Anda di halaman 1dari 14

HUKUM KEPAILITAN

DR. I GUSTI PUTU ANOM KERTI SH., MKN


PENERAPAN HAK PREFEREN UPAH
BURUH TERHADAP KREDITOR
SEPARATIS DALAM KEPAILITAN
A. Debitor Pailit Dan Pengaruhnya Terhadap Kreditor Separatis

Perjanjian utang-piutang atau perjanjian kredit yang telah dilakukan antara debitor dengan
kreditor, dalam suatu waktu tertentu selalu ada kemungkinan terjadi wanprestasi yang
dilakukan oleh debitor. Sebagaimana telah dikemukakan diatas, eksekusi Hak Tanggungan
adalah sebagai sarana yang paling tepat untuk mempermudah pengembalian piutang
kreditor, atau dapat dikatakan eksekusi obyek Hak Tanggungan merupakan sarana
percepatan pengembalian piutang kreditor. Namun saat ini seringkali terjadi debitor
mempunyai beberapa kreditor, hal ini dapat terjadi baik bagi debitor perorangan maupun
suatu badan hukum terlebih lagi bagi perusahaan yang relatif besar. Debitor tidak saja dapat
dikatakan wanprestasi, tetapi dengan kata lain telah dalam keadaan berhenti membayar
Untuk itu berlakunya Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diharapkan menjadi sarana pengembalian
(pembayaran) piutang kreditor terlaksana dengan adil, cepat, terbuka dan efektif. Sebagai
lembaga kepailitan yang diharapkan mempercepat pengembalian piutang kreditor pemegang
Hak Tanggungan dari debitor, adalah agar dapat diberikan jaminan tambahan lebih banyak
berkenaan dengan kemungkinan untuk memperoleh kembali pembayaran atas kredit yang
telah diajukan. Debitor yang telah menerima kredit dan ternyata mengalami kesukaran untuk
membayar kembali kredit, diharapkan kreditor dapat mempergunakan lembaga kepailitan ini
dalam rangka pengembalian kredit yang telah diberikan. Yang menjadi permasalahan adalah
debitor pailit ternyata mempunyai lebih dari dua atau ada beberapa kreditor, tentunya akan
mempunyai konsekuensi terhadap para kreditor, termasuk terhadap kreditor pemegang Hak
Tanggungan.
B. Kedudukan Hak Separatis Dalam Kepailitan

Dalam Kepailitan, untuk memberikan suatu kedudukan hukum yang pasti bagi para
kreditor dalam preferensi terhadap pembayaran piutangnya, maka perlu dilakukan
klasifikasi melalui prinsip structured creditors. "Prinsip structured creditors adalah
prinsip yang mengklasifikasikan dan mengelompokkan berbagai macam kreditor
sesuai dengan kelasnya masing-masing.

Dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) UUKPKPU, jenis kreditor dalam kepailitan dibagi 3
macam diantaranya:
a) Kreditor Konkuren
Istilah kreditor konkuren terdapat dalam Pasal 1132 KUHPdt. Kreditor Konkuren adalah
kreditor dengan hak pari passu dan pro rata. Adapun "Pari passu yaitu secara bersama-sama
memperoleh pelunasan tanpa adanya yang didahulukan dan pro rata adalah yang dihitung
berdasarkan pada besarnya piutang masing-masing dibandingkan terhadap piutang mereka
secara keseluruhan terhadap seluruh harta kekayaan debitor tersebut. Pengertian kreditor
konkuren menurut Zainal adalah kreditor yang tidak masuk golongan kreditor pemegang hak
jaminan kebendaan dan hak istimewa, yang pelunasan piutangnya dicukupkan dari sisa hasil
penjualan atau pelelangan harta si pailit setelah dipakai untuk melunasi piutang kreditor
pemegang hak jaminan kebendaan dan hak istimewa. Dari kedua Pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa kreditor konkuren adalah kreditor yang tidak memiliki jaminan secara
khusus dan tidak diberikan hak mendahulu (preferen) oleh undang-undang bagi pelunasan
piutangnya, oleh karena itu pelunasannya dilakukan setelah pelunasan kreditor preferen dan
pemegang jaminan kebendaan harus dibagi prorata dengan semua kreditor konkuren yang
sesuai dengan proporsionalnya.
b) Kreditor Preferen
Kreditor yang yang oleh Undang-undang, semata-mata karena sifat piutangnya
mendapatkan pelunasan terlebih dahulu. Kreditor preferen merupakan kreditor yang
mempunyai hak istimewa yaitu suatu hak preferen yang oleh undang-undang diberikan
kepada seorang berpiutang sehingga tingkatannya lebih tinggi daripada orang yang
berpiutang lainnya.
Jenis-jenis kreditor preferen diatur dalam KUHPdt dan diluar KUHPdt, yang termasuk
dalam KUHPdt adalah kreditor golongan hak istimewa (previlege). Beberapa jenis piutang
atas hak istimewa kreditor preferen terdapat dalam beberapa Pasal dalam KUHPdt
diantaranya:
1). Pasal 1139 KUHPdt yaitu hak mendahulu atas piutang-piutang yang diistimewakan
(previlege) secara khusus untuk benda tertentu (specific statutory priority right) meliputi:
a. Biaya perkara semata-mata disebabkan suatu penghukuman untuk melelang suatu benda
bergerak maupun tidak bergerak.
b. uang-uang sewa dari benda-benda tak bergerak, biaya-biaya perbaikan yang menjadi
wajibnya si penyewa beserta segala apa yang mengenai kewajiban memenuhi persetujuan
sewa
c. harga pembelian benda-benda bergerak yang belum dibayar
d. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu barang
e. Biaya untuk melakukan suatu pekerjaan pada suatu barang, yang masih harus dibayar
pada
seorang tukang.
f. apa yang telah diserahkan oleh seorang pengusaha rumah penginapan sebagai demikian
ke-
pada seorang tamu
g. Upah-upah pengangkutan biaya tambahan
h. Apa yang harus dibayar kepada tukang-tukang batu, tukang-tukang kayu dan lain-lain
tukang untuk pembangunan, penambahan dan perbaikan-perbaikan benda-benda tak
bergerak, asal saja piutangnya tidak lebih tua dari 3 (tiga) tahundan Hak Milik atas persil
yang bersangkutan masih tetap pada si berhutang.
i. Penggantian-penggantian serta pembayaran-pembayaran yang harus dipikul oleh
pegawai-pegawai yang memangku suatu jabatan umum, karena segala kelalaian, kesalahan,
pelanggaran dan kejahatan-kejahatan yang dilakukan dalam jabatannya.
2). Pasal 1149 KUHPdt yaitu hak mendahulu atas pitang-piutang yang diistimewakan
(privilege) secara umum untuk semua benda bergerak dan tak bergerak
(general statutory priority right) meliputi:
a. biaya-biaya perkara, yang semata-mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian suatu
warisan.
b. biaya-biaya penguburan dengan tidak mengurangi kekuasaan hakim untuk
menguranginya jika biaya-biaya itu terlampau tinggi.
c. semua biaya perawatan dan pengobatan dari sakit yang penghabisan.
d. upah para buruh selama tahun yang lalu dan upah yang sudah dibayar dalam tahun yang
sedang berjalan beserta keluarganya, selama waktu 6 (enam) bulan yang terakhir.
e. Piutang-piutang para pengusaha sekolah berasrama untuk tahun yang penghabisan.
f. piutang anak-anak yang belum dewasa dan orang-orang yang terampu terhadap sekalian
wali dan pengampu mereka, mengenai pengurusan mereka, sekedar piutang-piutang itu
tidak dapat diambilkan pelunasan dari hipotek atau lain jaminan.
Sedangkan yang termasuk dalam pengaturan diluar KUHPdt adalah kreditor preferen yang
diatur dalam berbagai undang-undang yang berkembang pada saat ini seperti tagihan utang
pajak, utang upah buruh, fee kurator, biaya kepailitan, dan sebagainya.
c) Kreditor Separatis

Beberapa pengertian kreditor separatismenurut paraahli diantaranya sebagai berikut:


a. Man.S.Sastrawidjaja, “Kreditor separatis adalah kreditor yang dapat melaksanakan
haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan, seperti pemegang gadai, jaminan fidusia, Hak
Tanggungan, hipotik, dan agunan kebendaan lainnya.
b. J.Satrio, Kreditor separatis adalah kreditor yang dapat melaksanakan hak-haknya dalam
UUHTseakan-akan tidak ada kepailitan atau seakan-akan tagihan kreditor berada diluar
kepailitan atau berada diluar ikatan umum.
1) Hipotek
Diatur dalam pasal 1162 sampai dengan 1232 KUHPdt dan Pasal 314 Undang-Undang
Hukum dagang (KUHD)
2) Gadai
Diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan Pasal 116 KUHPdt yang diberlakukan terhadap
benda-benda yang bergerak. Dalam sistem jaminan gadai, seorang pemberi gadai (debitor)
wajib melepaskan penguasaan atas
benda yang di jaminkan tersebut kepadabpenerima gadai (kreditor).
3). Hak Tanggungan
Hak Tanggungan diatur dalam UUHT yang merupakan jaminan hak atas tanah tertentu
berikut kebendaan yang melekat diatas tanah. Digunakan secara bersama-sama dengan
bidang tanah yang diatasnya terdapat hak atas tanah yang dapat dijaminkan dengan Hak
Tang gungan.
4). Fidusia
Hak Fidusia diatur dalam Undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
yang objek jaminannya berupa benda-benda yang tidak dapat di jaminkan dengan gadai,
hipotek, dan Hak Tanggungan. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Jaminan Fidusia
menetapkan bahwa jaminan Fidusia tidak berlaku terhadap:
a. Hak Tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sepanjang peraturan
perundang-undangan yang berlaku menentukan jaminan atas bend-benda tersebut wajib di
daftar. Namun banguna diatas tanah milik orang lain yang tidak dibebaskan Hak
Tanggungan berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
dan di jadikan Objek Jaminan Fidusia;
b. Hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isi keseluruhan berukuran 20m3 (dua puluh
meter kubik)
c. Hipotek atas Pesawat terbang
d. Gadai.

Anda mungkin juga menyukai