Anda di halaman 1dari 14

JAMINAN GADAI

 Definisi dari gadai berdasarkan pasal 1150 kitab undang-undang hukum perdata
(“kuhper”):
gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang
bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau seorang lain
atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk
mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-
orang berpiutang lainnya; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut
dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu
digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.
 Gadai pada dasarnya adalah suatu hak kebendaan atas benda bergerak milik orang
lain dan bertujuan tidak untuk memberi kenikmatan atas benda tersebut melainkan
untuk memberi jaminan bagi pelunasan hutang orang yang memberikan jaminan
tersebut.
 Timbulnya hak gadai : karena perjanjian (pasal 1132 dan 1133 bw) : hak untuk
didahulukan diantara orang-orang berpiutang terbit dari hak-hak istimewa, hak gadai
dan hak hipotik. Perjanjian ini melibatkan 2 pihak yaitu pemberi gadai/debitur dan
penerima/pemegang gadai/kreditur
 Apabila ketentuan dalam pasal 1150 kuh perdata dihubungkan dengan ketentuan
dalam pasal 1152 ayat (1), pasal 1152, pasal 1153 dan pasal 1158 ayat (1) kuh
perdata, jelas pada dasarnya semua kebendaan bergerak dapat menjadi objek
hukum hak gadai sebagaimana diatur dalam surat edaran bank indonesia nomor:
4/248/uppk/pk tanggal 16 maret 1972. Namun menurut surat edaran tersebut tidak
semua jenis kebendaan bergerak dapat dibebani dengan gadai, terdapat jenis
kebendaan bergerak lainnya yang dibebani dengan jaminan fidusia.
 Objek benda yang digadaikan adalah benda bergerak berwujud (kecuali kapal yg
terdaftar pada register kapal) dan benda bergerak tdk berwujud yang berupa hak-
hak.
 Barang bergerak tersebut diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau
seorang lain atas namanya. Perolehan dan penyerahan barang bergerak tersebut
adalah dari pihak yang berutang atau debitur ataupun dari pihak ketiga. Penyerahan
dapat dilakukan secara nyata ataupun melalui sebuah akta.
 Memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari
barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya.
Melalui hak kebendaan berupa gadai ini, pihak yang berpiutang atau kreditur
menjadi kreditur konkuren terhadap kreditur-kreditur lainnya dalam hal pelunasan
hutang-hutang pihak yang berutang atau debitur.
 Hak gadai atas benda-benda bergerak tak bertubuh (kecuali surat-surat tunjuk atau
surat-surat bawa) diletakkan dengan pemberitahuan perihal penggadaiannya,
kepada orang terhadap siapa hak yang digadaikan itu harus dilaksanakan. Tentang
pemberitahuan dan izin si pemberi gadai, orang yang bersangkutan tersebut
meminta suatu bukti tertulis.
 Dalam perjanjian gadai ialah bahwa benda yang dijadikan jaminan haruslah
dilepaskan dari kekuasaan si pemberi gadai dan diserahkan kepada penerima gadai,
hal ini disebut inbezitstelling.
 Dewasa ini barang-barang yang pada umumnya dapat diterima sebagai jaminan
kredit gadai oleh perum pegadaian diantaranya:
 Barang-barang perhiasan (emas, perak, intan, berlian, mutiara, platina, arloji,
dan jam);
 Barang-barang kendaraan (sepeda, sepeda motor, mobil, bajay, bemo,
becak);
 Barang-barang elektronika (televisi, radio, radio tape, video, computer,
kulkas, tustel, mesin tik);
 Barang-barang mesin (mesin jahit, mesin kapal motor); dan
 Barang-barang perkakas rumah tangga (barang tekstil, barang pecah belah).
 Dimungkinkan gadai atas kebendaan bergerak yang tidak berwujud dinyatakan
dalam ketentuan pasal 1150 kuh perdata dihubungkan dengan ketentuan dalam
pasal 1152 ayat (2), pasal 1152 dan pasal 1153 kuh perdata. Dari ketentuan pasal
tersebut, dapat diketahui bahwa kebendaan bergerak yang tidak berwujud berupa
hak tagihan atau piutang, surat-surat berharga, dapat pula digadaikan sebagai
jaminan utang.
 Subjek gadai terdiri atas dua pihak, yaitu pemberi gadai (pandgever) dan penerima
gadai (pandnemer). Pandgever adalah orang atau badan hukum yang memberikan
jaminan dalam bentuk benda bergerak selaku gadai kepada penerima gadai untuk
pinjaman uang yang diberikan kepadanya atau pihak ketiga.
 Unsur-unsur pemberi gadai adalah:
 Orang atau badan hukum;
 Memberikan jaminan berupa benda bergerak;
 Kepada penerima gadai;
 Adanya pinjaman uang;
 Penerima gadai (pandnemer) adalah orang atau badan hukum yang menerima gadai
sebagai jaminan untuk pinjaman uang yang diberikannya kepada pemberi gadai
(pandgever).
 Surat-surat piutang yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Surat piutang atas nama (vordering op naam) : yaitu surat/akta yang
didalamnya nama kreditur disebut dengan jelas tanpa tambahan apa-apa
(pasal bw)
 Surat piutang atas bawa/kepada pembawa (vordering aan toonder/to bearer)
: yaitu surat/akta yang didalamnya nam kreditur tdk disebut atau disebut
dengan jelas dlm akta namun dengan tambahan kata-kata “atau pembawa”
(pasal 1152 ayat 1 bw), contohnya cek
 Surat piutang kepada pengganti/atas tunjuk (vordering aan order) yaitu
surat/akta yang didalamnya nama kreditur disebut dengan jelas dengan
tambahan kata-kata “atau pengganti” (pasal 1152 bw), contoh wesel.
 Sifat gadai (sifat kebendaan pada umumya) :
 Hak absolut
 Droit de suite yaitu karena hak gadai terus mengikuti bendanya
ditangan siapapun.
 Droit de preference yaitu memberikan kekuasaan kepada seorang
kreditur utk mengambil pelunasan dari hasil penjualan barang secara
didahulukan daripada kreditur lainnya.
 Hak menggugat
 Sifat gadai (pada khususnya) :
 Accessoir yaitu berlakunya hak gadai tergantung pada ada atau tdknya
perjanjian pokok/hutang-hutang.
 Barang gadai tidak dapat dibagi-bagi (ondeelbaar)
 Barang yang digadaikan merupakan jaminan bagi pembayaran kembali
hutang debitur kepada kreditur.
 Barang gadai berada dalam kekuasaan kreditur/penerima gadai sebagai
akibat adanya syarat inbezitstelling
 Cara mengadakan gadai :
 Benda bergerak berwujud : dalam hal benda yang akan digadaikan
merupakan benda bergerak berwujud, maka hak gadai dapat terjadi melalui
2 tahap yaitu
 Dilakukan perjanjian antara para pihak yang berisi kesanggupan
kreditur untuk meminjamkan sejumlah uang kepada debitur dan
kesanggupan debitur untuk menyerahkan sebuah/sejumlah benda
bergerak sebagai jaminan pelunasan hutang (pand overeenkomst).
Disini perjanjian masih bersifat obligatoir konsensual oleh karena
baru meletakkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban pada para pihak.
Perjanjian dapat dilakukan secara tertulis atau dibawah tangan dan
dapat juga secara lisan.
 Perjanjian kebendaan yaitu kreditur menyerahkan sejumlah uang
kepada debitur, sedangkan debitur sebagai pemberi gadai
menyerahkan benda bergerak yang digadaikan kepada kreditur
penerima gadai
 Benda bergerak tidak berwujud :
 Jika benda yg akan digadaikan adalah benda bergerak tdk berwujud
maka bergantung pada bentuk surat piutang ybs apakah tergolong
pada surat piutan aan toonder, aan order, ataukah op naam.
 Cara mengadakan gadai terhadap benda bergerak tidak berwujud dpt
dilakukan spt :
 Gadai piutang kepada pembawa (ordering aan toonder)
terjadinya gadai piutang kepada pembawa adalah sama dgn
terjadinya gadai pada benda bergerak yang berwujud.
 Gadai piutang atas tunjuk (vordering aan order):
 Diadakan perjanjian gadai yaitu berupa persetujuan kehendak
untuk mengadakan hak gadai yang dinyatakan oleh para pihak
 Hak gadai terhadap surat piutang atas tunjuk dilakukan
dengan endosemen atas nama pemegang gadai sekaligus
penyerahan suratnya.
 Gadai piutang atas nama (vordering op naam):
 Pihak kreditur dan debitur mengadakan perjanjian gadai yang
bentuknya harus tertulis
 Hak gadai atas benda-benda bergerak yang tidak bertubuh dilakukan
dengan pemberitahuan tentang telah terjadinya gadai, kepada orang
siapa hak , yang digadaikan itu harus dilaksanakan
 Hak dan kewajiban penerima gadai serta hak dan kewajiban pemberi gadai
 Hak pemberi gadai
 Berhak untuk menuntut apabila barang gadai itu telah hilang atau
mundur sebagai akibat dari kelalaian pemegang gadai;
 Berhak mendapat pemberitahuan terlebih dahulu dari pemegang
gadai apabila barang gadai akan dijual;
 Berhak mendapatkan kelebihan atas penjualan barang gadai setelah
dikurangi dengan pelunasan utangnya;
 Berhak mendapat kembali barang yang digadaikan apabila utang-
utangnya dibayar lunas.
 Kewajiban pemberi gadai
 Berkewajiban untuk menyerahkan barang yang dipertanggung
jawabkan sampai pada waktu hutang dilunasi, baik yang mengenai
jumlah pokok maupun bunga;
 Bertanggung jawab atas pelunasan utangnya, terutama dalam hal
penjualan barang yang digadaikan;
 Berkewajiban memberikan ganti kerugian atas biaya-biaya yang telah
dikeluarkan oleh pemegang gadai untuk menyelamatkan barang yang
digadaikan;
 Apabila telah diperjanjikan sebelumnya, pemberi gadai harus
menerima jika pemegang gadai menggadaikan lagi barang yang
digadaikan tersebut.
 Hak pemegang gadai
 Menahan benda yang digadaikan (hak retentie) selama
debitur/pemberi gadai belum melunasi utang pokok msupun bunga
dan biaya-biaya utang lainnya;
 Mengambil pelunasan dari hasil pendapatan penjualan kebendaan
yang digadaikan, penjualannya mana baik dilakukan atas dasar parate
eksekusi maupun putusan pengadilan;
 Mendapatkan penggantian seluruh biaya perawatan barang yang
digadaikan guna keselamatan barang gadainya;
 Jika piutang yang digadaikan menghasilkan bunga, maka kreditur
pemegang gadai berhak atas bunga benda gadai tersebut dengan
memperhitungkannya dengan bunga atau utang yang seharusnya
dibayarkan dibayarkan kepadanya atau kalau piutangnya tidak
dibebani dengan bunga, maka bunga benda gadai yang diterima
kreditur pemegang gadai dikurangkan dari pokok utang.
 Kewajiban pemegang gadai
 Bertanggung jawab atas hilang atau berkurangnya nilai barang yang
digadaikan yang diakibatkan oleh karena kelalaian pemegang
gadainya;
 Berkewajiban memberitahukan kepada debitur pemberi gadai,
apabila ia bermaksud hendak menjual barang yang digadaikan
kepada debitur pemberi gadai dengan sarana pos, telekomunikasi,
atau sarana komunikasi lainnya;
 Berkewajiban untuk mengembalikan barang yang digadaikan setelah
utang pokok beserta dengan bunga dan biaya-biaya lainnya telah
dilunasi oleh debitur pemberi gadai;
 Pemegang dilarang untuk menikmati barang yang digadaikan dan
pemberi gadai berhak untuk menuntut pengembalian barang yang
digadaikan dari tangan pemegang gadai bila pemegang gadai
menyalahgunakan barang yang digadaikan;
 Berkewajiban memberikan peringatan (somasi) kepada debitur
pemberi gadai telah lalai memenuhi kewajiban membayar pelunasan
piutangnya;
 Berkewajiban menyerahkan daftar piutang hasil penjualan barang
gadai dan sesudahnya kreditur pemegang gadai dapat mengambil
begian jumlah yang merupakan bagian dari pelunasan piutangnya.
 Hapusnya gadai : hak gadai hapus dengan hapusnya perikatan pokok yaitu
perjanjian hutang piutang sehubungan telah dibayarnya hutang pokok ditambah
bunga dan biaya lainnya spt biaya pemeliharaan benda gadai.
 Kuhperdata tidak mengatur secara khusus mengenai sebab-sebab hapus atau
berakhirnya gadai. Namun demikian dari bunyi ketentuan dalam pasal-pasal
kuhperdata yang mengatur mengenai lembaga hak jaminan gadai sebagaimana
diatur dalam pasal 1150 sampai dengan pasal 1160 kuhperdata
 Sebab-sebab yang menjadi dasar bagi hapusnya hak gadai yaitu:
 Hapusnya perjanjian pokok yang dikarenakan pelunasan utang, perjumpaan
utang (kompensasi), pembaruan utang (novasi), atau pembebasan utang;
 Lepasnya benda yang digadaikan dari penguasaan kreditor pemegang hak
gadai, dikarenakan terlepasnya benda yang digadaikan dari penguasaan
kreditor pemegang gadai, dilepaskannya benda gadai secara sukarela oleh
pemegangnya atau hapusnya benda yang digadaikan;
 Terjadinya percampuran, dimana pemegang gadai sekaligus juga menjadi
pemilik barang yang digadaikan, dan;
 Terjadinya penyalahgunaan barang gadai oleh kreditur pemegang gadai

JAMINAN GADAI

 Definisi dari gadai berdasarkan pasal 1150 kitab undang-undang hukum perdata
(“kuhper”):
gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang
bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau seorang lain
atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk
mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-
orang berpiutang lainnya; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut
dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu
digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.
 Gadai pada dasarnya adalah suatu hak kebendaan atas benda bergerak milik orang
lain dan bertujuan tidak untuk memberi kenikmatan atas benda tersebut melainkan
untuk memberi jaminan bagi pelunasan hutang orang yang memberikan jaminan
tersebut.
 Timbulnya hak gadai : karena perjanjian (pasal 1132 dan 1133 bw) : hak untuk
didahulukan diantara orang-orang berpiutang terbit dari hak-hak istimewa, hak gadai
dan hak hipotik. Perjanjian ini melibatkan 2 pihak yaitu pemberi gadai/debitur dan
penerima/pemegang gadai/kreditur
 Apabila ketentuan dalam pasal 1150 kuh perdata dihubungkan dengan ketentuan
dalam pasal 1152 ayat (1), pasal 1152, pasal 1153 dan pasal 1158 ayat (1) kuh
perdata, jelas pada dasarnya semua kebendaan bergerak dapat menjadi objek
hukum hak gadai sebagaimana diatur dalam surat edaran bank indonesia nomor:
4/248/uppk/pk tanggal 16 maret 1972. Namun menurut surat edaran tersebut tidak
semua jenis kebendaan bergerak dapat dibebani dengan gadai, terdapat jenis
kebendaan bergerak lainnya yang dibebani dengan jaminan fidusia.
 Objek benda yang digadaikan adalah benda bergerak berwujud (kecuali kapal yg
terdaftar pada register kapal) dan benda bergerak tdk berwujud yang berupa hak-
hak.
 Barang bergerak tersebut diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau
seorang lain atas namanya. Perolehan dan penyerahan barang bergerak tersebut
adalah dari pihak yang berutang atau debitur ataupun dari pihak ketiga. Penyerahan
dapat dilakukan secara nyata ataupun melalui sebuah akta.
 Memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari
barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya.
Melalui hak kebendaan berupa gadai ini, pihak yang berpiutang atau kreditur
menjadi kreditur konkuren terhadap kreditur-kreditur lainnya dalam hal pelunasan
hutang-hutang pihak yang berutang atau debitur.
 Hak gadai atas benda-benda bergerak tak bertubuh (kecuali surat-surat tunjuk atau
surat-surat bawa) diletakkan dengan pemberitahuan perihal penggadaiannya,
kepada orang terhadap siapa hak yang digadaikan itu harus dilaksanakan. Tentang
pemberitahuan dan izin si pemberi gadai, orang yang bersangkutan tersebut
meminta suatu bukti tertulis.
 Dalam perjanjian gadai ialah bahwa benda yang dijadikan jaminan haruslah
dilepaskan dari kekuasaan si pemberi gadai dan diserahkan kepada penerima gadai,
hal ini disebut inbezitstelling.
 Dewasa ini barang-barang yang pada umumnya dapat diterima sebagai jaminan
kredit gadai oleh perum pegadaian diantaranya:
 Barang-barang perhiasan (emas, perak, intan, berlian, mutiara, platina, arloji,
dan jam);
 Barang-barang kendaraan (sepeda, sepeda motor, mobil, bajay, bemo,
becak);
 Barang-barang elektronika (televisi, radio, radio tape, video, computer,
kulkas, tustel, mesin tik);
 Barang-barang mesin (mesin jahit, mesin kapal motor); dan
 Barang-barang perkakas rumah tangga (barang tekstil, barang pecah belah).
 Dimungkinkan gadai atas kebendaan bergerak yang tidak berwujud dinyatakan
dalam ketentuan pasal 1150 kuh perdata dihubungkan dengan ketentuan dalam
pasal 1152 ayat (2), pasal 1152 dan pasal 1153 kuh perdata. Dari ketentuan pasal
tersebut, dapat diketahui bahwa kebendaan bergerak yang tidak berwujud berupa
hak tagihan atau piutang, surat-surat berharga, dapat pula digadaikan sebagai
jaminan utang.
 Subjek gadai terdiri atas dua pihak, yaitu pemberi gadai (pandgever) dan penerima
gadai (pandnemer). Pandgever adalah orang atau badan hukum yang memberikan
jaminan dalam bentuk benda bergerak selaku gadai kepada penerima gadai untuk
pinjaman uang yang diberikan kepadanya atau pihak ketiga.
 Unsur-unsur pemberi gadai adalah:
 Orang atau badan hukum;
 Memberikan jaminan berupa benda bergerak;
 Kepada penerima gadai;
 Adanya pinjaman uang;
 Penerima gadai (pandnemer) adalah orang atau badan hukum yang menerima gadai
sebagai jaminan untuk pinjaman uang yang diberikannya kepada pemberi gadai
(pandgever).
 Surat-surat piutang yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Surat piutang atas nama (vordering op naam) : yaitu surat/akta yang
didalamnya nama kreditur disebut dengan jelas tanpa tambahan apa-apa
(pasal bw)
 Surat piutang atas bawa/kepada pembawa (vordering aan toonder/to bearer)
: yaitu surat/akta yang didalamnya nam kreditur tdk disebut atau disebut
dengan jelas dlm akta namun dengan tambahan kata-kata “atau pembawa”
(pasal 1152 ayat 1 bw), contohnya cek
 Surat piutang kepada pengganti/atas tunjuk (vordering aan order) yaitu
surat/akta yang didalamnya nama kreditur disebut dengan jelas dengan
tambahan kata-kata “atau pengganti” (pasal 1152 bw), contoh wesel.
 Sifat gadai (sifat kebendaan pada umumya) :
 Hak absolut
 Droit de suite yaitu karena hak gadai terus mengikuti bendanya
ditangan siapapun.
 Droit de preference yaitu memberikan kekuasaan kepada seorang
kreditur utk mengambil pelunasan dari hasil penjualan barang secara
didahulukan daripada kreditur lainnya.
 Hak menggugat
 Sifat gadai (pada khususnya) :
 Accessoir yaitu berlakunya hak gadai tergantung pada ada atau tdknya
perjanjian pokok/hutang-hutang.
 Barang gadai tidak dapat dibagi-bagi (ondeelbaar)
 Barang yang digadaikan merupakan jaminan bagi pembayaran kembali
hutang debitur kepada kreditur.
 Barang gadai berada dalam kekuasaan kreditur/penerima gadai sebagai
akibat adanya syarat inbezitstelling
 Cara mengadakan gadai :
 Benda bergerak berwujud : dalam hal benda yang akan digadaikan
merupakan benda bergerak berwujud, maka hak gadai dapat terjadi melalui
2 tahap yaitu
 Dilakukan perjanjian antara para pihak yang berisi kesanggupan
kreditur untuk meminjamkan sejumlah uang kepada debitur dan
kesanggupan debitur untuk menyerahkan sebuah/sejumlah benda
bergerak sebagai jaminan pelunasan hutang (pand overeenkomst).
Disini perjanjian masih bersifat obligatoir konsensual oleh karena
baru meletakkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban pada para pihak.
Perjanjian dapat dilakukan secara tertulis atau dibawah tangan dan
dapat juga secara lisan.
 Perjanjian kebendaan yaitu kreditur menyerahkan sejumlah uang
kepada debitur, sedangkan debitur sebagai pemberi gadai
menyerahkan benda bergerak yang digadaikan kepada kreditur
penerima gadai
 Benda bergerak tidak berwujud :
 Jika benda yg akan digadaikan adalah benda bergerak tdk berwujud
maka bergantung pada bentuk surat piutang ybs apakah tergolong
pada surat piutan aan toonder, aan order, ataukah op naam.
 Cara mengadakan gadai terhadap benda bergerak tidak berwujud dpt
dilakukan spt :
 Gadai piutang kepada pembawa (ordering aan toonder)
terjadinya gadai piutang kepada pembawa adalah sama dgn
terjadinya gadai pada benda bergerak yang berwujud.
 Gadai piutang atas tunjuk (vordering aan order):
 Diadakan perjanjian gadai yaitu berupa persetujuan kehendak
untuk mengadakan hak gadai yang dinyatakan oleh para pihak
 Hak gadai terhadap surat piutang atas tunjuk dilakukan
dengan endosemen atas nama pemegang gadai sekaligus
penyerahan suratnya.
 Gadai piutang atas nama (vordering op naam):
 Pihak kreditur dan debitur mengadakan perjanjian gadai yang
bentuknya harus tertulis
 Hak gadai atas benda-benda bergerak yang tidak bertubuh dilakukan
dengan pemberitahuan tentang telah terjadinya gadai, kepada orang
siapa hak , yang digadaikan itu harus dilaksanakan
 Hak dan kewajiban penerima gadai serta hak dan kewajiban pemberi gadai
 Hak pemberi gadai
 Berhak untuk menuntut apabila barang gadai itu telah hilang atau
mundur sebagai akibat dari kelalaian pemegang gadai;
 Berhak mendapat pemberitahuan terlebih dahulu dari pemegang
gadai apabila barang gadai akan dijual;
 Berhak mendapatkan kelebihan atas penjualan barang gadai setelah
dikurangi dengan pelunasan utangnya;
 Berhak mendapat kembali barang yang digadaikan apabila utang-
utangnya dibayar lunas.
 Kewajiban pemberi gadai
 Berkewajiban untuk menyerahkan barang yang dipertanggung
jawabkan sampai pada waktu hutang dilunasi, baik yang mengenai
jumlah pokok maupun bunga;
 Bertanggung jawab atas pelunasan utangnya, terutama dalam hal
penjualan barang yang digadaikan;
 Berkewajiban memberikan ganti kerugian atas biaya-biaya yang telah
dikeluarkan oleh pemegang gadai untuk menyelamatkan barang yang
digadaikan;
 Apabila telah diperjanjikan sebelumnya, pemberi gadai harus
menerima jika pemegang gadai menggadaikan lagi barang yang
digadaikan tersebut.
 Hak pemegang gadai
 Menahan benda yang digadaikan (hak retentie) selama
debitur/pemberi gadai belum melunasi utang pokok msupun bunga
dan biaya-biaya utang lainnya;
 Mengambil pelunasan dari hasil pendapatan penjualan kebendaan
yang digadaikan, penjualannya mana baik dilakukan atas dasar parate
eksekusi maupun putusan pengadilan;
 Mendapatkan penggantian seluruh biaya perawatan barang yang
digadaikan guna keselamatan barang gadainya;
 Jika piutang yang digadaikan menghasilkan bunga, maka kreditur
pemegang gadai berhak atas bunga benda gadai tersebut dengan
memperhitungkannya dengan bunga atau utang yang seharusnya
dibayarkan dibayarkan kepadanya atau kalau piutangnya tidak
dibebani dengan bunga, maka bunga benda gadai yang diterima
kreditur pemegang gadai dikurangkan dari pokok utang.
 Kewajiban pemegang gadai
 Bertanggung jawab atas hilang atau berkurangnya nilai barang yang
digadaikan yang diakibatkan oleh karena kelalaian pemegang
gadainya;
 Berkewajiban memberitahukan kepada debitur pemberi gadai,
apabila ia bermaksud hendak menjual barang yang digadaikan
kepada debitur pemberi gadai dengan sarana pos, telekomunikasi,
atau sarana komunikasi lainnya;
 Berkewajiban untuk mengembalikan barang yang digadaikan setelah
utang pokok beserta dengan bunga dan biaya-biaya lainnya telah
dilunasi oleh debitur pemberi gadai;
 Pemegang dilarang untuk menikmati barang yang digadaikan dan
pemberi gadai berhak untuk menuntut pengembalian barang yang
digadaikan dari tangan pemegang gadai bila pemegang gadai
menyalahgunakan barang yang digadaikan;
 Berkewajiban memberikan peringatan (somasi) kepada debitur
pemberi gadai telah lalai memenuhi kewajiban membayar pelunasan
piutangnya;
 Berkewajiban menyerahkan daftar piutang hasil penjualan barang
gadai dan sesudahnya kreditur pemegang gadai dapat mengambil
begian jumlah yang merupakan bagian dari pelunasan piutangnya.
 Hapusnya gadai : hak gadai hapus dengan hapusnya perikatan pokok yaitu
perjanjian hutang piutang sehubungan telah dibayarnya hutang pokok ditambah
bunga dan biaya lainnya spt biaya pemeliharaan benda gadai.
 Kuhperdata tidak mengatur secara khusus mengenai sebab-sebab hapus atau
berakhirnya gadai. Namun demikian dari bunyi ketentuan dalam pasal-pasal
kuhperdata yang mengatur mengenai lembaga hak jaminan gadai sebagaimana
diatur dalam pasal 1150 sampai dengan pasal 1160 kuhperdata
 Sebab-sebab yang menjadi dasar bagi hapusnya hak gadai yaitu:
 Hapusnya perjanjian pokok yang dikarenakan pelunasan utang, perjumpaan
utang (kompensasi), pembaruan utang (novasi), atau pembebasan utang;
 Lepasnya benda yang digadaikan dari penguasaan kreditor pemegang hak
gadai, dikarenakan terlepasnya benda yang digadaikan dari penguasaan
kreditor pemegang gadai, dilepaskannya benda gadai secara sukarela oleh
pemegangnya atau hapusnya benda yang digadaikan;
 Terjadinya percampuran, dimana pemegang gadai sekaligus juga menjadi
pemilik barang yang digadaikan, dan;
 Terjadinya penyalahgunaan barang gadai oleh kreditur pemegang gadai

Anda mungkin juga menyukai