NPM : 1706085553
Dosen : Parulian Aritonang, SH., LL.M., M.PP.
Dr. Teddy A., SH., MH.
Dr. Freddy Harris, SH., LLM.
Jawaban:
a. Asas Paritas Creditorium atau yang dikenal sebagai asas kesetaraan kedudukan
para kreditor dalam hukum kepailitan di Indonesia adalah semua kekayaan debitor
yang berupa:
benda bergerak;
barang tidak bergerak;
harta yang sekarang telah dimiliki debitor; dan
barang-barang yang ada di kemudian hari yang akan dimiliki debitor;
terikat pada penyelesaian kewajiban utang milik debitor. Apabila debitor tidak
dapat membayar utangnya, maka harta kekayaan debitor menjadi sasaran kreditor.
Asas ini juga mengandung makna bahwa dalam hal debitor hanya mempunyai
satu kreditor dan tidak dapat membayar utang secara sukarela, maka kreditor akan
menggugat debitor secara perdata ke pengadilan negeri yang berwenang dan
seluruh harta debitor menjadi sumber pelunasan utangnya kepada kreditor
tersebut.
Filosofi dari asas ini adalah suatu ketidakadilan jika debitor memiliki harta benda
sementara utang debitor terhadap para kreditornya tidak terbayarkan.
Halaman 1
c. Sitaan konservator secara umum meliputi seluruh harta pailit.
Pasal 1 angka 1, pasal 2 ayat (1) dan pasal 21 UU No. 37/2004 yang
menyatakan bahwa:
a) Definisi kepailitan yang diberikan oleh UU No. 37/20014 menegaskan
bahwa adanya sita umum atas semua debitor pailit – Pasal 1 angka 1;
b) Syarat yang harus dipenuhi untuk dijatuhinya putusan pailit adalah debitor
mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya
satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih – Pasal 2 ayat (1);
dan
c) Kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitor pada saat putusan pailit
diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan – Pasal
21.
Syarat bahwa debitor harus mempunyai minimal dua kreditur sangat terkait
dengan filosofis lahirnya hukum kepailitan. Dengan adanya peran hukum
kepailitan, diharapkan pelunasan utang-utang debitur kepada kreditor-
kreditornya dapat dilakukan secara seimbang dan adil. Setiap kreditor (konkuren)
mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pelunasan dari harta kekayaan
debitor.
Asas concursus creditorum bermula dari Pasal 1132 jo. 1331 BW yang
menyatakan bahwa kebendaan milik debitor menjadi jaminan bersama-sama
bagi kreditor yang harus dibagi secara proporsional sesuai dengan besaran
utang masing-masing kreditor kecuali apabila terdapat alasan dimana kreditor
tertentu harus didahulukan, dengan demikian suatu syarat kepailitan dapat
terpenuhi apabila terdapat debitor yang berutang kepada kreditor.
Halaman 2
c. Asas Pari Passu Prorata Parte adalah asas yang menyatakan bahwa harta
kekayaan debitor merupakan jaminan bersama untuk para kreditor dan hasilnya
harus dibagikan secara proposional diantara mereka, kecuali jika antara para
kreditor itu ada yang menurut undang-undang harus didahulukan dalam menerima
pembayaran tagihannya.
Berkaitan dengan hak preferen ini, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Hak preferen harus dilihat dalam kaitannya dengan kreditor lainnya;
Hak preferen menggambarkan adanya kaitan antara hak dengan benda
yang dijaminkan; dan
Pelaksanaan hak adalah untuk mengambil pelunasan piutang, bukan
memiliki benda jaminan.
2. Apakah yang dimaksud dengan Lelang? Coba anda jelaskan Proses Lelang menurut
UU No. 37/2004!
Jawab:
Pengertian lelang yang diberikan dalam berbagai aturan yaitu:
a. Pasal 1 Vendu Reglement yang mengartikan penjualan di muka umum adalah
penjualan barang yang dilakukan di muka umum, dengan penawaran harga yang
Halaman 3
makin meningkat (bij opbod), dengan persetujuan harga yang semakin menurun
(bij aflag) atau dengan pendaftaran harga (bij inschriving) atau dimana orang-
orang yg diundang atau sebelumnya sudah diberitahu tentang pelelangan atau
penjualan atau kesempatan yang diberikan kepada orang-orang yang berlelang
atau yang membeli untuk menawar harga, menyetujui harga atau mendaftarkan
harga;
b. Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang yang memberikan definisi
bahwa lelang merupakan penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan
penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau
menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman
Lelang; dan
c. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Lelang adalah penjualan di hadapan
orang banyak (dengan tawaran yang atas-mengatasi) dipimpin oleh pejabat lelang.
Halaman 4
A-------B-------C--------D--------E-------F--------G--------H--------I--------J-------K-----L
Keterangan:
3. Ketika ada debitor pailit meninggal dunia, apakah kreditor pailit bisa mengajukan
boedel pailit ke ahli waris? Coba jelaskan dengan yang sesuai peraturan perundang-
undangan!
Kreditor pailit dapat mengajukan gugatan kepailitan dalam hal debitor pailit telah
meninggal dunia, di mana hal tersebut sejalan dengan Pasal 210 UU No. 37/2004
yang mengatur bahwa permohonan pernyataan pailit harus diajukan kepada
pengadilan niaga paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah debitor meninggal
dunia.
Adapun contoh kasus yang dapat mendukung pernyataan tersebut di atas adalah kasus
yang menimpa William Bong Kon Ho (debitor) melawan Michael Kong Kenneth
Kitson (kreditor) di bawah register perkara pengadilan niaga nomor
18/Pailit/2008/PN.Niaga.Jkt.Pst tanggal 8 April 2008. Meski debitor telah meninggal
pada Maret 2006, kreditor tetap mengajukan gugatan kepailitan kepada pengadilan
Halaman 5
niaga walaupun jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 210 UU No.
37/2004 telah terlampaui. Namun kreditor mengungkapkan alasan bahwa 90
(sembilan puluh) hari dihitung setelah kreditor mengetahui bahwa debitor telah
meninggal dunia.
Menurut pendapat saya atas kasus tersebut, kreditor seharusnya mengajukan guguatan
perdata kepada ahli waris dari debitor di pengadilan negeri dikarenakan jangka waktu
90 hari tersebut sebagaimana yang dinyatakan oleh UU No. 37/2004 yaitu terdapat
frasa “setelah debitor meninggal dunia”. Adapun pembuktian debitor meninggal
dunia tidak hanya dari Kutipan Akta Kematian saja, tetapi juga surat keterangan dari
dokter/rumah sakit yang menyatakan debitor telah meninggal dunia, sehingga kreditor
patut berhati-hati dalam mengajukan gugatan kepailitan dalam hal debitor telah
meninggal dunia.
****
Halaman 6