Pailit dapat diartikan sebagai suatu keadan Perusahaan dalam keadan berhenti
membayar utang karena tidak mampu membayar utang.Kata paili dapat juga di artikan
Bankcrupt. Kata Bankcrupt sendiri mengandung arti Banca ruta. Alasan dikatakan demikian
adalah suatu peristiwa terjadi terjadi Ketika ada debitor yang tidak mampu membayar utang
kepad tersebut a kreditor.
Pailit berbeda pengertian dengan kepailitan. Pengertian Kepailitan terdapat pada UU
nomor 37 tahun 2004 Pasal 1 angka 1,Berbunyi :
“Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor pailit yang pengurusan dan
pemberesanya dilakukan oleh curator dibawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana di
atur dalam undang-undang ini”
Dasar Hukum Kepailitan
Dulu, lemabaga hukum kepailitan diatur oleh undang-undang tentang kepailitan
dalam Faillissements-verordening Staatsblad 1905:217 juncto Staatsblad 1906:348.
Undang-undang tersebut menimbulkan banyak masalah kesulitan dalam penyelesaian utang-
piutang. Hal ini semakin bertambah rumit sejak terjadinya krisis keuangan yang merembet
secara global dan memberikan pengaruhan yang tidak menguntungkan terhadapa
keekonomian nasional.
Namun pada perkembangan selanjutnya, Undang-undang tersebut telah diubah
dengan peraturan pemerintah penganti Undang-undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 1998 tentang
perubahan atas Udang-undang tentang kepailitan.Pada Perubahan hukum tersebut ternyata
belom dapat memenuhi perkembangan dan kebutuhan hukum di Masyarakat, sehingga pada
Tahun 2004 pemerintah melakukan perbaikan Undang-undang dan menetapkan menjadi
Undang-undang Nomer 47 Tahun 2004 tetang kepailitan dan penundaan kewajiban
pembayaran utang ( Udang-Undang Kepailitan dan PKPU).
Dasar Hukum dalam Hukum kepailitan :
1. Empat pasal yang terdapat dalam kitab Undang-udang Hukum Perdata yaitu pasal
1131 sampai pasal 113.
a. Pasal 1131 KUHPer
“Segala barang-barang bergerak dan tidak bergerak milik debitur,baik yang
sudah ada maupun yang aka nada, menjadi jaminan untuk perikatan debitur
itu.
b. Pasal 1132 KUHPer
“Barang-barang itu menjadi jaminan Bersama bagi semua kreditur
terhadapnya;hasil penjualan baran-barang itu dibagi menurut perbandingan
piutang masing-masing kecuali bila diantara para kreditur itu ada alasan-
alasan sah di dahulukan”.
Dari dua pasal tersebut bisa disimpulkan bahwa pada prinsipnya setiap individual
memiliki harta kekayaan yang pada sisi positif disebut kebendaan dan pada sisi negative
disebut perikatan. Kebendaan yang dimiliki individu tersebut akan digunakan untuk
memenuhi setiap perikatanya yang merupakan kewajiban dalam lapangan hukum
kekayaan.Hal ini di jelaskan dalam pasal 2 ayat (1) UUK, yang berbunyi
“Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih , dinyatakan pailit dengan
keputusan pengadilan , baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau
lebih kreditornya”
Pasa ini bertujuan untuk pasal 1131 dan pasal 1132 KUHP berlaku sebagai jaminan
pelunasan utang kreditur, maka pernyataan pailit tersebut harus dilakukan dengan keputusan
pengadilan terlebih dahulu dimohonkan kepada pengadilan niaga.
c. Pasal 1133 KUHPer
“Hak untuk didahulukan di antara para kreditur bersumber hak
istimewa ,pada gadai dan pada hipotek. Tentang gadai dan hipotek”
d. Pasal 1134 KUHPer
“Hak istimewah adalah suatu hak yang diberikan oleh undang-undang kepada
seorang kreditur yang menyebabkan ia berkedudukan lebih tinggi dari pada
lainya semata-mata bersifat piutang itu. Gadai dan hipotek lebih tinggi dari
pada hak istimewa, kecuali dalam undang-udang dengan tegas menentukan
kebaikanya”
Syarat-Syarat Kepailitan
Syarat-syarat kepailitan tiada lain adalah beberapa hal yang harus dipenuhi untuk
dapat dinyatakan pailit oleh pengadilan.Terdapat persyaratan yang harus dipenuhi untuk
dapat dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 UKK dan PKPU
“Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,dinyatakan pailit dengan
keputusan pengadilan,bai katas permohonan sendiri maupun atas permohonan kreditur”
Berdasarkan pasal tersebut dapat disimpulkan tiga syarat menyatakan Perusahaan
mengalami kepailitan, yaitu
1. Adanya dua atau lebih kreditur
2. Harus adanya utang
3. Adanya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih
Jika krediturnya hanya satu saja ,maka kepailitan menjadi tidak bermakna
karena kreditur tidak perlu bersusah payah untuk merebutkan harta kekayaan debitur
untuk melunaskan piutangnya. Disamping itu, juga tidak adanya pembagian piutang
kreditur secara prorata dan menunjukan secara jelas jika debitur tidak dapat dituntut
pailit jika hanya memiliki 1 kreditur saja.
B. Harus Adanya Utang
Utang adalah perikatan , yang merupakan prestasi atau kewajiba dalam
lapangan harta kekayaan yang harus dipatuhi oleh setiap debitor dan bila tidak
dipenuhi , kreditur berhak mendapatkan pemenuhan harta dari debitor. Pada dasarnya
UU kepailitan tidak hanya membatasi utang sebagai suatu bentuk utang yang
bersumber dari perjanjian pinjam-meminjam uang saja.
C. Adanya Satu Utang Yang Telah Jatuh Waktu Dan Dapat Ditagih
Syarat bahwa utang harus telah jatuh waktu dan dapat ditagih menunjukan
bahwa kreditur memiliki hak untuk menuntut debitur untuk memnuhi prestasinya.
Syarat ini menunjukan hanya cukup dengan satu utang dari debitur yang sudah jatuh
tempo dan tidak dibayar, maka sudah dapat diajukan permohonan pailit atas debitur
tersebut. Berdasarkan ketentuan pasal 8 ayat 4 UU Kepailitan dan PKPU dinyatakan
“Permohonan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang
terbukti secara sederhana,persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat 1 telah dipenuhi”
Yang dimaksud dengan “fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana”
pada pasal di atas adalah fakta dua atau lebih kreditur dan fakta utang yang telah jatuh
tempo dan tidak dibayar. Sedangkan perbedaan jumlah utang yang didalihkan oleh
permohon pailit dan termohon pailit,tidak menghalangi dijatuhnya keputusan
pernyataan pailit.