kepailitan diartikan sebagai sita umum atas semua kekayaan Debitur Pailit yang pengurusan dan pemberesannya
dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas
Orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka
pengadilan.
1. Balai harta peninggalan 2. Perseorangan yang diangkat oleh pengadilan utk mengurus dan membereskan harta
debitor pailit di bawah pengawasan hakim pengawas
Orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undangundang yang dapat ditagih di muka pengadilan.
Tugas kurator :
* Urutan kreditor :
1. Kreditor separatis: Yang memiliki piutang yg dijamin dgn hak gadai, tanggungan, fidusia.Kreditor separatis dapat
mengeksekusi hak yg dijaminkan itu terlebih dahulu.
2. Kreditor preferen, yaitu yg. Memiliki hak istimewa: Biaya perkara, upah pengangkutan (ps. 1139-1149 kuhpdt)
3. Kreditor konkuren, yaitu kreditor yang tidak memiliki hak didahulukan (diutamakan) (ps. 1132 kuhpdt)
1. Dalam putusan pailit, pengadilan dapat membentuk panitia kreditor sementara yg terdiri dari 3 orang yg
dipilih dari kreditor utk memberi nasihat kepada kurator,
2. Setelah pencocokan utang selesai, dibentuk panitia kreditor tetap atas usul hakim pengawas, yg
tugasnya :
Menurut Undang-Undang Kepailitan Indonesia Nomor 37 tahun 2004 Pasal 79 bahwa dalam putusan pailit, Pengadilan
dapat membentuk panitia kreditor sementara. Panitia ini terdiri atas 3 (tiga) orang yang dipilih dari Kreditor yang dikenal
dengan maksud memberikan nasihat kepada Kurator.
Kreditor yang dikenal adalah Kreditor yang telah mendaftarkan diri untuk diverifikasi.
Kreditor yang diangkat dapat mewakilkan kepada orang lain semua pekerjaan yang berhubungan dengan tugas-tugasnya
dalam panitia.
* Panitia Kreditor adalah pihak yang mewakili pihak kreditor sehingga panitia kreditor tentu akan memperjuangkan
segala kepentingan hukum dari pihak kreditor.
Menurut Undang-Undang Kepailitan Indonesia Nomor 37 tahun 2004 Pasal 79 bahwa dalam putusan pailit, Pengadilan
dapat membentuk panitia kreditor sementara. Panitia ini terdiri atas 3 (tiga) orang yang dipilih dari Kreditor yang dikenal
dengan maksud memberikan nasihat kepada Kurator.
Kreditor yang dikenal adalah Kreditor yang telah mendaftarkan diri untuk diverifikasi.
Kreditor yang diangkat dapat mewakilkan kepada orang lain semua pekerjaan yang berhubungan dengan tugas-tugasnya
dalam panitia.
Setelah pencocokan utang selesai dilakukan, Hakim pengawas wajib menawarkan kepada Kreditor untuk membentuk
panitia kreditor tetap. Dalam menjalankan tugasnya panitia kreditur tetap berhak meminta semua dokumen yang
berkaitan dengan kepailitan dan memberikan nasihat kepada kreditur
Dalam menjalankan tugasnya panitia kreditur tetap berhak meminta semua dokumen yang berkaitan dengan kepailitan
dan memberikan nasihat kepada kreditur
5. Bapepam jika debitornya perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring & penjaminan,
5. Apa yang saudara ketahui mengenai Actio Pauliana dan apa yang dimaksud dengan Perdamaian (Accoord)
menurut Kepailitan dan Perdamaian (Accoord) menurut PKPU?
* Actio Pauliana :
Pengertian
Hak yg diberikan kepd kreditor utk memajukan dibatalkannya segala perbuatan yg tdk diwajibkan utk dilakukan oleh
debitor tsb, sedangkan debitor mengetahui bahwa dgn perbuatannya itu kreditor dirugikan. (ps 1341 kuhpdt)
4. akibat hukum
* Perdamaian (akkoord):
a. Adalah suatu perjanjian antara debitor pailit dan para kreditur yang mengikat kedua pihak.
Perdamaian tunggal
6. Apa yang saudara ketahui mengenai Asas Hukum Kepailitan dan apa yang dimaksud Asas Kelangsungan Usaha?
2. asas proporsional
4. asas keseimbangan = UU ini mengatur beberapa ketentuan yang merupakan perwujudan dari asas keseimbangan,
yaitu disatu pihak, terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan
oleh debitur yang tidak jujur, di lain pihak, terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata
dan lembaga kepailitan oleh kreditor yang tidak beritikad baik
5. asas kelangsungan usaha = dalam UU ini, terdapat ketentuan yang memungkinkan perusahaan debitur yang
prospektif tetap dilangsungkan
6. asas keadilan = dalam kepailitan asas keadilan mengandung pengertian, bahwa ketentuan mengenai kepailitan dapat
memenuhi rasa keadilan bagi para pihak yang berkepentingan. asas keadilan ini untuk mencegah terjadinya
kesewenang-wenangan pihak penagih yang mengusahakan pembayaran atas tagihan masing-masing terhadap debitor
dengan tidak mempedulikan kreditor lainnya.
7. asas integrasi = asas integritas dalam UU ini mengandung pengertian bahwa sistem hukum formil dan hukum
materiilnya merupakan satu kesatuanyangutuh dari sistem hukum perdata dan hukum acara perdata nasional.
dalam UU ini, terdapat ketentuan yang memungkinkan perusahaan debitur yang prospektif tetap dilangsungkan
7. Apa yang saudara ketahui mengenai Akibat Hukum Perdamaian dan bagaimana Berakhirnya Perdamaian Dalam hal
Keputusan Pailit?
b.3. tidak berlaku bagi kreditur sparatis dan kreditur yang diistimewakan
b.6. Hak2 kreditur tetap berlaku terhadap garantor dan rekan debitur
* Berakhirnya perdamaian
e.2. rencana perdamaian ditolak oleh pengadilan niaga dalam sidang homologasi
3). tanpa wewenang dari pengurus, debitur mengalihkan hak sebagian atau seluruh
hartanya,
4). debitur lalai melakukan tindakan yang diwajibkan oleh pengadilan atau lalai
melaksanakan yg disyaratkan oleh pengurus demi kepentingan harta debitur,
6). keadaan debitur tdk dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya terhadap
para kreditur pada waktunya
c. Tercapai perdamaian
f. PKPU dibatalkan
10. Dalam Prosedur Kepailitan,apakah yang dimaksud dengan pengadilan yang berwenang mengadili kasus
kepailitan.Dan sebutkan upaya hukum terhadap keputusan pailit yang diputus oleh Pengadilan Niaga?
Upaya hukum
a. Perlawanan
b. Kasasi
11. Apa yang saudara ketahui mengenai prinsip Paritas Creditorium, Prinsip Commercial exit from financial distress,
dan prinsip Pari Passu Prorata Parte?
* Paritas creditorium = Para kreditor baik kreditor separatis, kreditor preferen& kreditor konkuren mmpunyai hak yg
sama tnpa dibedakan thdp segenap harta benda debitor shngga jika debitor tdk dpt mmbayar utangnya maka harta
kekayaan debitor mnjdi sasaran kreditor.
* Prinsip commercial eksit from financial distress = Kepailitan merupakan suatu strategi jalan keluar (exit strategy) yg
bersifat komersial u/ keluar dari persoalan utang piutang yg menghimpit seorang debitor, dmn debitor tsb sudah tdk
mempunyai kemampuan lagi u/ membayar utang2 tsb kpd para kreditornya krn kondisi keuangan yg mengalami
kesulitan akibat penurunan kinerja keuangan perusahaan
* Prinsip pari passu prorata parte = Harta kekayaan tsb merupakan jaminan bersama u/ para kreditor & hasilnya harus
dibagikan scr proporsional (prorata) antara mereka, kecuali jika antara para kreditor itu ada yg menurut UU harus
didahulukan dalam menerima pembayaran tagihannya.
Dalam praktik bisnis maka kegiatan pemberian kredit mendapatkan jaminan dari asas hukum yang terdapat dalam
hukum perdata yaitu:
1. Segala harta kekayaan debitor, baik yg bergerak maupun yg tak bergerak, baik yg sdh ada maupun yg baru akan
ada di kemudian hari, menjadi jaminan utk segala perikatan debitor. (ps 1131 kuhpdt)
2. Harta kekayaan debitor yg menjadi agunan bersama-sama bagi semua kreditornya; hasil penjualan harta
kekayaan itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut perbandingan besar-kecilnya tagihan
masing-masing kreditor, kecuali apabila di antara para kreditor itu terdapat alasan yang sah utk. Didahulukan daripada
kreditor lainnya.(ps. 1132 kuhpdt)
Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan, prosedur permohonan Pailit adalah sebagai berikut:
1. Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada Ketua Pengadilan melalui Panitera. (Pasal 6 ayat 2).
2. Panitera menyampaikan permohonan pernyataan pailit kepada Ketua Pengadilan paling lambat 2 (dua) hari setelah
tanggal permohonan didaftarkan. Dalam jangka waktu 3 (tiga) hari setelah tanggal permohonan didaftarkan, pengadilan
menetapkan hari sidang.
3. Sidang pemeriksaan dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah tanggal permohonan
didaftarkan (pasal 6).
4. Pengadilan wajib memanggil Debitor jika permohonan pailit diajukan oleh Kreditor, Kejaksaan, Bank Indonesia, Badan
Pengawas Pasar Modal atau Menteri Keuangan (Pasal 8).
5. Pengadilan dapat memanggil Kreditor jika pernyataan pailit diajukan oleh Debitor dan terdapat keraguan bahwa
persyaratan pailit telah dipenuhi (Pasal 8).
6. Pemanggilan tersebut dilakukan oleh juru sita dengan surat kilat tercatat paling lama 7 hari sebelum persidangan
pertama diselenggarakan (Pasal 8 ayat 2).
7. Putusan Pengadilan atas permohonan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta terbukti bahwa persyaratan pailit
telah terpenuhi dan putusan tersebut harus diucapkan paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah didaftarkan (Pasal 8).
8. Putusan atas permohonan pernyataan pailit tersebut harus memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang
mendasari putusan tersebut berikut pendapat dari majelis hakim dan harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk
umum dan dapat dilaksanakan terlebih dahulu, sekalipun terhadap putusan tersebut ada upaya hukum (Pasal 8 ayat 7).
14. Jelaskan akibat hukum PKPU dan bagaimana berakhirnya PKPU yang saudara ketahui dan apa akibat hukumnya
bagi Debitur?
2. jika debitor telah minta pailit, maka tdk dapat lagi minta pkpu
4. debitor tdk dpt dipaksa membayar hutang & pelaksanaan eksekusi ditangguhkan
9. pkpu tdk berlaku thdp bbrp jenis biaya penting (pendidikan yg harus dibayar)
12. bisa dilakukan kompensasi atas utang piutang debitor & kreditor yg terjadi sebelum pkpu.
13. kepastian terhadap pelaksanaan perjanjian timbal balik dalam jangka waktu tertentu
* . Pengakhiran PKPU :
3). tanpa wewenang dari pengurus, debitur mengalihkan hak sebagian atau seluruh
hartanya,
4). debitur lalai melakukan tindakan yang diwajibkan oleh pengadilan atau lalai
melaksanakan yg disyaratkan oleh pengurus demi kepentingan harta debitur,
6). keadaan debitur tdk dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya terhadap
para kreditur pada waktunya
c. Tercapai perdamaian
f. PKPU dibatalkan
16. Jelaskan asas utama UUK, tujuan hukum kepailitan dan fungsi UUK?
* Asas Umum
a. Kondisi atau keadaan dimana seseorang atau badan hukum tidak mampu lagi membayar kewajibannya (hutang)
kepada sipiutang.
b. Suatu keadaan dimana seseorang atau badan hukum yang tidak mampu lagi untuk membayar
kewajibannya (utang- utangnya) yang sudah jatuh tempoh kepada yang berpiutang dan dapat ditagih.
1. Utk. Menjamin pembagian yg. Sama thdp harta kekayaan debitor diantara para kreditornya
2. Mencegah agar debitor tidak melakukan perbuatan-perbuatan yg. Dpt. Merugikan para kreditor
3. Memberikan perlindungan kepada debitor yang beriktikad baik dari para kreditornya, dengan cara pembebasan
utang.
* mekanisme pendistribusian asset secara adil dan merata terhadap para kreditor berkaitan dengan keadaan tidak
membayarnya debitor karena ketidakmampuan debitor melaksanakan kewajiban tersebut. Oleh karena itu keberadaan
uukpkpu ini bertujuan untuk menghindari perebutan harta debitor apabila dalam waktu yang sama ada beberapa
kreditor yang menagih piutangnya dari debitor, untuk menghindari adanya kreditor pemegang hak jaminan kebendaan
yang menuntut haknya dengan cara menjual barang miik debitor tanpa memperhatikan kepentingan debitor atau para
kreditor lainnya, dan untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh salah seorang kreditor atau
debitor sendiri.
17. Sebutkan asas umum penyitaan dan asas hak penjaminan serta asas concursus creditorium?
* Istilah penyitaan berasal dari terminologi Beslag (bahasa Belanda), dan istilah ini (beslag) juga lazim dipakai dalam
bahasa indonesia, namun istilah bakunya ialah kata sita atau penyitaan.
(1) tindakan menempatkan harta kekayaan tergugat selama tindakan paksa berada ke dalam keadaan penjagaan;
(2) tindakan paksa penjagaan (custody) itu diberitahukan secara resmi (official)
(3) barang yang ditempatkan dalam penjagaan tersebut, berupa barang yang disengketakan, tetapi boleh juga barang
yang akan dijadikan sebagai alat pembayaran atas keputusan hutang debitur atau tergugat dengan jalan menjual lelang
(exsekutorial verkoop) barang yang disita tersebut.
Tindakan sita jaminan merupakan upaya hukum dan tindakan hukumpengecualian. Bahwa tidak selalu proses
pemeriksaan perkara harus diikuti dengan tindakan sita jaminan dan sebagai upaya untuk perkara atau mendahului
putusan pengadilan. Seringkali penyitaan dilakukan pada saat proses pemeriksaan perkara sedang berjalan. Dengan
demikian seolah-olah pengadilan telah menghukum tergugat lebih dulu, sebelum pengadilan sendiri menjatuhkan
putusan.
Tindakanpenyitaan membenarkan putusan yang belum dijatuhkan. Tegasnya, sebelum pengadilan menyatakan pihak
tergugat bersalah berdasarkan putusan, tergugat sudah dijatuhi hukuman berupa penyitaan harta sengketa atau harta
kekayaan tergugat. Itu sebabnya, tindakan penyitaan merupakan tindakan hukum yang sangat ekspensional. Pengabulan
permohonan penyitaan merupakan tindakan hukum pengecualian, yang penerapannya mesti dilakukan pengadilan
dengan segala pertimbangan yang hati-hati sekali.
Tindakan penyitaan harus didukung fakta-fakta yang kuat dan mendasar. Karena itu tindakan penyitaan tidak boleh
diterapkan secara serampangan. Jangan sampai terjadi misalnya penyitaan telah diletakkan atas harta kekayaan
tergugat, tetapi gugatanternyata ditolak oleh pengadilan.
18. Apa yang dimaksud Rehabilitasi, Homologasi, Solpensi, dan Asas Verbintennis?
* Rehabilitasi
c. Permohonan rehabilitasi harus melampirkan surat pernyataan dari semua kreditor yg sudah menerima
pembayaran piutangnya
* Homologasi adalah homologa tie yaitu pengesahan hakim atas persetujuan antara debitur dan kreditur konkuren
untuk mengakhiri kepailitan atau pailit.
* Solvency adalah kemampuan yang cukup untuk membayar biaya-biaya dan hutang-hutang.
* Dalam bahasa Belanda, istilah perikatan dikenal dengan istilahverbintenis. terjemahan bagi verbintenis yaitu :
1. Perikatan.
2. Perutangan.
3. Perjanjian
Setiap orang dapat secara bebas membuat perjanjian selama memenuhi syarat sahnya perjanjian dan tidak melanggar
hukum, kesusilaan, serta ketertiban umum. Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, Semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Semua perjanjian berarti perjanjian
apapun, diantara siapapun. Tapi kebebasan itu tetap ada batasnya, yaitu selama kebebasan itu tetap berada di dalam
batas-batas persyaratannya, serta tidak melanggar hukum (undang-undang), kesusilaan (pornografi, pornoaksi) dan
ketertiban umum (misalnya perjanjian membuat provokasi kerusuhan).
Jika terjadi sengketa dalam pelaksanaan perjanjian, misalnya salah satu pihak ingkar janji (wanprestasi), maka hakim
dengan keputusannya dapat memaksa agar pihak yang melanggar itu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
perjanjian bahkan hakim dapat memerintahkan pihak yang lain membayar ganti rugi. Putusan pengadilan itu
merupakan jaminan bahwa hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian memiliki kepastian hukum secara pasti
memiliki perlindungan hukum.
Asas konsensualisme berarti kesepakatan (consensus), yaitu pada dasarnya perjanjian sudah lahir sejak detik tercapainya
kata sepakat. Perjanjian telah mengikat begitu kata sepakat dinyatakan dan diucapkan, sehingga sebenarnya tidak perlu
lagi formalitas tertentu. Pengecualian terhadap prinsip ini adalah dalam hal undang-undang memberikan syarat
formalitas tertentu terhadap suatu perjanjian, misalkan syarat harus tertulis contoh, jual beli tanah merupakan
kesepakatan yang harus dibuat secara tertulis dengan akta otentik Notaris.
Itikad baik berarti keadaan batin para pihak dalam membuat dan melaksanakan perjanjian harus jujur, terbuka, dan
saling percaya. Keadaan batin para pihak itu tidak boleh dicemari oleh maksud-maksud untuk melakukan tipu daya atau
menutup-nutupi keadaan sebenarnya.
Asas Kepribadian (personality)
Asas kepribadian berarti isi perjanjian hanya mengikat para pihak secara personal tidak mengikat pihak-pihak lain yang
tidak memberikan kesepakatannya. Seseorang hanya dapat mewakili dirinya sendiri dan tidak dapat mewakili orang lain
dalam membuat perjanjian. Perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya.
proses permohonan dan putusan pernyataan pailit diatur dalam pasal 6 sampai dengan pasal 11 Undang-Undang
Kepailitan. Adapun Tahap-tahap yang dilakukan untuk mengajukan Gugatan Kepailitan, yaitu :
Pendaftaran permohonan harus diajukan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, yaitu:
1. Permohonan harus diajukan oleh seorang penasehat hukum yang memiliki izin praktek,
2. Apabila diajukan oleh seorang debitor ang menikah, maka permohonan didasarkan atas persetujuan suami atau
isterinya,
3. Wajib membayar Panjar Biaya perkara di Kepaniteraan sebagaimanaalazimnya suatu perkara perdata.
Permohonan mengajukan permohonan pernyataan pailit kepada Ketua Pengadilan Niaga. Panitera Pengadilan Niaga dan
wajib mendaftarkan permohonan tersebut pada tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan dan kepada pemohon
diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dengan tanggal yang sama dengan
tanggal pendaftaran. Pasal 6 ayat (3) UUKPKPU mewajibkan Panitera untuk menolak pendaftaran permohonan
pernyataan pailit bagi institusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) jika dilakukan tidak
sesuai dengan ketentuan dalam ayat-ayat tersebut. Pasal 6 ayat (3) UU Kepailitan ini pernah diajukan Judicial Review di
Mahkamah Konstitusi dan Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara No. 071/PUU-II/2004 dan Perkara Nomor 001-
002/PUU.III/2005 telah menyatakan bahwa Pasal 6 ayat (3) beserta penjelasannya tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat. Pertimbangan-pertimbangan hukum yang diberikan oleh Mahkamah Konstitusi, antara lain :
a. Bahwa Panitera walaupun merupakan jabatan di Pengadilan, tetapi kepada jabatan tersebut seharusnya hanya
diberikan tugas teknis administrasi yustisial dalam rangka memberikan dukungan terhadap fungsi yustisial yang
merupakan kewenangan hakim. Dalam Penjelasan Undang-Undang No 8 Tahun 2004, ditentukan bahwa tugas pokok
panitera adalah menangani administrasi perkara dan halhal administrasi lain yang bersifat teknis peradilan dan tidak
berkaitan dengan fungsi-fungsi peradilan (rechtsprekende functie), yang merupakan kewenangan hakim. Menolak
pendaftaran suatu permohonan pada hakikatnya termasuk ranah (domein) yustisial. Panitera diberikan tugas,
wewenang, dan tanggung jawab melaksanakan fungsi yustisial, hal tersebut bertentangan dengan hakikat dari
kekuasaan kehakiman yang merdeka, serta penegakan hukum dan keadilan sebagaimana terkandung dalam Pasal 24
ayat 1 UUD 1945;
b. Menimbang pula bahwa sejak lama telah diakui asas hukum yang berbunyi bahwa Pengadilan tidak boleh menolak
untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalil hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. Asas ini telah dimuat dalam Pasal 22 AB yang berbunyi, de regter
die weigert regt te spreken onder voorwendsel van stilwigjen, duisterheid of onvolledigheid der wet, kan uit hoofed van
regtsweigering vervolgd worden (Rv.859 v.; Civ 4). Terakhir asas ini dicantumkan dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Dengan menggunakan tafsiran argumentum a contrario,
pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara yang hukumnya jelas mengatur perkara
yang diajukan kepada pengadilan;
c. Apabila Panitera diberikan wewenang untuk menolak mendaftarkan permohonan pernyataan pailit suatu
perusahaan asuransi, hal tersebut dapat diartikan panitera telah mengambil alih kewenangan hakim untuk memberi
keputusan atas suatu permohonan. Kewenangan demikian menghilangkan hak Pemohon untuk mendapatkan
penyelesaian sengketa hukum dalam suatu proses yang adil dan terbuka untuk umum. Hal ini bertentangan dengan due
process of law dan access to courts yang merupakan pilar utama bagi tegaknya rule of law sebagaimana dimaksud oleh
Pasal 1 ayat (3) UUD 1945;
d. Meskipun hasil akhir atas permohonan yang bersangkutan boleh jadi sama, yaitu tidak dapat diterimanya (niet
onvantkelijkheid) permohonan yang bersangkutan, karena tidak terpenuhinya syarat kedudukan hukum (legal standing)
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 ayat (5) undang-undang a quo, yang menurut Mahkamah tidak bertentangan
dengan UUD 1945, keputusan demikian harus dituangkan dalam putusan yang berkepala Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa;
e. Menimbang bahwa karena penjelasan Pasal 6 ayat (3) merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dari pasal yang
dijelaskan, dengan sendirinya Penjelasan Pasal tersebut diperlakukan sama dengan pasal yang dijelaskannya. Dengan
Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, panitera Pengadilan Niaga menjadi tidak berwenang untuk menolak setiap
perkara yang masuk. Setelah mendaftarkan permohonan pernyataan pailit, panitera menyampaikan permohonan
tersebut kepada Ketua Pengadilan Niaga paling lambat 2 (dua) hari setelah permohonan didaftarkan.
Sebelum persidangan dimulai, pengadilan melalui juru sita melakukan pemanggilan para pihak, antara lain:
a. Wajib memanggil debitor, dalam hal permohonan pernyataan pailit diajukan oleh Kreditor, Kejaksaan, Bank
Indonesia, Bapepam, atau Menteri Keuangan;
b. Dapat memanggil Kreditor, dalam hal permohonan pernyataan pailit diajukan oleh Debitor (voluntary position) dan
terdapat keraguan bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) UUKPKPU
telah terpenuhi;
c. Pemanggilan dilakukan oleh juru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7 hari sebelum sidang pemeriksan
pertama diselenggarakan.
Dalam jangka waktu paling lambat 3 hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan, pengadilan
mempelajari permohonan dan menetapkan sidang. Sidang pemeriksaan atas permohonan tersebut diselenggarakan
dalam jangka waktu paling lambat 20 hari setelah tanggal permohonan didaftarkan. Atas permohonan debitor dan
berdasarkan alasan yang cukup seperti adanya surat keterangan sakit dari dokter, Pengadilan dapat menunda
penyelenggaraan sidang pemeriksaan sampai dengan paling lambat 25 hari setelah tanggal permohonan didaftarkan.
Dalam Pasal 10 ayat (1) UUK PKPU dinyatakan bahwa selama putusan atas permohonan pernyataan pailit belum
diucapkan, setiap kreditor, kejaksaan, Bank Indonesia, Bapepam, atau Menteri Keuangan dapat mengajukan
permohonan kepada pengadilan untuk:
a. Meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan Debitor; atau
d. Pembayaran kepada kreditor, pengalihan, atau pengagunan kekayaan debitor yang dalam kepailitan merupakan
wewenang kurator.
Pengadilan hanya dapat mengabulkan permohonan tersebut apabila hal tersebut diperlukan guna melindungi
kepentingan kreditor (Pasal 10 ayat (2) UUKPKPU). Dalam ayat (3) selanjutnya dikatakan bahwa dalam hal permohonan
meletakkan sita jaminan tersebut dikabulkan, maka pengadilan dapat menetapkan syarat agar Kreditor Pemohon
memberikan jaminan yang dianggap wajar oleh pengadilan. Dari penjelasan tersebut, terlihat jelas bahwa jaminan
hanya diperlukan apabila pemohonnya adalah Kreditor, Kejaksaan, Bank Indonesia, Bapepam, atau Menteri Keuangan
yang bertindak sebagai pemohon, jaminan tersebut tidak diperlukan. Permohonan pernyataan pailit diajukan kepada
Pengadilan melalui panitera, yang menurut lampiran UUKPKPU pasal 5 harus diajukan oleh seorang penasehat hukum
yang memiliki izin praktek. Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Pengadilan Negeri, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
Nomor: W7.DC.HT.0801/VIIII/1998/01 maka ditetapkan mengenai besarnya biaya panjar dan biaya untuk pendaftaran
perkara-perkara yang dimohonkan kepailitan adalah sebesar Rp 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) dengan perincian sebagai
berikut :
Jumlah.......................: Rp 5000000,-
Surat permohonan tersebut harus disertai dokumen-dokumen atau surat-surat dibuat rangkap sesuai dengan jumlah
pihak, serta ditambah 4 rangkap untuk Majelis dan Arsip. Salinan/dokumen atau surat-surat yang berupa foto copy
harus dilegalisir sesuai dengan aslinya oleh Pejabat yang berwenang/Panitera Pengadilan Negeri/Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat.
Apabila salinan/dokumen atau surat-surat yang dibuat di Luar Negeri harus disahkan oleh kedutaan/Perwakilan
Indonesia di Negara tersebut dan selanjutnya diterjemahkan oleh Penterjemah resmi ke dalam Bahasa Indonesia,
demikian pula terhadap Salinan Dokumen dan surat-surat yang menyangkut kepailitan ke dalam Bahasa Indonesia.
Dokumen atau surat-surat yang harus dilampirkan untuk permohonan Kepailitan Sesuai dengan ketentuan-ketentuan
lampiran UU. Kepailitan No. 4 Tahun 1998 Pasal 1 jo Pasal 2 UUKPKPU No. 37 Tahun 2004, seperti yang telah dijelaskan
dalam Bab II buku ini, bahwa kepailitan dapat dilakukan oleh pihak-pihak berikut ini:
1. Debitor sendiri;
6. Menteri Keuangan.
Terkait dengan proses pengajuan permohonan kepailitan yang dilakukan oleh para pihak tersebut juga harus
diperhatikan mengenai dokumen atau surat yang harus dipenuhi atau dilampirkan yaitu sebagai berikut :
a. Surat permohonan bermaterai yang ditujukan kepada Ketua / Pengadilan Negeri / Pengadilan Niaga Jakarta Pusat;
d. Akta Pendaftaran Perusahaan (Tanda Daftar Perusahaan) / yayasan / asosiasi yang dilegalisir (dicap) oleh kantor
Perdagangan paling lambat 1 (satu) Minggu sebelum permohonan didaftarkan;
e. Surat Perjanjian utang (Loan Agreement) atau bukti lainnya yang menunjukkan adanya utang;
1. Asas
a. Bersifat serta merta dan konstitutif yaitu menciptakan keadaan hukum baru
c). Kurator
3. Akibat Kepailitan terhadap eksekusi atas harta kekayaan debitur pailit (hal. 106)
4. Akibat kepailitan terhadap perjanjian timbal balik yang dilakukan sebelum kepailitan (hal. 110)
5. Akibat kepailitan terhadap kewenangan berbuat debitur pailit dalam bidang hukum harta kekayaan (hal. 112)
c. Terkena ketentuan insider traiding (Orang dalam yg secara diam2 tidak diketahui publik melakukan kegiatan)