitan adalah suatu bidang ilmu Hukum yang khusus diadakan
sebagai salah satu sarana hukum untuk penyelesaian utang piutang. Menurut Pasal 1
angka (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (biasa disebut “UU Kepailitan“), Kepailitan adalah
Sita umum atas semua kekayaan Debitur Pailit yang pengurusan dan pemberesannya
dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas. Jika melihat definisi
tersebut maka terdapat beberapa pihak yang terlibat dalam suatu Hukum Kepailitan,
yaitu , Debitor, Pihak pemohon, Kurator, Hakim Pengawas, Pengurus dan Pengadilan.

2.2 Pihak Pemohon Pailit.

Salah satu pihak yang terlibat dalam perkara kepailitan adalah pihak pemohon pailit,
yakni pihak yang mengambil inisiatif untuk mengajukan permohonan pailit ke pengadilan,
yang dalam perkara biasa disebut sebagai pihak penggugat. Menurut Pasal 2 UU K-PKPU
yang dapat menjadi pemohon dalam suatu perkara pailit adalah Pihak debitor itu sendiri.,
Salah satu atau lebih dari pihak kreditor.

Pengertian Kreditor dalam hukum Kepailitan dan PKPU ditegaskan oleh ketentuan
Pasal 1 angka 2 UUKPKPU, dimana definisi Kreditor: “ Kreditor adalah orang yang
mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka
pengadilan ”. Jadi, sesuai dengan ketentuan tersebut, seorang kreditor memiliki piutang
karena dia membuat perjanjian dengan seorang debitor atau karena undang-undanglah yang
menentukan timbulnya piutang. UUKPKPU melalui penjelasan atas Pasal 2 ayat (1)
memberikan pengaturan yang jelas bahwa yang dimaksud dengan “kreditor” adalah: Baik
kreditor konkuren, kreditor, separatis, maupun kreditor preferen. Khusus kreditor separatis
dan kreditor preferen, mereka dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa
kehilangan hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta debitor dan haknya
untuk didahulukan.

2
2.3 Hakim Pengadilan Niaga.

Menurut Pasal 14 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan


Kehakiman. Putusan merupakan surat pernyataan hakim sebagai pelaku kekuasaan
kahakiman yang diberi wewenang, diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum,
guna menyelesaikan suatu sengketa antara pihak. Suatu proses peradilan berakhir dengan
putusan akhir dapat juga dikatakan vonnis. Putusan pengadilan memiliki pengetian lain
yakni pernyataan yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat
berupa pemidanaan atau bebas, atau lepas dari segal tuntutan hukum dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam undang - undang.

Jenis - Jenis Putusan Pengadilan Niaga merupakan salah satu alternative


penyelesaian sengketa perniagaan. disamping adanya arbitrase. Pengadilan Niaga
merupakan pengadilan khusus di bawah pengadilan umum yang mempunyai
kompetensi untuk memeriksa dan memutus perkara-perkara kepailitan, penundaan
kewajiban pembayaran utang serta perkara-perkara lain dibidang perniagaan.
Penyelesaian melalui peradilan niaga memiliki keunggulan yaitu proses cepat, adil
dan efektif. Hal-Hal Yang Menjadi Dasar Putusan Penolakan Permohonan Pailit.
Prinsipnya, syarat pengajuan Permohonan Pailit dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (“PKPU”) berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (“UU KPKPU”)
adalah sama, yaitu:
 Debitor mempunyai dua atau lebih Kreditor.
 Debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh
waktu dan dapat ditagih.

2.4 Hakim Pengawas.

Sesuai dengan ketentuan pasal 1 angka 8 UUKPKPU bahwa: “Hakim


Pengawas adalah hakim yang ditunjuk oleh pengadilan dalam putusan pailit atau
putusan penundaan kewajiban pebayaran utang.” Tugas utama dari pengawas adalah
mengevalasi pengurusan dan pemberesan harta pailit (Vide Pasal 65 UUKPKPU).
Dalam melaksanakan tugasnya, hakim pengawas dapat mengeluarkan pentapan-
penetapan yang menjadi bagian penting dalam proses pemberesan kepailitan ataupun
pengurusan proses PKPU. Dengan kata lain hakim pengawas berfungsi sebagai
“supervisor” bagi kurator atau pengurus. Secara hirarkhi, hakim pengawas memiliki
kewenangan yang berada ditengah-tengah antara pengadilan dan kurator atau pegurus.
Sebelum mengambil suatu putusan mengenai pengurusan atau pemberesan harta
pailit, pengadilan wajib mendengar pendapat hakim pengawas (vide Pasal 66
UUKPKPU).

3
2.5 Kurator Kepailit.

Kurator Secara sederhana kurator dipahami sebagai seseorang yang memiliki


kewenangan khusus (berdasarkan putusan pengadilan yang berwenang) untuk
melakukan pembere san atau pengurusan terhadap harta pailit debitor yang sudah
dinyatakan pailit. Apabila mengacu pda ketentuan yuridis formil sebagai mana
ditentukan oleh Pasal 1 angka 5 UUKPKPU, kurator didefinisikan sebagai: “Kurator
adalah Balai harta peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh
pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta debitor paili di bawah
pengawasan hakim engawas sesuai dengan UUKPKPU.”

2.6 Panitia kreditur.

Ada dua macam panitia kreditor yang diperkenalkan oleh Undang-Undang


Kepailitan, yaitu:
 Panitia Kreditor Sementara. Menurut Undang-Undang Kepailitan
Indonesia Nomor 37 tahun 2004 Pasal 79 bahwa dalam putusan pailit,
Pengadilan dapat membentuk panitia kreditor sementara. Panitia ini
terdiri atas 3 (tiga) orang yang dipilih dari Kreditor yang dikenal
dengan maksud memberikan nasihat kepada Kurator. Kreditor yang
dikenal adalah Kreditor yang telah dilaporkan oleh diri. Kreditor yang
diangkat dapat mewakilkan kepada orang lain semua pekerjaan yang
berhubungan dengan tugas-tugasnya dalam panitia.

 Panitia Kreditor Tetap. Setelah utang utang selesai dilakukan, Hakim


pengawas wajib menawarkan kepada Kreditor untuk membentuk
panitia kreditor tetap. Dalam menjalankan tugasnya panitia kreditur
tetap berhak meminta semua dokumen yang berkaitan dengan
kepailitan dan memberikan nasihat kreditur.
 Pengurus.

Perbedaan Kurator dan Pengurus UUKPKPU tidak memberikan batasan


pengertian yang jelas antara Kurator dan pengurus. Pasal 1 angka 5 UUKPKPU hanya
memberikan definisi terhadap kurator dan tidak memberi pengertian secara khusus
terhadap pengurus. Padahal tidak hanya mengatur tentang kepailitan, tetapi juga
mengatur tentang PKPU. UUKPKPU mencampuradukan kewenangan kurator dengan
kewenangan Pengurus dalam rangkaian kalimat “mengurus dan membereskan harta
debitor pailit” yang menjadi definisi kurator sesuai Pasal 1 angka 5 UUKPKPU.
UUKPKPU memberikan difinisi terhadap kurator, tetapi tidak memberi definisi
terhadap pengurus. Ketiadaan pengertian yang khusus yang membedakan pengertian
kurator dan pengurus adalah salah satu kelemahan UUKPKPU. UUKPKPU mengatur
tentang peralihan status dari pengurus menjadi kurator. Seorang pengurus dapat
menjadi kurator ketika pengadilan memberikan putusan bahwa debitor yang

4
sebelumnya dinyatakan berada dalam penundaan kewajiban pembayaran utang
telah dinyatakan pailit. Dengan demikian, tugas dan fungsi kurator dengan pengurus
sesungguhnya berbeda. Kurator memiliki tugas dan fungsi untuk “membereskan’
harta pailit debitor yang telah dinyatakan pailit. Sedangkan pengurus memiliki tugas
dan fungsi untuk “mengurus” harta debitor yang dinyatakan berada dalam PKPU.
Tinjauan Umum Tentang Permohonan Kepalitan.

5
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Hukum Kepailitan adalah suatu bidang ilmu Hukum yang khusus diadakan
sebagai salah satu sarana hukum untuk penyelesaian utang piutang. Menurut Pasal 1
angka (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (biasa disebut “UU Kepailitan“). Beberapa pihak yang
terlibat dalam suatu Hukum Kepailitan, yaitu , Debitor, Pihak pemohon, Kurator,
Hakim Pengawas, Pengurus dan Pengadilan. Menurut Pasal 2 UU K-PKPU yang
dapat menjadi pemohon dalam suatu perkara pailit adalah Pihak debitor itu sendiri.,
Salah satu atau lebih dari pihak kreditor. Menurut Pasal 14 Undang-Undang Nomor
48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Putusan merupakan surat pernyataan
hakim sebagai pelaku kekuasaan kahakiman yang diberi wewenang, diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum, guna menyelesaikan suatu sengketa antara pihak.

6
DAFTAR PUSTAKA

M. Hadi Shubhan (2008) Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan.
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal. 34.

Departemen Pendidikan Nasional (2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa,
Edisi Keempat, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, hal. 154.

Munir Fuady (2014) Hukum Pailit dalam Teori dan Praktik, Bandung, Citra Aditya Bakti,
hal. 35.

Ulang Mangun Setiawan DKK (2017) Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang, Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Hal. 96

Syarif Mappiasse, Logika Hukum Pertimbangan Putusan Hakim, Op.cit Hal. 40-41.

Andi Hamzah (2016) Hukum Acara Pidana Indonesia, SInar Grafika, Jakarta, hal.286

Dapatkah Mengajukan PKPU Setelah Permohonan Pailit Ditolak Pengadilan? - Klinik


Hukumonline

Panitia Kreditor dalam Kepailitan. (2021, 03 23). Retrieved from


https://martenluckyzebua.co.id

Anda mungkin juga menyukai