“Hakim Pengawas”
DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
Kelompok 2
KELAS:VI/G1
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A. 2023/2024
KATA PENGANTAR
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
BAB II PEMBAHASAN
A. Tugas dan Wewenang Hakim Pengawas
B. Bentuk Pengawasan oleh Hakim Pengawas
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu produk hukum yang bertujuan untuk menjamin kepastian,
ketertiban, penegakan dan perlindungan hukum yang berisi keadilan dan
kebenaran yang diperlukan saat ini guna mendukung pembangunan perekonomian
nasional adalah peraturan mengenai kepailitan dan penundaan kewajiban
pembayaran utang.1 Tujuan utama dan perubahan yang dimaksud untuk
memberikan keseimbangan antara kreditor dan debitur menghadapi masalah
kepailitan, memberikan kepastian proses, baik menyangkut waktu, tata cara,
tanggung jawab pengelolaan harta pailit dan memudahkan penyelesaian hutang
piutang secara cepat, adil, terbuka dan efektif.2
Menurut J. Djohansah sebagaimana disitir R. Lontoh3, “kepailitan merupakan
suatu proses di mana seorang debitur yang mempunyai kesulitan keuangan untuk
membayar utangnya dinyatakan pailit oleh Pengadilan. Dalam hal ini Pengadilan
niaga, dikarenakan debitur tersebut tidak membayar utangnya.” Di Indonesia telah
diatur bahwa yang berhak melakukan pembagian harta debitur pailit adalah Balai
Harta Peninggalan dan Kurator. Dalam proses kepailitan dilakukan proses
penyelesaian harta pailit oleh Kurator 4 dibawah pengawasan Hakim Pengawas.
Hakim Pengawas adalah Hakim pada Pengadilan Niaga yang ditunjuk oleh
Majelis Hakim pemeriksa atau Majelis Hakim pemutus perkara permohonan
pernyataan pailit. Penunjukan Hakim Pengawas dilakukan bersamaan dengan
diucapkannya putusan pernyataan pailit.
B. Rumusan Masalah
1
Budisastra, Aspek Hukum Dalam Kepailitan.
2
Bernadete Waluyo, Hukum Kepailitan dan Pemindaan pembayaran Utang, Ctk.
Pertama, Mandar Maju, Bandung, 1999, hlm. 5.
3
Rudy Lontoh, Penyelesaian Utang Piutang Melalui Pailit dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang, Alumni, Bandung, 2001, hlm. 123.
4
Pasal 1 angka 5 UU Nomor 37 Tahun 2004.
1. Bagaimana tugas dan wewenang Hakim Pengawas?
2. Bagaimana bentuk pengawasan dari Hakim Pengawas?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui bagaimana tugas dan wewenang Hakim Pengawas
2. Mengetahui bagaimana bentuk pengawasan dari Hakim Pengawas.
BAB II
PEMBAHASAN
5
Lihat Pasal 15 UU Kepailitan
6
Lilik Mulyadi, Tugas dan Kewenangan Hakim Pengawas Dalam Perkara
Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Bandung: Universitas
Padjajaran, 2010), 1.
7
Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan Memahami UU No. 37 Tahun 2004,
Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2010, hal. 236-240.
1. Menerima permohonan dari kreditur preferen atau pihak ketiga yang
permohonanya untuk mengangkat penangguhan atas hak eksekusi.
2. Memberikan pendapat kepada Pengadilan niaga sebelum memutus sesuatu
yang ada sangkut pautnya dengan pengurusan dan pemberesan harta pailit.
3. Mendengarkan keterangan saksi atau memerintahkan penyelidikan oleh para
ahli untuk memperoleh kejelasan tentang segala hal mengenai kepailitan.
4. Menyampaikan surat panggilan kepada para saksi untuk didengar
keterangannya oleh Hakim Pengawas.
5. Dalam hal saksi bertempat tinggal diluar daerah hukum yang memutus pailit,
hakim pengawas dapat melimpahkan pemeriksaan saksi kepada Pengadilan
yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal saksi.
6. Memberikan persetujuan kepada kurator untuk memperoleh pinjaman dari
pihak ketiga yang dalam melakukan pinjaman tersebut kepada kurator perlu
membebani harta pailit dengan gadai.
7. Memberikan izin kepada kurator untuk menghadap di muka Pengadilan.
8. Menerima laporan dari kurator tiap 3 (tiga) bulan sekali dan pelaksanaan
tugasnya.
9. Memberikan perpanjangan waktu bagi kurator untuk menyampaikan laporan
kepada Hakim Pengawas.
10. Menerima keberatan yang diajukan oleh kreditor, panitia kreditor dan debitur
pailit.
11. Menawarkan kepada kreditur untuk membentuk panitia kreditur secara tetap.
12. Menentukan waktu diadakan nya rapat dalam jangka 30 hari pertama setelah
putusan pailit ditetapkan.
13. Dalam jangka waktu 3 hari setelah putusan pernyataan pailit diterima oleh
Hakim Pengawas dan kurator, Hakim Pengawas wajib menyampaikan kepada
kurator rencana penyelenggaraan rapat kreditor pertama.
14. Mengetuai rapat kreditur
15. Menentukan waktu diadakan rapat kreditur berikutnya bila Hakim Pengawas
menganggap hal itu perlu.
16. Memberikan izin kepada debitur pailit apabila selama dalam kepailitan akan
meninggalkan domisilinya.
17. Paling lambat 14 hari setelah putusan pernyataan pailit diucapkan, Hakim
Pengawas harus menetapkan batas akhir pengajuan tagihan, batas akhir
verifikasi pajak, dan menetapkan waktu diadakan pencocokan piutang.
18. Meminta agar debitur pailit yang hadir dalam hal rapat pencocokan piutang
memberikan keterangan sebenarnya mengenai sebab kepailitan dan keadaan
harta pailit.
19. Dalam rapat pencocokan piutang, membacakan daftar piutang yang diakui
sementara dan daftar hutang yang dibantah oleh kurator.
20. Mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa sehubungan dengan piutang
yang terhadapnya dilakukan bantahan atau memeriksa perselisihan antara
pihak-pihak tersebut.
21. Memerintahkan kepada pihak-pihak yang berselisih mengenai piutang yang
terhadapnya dilakukan bantahan untuk menyelesaikan perselisihan itu melalui
Pengadilan.
Dari tugas-tugas dan kewenangan Hakim Pengawas tersebut diatas, secara
singkat dapat disimpulkan sebagai berikut:8
1. Memimpin rapat verifikasi
2. Mengawasi tindakan dari kurator dalam melaksanakan tugasnya, memberikan
nasihat dan peringatan kepada kurator atas pelaksanaan tugas tersebut
3. Menyetujui atau menolak daftar-daftar tagihan yang diajukan oleh para
kreditur
4. Meneruskan tagihan-tagihan yang tidak dapat diselesaikannya dalam rapat
verifikasi kepada Hakim Pengadilan Niaga yang memutus perkara itu
5. Mendengar saksi-saksi dan para ahli atas segala hal yang berkaitan dengan
kepailitan
6. Memberikan izin atau menolak permohonan si pailit untuk bepergian
(meninggalkan tempat) kediamannya.
8
Rahayu Hartini, Op.Cit, hal. 84.
Ada beberapa tindakan kurator yang perlu mendapat izin dari Hakim
Pengawas, antara lain:9
a. Dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan, penjualan benda
milik debitur baik bergerak maupun tidak bergerak dalam rangka eksekusi
sudah sedemikian jauhnya hingga hari penjualan benda itu sudah ditetapkan
maka dengan izin Hakim Pengawas, Kurator dapat meneruskan penjualan itu
atas tanggungan harta pailit (Pasal 33).
b. Untuk tidak menerima suatu warisan, kurator memerlukan izin dari Hakim
Pengawas (Pasal 40 ayat(1)).
c. Untuk menghadap di sidang Pengadilan Niaga kurator terlebih dahulu
mendapat izin dari Hakim Pengawas.
9
Jono, Op.Cit, hal. 161.
10
Ibid, hal. 162.
d. Jika terjadi perbedaan pendapat antara kurator dan panitia kreditor, maka
panitia kreditor dapat meminta penetapan dari Hakim Pengawas (Pasal 84
ayat 3).
e. Hakim pengawas harus menetapkan tenggang waktu antara lain pemanggilan
dan hari rapat kreditor (Pasal 90 ayat 6).
13
Ibid, hal. 65.
Hakim Niaga Pengadilan Niaga untuk mengawasi proses kepailitan Termohon
serta berkenaan menunjuk dan mengangkat:
a. Soedeson Tandra, S.H., M.Hum., pengurus yang terdaftar di Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat bukti No.
AHU.AH..04.03-02, tertanggal 18 Januari 2008.
b. Idho Sedeur Nalle, S.H., pengurus yang terdaftar di Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat bukti No.
AHU.AH.04.03-54, tertanggal 16 November 2009.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tugas dan kewenangan Hakim Pengawas adalah mengawasi pengurusan dan
pemberesan harta pailit seperti yang diatur dalam Pasal 65 UU Kepailitan.
Undang-undang kepailitan mengatur bahwa Hakim Pengawas bertanggung
jawab dalam mengatasi pengurusan dan pemberesan harta pailit yang
dilaksanakan kurator agar tidak menyalahgunakan kewenangannya.
Kedudukan Hakim Pengawas sangatlah penting karena sebelum memutuskan
sesuatu yang ada sangkut pautnya dengan pengurusan dan pemberesan harta
pailit, Pengadilan Niaga wajib mendengarkan pendapat/nasehat terlebih dahulu
dari Hakim Pengawas.
2. Bentuk-bentuk pengawasan yang dapat dilakukan oleh Hakim Pengawas
terhadap pengurusan dan pemberesan harta pailit yaitu:
1. Perizinan oleh Hakim Pengawas kepada kurator
2. Penetapan dari Hakim Pengawas
3. Persetujuan dari Hakim Pengawas
4. Pemberian usul oleh Hakim Pengawas
5. Pemberian perintah oleh Hakim Pengawas.
B. Saran
Kami dari kelompok 2 menyadari penulisan ini masih jauh dari sempurna,
masih banyak kesalahan dari kelompok kami. Kami juga butuh kritikan yang
sifatnya membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Sjahdeini, Sutan Remy, Hukum Kepailitan, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta,
2002.
Hartini, Rahayu, Hukum Kepailitan, Bayu Media, Malang, 2003.
Sutantio, Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata
“Dalam Teori dan Praktek,” Mandar Maju, Bandung, 2005.
Jurnal:
Murdiono Sahupala. “Tugas Wewenang Hakim Pengawas Terhadap
Pengurusan dan Pemberesan Harta Debitur Pailit”. Vol 4. No. 1 (Januari
2016)
Serlika Aprita, Sarah Qosim. “Optimalisasi Wewenang Dan Tanggung Jawab
Hakim Pengawas Dalam Hukum Kepailitan Di Indonesia”. Vol. 7. No. 2
(2022)
Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailtan Dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang