Anda di halaman 1dari 15

Krisna Naufal Fitra

202010110311131
3/B
Isdian Anggraeny, S.H., MKn
UAS Perdata II
1.
A. Jaminan Umum
Jaminan umum adalah jaminan yang di tentukan oleh hukum, dan jaminan umum
ditujukan kepada segala sesuatu yang menjadi milik debitur: barang bergerak dan barang
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan datang. Definisi ahli menurut Thomas
Suyant adalah bahwa agunan adalah ekspresi dari kemampuan untuk menahan penyerahan
harta atau pelunasan utang. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa pengertian jaminan umum
adalah jaminan yang diberikan untuk kepentingan semua kreditur terhadap seluruh harta
benda debitur. Kreditur sesuai dengan jumlah utang yang dimiliki oleh debitur. Jika debitur
wanprestasi, semua barang milik debitur akan dilelang dan dibagi di antara para kreditur
secara proporsional dengan jumlah yang diklaim oleh masing-masing kreditur (berdasarkan
pound-pounds gelijk).Jaminan umum diatur dalam Pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata

Pasal 1131 KUHPerdata menyatakan:


“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang
sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala
perikatan perseorangan”
Pasal 1132 KUHPerdata menyatakan:
“Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan
padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu
menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu
ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan”

Dari ketentuan yang tertulis dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata dapat
disimpulkan bahwa meskipun tanpa diperjanjikan lebih dahulu antara kreditur dan debitur,
namun sudah ditentukan sendiri oleh undang-undang bahwa bagi pihak kreditur atas piutang
yang diberikan kepada pihak debitur akan dijamin dengan segala harta bendanya bersama-
sama dengan para kreditur yang lain

B. Jaminan khusus
Jaminan khusus ialah jaminan yang timbulnya (terjadinya) karena perjanjian secara
khusus oleh para pihak (kreditur dan debitur). Berkaitan dengan jaminan umum meskipun
undang - undang telah memberikan bentuk jaminan sebagaimana yang telah diatur dalam
Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-undang Hukum Perdata secara umum terhadap
harta kekayaan milik debitur baik yang sudah ada, maupun yang baru akan ada, baik yang
tetap maupun yang bergerak bagi para kreditur ada kalanya kurang memuaskan bagi pihak
kreditur sehingga perlu jaminan yang sifatnya khusus maka terbentuklah jaminan khusus.
Jaminan khusus dikehendaki oleh kreditur yang dikarenakan jaminan umum kurang efektif
dan kurang memberi rasa aman bagi pihak kreditur Jaminan khusus hanya tertuju pada
benda-benda khusus milik debitur (asas spesialitas), dan hanya berlaku bagi kreditur tertentu
(khusus). Karena diperjanjikan secara khusus, maka kreditur pemegang hak jaminan khusus
mempunyai kedudukan preferensi (separatis). Artinya pemenuhan hak kreditur khusus itu
didahulukan dari kreditur lainnya. Jaminan khusus dapat bersifat kebendaan (zakenlijk recht),
yakni yang tertuju pada benda tertentu; dan dapat pula bersifat perorangan (persoonlijk recht)
yang tertuju pada orang tertentu . Menurut Pasal 499 KUHPerdata, pengertian benda (zaak)
adalah segala sesuatu yang dapat menjadi obyek hak milik. Yang dapat menjadi obyek hak
milik dapat berupa barang dan dapat pula berupa hak, seperti hak cipta, hak paten, dan lain –
lain. Namun pengertian benda yang dimaksud oleh KUHPerdata adalah benda beegerak
seperti kendaraan bermotor,Hp,laptop. benda tidak bergerak seperti tanah, bangunan , dan
sebagainya
C. Perseorangan
adalah jaminan yang diberikan oleh pihak ketiga berupa kesanggupan untuk
menjamin pemenuhan kewajiban-kewajiban debitur kepada kreditur. Dasar hukum mengenai
jaminan perorangan yaitu termuat dalam ketentuan Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
-Personal adalah suatu perjanjian antara seorang berpiutang atau kreditur dengan seorang
ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si berhutang atau debitur.
-Comporate guarante yang dimaksud yaitu penanggungan yang diberikan oleh badan hukum.
D. Jaminan kebendaan
adalah jaminan dengan objek berupa harta berupa harta bergerak maupun tidak
bergerak yang dimaksudkan untuk menjamin hutang debitur kepada kreditor jika debitur
tidak mampu membayar hutangnya kepada kreditor di masa mendatang.
-Benda tetap adalah benda yang yang posisinya tidak berubah ubah atau diam di
tempat itu,benda tetap tidak memiliki energi , benda berat.
> Hak tangungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria.
> Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tak bergerak, untuk mengambil
penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu bergerak.
Benda bergerak yakni sifatnya merupakan benda-benda yang dapat berpindah atau dapat
dipindahkan misalnya buku,meja,kursi,dan lain-lain (pasal 509 KUHperdata)
> Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu benda bergerak, yang
diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang
memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasaan dari barang
tersebut didahulukan daripada orang-orang yang berpiutang lainnya.
> Fidusia yaitu benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda
tidak bergerak khususnya bangunanyang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaiaman
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.

2. Perbedaan Jenis Jaminan


a. Gadai BW
 Unsur-unsur
Adanya subjek gadai, yaitu kreditor sebagai penerima gadai dan debitur sebagai
pemberi gadai; adanya objek gadai, yaitu barang bergerak baik berwujud
maupun tidak berwujud; adanya kewenangan kreditor.Dasar Hukum
 Dasar Hukum
Gadai adalah hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu
barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang
berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh seorang lain atas
nama orang yang mempunyai utang.
 Subyek
Subyek gadai sendiri ada 2 yaitu pemberi gadai (pandgever) dan penerima
gadai (pandemer).
 Objek
Objek gadai yaitu baik benda berwujud lichamelijk), maupun benda tidak
berwujud/tak bertubuh (onlichamelijk).
 Cara Pemberian
Bersumber dari situs resmi Pegadaian, terdapat beberapa syarat yang harus
dilengkapi jika kamu ingin tahu cara gadai barang di pegadaian. Syarat tersebut
adalah: Fotocopy KTP atau identitas resmi lainnya; Menyerahkan barang
jaminan; Untuk kendaraan bermotor membawa BPKB dan STNK asli; Nasabah
menandatangani Surat Bukti Kredit (SBK).
 Hak Pemberi Jaminan
Menerima uang gadai dari penerima gadai ;berhak atas barang gadai apabila
hutang pokok, bunga dan biaya lainnya telah dilunasinya; berhak menuntut
kepada pengadilan supaya barang gadai dijual untuk melunasi hutang
hutangnya.
 Kewajiban Pemberi Jaminan
Menerima uang gadai dari penerima gadai ;berhak atas barang gadai apabila
hutang pokok, bunga dan biaya lainnya telah dilunasinya; berhak menuntut
kepada pengadilan Supaya barang gadai dijual untuk melunasi hutang
hutangnya.
 Hak Penerima Jaminan
Menerima angsuran pokok pinjaman dan bunga sesuai dengan waktu yang
ditentukan; menerima barang gadai jika pemberi gadai tidak memenuhi
kewajibannya setelah lampau waktu atau setelah dilakukan peringatan untuk
pemenuhan janjinya.
 Kewajiban Penerima Jaminan
(Pasal 1156 ayat 2 KUH Perdata); Kreditur memiliki tanggung jawab atas
hilang, rusak atau merosotnya nilai barang yang digadaikan yang diakibatkan
oleh kelalaiannya. (Pasal 1157 KUH Perdata); Kreditur wajib mengembalikan
barang gadai apabila hutang debitur telah lunas.
 Jangka Waktu
Pinjaman dengan sistem gadai barang di pegadaian termasuk pinjaman singkat,
karena batas waktu maksimalnya tidak lama yang bisa mencapai tahunan
seperti bank. Jangka waktu pinjaman di pegadaian maksimal hanya 120 hari
atau kurang lebh selama 4 bulan.
 Hapusnya Jaminan
Di dalam pasal 1152 ditentukan dua cara hapusnya hak gadai, yaitu:
Barang gadai itu hapus dari kekuasaan pemegang gadai, misalnya utang
pemberi gadai telah dibayar lunas, maka gadai otomatis hapus. Hilangnya
barang gadai atau terlepasnya barang gadai dari kekuasaan pemegang gadai.
 Eksekusi Jaminan
Eksekusi gadai sifatnya sederhana, tidak perlu campur tangan juru sita atau
pengadilan. Kreditur dapat mengajukan permohonan eksekusi gadai untuk
menjual dengan cara selain lelang.

b. Fidusia
 Unsur-unsur
Sebagai lembaga hak jaminan kebendaan dan hak yang diutamakan; Kebendaan
bergerak sebagai objeknya; Kebendaan tidak bergerak khususnya bangunan
yang tidak dibebani dengan Hak Tanggungan juga menjadi objek Jaminan
Fidusia; Kebendaan menjadi objek jaminan fidusia tersebut dimaksudkan
sebagai agunan; Dimaksudkan untuk pelunasan utang tertentu; Memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada penerima Fidusia terhadap kreditor-
kreditor lainnya.
 Dasar Hukum
Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak, baik yang berwujud
maupun tidak berwujud, dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang
tidak dapat dibebani hak tanggungan.
 Subyek
Pemberi Fidusia, yaitu orang perseorangan atau korporasi pemilik benda yang
menjadi objek fidusia, atau kuasanya atau wakilnya. Yang dimaksud dengan
kuasanya adalah orang yang mendapat kuasa khusus dari penerima fidusia untuk
mewakili kepentingannya dalam penerimaan jaminan fidusia dari pemberi
fidusia. sedangkan yang dimaksud dengan wakil adalah orang yang secara
hukum dianggap mewakili penerima fidusia dalam penerimaan jaminan fidusia,
misalnya : wali amanat dalam mewakili kepentingan pemegang obligasi;
Penerima Fidusia, yaitu Orang perseorangan atau korporasi yang mempunyai
piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia.
 Objek
Benda yang dapat dimiliki dan dialihkan secara hukum; Dapat berupa benda
berwujud; Benda berwujud termasuk piutang; Benda bergerak; Benda tidak
bergerak yang tidak dapat diikat dengan Hak Tanggungan ataupun hipotek;
Baik benda yang ada ataupun akan diperoleh kemudian; Dapat atas satu satuan
jens benda; Dapat juga atas lebih dari satu satuan jenis benda; Termasuk hasil
dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia; Benda persediaan.
 Cara Pemberian
Harus Pemilik Benda; dan Jika Benda tersebut milik Pihak Ketiga, maka
pengikatan Jaminan Fidusia tidak boleh dengan kuasa substitusi, tetapi harus
langsung oleh pemilik Benda/Pihak Ketiga yang bersangkutan.
 Hak Pemberi Jaminan
Pemberi Fidusia dapat mengalihkan benda persediaan yang menjadi objek
Jaminan Fidusia dengan cara dan prosedur yang lazim dilakukan dalam usaha
perdagangan; Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku,
apabila telah terjadi cidera janji oleh debitor dan atau Pemberi Fidusia pihak
ketiga; Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia yang telah dialihkan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib diganti oleh Pemberi Fidusia
dengan objek yang setara; Dalam hal Pemberi Fidusia cidera janji, maka hasil
pengalihan dan atau tagihan yang timbul karena pengalihan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), demi hukum menjadi objek Jaminan Fidusia
pengganti dari objek Jaminan Fidusia yang dialihkan.
 Kewajiban Pemberi Jaminan
Kewajiban pemberi fidusia untuk memelihara objek jaminan fidusia yang
dimaksud adalah dengan melakukan semua tindakan yang diperlukan untuk
pemeliharaan dan perbaikan atas objek jaminan fidusia dengan biaya sendiri,
serta membayar pajak; Pemberi fidusia wajib melaporkan mengenai kondisi dan
keberadaan objek jaminan kapanpun diminta oleh penerima fidusia; Pemberi
fidusia bertanggungjawab terhadap akibat dan resiko yang timbul dari
penggunaan dan keadaan objek jaminan fidusia; Objek Jaminan Fidusia wajib
untuk diasuransikan oleh pemberi fidusia.Pemberi fidusia berkewajiban
membayar lunas utangnya apabila hasil penjualan objek jaminan fidusia tidak
mencukupi untuk membayar utang tersebut; Pemberi fidusia berkewajiban
membayar lunas utangnya apabila hasil penjualan objek jaminan fidusia tidak
mencukupi untuk membayar utang tersebut.
 Hak Penerima Jaminan
Penerima Fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditor lainnya;
Hak yang didahulukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah hak
Penerima Fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi
Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia; Hak yang didahulukan dari
Penerima Fidusia tidak hapus karena adanya kepailitan dan atau likuidasi
Pemberi Fidusia.
 Kewajiban Penerima Jaminan
Mengingatkan debitur untuk membayar kewajibannya, dan cantumkan denda
yang berlaku bersama dengan tanggal jatuh tempo.
 Jangka Waktu
Jangka waktu yang diberikan dalam proses permohonan pendaftaran jaminan
fidusia secara elektronik yaitu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal pembuatan akta jaminan fidusia (Pasal 4 PP No. 21 Tahun 2015).
 Hapusnya Jaminan
Mengenai hapusnya jaminan fidusia diatur dalam ketentuan Pasal 25 – Pasal 26
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Jaminan
fidusia hapus karena hal-hal sebagai berikut: Hapusnya utang yang dijamin
dengan fidusia; Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia.
Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia; Musnahnya benda yang
menjadi objek jaminan fidusia.
 Eksekusi Jaminan
Memberikan surat peringatan pertama lalu memberi surat peringatan kedua
apabila surat yang dilayangkan diacuhkan. Ketika surat peringatan kedua juga
tidak digubris sama sekali oleh debitur, biasanya pihak kreditur akan
melakukan eksekusi untuk mengambil jaminan langsung ke debitur. Namun,
eksekusi juga tidak akan dilakukan sembarangan. Kreditur akan membawa
dokumen-dokumen penting seperti surat peringatan isinya serupa dengan surat
yang sudah disampaikan sebelumnya, surat kuasa untuk melakukan eksekusi,
dan sertifikat fidusia sebagai bukti.

c. Hipotek
 Unsur-unsur
Harus ada benda yang dijaminkan; Bendanya benda tak bergerak; Dilakukan
oleh orang yang berhak memindahtangankan benda jaminan; Ada sejumlah
uang tertentu dalam perjanjian pokok dan ditetapkan dalam suatu akta → akta
autentik; Benda objek jaminan bukan untuk dimiliki, hanya sebagai jaminan
hutang saja.
 Dasar Hukum
Suatu hak kebendaan atas barang tidak bergerak yang dijadikan jaminan dalam
pelunasan suatu perikatan.
 Subyek
Ada dua pihak terkait dalam perjanjian pembebanan hipotik, yaitu pemberi
hipotik (hypoteekgaver) dan penerima hipotik. Pemberi hipotik
(hypotheekgever) adalah mereka yang sebagai jaminan memberikan suatu
kebendaan/ zakelijke recht (hipotik), atas bendanya yang tidak bergerak,
biasanya mereka mengadakan suatu utang yang terikat pada hipotik, tetapi
hipotik atas beban pihak ketiga.
 Objek
Benda-benda tak bergerak yang dapat dipindahtangankan beserta segala
perlengkapannya, Hak pakai hasil atas benda-benda tersebut beserta segala
perlengkapannya, Hak numpang karang dan hak usaha, Bunga tanah (baik yang
dibayar dengan uang maupun yang harus dibayar dengan hasil tanah), Bunga
seperti semula, Pasar-pasar yang diakui oleh pemerintah, beserta hak-hak asli
merupakan yang melekat padanya.
 Cara Pemberian
Harus Pemilik Benda; dan Jika Benda tersebut milik Pihak Ketiga, maka
pengikatan Jaminan Fidusia tidak boleh dengan kuasa substitusi, tetapi harus
langsung oleh pemilik Benda/Pihak Ketiga yang bersangkutan.
 Hak Pemberi Jaminan
Tetap menguasai bendanya; Mempergunakan bendanya; Melakukan tindakan
penguasaan, asalkan tidak merugikan pemegang hipotek; Berhak menerima uang
pinjaman.
 Kewajiban Pemberi Jaminan
Membayar pokok beserta bunga pinjaman uang dari jaminan hipotek dan
membayar denda atas keterlambatan melakukan pembayaran pokok pinjaman
dan bunga.
 Hak Penerima Jaminan
Memperoleh penggantian daripadanya untuk pelunasan piutangnya (vershaals-
recht) jika debitur wanprestasi; dan memindahkan piutangnya, karena hipotek
bersifat accesoir, maka dengan berpindahnya hutang pokok, hipotek ikut
berpindah.
 Kewajiban Penerima Jaminan
Menagih pembayaran kepada pemberi jaminan hipotek.
 Jangka Waktu
Jangka waktu berlakunya hipotek tergantung pada substansi perjanjian pokok
atau perjanjian kredit yang dibuat antara debitur dengan kreditur.
 Hapusnya Jaminan
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ada 3 (tiga) cara berakhirnya
hipotek, yaitu: Dengan berakhirnya perikatan pokok, jadi apabila utang yang
dijamin dengan hak hipotek itu lenyap; bisa karena utang itu dilunasi, bisa juga
karena perikatan pokoknya lenyap yang disebabkan oleh daluarsa yang
membebaskan seorang dari suatu kewajiban (daluarsa ekstraktif); Karena
pelepasan hipoteknya oleh si berpiutang, jadi apabila kreditur yang
bersangkutan melepaskan dengan sukarela hak hipoteknya; pelepasan dengan
sukarela ini tidak ditentukan bentuk hukumnya, tetapi tentu harus secara jelas
dan tegas. Tidaklah cukup dengan memberitahukan maksud hendak melepaskan
hak hipotek oleh pemegang hipotek kepada sembarang orang misalnya kepada
pihak ketiga. Biasanya pelepasan ini dilakukan dengan pemberitahuan kepada
pemilik dari benda yang terikat dengan hak hipotek itu; Karena penetapan
tingkat oleh hakim; jadi apabila dengan perantaraan oleh hakim diadakan
pembagian uang pendapatan lelang dari benda yang dihipotekkan itu kepada
para kreditur; kreditur yang tidak kebagian pelunasan piutangnya kehilangan
hak hipoteknya oleh karena pembersihan.
 Eksekusi Jaminan
Pemegang hipotek dapat langsung meminta fiat eksekusi kepada Ketua PN
setempat melalui empat tahapan. Pertama, atas permohonan ini pengadilan
mengeluarkan aanmaning (surat peringatan). Kedua, penetapan sita eksekusi.
Ketiga, penetapan lelang. Mulai dengan cara litigasi, permintaan eksekusi ke
pengadilan, penjualan objek jaminan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan
umum, hingga melalui bawah tangan atas dasar kesepakatan untuk
mendapatkan harga tertinggi yang menguntungkan para pihak. Penjualan lelang
dapat dilakukan berdasarkan atas kekuasaan sendiri. Hal ini dapat dilakukan
apabila dalam akta hipotek terdapat kuasa menjual sendiri benda hipotek tanpa
campur tangan pengadilan negeri dengan syarat apabila debitur cidera janji.
Keempat, penjualan di bawah tangan. Cara ini dilakukan berdasarkan adanya
kesepakatan antara kreditur dan debitur untuk mencari pembeli dengan harga
tertinggi.

d. Hak Tanggungan
 Unsur-unsur
Unsur pokok dari hak tanggungan adalah hak yaitu hak jaminan; yang
dibebankan atas tanah sebagai yang dimaksud oleh UUPA; berikut atau tidak
berikut dengan benda-benda yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu;
untuk pelunasan utang tertentu; memberikan kedudukan yang diutamakan
kepada kreditur tertentu terhadap kreditur yang lain.
 Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah
Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah.
 Subyek
Subyek Hak Tanggungan yaitu pemberi hak tanggungan dan pemegang hak
tanggungan.
 Objek
Objek Hak Tanggungan yaitu hak atas tanah yaitu Hak Milik; Hak Guna Usaha;
Hak Guna Bangunan.
 Cara Pemberian
Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan Hak
Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang dituangkan di
dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian utang-piutang
yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut;
Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan pembuatan Akta Pemberian Hak
Tanggungan oleh PPAT sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku; Apabila obyek Hak Tanggungan berupa hak atas tanah yang berasal
dari konversi hak lama yang telah memenuhi syarat untuk didaftarkan akan
tetapi pendaftarannya belum dilakukan, pemberian Hak Tanggungan dilakukan
bersamaan dengan permohonan pendaftaran hak atas tanah yang bersangkutan.
 Hak Pemberi Jaminan
Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan Hak
Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang dituangkan di
dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian utang-piutang
yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut.
 Kewajiban Pemberi Jaminan
Menerima sejumlah uang yang dipinjamkan dari kreditur atau penerima Hak
Tanggungan kepada debitur kewajibab pemberi Hak Tanggungan atau debitur
menyerahkan danmengembalikan uang yang dipinjamkan dari kreditur atau
penerima Hak Tanggungan dengan jangka waktu yang telah disepakati. Jangka
waktu perjanjian kredit telah ditetapkan dalam perjanjian kredit
 Hak Penerima Jaminan
Menerima sejumlah uang yang dipinjamkan dari kreditur atau penerima Hak
Tanggungan kepada debitur kewajibab pemberi Hak Tanggungan atau debitur
menyerahkan danmengembalikan uang yang dipinjamkan dari kreditur atau
penerima Hak Tanggungan dengan jangka waktu yang telah disepakati.
 Kewajiban Penerima Jaminan
Bahwa penerima Hak Tanggungan berkewajiban untuk menyerahkan sisa uang
penjualan dari hasil melelang atau menjual obyek jaminan Hak Tanggungan
jika masih ada kepada pemberi Hak Tanggungan.
 Jangka Waktu
Sebagaimana bunyi Pasal 4 ayat (1) UUHT salah satu objek Hak Tanggungan
adalah Hak Guna Bangunan. Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan
dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri,
dengan jangka waktu paling lama 30 tahun.
 Hapusnya Jaminan
Hak Guna Bangunan dapat dijadikan jaminan hutang yaitu dengan dibebani
Hak Tanggungan. Hak Guna Bangunan dalam proses perubahan menjadi Hak
Milik berakibat hukum hapusnya Hak Guna Bangunan atas tanah semula
menjadi tanah negara, sebelum diberikan hak atas tanah baru yaitu Hak Milik.
 Eksekusi Jaminan
eksekusi hak tanggungan bisa atas dasar kesepakatan pemberi dan pemegang
hak tanggungan, penjualan obyek hak tanggungan dapat dilaksanakan di bawah
tangan. Dengan catatan, dengan cara tersebut dapat diperoleh harga tertinggi
yang menguntungkan semua pihak.

e. Borgtoght
 Unsur-unsur
penanggungan merupakan suatu perjanjian; Borg/Pihak ketiga yang
mengikatkan diri untuk memenuhi kepentingan kreditur jika debitur
wanprestasi; Ada perjanjian Bersyarat.
 Dasar Hukum
Diatur dalam buku ke-3 bab 7 Pasal 1820 KUHPerdata
 Subyek
Subyek dari Borgtoght yaitu pihak kreditur, pihak debitur dan pihak ke tiga
 Objek
Objek dari Borgtoght yaitu saham atau uang tersebut.
 Cara Pemberian
Memberikan perlindungan kepada nasabah; dan Melunasi hutang nasabah.
 Hak Pemberi Jaminan
Berhak menuntut terlebih dahulu apabila debitur tidak memenuhi tangungannya
.
 Kewajiban Pemberi Jaminan
Memberikan pinjaman kepada debitur berupa saham atau uang.
 Hak Penerima Jaminan
Berhak menerima Pinjaman yang diberikan oleh pihak kreditur kepada debitur
 Kewajiban Penerima Jaminan
Mengembalikan tanggungan yang di berikan oleh kreditur tepat waktu dan
apabila debitur wanprestasi borg/pihak ke 3 wajib membayar sesuai jaminan
pokok.
 Jangka Waktu
Tergantung pihak kreditur yang telah menentukan batas jaminan
 Hapusnya Jaminan
Hapusnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan; Dilepaskannya Hak
Tanggungan oleh pemegang Hak Tanggungan; Pembersihan Hak
Tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri;
Hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan.
 Eksekusi Jaminan
Eksekusi hak tanggungan dilaksanakan seperti eksekusi putusan Pengadilan yan
g berkekuatan hukum yang tetap . dimulai dengan teguran dan berakhir dengan
pelelangan tanah yang dibebani dengan Hak tanggungan.

f. Bank Garansi
 Unsur-unsur
jaminan yang mengandung unsur aval, endosemen, standby L/C, ataupun
bentuk lainnya yang memiliki unsur jaminan di dalamnya.
 Dasar Hukum
Dasar hukum perjanjian bank garansi adalah penanggungan hutang (personal
guarantee) atau borghocht yang di atur dalam bab XVII pasal 1820 sampai
dengan pasal 1850 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dimana bank
bertindak sebagai penanggung.
 Subyek
Pihak kreditur, pihak debitur dan pihak ke tiga
 Objek
Objek dari Bank Garansi yaitu saham atau uang tersebut.
 Cara Pemberian
Memberikan perlindungan kepada nasabah; dan Melunasi hutang nasabah.
 Hak Pemberi Jaminan
Mendapatkan perlindungan dari bank; dan Mendapatkan jaminan dari bank.
 Kewajiban Pemberi Jaminan
Bank sebagai lembaga pemberi pinjaman yang menjadi jaminan Jangka waktu.
 Hak Penerima Jaminan
Memenuhi kewajiban terjamin atau nasabah.
 Kewajiban Penerima Jaminan
Pemberi bank garansi ( orang perserorangan/ badan hukum); Penerima bank
garansi (orang perserorangan/badan hukum).
 Jangka Waktu
Bank akan menerbitkan bank garansi setelah adanya transaksi sebelumnya,
ngka waktu maksimal 12 tahun.
 Hapusnya Jaminan
Hapus karena hutang sudah lunas.
 Eksekusi Jaminan
Pihak bank akan melakukan pemabayaran atas klaim yang dibuat dan terjadi tu
ntutan ganti rugi berdasarkan jaminan bank.
3.

Tata cara pendaftaran


fidusia Pendaftaran

Sertifikat Jaminan
Fidusia

Kantor Pendaftaran
Penerima Fidusia atau Fidusia (KPF) di
Kuasa atau Wakilnya wilayah hukum
pemberi fidusia

Hak Tanggungan

APHT harus menyebutkan


secara jelas : Pendaftaran Hak
Tanggungan oleh
 Nama & Identitas
PPAT ke kantor
pemberi HT pertanahan Kabupatn
 Domisili para pihak atau Kota Setempat
 Penunjukkan hutang
secara jelas
 Nilai tanggungan
 Obyek yang dibebani HT
Kegiatan pendaftaran :
1. Mencatat adanya beban HT pada
Buku Tanah Hak Tanggungan
2. Membuat Salinan APHT
3. Mencatat dalam buku tanah hak
Syarat Publisitas
atas tanah yang menjadi objek HT
4. Menyalin catatan tersebut pada
sertifikat Hak Tanggungan dan
sertifikat Hak Atas Tanah
Penunjukan tentang sifat dan
Pasal 1186 leatknya benda harus menuntut
pengukuran resmi

Hakim menunjuk Benda-benda


yang harus dibebani

Jumlah piutang/perkiraan dari


segala hak yang bersyarat dan
Hipotek tak tertentu harus dijamin

Penunjukan khusus tentan g


orangnya berpiutang dan orang
yang berutang

Gadai
Segala janji, yang bersangkutan
dengan pasal yang telah dibuat
antara debitur dan kreditur
Benda bergerak
dan atas piutang-
piutang bawa Tidak berkuasanya si pemberi gadai
diletakkan dengan untuk bertindak bebas dengan barang
membawa barang gadainya, tidaklah dapat
gadai dipertanggung jawabkan kepada si
penerima gadai, dengan tak
mengurangi hak si yang kehilangan
Bawah kekuasaan si untuk menuntutnya kembali
berpiutang
Tak sah adalah hak gadai atas segala benda
yang dibiarkan tetap dalam kekuasaan
berutang atau si pemberi gadai, atau kembali
Disetujui kedua
atas kemauan berpiutang
belah phak

Ak gadai hapus bila barang gadai ke luar dari


ekuasaan si penerima gadai. Bila barang
tersebut hilang/dicuri dari penerima gadai
maka bisa dituntut
Saving : Customer
- Deposit
- Saving account
- Current account

Personal Guarantee - Di bac up aset


- KUHPer yang
bersangkutan
Bank Corporate Guarantee - Cidera janji aset
- KUHPer yang
- UUPT bersangkutan
- UUPA
- UUHT
- HIR
Loan Agreement

Customer

Guaranteed
Guarantee holder Debitor
Buyer
- Seller Memenuhi syarat 5C
- Boulheer Contractor
- pimpro “C” = Collateral
Pelaksana
4. https://kabar24.bisnis.com/read/20200108/16/1188104/sita-jaminan-fidusia-lewat-pengadilan-
begini-jejak-kasusnya

Jadi pada kasusus diatas Pada 7 Januari 2019, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
mengabulkan gugatan perdata Dewi melawan sebuah perusahaan pembiayaan grup
konglomerasi besar. Duduk soalnya, perusahaan pembiayaan itu mengutus penagih utang
(debt collector) untuk menarik mobil penggugat. Padahal, Dewi dan suaminya, Suri Agung
Prabowo, mengklaim rutin mencicil kredit ke perusahaan itu berdasarkan skema jaminan
fidusia. Balasannya malah berupa tindakan paksa penagih utang hingga mengumbar ancaman
pembunuhan.menurut Pasal 15 ayat (2) dan (3) UU 42/1999. Pasangan suami istri tersebut
merasa bahwa telah melakukan angsuran tiap bulannya namun pada suatu ketika tiba2
rentenir datang kerumahnya untuk mengambil mobilnya dengan dalih belum melakukan
pembayaran

Menurut saya tindakan serta putusan pada pengadilan negri pun sudah final dan terbukti tidak
ada kecurangan angsuran dalam prosesesi tersebut dan menurut saya tidak dapat akan
semulus itu dalam mk apabila pasutri tersebut mengajukan kasasi karna pada ketentuan
tersebut sudah dalam daftar perjanjian angsuran antara debitor dan kreditur sudah disepakati
kedua belah pihak, jadi analisis dari saya masi berpegang pada pasal Pasal 15 ayat (2) dan (3)
UU 42/1999.

Anda mungkin juga menyukai